Anda di halaman 1dari 115

MILIK STIKES SAPTA BAKTI

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA


DENGAN MOBILISASI DINI

DI RUMAH SAKIT
HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU

DILA NOPITA SARI


NIM : 201901005

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI


BENGKULU PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA


DENGAN MOBILISASI DINI

DI RUMAH SAKIT
HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan DIII Keperawatan

DILA NOPITA SARI


NIM : 201901005

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI


BENGKULU PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SECTIO


CAESAREA DENGAN MOBILISASI DINI
DI RUMAH SAKIT HARAPAN DAN DOA
KOTA BENGKULU

ABSTRAK

Xi Halaman awal + 87 Halaman inti


Dila Nopita Sari, Novi Lasmadasari

Nyeri akut pada pasien post sectio caesarea dapat mengganggu aktivitas ibu dan juga
proses pemberian asi pada bayi. keluhan yang dirasakan ibu yaitu nyeri yang berasal
dari insisi abdomen. ada dua macam penatalakasanaan nyeri yaitu dengan
farmakologi dan non farmakologi.
Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran asuhan keperawatan pada pasien
post sectio caesarea dengan mobilisasi dini untuk Untuk mempercepat proses
penyebuhan luka sehingga nyeri semakin menurun.
Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan post sectio caesarea. Pendekatan yang
digunakan adalah asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan kolaborasi pemberian nutrisi yang tepat
dan asuhan keperawatan secara intensif serta melakukan mobilisasi dini dimulai dari
6 jam setelah operasi, hari pertama mampu posisi miring kiri dan miring kanan, hari
kedua mampu duduk tanpa di bantu dan pada hari ketiga mampu berjalan tanpa
dibantu. Dengan mobilisasi dini terjadi penurunan skala nyeri dengan rata-rata
penurunan nyeri 3 tingkat lebih rendah dibandingkan nyeri sebelumnya (6 jam pasca
operasi) pada kedua responden.

Kata kunci : sectio caesarea, mobilisasi dini, asuhan keperawatan


Daftar pustaka : (2017-2018)
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

NURSING CARE FOR POST SECTION PATIENTS


CAESAREA WITH EARLY MOBILIZATION
IN HOSPITAL HOPE AND PRAYER
BENGKULU CITY

ABSTRAK

Xi Start page + 87 Core pages


Dila Nopita Sari, Novi Lasmadasari

Acute pain in post sectio caesarea patients can interfere with the mother's activities
and also the process of breastfeeding the baby. The complaint felt by the mother was
pain originating from the abdominal incision. There are two kinds of pain
management, namely pharmacological and non-pharmacological.
The purpose of the study was to obtain an overview of nursing care in post sectio
caesarea patients with early mobilization to accelerate the wound healing process so
that pain decreased.
The research method is descriptive with a case study approach to explore the
problem of post sectio caesarea nursing care. The approach used is nursing care
which includes assessment, nursing diagnosis, planning, implementation, and
evaluation.
The results showed that with the collaboration of providing proper nutrition and
intensive nursing care and doing early mobilization starting from 6 hours after
surgery, the first day was able to tilt left and right side, the second day was able to sit
without assistance and on the third day was able to walk without assistance. helped.
With early mobilization there was a decrease in pain scale with an average pain
reduction of 3 levels lower than the previous pain (6 hours postoperatively) in both
respondents.

Keywords: sectio caesarea, early mobilization, nursing care


Bibliography : (2017-2018)
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis memanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini.
Penulisan LTA ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti. Lapotan Tugas Akhir ini terwujud atas
bimbingan dan arahan dari Ibu Ns. Novi Lasmadasari M.Kep selaku pembimbing.
Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Djusmalinar,SKM,M.Kes Selaku ketua sekolah tinggi ilmu kesehatan sapta
bakti bengkulu serta sebagai ketua penguji
2. Ibu Ns. Indaryani, M.Kp sebagai anggota penguji I
3. Ibu Ns. Novi Lasmadasari M.Kep sebagai anggota penguji II sekaligus
pembimbing laporan tugas akhir yang telah meluangkan waktu dan memberikan
bimbingan serta dukungan kepada peneliti.
4. Segenap dosen sekolah tinggi ilmu kesehatan sapta bakti bengkulu khususnya
prodi DIII keperawatan yang telah memberikan beragam ilmu pengetahuan kepada
peneliti.
5. Keluarga tercinta terutama (bapak dan mamak) yang selalu memberikan semangat,
dukungan dan do’a untuk keberhasilan peneliti.
6. Bapak/Ibu selaku Direktur RSHD Kota Bengkulu sebagai lahan penelitian
7. Detra Zalfa Nura yang selalu mengsuport selama pembuatan LTA
8. Serta teman-teman angkatan tahun 2019 terutama prodi DIII keperawatan yang
telah berjuang bersama dari awal kuliah sampai akhir ini.
9. Teman-teman special Piona, Bika, Disvi, Gita, Revfia, Dina, Anisa, Restiana,
Pefsi, Ulfa terimakasih atas waktu, canda, tawa, serta kenangan yang takan pernah
terlupakan, terimakasih telah mejadi teman terbaik.
10. Semua pihak yang telah membantu dan tdak dapat disebutka satu persatu.
Peneliti berharap semoga LTA ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dijadikan referensi demi pengembangan kea rah yang lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
dukungan dan kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas proposal
ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu.

Bengkulu, 6 agustus 2022

Penulis

ii
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... ix
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Studi Kasus .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Konsep Sectio Caesarea ..................................................................... 7
1. Definisi Sectio Caesarea................................................................ 7
2. Anatomi fisiologi........................................................................... 7
3. Indikasi sectio caesarea ................................................................. 10
4. Patofisiologi ................................................................................. 12
5. Woc ............................................................................................... 14
6. Klasifikasi ..................................................................................... 15
7. Komplikasi ................................................................................... 16
8. Pemeriksaan penunjang ................................................................. 18
9. Keperawatan post sectio caesarea ................................................. 18
10. Factor-faktor penyembuhan luka .................................................. 19
11. Penatalaksanaan pasien post sectio caesarea ................................. 20
B. Konsep nyeri ....................................................................................... 21
1. Pengertian nyeri............................................................................. 21
2. Dampak nyeri post sectio caesarea................................................ 22
3. Fisiologi nyeri ............................................................................... 22
4. Intervensi nyeri .............................................................................. 22
5. Klasifikasi nyeri ............................................................................ 22
6. Pengukuran skala nyeri ................................................................. 22
7. Penatalaksanaan nyeri ................................................................... 23
C. Konsep Dukungan mobilisasi dalam keperawatan ........................ 23
1. Defisini dukungan mobilisasi ........................................................ 23
2. Jenis/Klasifikasi ............................................................................ 24
3. Tujuan ........................................................................................... 25
4. Manfaat.......................................................................................... 25
5. Standar Operasional Prosedur (SOP) ............................................ 26
6. Penelitian yang berhubungan dengan post Sectio Caesarea.......... 27
D. Konsep asuhan keperawatan pada post operasi section caesarea . 28

iii
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

1. Pengkajian .................................................................................... 28
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 34
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 37

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 42


A. Desain studi kasus ........................................................................ 42
B. Subjek studi kasus ........................................................................ 42
C. Definisi Operasional ...................................................................... 42
D. Lokasi dan waktu penelitian .......................................................... 43
E. Tahapan Penelitian ....................................................................... 44
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................... 45
G. Analisa Data .................................................................................. 45
H. Etika Penelitian ............................................................................. 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 47


A. HASIL ......................................................................................... 47
1. Jalannya Penelitian ................................................................. 47
a. Persiapan ......................................................................... 47
b. Pelaksanaan ..................................................................... 47
2. Gambaran lokasi penelitian .................................................... 48
3. Hasil studi kasus..................................................................... 48
a. Pengkajian ....................................................................... 48
1) Anamesa ..................................................................... 48
2) Diagnosa ..................................................................... 54
3) Intervensi .................................................................... 58
4) Implementasi ............................................................. 62
5) Evaluasi ...................................................................... 77
B. PEMBAHASAN ......................................................................... 78
1. Pengkajian .............................................................................. 78
2. Diagnosa................................................................................. 79
3. Intervensi ................................................................................ 81
4. Implementasi .......................................................................... 82
5. Evaluasi .................................................................................. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 85


A. Kesimpulan ................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87

iv
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SOP .................................................................................................. 26
Tabel 2.2 hasil penelitian sebelumnya ............................................................. 27
Tabel 2.3 pengkajian anamnesa ....................................................................... 28
Tabel 2.4 hasil aktivitas sehari-hari ................................................................. 30
Tabel 2.5 hasil pemeriksaan fisik pasien.......................................................... 31
Tabel 2.6 penetalaksanaan terapi medis ........................................................... 33
Tabel 2.7 analisa data ....................................................................................... 34
Tabel 2.8 intervensi keperawatan ..................................................................... 37
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pasien dengan Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea 48
Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Sehari-hari pasien dengan gangguan rasa nyaman . 51
Tabel 4.3 hasil pemeriksaan fisik pasien post sectio casarea ........................... 52
Tabel 4.4 hasil pemeriksaan diagnostic ........................................................... 54
Tabel 4.5 penatalakanan terapi klien post sectio caesarea ............................... 54
Tabel 4.6 Analisa data ...................................................................................... 54
Tabel 4.7 intervensi Responden 1 .................................................................... 58
Tabel 4.8 intervensi Responden 2 .................................................................... 60
Tabel 4.9 pelaksanaan keperawatan Responden 1 ........................................... 62
Tabel 4.10 pelaksanaan keperawatan Responden 2 ......................................... 69
Tabel 4.11 evaluasi keperawatan pada kasus sectio caesarea di tanggal 24
februari 2022 ................................................................................................... 77

v
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DAFTAR BAGAN

Bagian 2.1 woc ................................................................................................ 14


