Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SMP NEGERI 6 MERAUKE
Jl. Gajah Mada Kampung Mimi Baru Distrik Jagebob Kab. Merauke

MATERI MULOK KELAS VIII

POKOK BAHASAN I
RUMAH ADAT DI PAPUA

9 Macam Rumah Adat Papua dan Keunikannya

Papua merupakan wilayah paling Timur dari Indonesia yang terkenal dengan kecantikkan alam.
Namun, kali ini kita tidak akan membahas tentang keindahan Raja Ampat atau lautan birunya,
tapi tentang keunikan rumah adat Papua.
Papua memiliki beragam suku adat, yang membuat daerah ini punya berbagai macam bentuk
rumah adat.
Tidak hanya rumah adat Honai, masih ada beberapa rumah adat lainnya, yang tidak kalah unik
di Papua
 Macam-macam Rumah Adat Papua
o 1. Rumah Honai
o 2. Rumah Kariwari
o 3. Rumah Jew
o 4. Rumah Ebei
o 5. Rumah Hunila
o 6. Rumah Wamai
o 7. Rumah Rumsram
o 8. Rumah Pohon
o 9. Rumah kaki seribu

Macam-macam Rumah Adat Papua

Penasaran seperti apa rumah adat provinsi Papua dan Papua Barat yang unik? Mari kita simak
rangkumannya berikut ini.

1. Rumah Honai

Rumah adat Papua yang paling sering muncul di buku pelajaran adalah rumah Honai, yang
dihuni suku Dani.

Dinding bangunan ini membentuk lingkaran, yang terbuat dari kayu-kayu kuat dan tersusun
sejajar. Biasanya, rumah Honai hanya dilengkapi oleh satu pintu tanpa jendela dengan ketinggian
2,5 meter dan lebar 5 meter.
Atap rumah Honai terbuat dari tumpukan daun sagu, jerami, dan ilalang yang uniknya
membentuk kerucut tumpul. Hal ini bertujuan untuk membuat rumah tetap hangat, serta
mencegah air hujan langsung turun masuk ke rumah.
Sesuai namanya, Honai memiliki arti khusus. ‘Hun’ berarti laki-laki, serta ‘ai’ berarti rumah.
Maka tidak heran bahwa rumah ini khusus untuk laki-laki, terutama yang sudah dewasa.
Rumah ini kosong tanpa perabotan. Jadi, saat tamu datang mereka akan duduk di lantai jerami
bersama tuan rumah. Ini merupakan salah satu bentuk kebersamaan dan kekeluargaan
masyarakat Papua.

Selain itu, rumah kecil ini bisa memuat 5-6 orang di dalamnya. Biasanya, rumah ini berada di
pegunungan Papua yang berhawa dingin. Semakin sempit dan semakin banyak penghuni di
dalam rumah, maka akan semakin baik dalam menangkal hawa dingin.
Untuk semakin menambah kehangatan, setiap rumah juga terdapat tempat pembakaran api
unggun.
2. Rumah Kariwari
Kariwari merupakan rumah adat Papua yang didiami oleh suku Tobati-Enggros. Rumah adat ini
memiliki bentuk atap segi delapan, yang bertingkat tiga dan dipercaya mampu menjaga rumah
dari cuaca dingin, terutama saat angin kencang.
Lantai pertama berfungsi sebagai tempat untuk melatih parah remaja laki-laki agar siap menjadi
laki-laki dewasa, yang bertanggung jawab, terampil, dan kuat.
Lantai kedua berfungsi sebagai tempat pertemuan para kepala adat untuk membicarakan hal
penting. Sedangkan lantai ketiga, khusus menjadi tempat sembahyang kepada Tuhan dan
leluhur.
Selain itu, bentuk atap rumah Kariwari juga melambangkan kedekatan dengan sang pencipta
atau dengan leluhur yang sudah mendahului mereka. Tidak heran bila rumah Kariwari sering
menjadi tempat pendidikan dan ibadah.

