Spektek Dewatering
Spektek Dewatering
Konsep
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 9
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
desain dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan
berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada
Acuan Normatif.
Pedoman ini mencakup pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan
untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari aliran dan aman terhadap banjir.
Pedoman ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe-tipe bendung pengelak yang
berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya.
iii
RPT0-Pd T-xx-xxxx
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaaan
dewatering.
Pedoman ini mencakup pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan
untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari alir dan aman terhadap banjir.
Pedoman ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe-tipe bendung pengelak yang
berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya.
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-6456.1-2000 : Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan Kionstruksi
Bendungan Bagian 1 : Pengendalian Sungai Selama Pelaksanaan
Konstruksi Bendungan.
- SNI 03-6456.2-2000 : Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan Kionstruksi
Bendungan Bagian 2 : Penutupan Alir Sungai dan Bendungan
Pengelak.
1 dari 9
RPT0-Pd T-xx-xxxx
2 dari 9
RPT0-Pd T-xx-xxxx
3 dari 9
RPT0-Pd T-xx-xxxx
b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah penimbunan
selesai;
c) Menjaga tempat kerja agar senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi
yang memadai tersedia di lapangan untuk para pekerja;
d) Penutupan sungai pada sungai landai berpasir atau berkerakal dapat dilakukan
dengan alat keruk kapasitas besar.
4) Pekerjaan Bendung Pengelak
a) Bendung pengelak dibangun di alur sungai;
b) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendung;
c) Banjir rencananya sampai pada kisaran minimal 25 tahun;
d) Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi
cukup tersedia untuk pekerja.
5) Pekerjaan Pengeringan Pondasi
a) Alat pengeringan rembesan tersedia dalam berbagai jenis dan dapat
dioperasikan dengan baik;
b) Pada penggalian untuk keperluan struktur pondasi sampai ke bawah muka air
tanah, bagian tersebut sebelumnya harus dikeringkan terlebih dahulu untuk
memudahkan proses penggalian;
c) Proses pengeringan harus dilakukan dengan cara yang benar.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
dewatering harus memuat :
5.1. Pengelakan Tahapan Ganda
1) Urutan Pekerjaan
Untuk metode pengelak dengan dua tahap, urutannya sebagai berikut:
a) Laksanakan pembangunan bendung pengelak yang biasanya diperpanjang
sampai alur sungai untuk menyediakan ruang kerja yang kering agar konstruksi
bangunan pengeluaran permanen dan sebagian dari bendung utama dapat
dikerjaan, penggalian dapat dilakukan pada tebing lainnya untuk memperbesar
penampang sungai dan menaikkan kapasitas pengaliran;
b) Bangunan pengeluaran dan sebagian bendungan dibangun pada lokasi yang
kering di belakang bendung pengelak;
c) Bendung pengelak diperbesar dan diperpanjang ke alur sungai untuk
memperbesar lokasi kerja yang kering sebelum aliran sungai dielakkan ke
bangunan pengeluaran permanen;
d) Sebagian atau seluruh bendung pengelak dibongkar sehingga dapat melalui
bangunan pengeluaran permanen;
e) Dibangun bendung pengelak tahap kedua;
f) Bangunan permanen yang belum dilaksanakan dibangun di belakang bendung
pengelak tahap kedua;
g) Penutup sungai hanya berupa penghentian aliran melalui bangunan
pengeluaran.
4 dari 9
RPT0-Pd T-xx-xxxx
2) Tahap Pengelakan
Pengelakan terdiri atas dua tahap sesuai dengan SNI 03-6456.1-2000, sebagai
berikut :
a) Pada tahap pertama, bendung pengelak dibangun dari tiap tebing untuk
pelaksanaan pembangkit tenaga listrik dan pintu air pelayaran, .Kecepatan
permukaan air yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt yang
merupakan kecepatan maksimum yang dapat diterima untuk lalu lintas air di
sungai dengan kapal motor. Tiga bukaan untuk pelimpah dibuat di belakang
bendung pengelak kanan, digunakan untuk pengelak tahap kedua;
b) Tahap kedua terdiri dari pembuatan bendung pengelak di tengah alur untuk
bangunan pelimpah, bendung pengelak tahap pertama dibongkar untuk
memungkinkan aliran sungai mengalir melalui bukaan pelimpah dan dua pintu
turbin di tebing kanan tempat stasiun pembangkit tenaga listrik yang dibuat
sebelumnya. Pintu air pelayaran digunakan untuk lalu lintas air pada tahap ini.
5.2. Saluran Pengelak
Saluran pengelak kebanyakan digunakan pada lembah lebar. Saluran alami atau alur
dasar kadang-kadang digunakan, tetapi pada kenyataannya kasus diperlukan
penggalian. Oleh karena kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt dan
kebanyakan volume galian sebanyak 200 m3/setiap m3/det aliran. Apabila ada tipe
aliran tidak memungkinkan untuk dihitung, model hidraulik perlu dibuat. Keadaan aliran
pada bagian masuk dn bagian keluar dengan bagian yang meruncing menggambarkan
belokan tajam dengan resiko gerusan lokal yang sangat tinggi sesuai dengan SNI 03-
6456.1-2000.