Bagian 3.1 tahap penelitian .............................................................................. 44

vi
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi kulit ............................................................................... 7


Gambar 2.2 Uterus ........................................................................................... 8
Gambar 2.3 Otot-otot pada dinding antrerior abdomen .................................. 9
Gambar : 2.4 Numerical Rating Scale (NRS)/Scala Numerik angka............... 23

vii
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan untuk mengikuti penelitian


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Kreteria inklusi dan ekslusi
Lampiran 4 Hasil observasi nyeri

viii
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DAFTAR SINGKATAN
SC : Sectio Caesarea
ADL : Activity Daily Living
WHO : World Health Organization
PEB : Pre-Eklamsi Berat
KPD : Ketuban Pecah Dini
DS : Data Subjektif
DO : Data Objektif`
DVT : Deep vein thrombosis
HB : Hemaglobin
Ht : Hematocrit
SOP : Standar Oprasional prosedur
BAB : Buang air besar
ROM : Range of motion
DM : Diabetes melitus
HT : Hipertensi
TBC : Tuberkulosis
TFU : Tinggi fundus uteri

ix
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DAFTAR ISTILAH
Sectio Caesarea : Pembedahan Insisi Dinding Abdomen
Boundingattachment : Keterikatan batin antara orang tua dan bayi
Thrombosis : Gumpalan Darah
Tromboemboli : Gumpalan Darah
Proteinuria : Meningkatnya Kadar Protein Dalam Urine
Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi
Promotif : Promosi Kesehatan
Preventif : Pencegahan
Kuratif : Penyembuhan
Kolaboratif : Kolaborasi
Semifowler : Posisi Setengah Duduk
Mobilisasi : Kemampuan Seseorang Bergerak Bebas
Konstipasi : Sembelit
Fibrosa : Jaringan Ikat
Peritoneum : Lapisan Dalam Perut
Epidermis : Lapisan kulit terluar
Subkutan : Lapisan kulit terdalam
Dermis : Lapisan di bawah epidermis
Anterior : Depan
Abdomen : Perut
Posterior : Belakang
Indikasi : Penyebab
Proteinuria : Ginjal bocor
Anestesi : Bius total
Obesitas : Berat Badan Lebih
Endometritis : Infeksi rahim
Takipnea : Pernapasan di atas normal
Histerektomi : Prosedur pembedahan untuk mengangkat rahim
Isidensi : Jumlah kasus baru dari satu penyakit

x
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Peritoneal : Selaput yang melapisi dinding abdomen


Urinaria : Membuang zat limbah dengan cara menghasilkan urine
Personal Hygiene : Kebersihan diri
Insisi : Pembedahan
Hiperpigmentasi : Warna puting lebih gelap
Simpisis pubis : Tulang Kelamin
Linea alba : Lesi putih linier
Elastin : Protein pada kulit

xi
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap perempuan menginginkan persalinannya berjalan lancar dan
dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Persalinan bisa saja berjalan secara
normal, namun tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus
dilakukan melalui operasi. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat
vagina yang lebih dikenal dengan persalinan normal dan persalinan caesar
atau section caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan
melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh (Wiknjosatro, 2019).
Tindakan insisi pada persalinan sectio caesarea dapat menyebabkan
luka sayat yang harus diperhatikan derajat kesembuhan lukanya (Intan, 2020).
Jahitan bekas operasi akan menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri dibagian
abdomen sehingga mengakibatkan ibu enggan melakukan mobilisasi dalam
pergerakan (Ferinawati & Hartati, 2019).
Menurut WHO (word health organization) setiap tahun wanita hamil
berjumlah 160 juta jiwa, rata-rata 15% menderita komplikasi yang
mengancam jiwa ibu yang mengakibatkan kematian lebih dari 500.000 jiwa
per tahunnya, komplikasi tersebut terjadi di Asia dan Afrika terdapat 90% dan
10% di negara berkembang lainnya, penyebab langsung angka kematian ibu
terjadi akibat perdarahan post operasi 25%, sepsis 15%, hipertensi dalam
kehamilan 12% partus macet 8%, komplikasi abortus tidak aman 13% dan
sebab- sebab lain 8% (Prawirohardjo, 2018)
Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea juga terus meningkat
baik di Rumah Sakit pemerintah maupun swasta. Hasil Riskesdas tahun 2018
menunjukkan angka kejadian ibu melahirkan secara sectio caesarea sebesar
17,6 persen tertinggi di wilayah DKI Jakarta (31,3%) dan terendah di wilayah
Papua (6,7%). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum
Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu mencatat pada tahun 2017 jumlah

1
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

post sectio caesarea adalah 160 kasus. Pada tahun 2018 berjumlah 171 kasus
dan Pada tahun 2019 berjumlah 182 kasus terjadi peningkatan jumlah kasus
pada tahun 2019. Indikasi dilakuan section caesarea antara lain letak lintang,
ibu dengan hipertensi, gawat janin dan kala ll lama, rupture uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, fetal distress dan janin besar
melebihi 4.000 gram.
Nyeri akut pasca bedah sectio caesarea merupakan satu dari masalah
utama pasien yang mempengaruhi system tubuh yang lain. Berdasarkan hasil
penelitian rasa nyeri yang timbul setelah operasi dinding abdomen adalah
nyeri ringan 25% , nyeri sedang 48,2%, dan nyeri berat 26,8% (Fitri, Trisyani
& Maryati, 2012). Nyeri dapat mengakibatkan berbagai masalah pada ibu
maupun bayi. Dampak nyeri terhadap ibu yaitu Activity Daily Living (ADL)
atau aktivitas sehari-hari dan mobilisasi ibu menjadi terbatas sehingga
kurangnya perwatan bayi oleh ibu ( Purwandari 2009 dalam Kristiani &
Latifah 2019).
Mobilisasi penting dilakukan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka operasi dan dapat mengurangi lama hari perawatan di
Rumah Sakit (Wati Fitri Rachma, 2018). Dikhawatirkan dari post sectio
caesarea yang terlambat mobilisasi dini efek samping potensi terjadinya
thrombosis, potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional, penurunan
elastisitas otot perut dan otot dasar panggul, perdarahan, infeksi kandung
kemih, bengkak pada extremitas bawah dan gangguan laktasi serta nyeri pada
luka post operasi (Kurniawati, 2018).
Mobilisasi dini dapat berpengaruh pada penyembuhan luka post sectio
caesaria karena mobilisasi dini dapat meningkatkan kelancaran peredaran
darah sehingga nutrisi yang dbutuhkan luka terpenuhi dan mempercepat
kesembuhan luka.
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Suanidar
(2019) tentang hubungan mobilisasi dini post sectio caesarea dengan
penyembuhan luka operasi dengan jumlah pasien 45 ibu post operasi

2
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

caesarea didapatkan hasil 58,3% yang melakukan mobilisasi dini proses


penyembuhan lukanya cepat dan 81,8% yang tidak melakukan mobilisasi dini
proses penyembuhan lukanya lambat. Hasil penelitian Solomon (2020),
menemukan adanya perbedaan kenyamanan antara pasien pasca persalinan
caesarea yang melakukan mobilisasi dini dengan yang terlambat melakukan
mobilisasi (Elisa dalam Lina, 2017).
Ibu yang melakukan persalinan sectio caesarea Selain nyeri akut, ibu
post sectio caesarea juga berpotensi mengalami konstipasi karena dapak post
anastesi, penurunan aktivitas akibat nyeri, nyeri menyebabkan bounding
attecmen bayi berkurang, dan gangguan produksi asi. Sedangkan secara
pksiologis ibu post sectio caesarea berpontensi terjadinya penurunan laju
metabolisme seperti gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
apabila mobilisasi tidak dilakukan (Susilowati, 2019).
Semetara itu masalah keperawatan yang muncul pada pasien post
sectio caesarea adalah nyeri melahirkan post sectio caesarea berhubungan
dengan pengeluaran janin atau secara sectio caesarea, kontipasi berhubungan
dengan penurunan motilitas gatrointostinal karena penurunan aktivitas fisik
dan menahan dorongan defekasi (adanya nyeri insisi abdomen). Selain itu ibu
pasca post sectio caesarea berpotensi mengalami masalah keperawatan
gangguan elimnasi urine akibat menurunnya sensitivitas kandung kemih
(dampak anastesi), berisiko terjadinya perdarahan yang akan mengakibatkan
syok hipolemik, defisit perawatan diri, terhentinya ASI atau tidak keluarnya
ASI serta resiko infeksi pada luka (nurarif & kusuma, 2017).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan masalah keperawatan
utama dan aktual pada ibu post sectio caesarea adalah nyeri akut yang di
timbulkan setelah sectio caesraea berhubungan dengan pengeluaran janin
yaitu tindakan operasi sectio caesarea. Adapun intervensi utama yang akan
dilakukan adalah manajemen nyeri, dukungan mobilisasi dan intervensi
pendukung dengan perawatan post sectio caesraea.