Rumah adat ini terbuat dari kayu besi, daun sagu, bambu, dan pohon lainnya.
RUMAH KARIWARI
3. Rumah Jew
Suku Asmat terkenal memiliki banyak anggota suku. Tidak heran bila rumah adat suku Asmat
atau yang dikenal dengan sebutan Jew, memiliki bentuk yang besar dengan ukuran panjang 15
meter dan lebar 10 meter.
Biasanya, rumah adat ini memanfaatkan akar-akar rotan pilihan untuk menyatukan kayu
pondasi rumah.
Rumah adat Jew juga sering disebut sebagai rumah bujang karena hanya boleh ditinggali laki-
laki yang belum menikah. Anak laki-laki yang belum berumur 10 tahun dan wanita tidak boleh
masuk ke dalamnya.
Nah, rumah adat Jew akan menjadi tempat bagi para bujang untuk belajar dari para senior atau
lelaki yang sudah menikah. Mereka biasanya berlatih mengenai keterampilan dan Pendidikan,
seperti menari, menari, dan memainkan musik.
Tidak hanya itu, rumah adat ini juga menjadi tempat musyawarah tentang kehidupan warga suku,
upacara adat, perselisihan, dan masih banyak lagi.

RUMAH JEW
4. Rumah Ebei
Rumah adat Ebei merupakan kebalikan dari rumah Honai karena dibuat khusus untuk wanita
suku Dani.
Anak laki-laki kecil boleh tinggal di sini, hany sampai mereka beranjak menjadi laki-laki dewasa,
yang siap pindah ke rumah Honai.
Ebei berartikan tubuh perempuan, yang memiliki filosofi sebagai tubuh kehidupan bagi semua
orang sebelum lahir ke dunia.
Makanya, rumah Ebei menjadi tempat belajar menjadi istri dan ibu yang baik bagi perempuan
yang beranjak dewasa dan siap menikah. Di rumah ini, mereka belajar menjahit, memasak,
membuat kerajinan tangan, dan lainnya.
Rumah Honai dan Ebei memiliki bentuk yang serupa, yaitu membentuk lingkaran. Makna dari
kedua rumah ini adalah satu kesatuan dan sehati dalam pemikiran yang sama. Rumah adat ini
juga menjadi simbol harkat dan martabat bagi suku Dani.

RUMAH EBEI
5. Rumah Hunila
Rumah adat suku Dani lainnya adalah rumah Hunila. Bangunan rumah ini memiliki bentuk
panjang dan lebih luas dari rumah adat lainnya. Rumah adat ini banyak digunakna untuk
menyimpan berbagai peralatan masak dan bahan makanan.
Biasanya, rumah Hunila menjadi dapur umum bersama antara beberapa rumah Honai dan Ebei,
untuk melakukan produksi makanan untuk seluruh rumah.
Bahan makanan yang sering mereka olah adalah sagu dan ubi. Setelah matang, mereka akan
mengantarkannya kepada keluarga masing-masing dan Pilamo (laki-laki dewasa).
RUMAH HUNILA
6. Rumah Wamai
Suku Dani memang merupakan pembahasan yang tidak ada habisnya. Selain rumah khusus laki-
laki dan perempuan, kali ini mereka memiliki rumah khusus hewan ternak bernama rumah
Wamai.Di dalam rumah ini, biasanya berisi hewan ternak, seperti, ayam, kambing, babi, dan
anjing.

Namun, tidak seperti rumah tinggal lain yang selalu berbentuk lingkaran. Rumah Wamai
berbentuk lebih fleksibel, mulai dari lingkaran atau persegi panjang. Hal ini menyesuaikan
dengan jumlah hewan yang akan masuk ke dalamnya.
7. Rumah Rumsram
Rumah adat Rumsram merupakan rumah adat yang berlokasi di wilayah pantai utara Papua
milik suku Biak Numfor.
Sama seperti rumah Kariwari, rumah ini tidak bukan tempat tinggal melainkan tempat belajar
khusus baik para laki-laki.
Bangunan ini berbentuk persegi panjang dengan atap membentuk perahu terbalik. Hal ini untuk
melambangkan mata pencaharian masyarakat setempat, yang mayoritas merupakan seorang
pelaut.
Rumah dengan tinggi hingga 6-8 meter ini terbuat dari bambu air, pelepah sagu, kulit kayu dan
daun pohon sagu.
8. Rumah Pohon
Berbeda dari suku adat lainnya, suku pedalaman asli Papua, suku Korowai, memilih membuat
rumah adat di atas sebuah pohon, yang lebih akrab disebut rumah pohon.
Terletak di ketinggian 15-50 meter, rumah ini bertujuan menghindari hewan buas dan
gangguan roh jahat yang disebut ”Laleo”.
Laleo merupakan makhluk jahat atau iblis kejam, yang menyerupai mayat yang berjalan di
malam hari.

Anda mungkin juga menyukai