5.3. Penutupan Alur Sungai
Berdasarkan SNI 03-6456.2-2000 pekerjaan penutupan alur sungai adalah sebagai
berikut :
1) Penutupan Sungai Secara Vertikal
Kecepatan penutupan dapat mencapai 1000 ton/jam, tergantung kapasitas angkut
serta jalan masuk. Penyelesaian penutupan yang tinggi, digunakan beberapa blok
yang sangat besar (satu diantaranya diletakkan ke hulu untuk menenangkan air)
yang dirangkai dengan kabel sehingga akan sangat membantu dalam tahap yang
sulit. Kajian tentang ketersediaan kuari sangat diperlukan guna menentukan
penutupan.
Penutupan sungai mempunyai dua tahapan yang sangat berbeda, yaitu:
a) Tahap pertama, apabila perbandingan antar kedalaman dan tekanan air cukup
besar, aliran belum mencapai kritis, kecepatannya yang menyinggung material
penutup lebih rendah dari kecepatan rata-rata di alur sungai. Kepadatan serta
lebar tanggul memerlukan diameter material D yang secara kasar sepadan
dengan 1/3 tinggi tekan air dan dapat dikurangi menjadi ¼ jika material yang
dapat diterima hanya sedikt atau untuk beda tekan yang kecil.
b) Tahap kedua atau tahap terakhir penutupan kondisi kritis akan muncul dan tidak
dapat dihindarkan. Biasanya kondisi kritis terjadi pada saat ujung timbunan
mendekati penyambungan. Untuk mempertahankan tampang melintang yang
tetap dengan menggunakan material yang jauh lebih besar atau tetap dengan
menggunakan material kecil dengan memperkenankan banyak butir yang
hilang. Pada penutupan kecil (1,5 m sampai 2 m) dapat dihemat banyak
material jika material penutupan (yang dibatasi sampai beberapa ratus m3)
ditempatkan bulldozer dalam beberapa menit. Selama tahap akhir atau ketika
5 dari 9
RPT0-Pd T-xx-xxxx
aliran kritis terjadi dalam tahap pertama, perilaku material akan serupa dengan
dipergunakan sebagai pelindung pemecah gelombang.
Penggunaan dua tanggul mengakibatkan tekanan air hampir selalu terbagi dua
pada masing-masing tanggul. Penutupan ganda lebih mudah dilaksanakan
dibandingkan dengan penutupan tunggal.
2) Penutupan Sungai Secara Horisontal
Penutupan dilakukan dengan membuat tanggul secara merata dan serentak
melintang sungai. Untuk meletakkan material secara serentak diperlukan peralatan
khusus, umumnya terdiri dari jembatan, jembatan layang, derek kabel (untuk blok
sampai 10 ton atau lebih), atau ban berjalan atau kapal keruk (untuk material
ukuran kecil). Tahapan penutupan secara horisontal adalah sebagai berikut :
a) Pada tahap pertama penutupan, ukuran material ditentukan oleh tinggi tekan
air.
b) Pada tahap akhir, ukuran material ditentukan oleh debit per aliran per meter
pada lereng downstream.
c) Pada tahap pertengahan (yang biasanya paling sulit), ditentukan oleh kedua
parameter yaitu oleh tinggi tekan air dan debit per eliran per meter serta produk
yang dihasilkannya misalnya energi per meter.
Ukuran material yang diperlukan dapat diperkecil dengan membuat penutupan alur
sebesar mungkin agar dapat mengurangi debit aliran per meter sehingga energi
maksimum dapat berkurang.
Pekerjaan penutupan alur sungai mengacu dan berpedoman pada.
6 dari 9
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Proses pengeringan harus dilaksanakan dengan cara yang benar, sehingga dapat
memcegah terjadinya penurunan daya dukung pondasi, mempertahankan
kestabilitasan pada kaki galian, menghasilkan kegiatan konstruksi yang bebas dari
genangan air, dan menghasilkan pondasi yang kering sehingga ikatan yang baik antara
pondasi dengan material timbunan kembali.
Penyedia Jasa perlu mengontrol saluran pembuang di sepanjang galian pondasi atau
di tempat-tempat lain, untuk mencegah adanya akumulasi limpasan air.
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
dewatering harus memuat :
6.1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan Persyaratan Bahan Pada Pekerjaan
dewatering.
6.2. Kondisi Cuaca
Dalam pelaksanaan pekerjaan dewatering harus dilakukan pada saat musim kemarau
atau tidak terjadi hujan.
7 dari 9
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Nomor Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
8 dari 9
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Bibliografi
9 dari 9