3
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Perawatan yang dapat dilakukan Pada pasien Post Sectio Caesarea


adalah balance cairan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Balance cairan harus
selalu dimonitor karena pada pasien Post Sectio Caesarea banyak kehilangan
cairan darah sehingga intake dan outputnya diharapkan tetap seimbang untuk
menghindari dehidrasi dan mengurangi resiko terjadinya infeksi pada pasien.
Kemudian monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, mengamati
luka operasi dan jahitan melakukan perawatan luka sampai pengangkatan
jahitan, kemudian mengajarkan mobilisasi dini dengan range of motion
(ROM).
Intervensi keperawatan utama pada ibu post sectio caesraea adalah
dengan manajemen nyeri, dukungan mobilisasi dan perawatan sectio
caesarea. Peran perawat pada pasien post sectio caesarea untuk menurunkan
nyeri dengan tindakan kolaborasi yaitu pemberian analgetik. Mempasilitasi
mobilisasi dini, monitor tanda vital, kondisi luka, dan balutan. Memotivasi
mobilisasi dini mulai 6 jam pertama di mulai dengan range of motion (ROM)
ekstremitas atas dan bawah, dan ambulasi secara bertahap.
Menurut Rustianawati (2019), mobilisasi dini post sectio caesarea
dapat dilakukan bertahap yaitu pada 6 jam pertama pasien hanya tirah baring
tetapi lengan atau tangan digerakan, dan memutar pergelangan kaki pasien
diharuskan miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah trombosis dan
tromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat belajar duduk.
Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan untuk belajar berjalan secara perlahan.
Selain itu peran perawat pada pasien post sectio caesarea adalah dengan
manajemen nutrisi di mulai dengan mengidentifikasi status nutrisi,
memberikan makanan tinggi serat, meningkatkan asupan tinggi perotein dan
kalori guna mempercepat proses penyembuhan luka serta meningkatkan
produksi ASI, dan untuk mencagah konstipasi.
Dari hasil survey pra penelitian pada tanggal 24 november 2021,
didapatkan pada rumah sakit tersebut bahwa perawat hanya menganjurkan
pasien post sectio caesarea untuk melakukan mobilisasi dini miring kiri dan

4
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

miring kanan dan instruksi tersebut tidak terstruktur atau secara rinci meliputi
contoh mobilisasi, jadwal mobilisasi dan juga tidak melibatkan keluarga.
Beberapa alasan perawat tidak melakukan prosedur ini dikarnakan jumlah
pasien sectio caesarea yang banyak di rumah sakit sehingga membuat perawat
tidak bisa memantau dan melakukan pada pasien secara langsung.
Beberapa pendapat ibu post sectio caesarea terhadap peran perawat
saat mereka memasuki ruang perawatan adalah memberikan obat,
memantau/mengganti infus, dan hanya menginstruksikan untuk miring kiri
dan kanan secara perlahan. Ibu post sectio caesarea merasa kesulitan
melakukan mobilisasi yang dianjurkan karena ibu merasa sangat nyeri yang di
timbulkan setelah operasi, selain sangat nyeri pasien merasa takut jika
melakukan pergerakan akan mengakibatkan lepasnya jahitan setelah operasi
dan takut terjadinya pendarahan pada jahitan operasi terutama bagi ibu yang
pertama kali melahirkan secara sectio caesarea.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dengan
Mobilisasi Dini di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan
masalah penelitian dalam bentuk studi kasus yaitu “Bagaimanakah Gambaran
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dengan Mobilisasi
Dini di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu”
C. Tujuan studi kasus
1. Tujuan umum
Diperoleh gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio
Caesarea Dengan Mobilisasi Dini di RSUD Harapan dan Doa Kota
Bengkulu Bengkulu.
2. Tujuan khusus
a. Telah dilakukan pengkajian pada pasien post operasi sectio ceasarea
dengan pemberian mobilisasi dini

5
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

b. Telah dirumuskan diagnosa keperawatan pada pasien post sectio


caesarea dengan pemberian mobilisasi dini
c. Telah disusun intervensi pada pasien post sectio ceasarea dengan
pemberian mobilisasi dini
d. Telah dilakukan implementasi pada pasien post sectio ceasarea dengan
pemberian mobilisasi dini
e. Telah dilakukan evaluasi klien post operasi sectio caesarea dengan
pemberian mobilisasi dini
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Menambah wawasan dan pengetahuan terutama bagi perawat bahwa
mengajarkan mobilisasi dini pada pasien post operasi sectio caesarea
sangatlah penting untuk mempercepat proses penyembuhan luka
2. Bagi institusi
Memperluas ilmu pengetahuan mahasiswa keperawatan khususnya dibidang
keperawatan maternitas dengan melakukan mobilisasi dini untuk mengatasi
komplikasi dan mempercepat pemulihan pada pasien post sectio caesarea.
3. bagi peneliti lain
Berdasarkan penelitian studi kasus ini peneliti berikutkanya dapat
melakukan penelitian metode mobilisasi yang efektif untuk ibu post sectio
caesarea.

2
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Sectio Caesarea
1. Defenisi Sectio Caesarea
sectio caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan
melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh.(Wiknjosatro, 2019).
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu bentuk proses persalinan melalui insisi
dinding abdomen hingga uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari
4000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Astutik & Kurlinawati,
2017).
Kesimpulan dari pengertian sectio caesarea menurut beberapa referensi di
atas adalah suatu proses pembedahan dinding abdomen untuk melahirkan
janin secara utuh dan sehat.
Tindakan insisi pada persalinan sectio caesarea ini menyebabkan luka
sayat yang harus diperhatikan derajat kesembuhan lukanya (Intan, 2020).
Jahitan bekas operasi akan menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri dibagian
abdomen. sehingga mengakibatkan ibu takut melakukan mobilisasi dalam
pergerakan (Ferinawati & Hartati, 2019).
2. Anatomi fisiologi
a. Kulit

Gambar 2. 1 Anatomi kulit

7
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

1) Lapisan Epidermis
Epidermis atau lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.
Sel-sel yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan
germinal dalam epitel silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru
kearah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan.
2) Lapisan dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan elastin.
Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papila
kecil. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
3) Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah
pada ujung syaraf. Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-
organ yang terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan sectio
caesarea, lapisan ini adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen,
khususnya uterus. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang
disebut peritonium. Dalam tindakan sectio caesarea, sayatan dilakukan dari
kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus (Gibson, J. 2002).
b. Uterus

(Encyclopaedia Britannica, 2019)


Gambar 2. 2 uterus
Uterus adalah organ genitalia femina interna yang memiliki panjang 8 cm, lebar
5 cm dan tebal 2-3 cm. Bagian-bagian uterus antara lain Corpus uteri, Fundus
uteri, Cervix uteri, serta Isthmus uteri yang menjadi penanda transisi antara

8
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

corpus dan cervix. Bagian memanjang di kedua sisi yang merupakan


penghubung antara corpus uteri dan ovarium disebut Tuba uterina. Terdapat
dua ruang dalam uterus, yaitu Cavitas uteri di dalam Corpus uteri dan Canalis
cervicis di dalam Cervix uteri. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan. Dimulai
dari yang terdalam yaitu Tunica mukosa atau endometrium, kemudian lapisan
otot yang kuat disebut Tunica muscularis atau miometrium, dan lapisan terluar
adalah Tunica serosa atau perimetrium. Paulsen dan Waschke, (2018).

c. Fasia

Gambar 2. 3 Otot-otot pada dinding anterior abdomen

Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Di bawah lapisan terdalam
otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Pada fasia
transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak.
Fasia adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur
tubuh.
d. Otot perut
1) Otot dinding perut anterior dan lateral
Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas pubis di
bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada
didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada
garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis,

9
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus,


obliquus internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk
dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Seratexternus berjalan
kearah bawah dan atas, seratobliquus internus berjalan keatas dan kedepan,
serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan
transversal di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu
selubung bersama yang menutupi rectus abdominis.
2) Otot dinding perut posterior
Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian belakang
abdomen, dari costa keduabelas diatas crista iliaca (Gibson, J. 2017).
3. Indikasi sectio caesarea
Manuaba (2008) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah rupture uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distress dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa
factor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sebagai
berikut:
a. Ukuran panggul kecil
Ukuran panggul kecil adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang pangul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus di lalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.
b. PEB (pre-eklamsi berat)
Komplikasi Kehamilan yang Perlu diwaspadai oleh Ibu Hamil.
Preeklampsia adalah gangguan kehamilan berupa tekanan darah tinggi
yang disertai dengan meningkatnya kadar protein dalam urine (proteinuria)
atau gangguan fungsi hati.

10
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

c. KPD (ketuban pecah dini)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan di tunggu satu jam sebelum terjadi persalinan prematur.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil di atas 37 minggu.
d. Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar di lahirkan secara Caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi yang lebih tenggi
dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk di lahirkan secara
normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir. Tali pusar pendek dan ibu sulit bernafas.
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengkadah bagian terbawah adalah puncak kepala,
pada pemeriksaan dalam teraba ubun-ubun bayi (UUB) yang paling
rendah, etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
janinnya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka Letak kepala tengkadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yeng terletak paling rendah ialah muka.
c) Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi barada
pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan
dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
2) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada pada bagian bawah
cavum uteri, dikenal beberapa jenis sungsang, yakni Frank
breech adalah sungsang dengan posisi bokong bayi mendekati jalan

11
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

lahir. Kondisi tungkai bayi sejajar dengan badan dan kaki terletak dekat
kepala. Complete breech adalah sungsang dengan posisi bokong dan
kedua kaki bayi menghadap ke jalan lahir dengan lutut tertekuk (seperti
posisi memeluk lutut). Footling breech adalah sungsang dengan posisi
salah satu kaki bayi terletak di bawah bokong. Saat proses persalinan,
kaki inilah yang lebih dulu keluar sebelum tubuh bayi.
4. Patofisiologi
Adanya hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal misalnya, plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak
maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan Sectio
Caesarea Dalam proses operasi dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine dan
prostaglandin yang akan ditutup dan menimbulkan rasa nyeri.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Efek anestesi juga dapat menimbulkan otot
relaksasi dan menyebabkan konstipasi. untuk pengaruh terhadap pernafasan
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup, anestesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus
Setelah persalinan sectio caesarea, ibu akan mengalami hambatan
dalam bergerak yang disebabkan oleh tindakan pembedahan sectio caesarea
yang mengakibatkan putusnya kontinuitas jaringan yang merangsang area
sensorik yang menimbulkan rasa nyeri, sehingga ibu lebih memilih untuk
tidak bergerak agar nyeri pada luka operasi tidak bertambah, yang membuat
ibu tidak bisa melakukan Activity Daily Leaving secara mandiri salah satunya
yaitu kebutuhan Personal Hygiene seperti mandi (Atoy et al, 2019).

12
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan


menimbulkan luka post SC, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi. Setelah Setelah kelahiran bayi prolaktin
dan oksitosin meningkat menyebabkan efeksi ASI, efeksi ASI
yang tidak adekuat membuat ASI tidak keluar dan kurangnya pengetahuanper
awatan payudara sehingga muncul lah masalah keperawatan ketidak-efektifan
pemberian ASI pada bayi.

13
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

5. Woc
Panggul sempit, Pre-eklamasi berat, ketuban pecah dini, partus
lama/tidak maju, plasenta previa tolalis, Bayi kembar, faktor
hambatan jalan lahir, kelainan letak kepala/sungsang

Sectio caesarea

Post operasi SC Luka post operasi

Penurunan kerja Oksitosin Jaringan terputus Jaringan terbuka


pons meningkat

Merangsang Invasi bakteri


Penurunan kerja ASI tidak keluar area sensorik
otot eliminasi
Terjadi Proteksi kurang
Penurunan bendungan ASI Gangguan rasa
peristaktik usus pada payudara nyaman (nyeri)
MK :
Resiko infeksi
MK : Inefektif laktasi MK : Nyeri Akut
Konstipasi

MK : Menyusui
tidak efektif

Bagan 2 1 Woc (kusuma & Nurarif, 2015), (ema lestari 2017)

14
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

6. Klasifikasi
Klasifikasi sectio caesarea menurut (Hary Oxorn dan wiilliam R. forte, 2019)
a. Segmen bawah : Insisi melintang
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman
sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim
terinfeksi, maka insisi melintang segmen bawah uterus telah menimbulkan
revolusi dalam pelaksanaan obstetric.
b. Segmen bawah : Insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi
melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
c. Sectio Caesarea klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting yang berujung
tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan
bokong dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan
tiga lapis. Pada masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk
mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur
segmen atas adalah kesulitan teknis dalam menyingkapkan segmen bawah.
d. Sectio Caesarea Extraperitoneal
Pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal.
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang dilanjutkan dengan
pengeluaran uterus. Jika mungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap
(histerektomi total). Akan tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mudah dan
dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan subtoral menjadi prosedur
pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasien menjadi syok.

15
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

7. Komplikasi
operasi post sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar, dapat
dibedakan menjadi komplikasi post operasi dan komplikasi jangka panjang.
Teknik operasi dan indikasi operasi yang baik dapat mengurangi komplikasi
akibat sectio caesarea. Komplikasi dari sectio caesarea dapat menyebabkan
mortalitas ibu, sehingga perlu diperhatikan. sectio caesarea juga dapat
menyebabkan komplikasi pada neonatus, seperti takipnea, transien, neonatus.
a. Komplikasi Jangka Pendek
Komplikasi jangka pendek akibat sectio caesarea dapat terjadi
intraoperatif ataupun post sectio caesarea. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain adalah:
1) Infeksi
Infeksi post sectio caesarea paling sering disebabkan oleh
endometritis, infeksi luka bekas operasi, dan tromboflebitis akibat
akses intravena. Pemberian profilaksis antibiotik serta teknik operasi
yang baik dapat mengurangi infeksi post operasi pada sectio caesarea.
Infeksi juga dapat terjadi akibat pemasangan kateter.
2) Sepsis
Pasien yang mengalami infeksi post sectio casarea juga berisiko
mengalami sepsis. Sepsis terjadi pada 6.8%-9.7% pasien dengan luka
operasi terinfeksi dan 3.9-18.4% pada pasien endometritis post
operasi. Pemberian antibiotik, drainasi, laparotomi ulang, serta
eksloprasi luka dapat dilakukan untuk menangani sepsis pada post
sectio caesarea.
3) Perdarahan
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi sectio caesarea yang
paling sering terjadi. Perdarahan dapat terjadi secara cepat ataupun
lambat. Faktor risiko perdarahan post sectio caesarea antara lain yaitu
plasenta previa, distosia, perdarahan antepartum, fibroid uterus,
obesitas, pemakaian anestesi umum. Perdarahan umumnya disebabkan
karena atonia uteri, trauma jaringan, trauma kandung kemih,
gangguan koagulasi, atau masalah plasenta. Penanganan akan sangat

16
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

bergantung dari etiologi perdarahan. Apabila terjadi atonia uterus,


dapat dilakukan pemijatan uterus, pemberian oksitosin, dan bila
diperlukan dapat dilakukan histerektomi.
4) Gangguan Traktus Urinarius
Masalah traktus urinarius yang paling sering terjadi adalah trauma
kandung kemih atau trauma ureter. Hal ini cukup jarang terjadi, tetapi
dapat berakibat fatal. Teknik operasi yang baik dapat mengurangi
insidensi terjadinya gangguan traktus urinarius post sectio caesarea.
Pemasangan kateter juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
seperti inkontinensia, retensio, infeksi, hematuria, dan sebagainya.
5) Gangguan Traktus Gastrointestinal Ileus
merupakan komplikasi yang cukup sering terjadi (12%). Ileus post
sectio caesarea umumnya berhubungan dengan sindrom Ogilvie.
Trauma usus juga dapat terjadi, akan tetapi cukup jarang dan lebih
sering terjadi intra operasi karena teknik operatif yang kurang baik.
6) Tromboemboli
Tromboemboli, terutama deep vein thrombosis (DVT) dapat terjadi
post sectio caesarea. Risiko TVD lebih tinggi 4x lipat pada sectio
caesarea dibandingkan persalinan per vaginan.
7) Disrupsi
Luka Disrupsi luka / gagal menutup dapat terjadi post sectio caesarea,
terutama pada wanita dengan obesitas, diabetes, insisi vertikal, dan
riwayat disrupsi luka. Disrupsi luka juga meningkatkan risiko
terjadinya infeksi luka operasi. Operasi ulang untuk menutup luka
dapat dilakukan.
8) Komplikasi Anestesi
Komplikasi anestesi yang terjadi berbeda-beda tergantung teknik
anestesi yang dipilih. Anestesi regional merupakan pilihan yang lebih
baik, tetapi tetap dapat menyebabkan komplikasi seperti hematoma,
nyeri kepala, nyeri punggung, dan sebagainya.

17
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

b. Kompliksi jangka panjang sectio caesarea


1) Komplikasi luka Komplikasi yang dapat terjadi antara lain bekas luka
insisi keloid,
2) Adhesi adalah komplikasi sectio caesarea yang paling sering terjadi,
resiko seorang wanita mengalami adhesi meningkat seiring dengan
bertambahnya operasi sectio caesarea, prevalensi adhesi pada sectio
caesarea kedua adalah 12-46% dan sectio caesarea yang ketiga
adalah 26-75%.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Hemaglobin atau hematocrit (HB/HT) untuk mengkaji perubahan dari
kadar post operasi sectio caesarea dan mengevaluasi efek kehilangan
darah pada pembedahan.
b. Leukosit mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisasi/ kulur urin
e. Pemeriksaan elektrolit
9. Keperawatan post sectio caesarea
a. Tahap keperawatan post sactio caesarea
1) Perawatan di ruang rawat
Ketika pasien sudah mencapai ruang rawat, maka hal yang harus dilakukan
adalah :
a) Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,
tube/selang, dan komplikasi.
b) Manajemen luka
Amati bekas luka operasi dan jahitan, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan
pengangkatan jahitan.
c) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat meliputi range of motion (ROM), nafas
dalam dan batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali
fungsi neumuskuler dan mengeluarkan secret dan lender.

18
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

d) Rehabilitasi
Rehabilitas diperlukan oleh pasien untuk memulihkan konsidi pasien
kembali.
e) Discharge planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi pada
klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan konsidi/penyakitnya post sectio
caesarea.
10. Faktor-faktor penyembuhan luka
Luka setelah dilakukan pembedahan sectio caesaria akan megalami proses
penyembuhan luka yang terdiri dari 3 fase, yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dan fase maturasi (Arimina Hartati Pontoh, 2013).
Fase penyembuhan luka diawali dengan fase inflamasi. Fase ini dimulai
dari adanya reaksi tubuh terhadap luka dimulai dari beberapa menit setelah
cedera dan berlangsung selama beberapa hari. Dalam fase ini terjadi proses
hemostatis (pengontrolan perdarahan) yaitu sesuai dengan perintah otak,
tubuh akan mengirim suplai darah ke area yang mengalami cedera, kemudian
membentuk sel-sel epitel (epitelialisasi) (Potter, 2011).
Selama proses ini pembuluh darah yang menyuplai darah ke area luka
akan mengalami kontriksi dan trombosit akan berkumpul di area luka untuk
menghentikan proses perdarahan dengan membentuk jaring-jaring benang
fibrin (matriks fibrin) dari matriks fibrin inilah yang nantinya akan menjadi
kerangka perbaikan sel. Kemudian jaringan yang rusak menyekresi histamin
yang merangsang vasodilatasi kapiler di area luka dan mengeluarkan serum
dan sel darah putih (Potter, 2011). Ada beberapa factor yang dapat
mempercepat proses penyembuhan luka yaitu :
a. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini dapat berpengaruh pada penyembuhan luka post sectio
caesaria karena mobilisasi dini dapat meningkatkan kelancaran peredaran
darah sehingga nutrisi yang dbutuhkan luka terpenuhi dan mempercepat
kesembuhan luka. Penelitian dilakukan pada hari ke tiga post sectio
caesaria yaitu.

19
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

b. Nutrisi
Nutrisi juga mempengaruhi proses penyembuhan luka, dimana kurangnya
asupan protein merupakan penyebab yang sangat penting dari lambatnya
penyembuhan luka. Adanya responden yang masih merasa takut untuk
makan makanan yang mengandung protein yang diberikan sehingga pasien
tidak memenuhi kebutuhan nutrisi yang telah disediakan oleh rumah sakit,
padahal justru proteinlah yang sangat dibutuhkan oleh luka untuk proses
pemulihan dan penggantian sel sel yang mati akibat pembedahan (Boyle,
2009)
c. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
post sectio caesaria. Semakin tua usia ibu post sectio caesaria akan
semakin lama dalam proses penyembuhan luka. Hal ini dipengaruhi oleh
penurunan elastin dalam kulit dan perbedaan penggantian kolagen
mempengaruhi penyembuhan luka. usia ibu yang hampir seluruhnya
diantara 20-35 tahun sangat berpengaruh terhadap penyembuhan luka.
Pada usia tersebut kondisi kulit ibu masih masih elastis dan dapat
memproduksi banyak kolagen sehingga dapat mempengaruhi
penyembuhan luka. (Boyle, 2009; Hamilton, 2010).
d. pendidikan juga mempengaruhi penyembuhan luka pada ibu post sectio
caesaria. Pendidikan berpengaruh pada tingkat pengetahuan ibu, baik
secara gizi, sikap maupun secara perawatan lainnya. Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pengetahuannya (Dewi, 2011).
11. Penatalaksanaan pasien post Sectio Caesarea
Menurut Manuaba (2019), beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai
penatalaksanaan pada ibu post Sectio caesarea antara lain :
a. Pemberian cairan : Karena 24 jam pertama post operasi sectio caesarea
pasien berpuasa, maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak.
b. mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan

20
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

biasanya dosis 10%, gram, fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
c. Diet : Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
d. Mobilisasi : Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi, Miring kanan
dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan
dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah
sadar. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. Kemudian
posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler). Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke3 post operasi.
e. Kateterisasi : Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan
tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
f. Pemberian obat-obatan, Antibiotik, Analgetik dan obat untuk
memperlancar kerja saluran pencernaan, Obat-obatan lain.
g. Perawatan luka : Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
h. Perawatan rutin : Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
adalah suhu, tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
B. Konsep nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila
mana jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut
bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton, dkk, 2008
dalam Saifullah, 2015).

21
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri


dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif
dan individual. Nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda (andarmoyo, 2013).
2. Dampak nyeri post Sectio Caesarea
Nyeri pasca bedah akan menimbulkan reaksi fisik maupun psikologis
pada ibu post partum seperti mobilisasi terganggu, malas beraktivitas,
sulit tidur, tidak nafsu makan, tidak mau merawat bayi sehingga perlu
adanya cara untuk mengontrol nyeri agar dapat beradaptasi dengan
nyeri post operasi SC.
3. Fisiologi nyeri
Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stumulus seperti mekanik, termal,
kimia, atau elektrik pada ujung-ujung syaraf. Perawat dapat mengetahui
adanya nyeri dari keluhan pasien dan tanda umum atau respons
fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri biasanya pasien
akan tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat, berkeringat, nafas
lebih cepat, pucat, berteriak, menangis, dan tekanan darah menigkat.
4. Intervensi nyeri
Manajemen nyeri post operasi pada pasien SC dapat dilakukan dengan
teknik nonfarmakologi yang menggunakan mobilisasi dini.
5. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri umumnya ada 2 jenis, yaitu:
a. Nyeri akut, nyeri akut merupakan nyeri yang timbulsecara
mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan
ditandai adanya peningkatan tegangan tot.
b. Nyeri kronis, nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara
perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama,
yaitu lebih dari 6 bulan.
6. Pengukuran skala nyeri
Pengukuran nyeri ini adalah elemen yang sangat penting untuk
menentukan terapi nyeri yang efektif untuk dilakukan.

22
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Numerical Rating Scale (NRS)/Scala Numerik angka Pasien


menyebutkan intensitas nyeri berdasrakan angka 0-10. Titik 0 berarti
tidak nyeri, 5 sedang, dan 10 nyeri berat yang tidak tertahankan.
Numerical Rating Scale (NRS) digunakan jika ingin menentukan
berbagai perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon
turunnyanyeri pasien terhadap terapi yang diberikan (Mubarak et al,
2015).

Gambar : 2.4 Numerical Rating Scale (NRS)/Scala Numerik angka


Sumber : Mubarak, W. L, Indrawati, L, & Susanto, J (2015). Buku Ajar
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
7. Penatalaksanaan Nyeri
a. Terapi farmakologis
Salah satu terapi manajemen nyeri dengan farmakologis
menggunakan obat-obat analgetik narkotik dan non narkotik baik
secara intravena maupun intramuskuler (Latifah, 2014)
b. Terapi nonfarmakologis
Terapi farmakologis yang biasa diberikan oleh perawat salah
satunya yaitu mobilisasi dini

B. Konsep dukungan mobilisasi dalam keperawatan


1. Definisi dukungan mobilisasi
Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017) mobilisasi merupakan
kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh).
Mobilisasi adalah kebijaksanaan untuk membimbing pasien keluar dari
tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.

23
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Menurut Rustianawati(2019), mobilisasi dini post sectio caesarea


dapat dilakukan pada pasien sectio caesarea bertahap setelah operasi.
Pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dulu dengan menggerakan
lengan atau tangan, memutar pergelangan kaki. setelah 10 jam, pasien
diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan untuk mengcegah
trombosit dan tromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk
dapat belajar duduk. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan untuk
belajar berjalan.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak sectio caesarea bebas mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas mempertahankan kesehatannya (Hidayat,
2015).
2. Jenis/ klasifikasi
Menurut Hidayat dan Uiyah (2019:109).
a. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh, bebas tanpa pembatasan jelas yang dapat
mempertahankan untuk berinteraksi sosial dan menjalankan peran
sehari-harinya.
b. Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas, tidak mampu bergerak secara bebas,
hal tersebut dapat dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuh seseorang. Mobilisasi sebagian ini ada dua
jenis, yaitu :
1) Mobilisasi sebagian temporer
Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan bersifat sementara, hal tersebut
dapat disebabkan adanya trauma reversible pada sistem
muskuloskeletal.
2) Mobilisasi sebagian permanen

24
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu


untuk bergerak dengan batasan bersifat menetap, hal tersebut
disebabkan karena rusaknya sistem saraf yang reversible sebagai
contoh terjadinya paraplegia karena injuri tulang belakang, pada
poliomyelitis karena terganggunya system saraf motorik dan
sensorik.
3. Tujuan
Menurut Mubarak dkk, (2015:308) tujuan mobilisasi adalah
memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari dan aktivitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari
trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan
gerakan tangan nonverbal.
Menurut Brunner & Suddarth 2002 dalam buku Mubarak dkk,
(2015:308). Tujuan mobilisasi range of motion (ROM) adalah sebagai
berikut.
a. Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran serta
mengembalikan rentan gerak aktivitas tertentu sehingga penderita
dapat kembali normal atau setidak-tidaknya dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernapasan menjadi lebih kuat
d. Mempertahankan tonus otot, memelihara, dan meningkatkan
pergerakan dari persendian
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Melatih atau ambulasi.
4. Manfaat
Mobilisasi dini memberikan beberapa manfaat, antara lain pasien akan
merasa lebih kuat dan sehat, faal usus dan kandung kencing menjadi
lebih baik, memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat
penyembuhan luka, otot menjadi lebih kuat sehingga pasien mampu
merawat diri dan bayinya secara mandiri (Karlina, 2016).

25
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

5. Standar Operasional prosedur (SOP)


Menurut Rustianawati dkk (2017), Asuhan Keperawatan Dengan
Penerapan Mobilisasi Dini Untuk Meningkatkan Kemandirian Pasien
Post Sectio Caesarea menjelaskan tahap mobilisasi sebagai berikut :
Tabel 2. 1 SOP
No Indakan yang dinilai
1. Informed consent
1. Menyapa atau mengucapkan salam kepada pasien dan
keluarga
2. Memperkenalkan diri
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelakan tujuan tindakan
5. Memintapersetujian kepada pasien atau keluarga

2. Persiapan lingkungan
1. Pasang sampiran
2. Atur pencahayaan

3. Persiapan pasien
1. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin

4. Prosedur tindakan
Pada 6 jam pertama post SC
1. Mempasilitasi pasien distraksi relaksasi nafas dalam dengan
tarik nafas perlahan-lahan lewat hidung dan keluarkan lewat
mulut sambil mengencangkan dinding perut sebanyak 3 kali
kurang lebih selama 1 menit
2. Latihan gerak tangan, lakukan gerakan abduksi dan adduksi
pada jari tangan, lengan dan siku sebanyak 5-10 kali
3. Lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian
sebanyak 5-10 kali
4. Latihan gerak kaki yaitu dengan menggerakan abduksi dan
adduksi, rotasi pada seluruh bagian kaki sebanyak 5-10 kali
5. Latihan miring kanan dan kiri
6. Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu bagian
terlebih dahulu, bagian lutut fleksi keduanya selama
setengah menit, turunkan salah satu kaki, anjurkan ibu
berpegangan pada pelindung tempat tidur dengan menarik
badan kearah berlawanan kaki yang ditekuk. Tahan selama 1
menit dan lakukan hal yang sama ke sisi yang lain
Pada 24 jam post SC
• Posisikan semi fowler secara perlahan selama 1-2 jam
sambil mengobservasi nadi, jika mengeluh pusing turunkan
tempat tidur secara perlahan
• Bila tidak ada keluhan selama waktu yang ditentukan ubah
posisi pasien sampai posisi duduk

26
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Pada hari ke 2-3 post SC


• Lakukan latihan duduk secara mandiri jika tidak pusing,
perlahan kaki diturunkan Pada hari ke 2 post SC
• Pasien duduk dan menurunkan kaki kearah lantai
• Jika pasien merasa kuat dibolehkan berdiri secara mandiri,
atau dengan posisi dipapah dengan kedua tangan pegangan
pada perawat atau keluarga, jika pasien tidak pusing
dianjurkan untuk latihan berjalan disekitar tempat tidur

6. Penelitian yang berhubungan dengan post Sectio Caesarea


Tabel 2. 2 hasil penelitian sebelumnya

Judul Tahun Metode Hasil


penelitian penelitian
Hubungan Fauziah dkk Subjek 30 Berdasarkan
Mobilisasi Dini (2018) responden hasil penelitian
Post Sectio melakukan dari 30
Caesaria (SC) mobilisasi dini responden yang
dengan Proses untuk diteliti, tedapat
Penyembuhan mempercepat 20 responden
Luka Operasi di penyembuhan (66,7%) yang
Ruang luka dengan berpotensi tidak
Kebidanan baik dan sembuh post sc 5
RSUD. Abdul mencegah hari dan 10
Wahab komplikasi. responden
Sjahranie (33,3%) yang
SamarindaTahu dapat sembuh
n 2018 post sc 5 hari.

Studi kasus Sri wadayani Subjek 10 ibu Sebelum di


pasien post 2020 post sectio lakukan
sectio caesarea caesarea mobilisasi
dengan masalah sebelum di didapakan data
nyeri lakukan bahwa klien
mobilisasi dini mengatakan sulit
klien melakukan
mengatakan pergerakan, kaki
nyeri dengan masih terasa
skala 4 dan di berat, klien
lakukan mengeluh nyeri
relaksasi nafas degan skala 4,

27
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

dalam dengan setelah 3 hari


tarik nafas dilakukan
perlahan-lahan mobilisasi hasil
lewat hidung yang di dapatkan
dan keluarkan klien sudah bias
lewat mulut duduk dan jalan
sambil dengan aktif, dan
mengencangkan klien
dinding perut mengatakan
sebanyak 3 kali nyeri berkurang
kurang lebih dengan skala 3.
selama 1 menit,
latihan
menggerakan
tangan dan kaki
sebanyak 5-10
kali, kemudian
lakukan gerakan
miring kanan
dan kiri
Posisikan semi
fowler.

C. Konsep asuhan keperawatan pada post operasi section caesarea


Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmia yang
digunakan keperawatan dalam mencapai atau mempertahankan keadaan
biopsikososial dan spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian,
identifikasi, diagnose keperawatan, penentuan rencana keperawatan,
implementasi tindakan keperawatan serta evaluasi (Hidayat, 2016).
1. Pengkajian
a) Pengkajian anamnesa
Tabel 2. 3 Pengkajian Anamnesa

No Anamnesa Hasil anamnesa


(berdasarkan teori)
1. Identitas a. Nama/inisial klien, usia klien,
status perkawinan klien,
pendidikan dan pekerjaan
klien, alamat klien.
b. Nama suami, usia suami,
pendidikan dan pekerjaan
suami, alamat suami.

28
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

2. Keluhan utama Keluhan yang biasanya muncul


adalah nyeri pada luka post
operasi sectio caesarea, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, nyeri terasa di bagian
bawah, skala nyeri sedang
sampai berat, nyeri meningkat
jika pasien bergerak sehingga
pasien malas melakukan
pergerakan. Biasanya pasien
takut BAB karena rasa nyeri,
takut, pasien takut bergerak
karena takut jahitan lepas,
pasien takut terjadi perdarahan
jika bergerak.

3. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya pasien post operasi
sectio caesarea mengeluh nyeri,
dan terdapat luka bekas sayatan
di abdomen
2. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah mengalami
operasi sebelumnya
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dan
penyakit yang menular dalam
keluarga

4. Psikologis Pasien dengan post operasi sectio


caesarea biasanya mengalami
ganguan psikologis terutama pada
pasien yang baru pertama kali
melakukan operasi, pasien takut
5. Prilaku yang Pada pasien post operasi biasanya
mempengaruhi yang mempangaruhi kesehtannya
kesehatan yaitu karena pasien post sectio
caesarea ini mengalami nyeri
sehingga pasien malas untuk
melakukan mobilisasi dini.

6. Riwayat kehamilan a. Riwayat menstruasi :


Untuk menegetahui
menarche, lamanya, siklus
teratur atau tidak dan apakah
mengalami dysminore
b. Riwayat kehamilan
Untuk menegetahui jumlah

29
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

gravida, partus, dan abortus


(GPA), untuk mengetahui
Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT)
c. Riwayat persalinan sekarang :
Dilakukannya operasi sectio
caesarea Biasanya pada
pasien yang panggul sempit,
pre-eklamasi berat, ketuban
pecah dini, partus lama/tidak
maju, plasenta previa totalis,
bayi kembar, factor hambatan
jalan lahir, kelainan letak
kepala/sungsang.

b) Pola aktifitas sehari-hari


Tabel 2. 4 Hasil Aktivitas sehari-hari

No Pola Gambaran anamnesa


kebiasaan
sehari hari
1. Pola aktivitas Pola aktivitas yang dikaji adalah sebelum
hamil, selama hamil, dan selama di rumah
sakit, kemampuan perawatan diri meliputi,
makan, minum, mandi, toileting, berpakaian,
mobilitas di tempat tidur, berpindah,
ambulasi atau ROM.
2. Pola nutrisi Kaji frekuensi makan, jenis makanan yang
disukai dan tidak disukai, apa makanan
pantang atau alergi, bagaimana nafsu makan
klien, porsi makan (jumlah)
3. Pola istirahat Klien post sectio caesarea membutukan
dan tidur waktu tidur yang cukup, tapi sering
mengalami masalah tidur karena perasaan
nyeri dan suasana rumah sakit.
4. Pola Biasanya pada pasien post sectio caesarea
eliminasi terjadi konstipasi karena pasien merasa takut
untuk melakukan BAB akibat dari rasa nyeri
yang di timbulkan setelah operasi, tidak
hanya nyeri saja pasien takut untuk bergerak
karena takut jahitan lepas dan terjadi
perdarahan.

30
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

4. Personal Yang perlu di perhatikan yaitu mandi, gosok


hygiene gigi, keramas dan gunting kuku, pada klien
post sectio caesarea hari ke 1-1 masih
memerlukan bantuan dalam personal
hygiene.
5. Pola Untuk mengetahui kataatan beragama pasien
keyakinan dan keluarga.
dan nilai
6. Pola Dengan keterbatasan gerak kemungkinan
hubungan penderita tidak bisa melakukan peran baik
dan peran dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
Penderita mengalami emosi yang tidak
stabil.

c) Pemeriksaan fisik
Tabel 2. 5 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien

No Observasi Hasil pemeriksaan


1. Keadaan Pada kasus ibu post partum dengan
umum penyembuhan luka operasi post sectio
caesarea biasanya keadaan umum lemah

2. kesadaran Biasanya pada pasien post operasi sectio


caesarea kesadarannya compos metis
3. TTV TD : biasanya pada pasien post sectio
caesarea tekanan darahnya meningkat
kerena adanya rasa nyeri
Nadi : Nyeri yang mengakibatkan
stimulasi simpatik sehingga membuat
nadi meningkat
Suhu : suhu tubuh biasanya normal
RR: pernafasan biasanya tidak normal
karena rasa nyeri mengakibatkan
stimulasi simpatik sehingga membuat
pernafasan dangkat

31
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

4. Pemeriksaan a. Muka
Kepala Biasanya pada pasien post operasi
Sectio Caesarea pasien Nampak pucat
diakibatkan oleh kondisi anemia atau
dikarenakan proses persalinan yang
mengalami perdarahan.
b. Mata
Pada ibu post sectio caesarea
biasanya terdapat konjungtiva yang
anemis diakibatkan oleh kondisi
anemia atau dikarenakan proses
persalinan yang mengalami
perdarahan.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung meliputi
tulang hidung dan posisi septum nasi,
pernafasan cuping hidung, kondisi
lubang hidung, apakah ada secret,
sumbatan jalan nafas, apakah ada
perdarahan atau tidak, apakah ada
polip dan purulent.
d. Mulut
Pada pemeriksaan mulut terdapat
mukosa bibi kering, tampak pucat
karena pasien mengeluh mual, pasien
tidak nafsu makan akibat dari nyeri
yang di timbulkan pada luka

5. Pemeriksaan Pada pemeriksaan payudara pada ibu


payudara yang mengalami bendungan ASI
meliputi bentuk simetris, kedua
payudara tegang, ada nyeri tekan,
kedua puting susu menonjol, areola
hitam, warna kulit tidak kemerahan,
ASI belum keluar atau ASI hanya
keluar sedikit.

6. Pemeriksaan a. Infeksi : pada kasus ibu post sectio


abdomen caesarea dengan penyembuhan luka,
pembesaran perut sesuai dengan
lamanya nifas atau tidak, bentuk
perut, linea alba atau nigra, striae
albican atau lividae dan ada bekas
operasi : luka tampak merah, nyeri,
perih dengan panjang insisi kurang
lebih 10-15 cm.
b. Inspeksi
Biasanya pada pasien post operasi

32
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

sectio caesarea terdapat luka post


operasi
c. Palpasi
Biasanya pada pasien post operasi
sectio caesarea mengalami nyeri
tekan
d. Ausklutasi
Untuk mendengar bising usus

6. Pemeriksaan Kaji tentang keadaan derajat range of


ekstermitas mention pada tangkai bawah,
ketidaknyamanan atau nyeri pada waktu
bergerak, kekuatan otot saat beraktivitas,
serta keadaan tonus dan kekuatan otot
pada ekstremitas bagian bawa dan atas.

7. Pemeriksaan a. Vulva vagina


genetalia Biasanya pada pasien post operasi
sectio caesarea terpasang kateter
b. Pemeriksaan anus
Ada hemoroid atau tidak, frekuensi
BAB & BAK

a) Pemeriksaan diagnostik
1) Hemoglobin atau hematocrit (HB/Ht) bisa terjadi penurunan
efek kehilang darah pada pembedahan
2) Leukosit meningkat karena adanya proses radang pada luka
insisi bedah pada bagian abdomen pasien
3) Pemeriksaan elektrolit
b) Penatalaksanan
Tabel 2. 6 Penatalaksanaan Terapi medis

No Nama obat Cara Kegunaan Dosis Waktu


pemberian
1. Antibiotik oral Mencegah 2 gram 1jam
a terjadinya sebelum
(ampisilin) infeksi operasi

2. Infus RL IV Menambah 60 Sesuai


cairan tetes/menit kebutuhan

3. Asam IV Untuk 250-500 sesuai


mefenama mengatasi mg kebutuhan
t nyeri

33
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

2. Diagnosa keperawatan
a. Analisa data
Tabel 2. 7 Analisa Data

No Data senjang Etiologi Masalah


keperawatan
1. Ds : Sectio caesarea Nyeri Akut
1. Biasanya klien
mengeluh nyeri
2. Biasanya klien Luka post oprasi
mengeluh sulit
tidur
Do : Jaringan terputus
1. Penilaiaan nyeri
dengan
P ; Klien Merangsang area
mengeluh sensorik
nyeriluka operasi.
Q : nyeri
dirasakan seperti Gangguan rasa
ditusuk-tusuk, nyaman (nyeri)
R : nyeri terasa di
perut bagian
bawah, MK : Nyeri akut
S : skala nyeri
sedang sampai
berat,
T : nyeri hilang
timbul
2. Klien tampak
meringis
Bersikap
protektik
3. Klien berposisi
meringankan
nyeri
4. Pola tidur
berubah

34
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

2. Ds : Luka post operasi Resiko infeksi


1. Klien mengeluh
nyeri
Do : Jaringan terbuka
1. kerusakan
jaringan atau
lapisan Proteksi kurang
2. adanya
perdarahan
3. adanya Invasti bakteri
kemerahan
4. adanya hematoma
Mk : Resiko infeksi

3. Ds : Penurunan kerja Konstipasi


1. klien mengatakan pons
takut untuk BAB
karena rasa nyeri
Do : Penurunan kerja otot
1. klien tampak eliminasi
takut bergerak

Penurunan peristaltic
usus

MK : konstipasi
4. Ds : Post operasi SC Menyusui tidak
1. Kelelahan efektif
maternal
2. Kecemasan Oksitosin meningkat
maternal
Do :
1. Bayi tidak ASI tidak keluar
mampu melekat
pada payudara
ibu Terjadi bendungan
2. ASI tidak keluar ASI pada payudara
3. kedua payudara
tegang
Inefektif laktasi

Menyusui tidak
efektif

35
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fsik (prosedur
operasi) ditandai dengan klien tampak meringis dan mengeluh
nyeri
2) Resiko infeksi b.d kerusakan intregitas kulit
3) Konstipasi b.d efek agen farmakologis d.d peristaltik usus
menurun
4) Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai ASI d.d
hambatan pada neonates

36
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

4. Intervensi keperawatan
Tabel 2. 8 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Standar luaran Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri akut Luaran utama : (L.08066) Intervensi utama: (I.08238)Manajemen nyeri
berhubungan dengan Tingkat nyeri Tindakan
agen pencedera fsik Setelah dilakukan tindakan Observasi
(prosedur operasi) keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
ditandi dengan klien jam diharapkan: identitas nyeri
tampak meringis dan 1. Nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
mengeluh nyeri 2. Klien tidak meringis 3. dentifikasi respons non verbal
(D.0077) 4. Identifikasi respon yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
di berikan
9. Monitor efek samping pengguaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis, TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terpi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, komprea hangat/dingin, terapi
bermain.
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (
mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalampemiihan

37
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

strategi meredakan nyeri


Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Intervensi pendukung : perawatan post sectio caesarea


Tindakan
Observasi
1. Identifikasi riwayat kehamilan dan persalinan
2. Monitor tanda-tanda vital ibu
3. Monitor respon fisiologis (mis. Nyeri, perubahan
uterus, kepatenan jalan nafas dan lokis)
4. Monitor kondisi luka dan balutan
Terapeutik
1. Diskusikan perasaan, pertanyaan dan perhatian pasien
terkait permbedahan
2. Pindahkan pasien keruang rawat nifas
3. Motivasi mobilisasi dini 6 jam
4. Fasilitasi kontak kulit ke kulit dengan bayi
5. Berikan dukungan menyusui yang memadai, jika
memungkinkan
Edukasi
1. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang kondisi
ibu dan bayi

38
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

2. Ajarkan latihan ekstermitas, peubahan posisi, batuk


dan nafas dalam
3. Anjurkan ibu cara menyusui, jika memungkinkan
4. Anjurkan ibu mengkonsumsi nutrisi tinggi kalori
tinggi protein (TKTP)

2. Resiko infeksi berhub Luaran utama : (L.08066) Intervensi utama: (I.14539) pencegahan infeksi
ungan dengan Tingkat nyeri Observasi
kerusakan intregitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sitematik
kulit (D.0142) keperawatan selama 3x24 Terapeutik
jam diharapkan: 2. Batasi jumlah pengunjung
1. Tidak ada kemerahan 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Nyeri berkurang 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
3. Tidak terjadi pasien dan lingkungan pasien
pembengkakan 5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
bengkak Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara cuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairaran
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

3. Konstipasi b.d efek Luaran utama : (L.04033) Intervensi utama: (I.04155) manejemen konstipasi
agen farmakologis d.d eliminasi fekal Tindakan
peristaltik usus Setelah dilakukan tindakan Observasi
menurun keperawatan selama 3x24 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi

39
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

(D.0049) jam diharapkan: 2. Periksa pergerakan usus, karakteristik fases


1. Control (konsistensi, bentu, volume dan warna)
pengeluaran fases 3. Identifikasi factor resiko konstipasi (mis. Obat-obatan,
meningkat tirabaring, dan diet rendah serat)
2. Keluhan defikasi 4. Monitor tanda dan gejala ruptor usus dan atau
lama dan sulit peritoritis
menurun Terapeutik
3. Mengejan saat 1. Ajurkan die tinggi serat
defikasi menurun 2. Lakukan massage abdomen, jka perlu
4. Nyeri abdomen 3. Lakukan evaluasi fases secara menual, jika perlu
menurun 4. Berikan enema atau erigasi, jika perlu
5. Kram abdomen Kolaborasi
menurun 1. Konsultasi dengan tim mdis tentang penurunan atau
6. Konsitensi fases peningkatan frekuensi suara usus
membaik 2. Kolaborasi penggunaan obat pecahar, jika perlu
7. Frekuensi defekasi
membaik
8. Peristaltic usus
membaik

4. Menyusui tidak efektif Luaran utama : (L.03029) Intervensi utama : (I.12393) Edukasi menyusui
b.d ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan Tindakan
suplai ASI d.d keperawatan selama 3x24 Observasi
hambatan pada jam diharapkan: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
neonates 1. Perlekatan bayi informasi
pada payudara ibu 2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
meningkat Terapeutik
2. Kemampuan ibu 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
memposisikan bayi 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
dengan benar 3. Berikan kesempatan untuk bertanya

40
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

meningkat 4. Dukung ibu meningkatkan keperacayaan diri dalam


3. Tetesan/pancaran menyusui
ASI meningkat 5. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga
4. Suplai ASI adekuat kesehatan dan masyarakat
meningkat Edukasi
5. Hisapan bayi 1. Berikan konseling menyusui
meningkat 2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
6. Lecet pada putting 3. Jelaskan 4 posisi menyusui dan perlekatan (lacth on)
menurun dengan benar
7. Kelelahan maternal 4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
menurun mengkompres dengan kapas yang telah diberikan
8. Bayi rewel minyak kelapa
menurun 5. Ajarkan perawatan payudara post partum (mis,
memerah ASI, pijat payudara, pijat oksitoksin)

41
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Studi Kasus
Desain penelitian ini adalah deskreptif dengan pendekatan studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan post sectio caesarea. Pendekatan
yang digunakan adalah asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah 2 orang ibu dengan post sectio
caesarea dengan gangguan mobilitas fisik sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien pertama kali post sectio caesarea
b. Pasien 6 jam post operasi SC dan belum mampu mobilisasi dini mandiri
c. Pasien usia 20-35
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien tiba-tiba menolak intervensi
b. pasien dengan komplikasi post SC seperti sesak sehingga membutuhkan
perawatan yang intensif
C. Definisi Operasional
DO :
1. Asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik adalah tindakan yang
dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
pada dua orang pasien sectio caesarea.
2. Dukungan mobilisasi adalah intervensi keperawatan yang terdiri dari
observasi, terapeutik, edukasi, kolaborasi untuk mencegah terjadinya
gangguan mobilitas fisik dengan ambulasi dan range of motion (ROM)
pada ekstremitas atas dan bawah, seperti menggerakan kaki dan tangan
abduksi dan adduksi sebanyak 5-10 kali, miring kiri miring kanan selama
kurang lebih 1 menit atau sebanyak 3 kali, kemudian belajar duduk serta
belajar berjalan dilakukan minimal selama 3 hari

42
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

D. Lokasi dan waktu penelitian


1. lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di ruang musdalifah di Rumah Sakit umum
daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu
2. Waktu
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 22 februari 2022 – 24 februari
2022 diruang Musdalifah di Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota
Bengkulu

43
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

E. Tahap penelitian

Asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik


pada pasien post sectio caesarea

Izin rumah Diagnose medis


RSHD
sakit Post sectio caesarea

Tidak bersedia jadi responden


Responden dipilih
sesuai kriteria
inklusi dan kriteria
Bersedia jadi responden eksklusi

Melakukan pengkajian

Sumatif
Intervensi sesuai Implementasi
dengan siki, Mengajarkan
dukungan Evaluasi
intervensi utama
mobilitas
dan pendukung
formatif

Bagan 3.1 Tahap penelitian

44
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada keluarga dan pasien dengan mengisi
format pengkajian yang mana akan di dapatkan data responden meliputi
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, faktor
predisposisi, psikososial, dan format pengkajian.
b. Observasi
Mengamati perubahan fisik dan psikologis responden dengan
memperhatikan tanda vital dan kemampuan mobilisasi.
c. Studi dokumentasi
Sumber data skunder yang didapatkan dari status pasien, hasil labor atau
status penunjang lainnya.
2. Instrumen penumpulan data
a. Format pengkajian digunakan untuk mendapatkan data klien
b. Lembar observasi untuk mendokumentasikan respon fisik dan pisiologis
klien
c. Nursing kit untuk mengukur vital sign
d. SOP mobilisasi dini
G. Analisa Data
Analisa data merupakan hasil asuhan keperawatan pada pasien post SC
yang dilakukan yang dibandingkan dengan teori yang ada untuk dilakukan
pembahasan dan didukung hasil penelitian sebelumnya.
H. Etika Penelitian
1. Informen konsent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan pasien sebelum dilakukannya intervensi dukungan
mobilisasi pada pasien SC.
2. Anominity (tanpa nama)
Tidak mencantumkan nama responden hanya inisial, kode nomor tertentu
pada lembar pengumpulan data.

45
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

3. Condefitial (kerahasiaan)
Tidak menyebarkan informasi dan menjamin keamanan rahasia
responden.

46
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Jalan penelitian
a. Persiapan
Persiapan penelitian yang pertama dimulai dengan menyiapkan alat dan
bahan mulai dari lembar informed consent, lembar persetujuan responden,
lembar SOP, lembar ceklis (pemilihan responden), lembar observasi untuk
melakukan mobilisasi dini, kemudian alat yang digunakan yaitu tensimeter,
handscoon, jam tangan, buku catatan. Setelah alat dan bahan sudah siap
peneliti langsung melakukan penelitian pada Ny Y dan Ny R selama 3 hari
di mulai pada tanggal 22 februari 2022 sampai tanggal 24 februari 2022 di
ruang musdalifah dengan melakukan ”Asuhan Keperawatan Nyeri Akut
Pada Pasien Post Sectio Caesarea dengan Mobilisasi Dini di RSUD
Harapan dan Doa Kota Bengkulu”
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 22 Februari 2022 sampai
dengan tanggal 24 Februari 2022 dimulai dengan menentukan responden
sesuai dengan kriteria inklusi dengan menggunakan lembar ceklis di
dapatkan 3 responden 2 responden memenuhi kriteria insklusi dan 1
responden tidak memenuhi kriteria inklusi dikarnakan pasien sudah lebih
dari 6 jam post Sectio Caesarea. Pada tanggal 22 Februari 2022 kedua
responden sudah menyetujui lembar informed consent sehingga peneliti
melakukan pengkajian dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi lebih kurang 1 jam. Setelah itu melakukan analisa data untuk
menegakan diagnosa keperawatan dimana analisa data terdapat data
subjektif dan objektif, selanjutnya peneliti merencanakan intervensi
keperawatan yaitu mobilisasi dini secara bertahap yaitu 6 jam pasca
operasi. evaluasi dilakukan setiap hari sebelum dan sesudah melakukan

47
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

asuhan keperawatan selama 3 hari setelah itu peneliti melakukan evaluasi


sumatif.
2. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan diruang Musdalifah Rumah Sakit Harapan Dan Doa
Kota Bengkulu, yang beralamat di Jl. Letjend Basuki Rahmat No. 01 Kota
Bengkulu.
3. Hasil studi kasus
Studi kasus ini dilakukan dengan dua responden pada kasus yang sama,
ditujukan untuk menggambarkan perbedaan individual atau variasi”unik” dari
suatu permasalahan.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan hasil yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang dan terapi.
A. Anamnesa
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pasien dengan Nyeri Post Operasi Sectio
Caesarea
No Anamnesa Hasil observasi
Responden 1 Responden 2
1. Identitas
klien
Hari, tanggal Selasa, 22 februari 2022 Selasa, 22 februari 2022
pengkajian,
dan Jam
Nama Ny. Y Ny. R
Umur 28 thn 35 thn
Pekerjaan Wiraswasta Petani
Pendidikan S1 SD
Agama Islam islam

48
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

2. Keluhan Pada saat dilakukan Pada saat dilakukan


utama pengkajian pada tanggal 22 pengkajian pada tanggal
februari 2022. Ny Y Klien 22 februari 2022. Ny R
mengatakan nyeri pada Klien mengatakan sangat
bagian perut efek dari luka nyeri setelah dilakukan
oprasi, nyerinya seperti operasi sectio caesarea,
berdenyut-denyut dibagian nyerinya seperti di sayat-
perut bawah, Ny. R sayat dibagian perut
mengatakan Nyerinya di bawah, Ny. R mengatakan
skala 5 , Pasien mengatakan Nyerinya di skala 6 Nyeri
baru pertama kali yang dirasakan bertambah
melakukan SC jika bergerak. Pasien
mengatakan baru pertama
kali melakukan SC dan
tidak mengerti tentang
perawatan luka post
operasi

3. Riwayat Klien mengatakan periksa Klien mengatakan


kehamilan kehamilan 5 kali, yaitu 1 memeriksakan
sekarang kali di trimester pertama, ke kehamilannya ke dukun
2 kali di terimester kedua, pada trimester pertama,
dan 2 kali pemeriksaan kedua dan ketiga
dilakukan di rumah sakit. Masalah kehamilan :
Masalah kehamilan :
Ketuban pecah dini
4. Riwayat Persalinan pertama 1. Tahun 2000
persalinan G1P0A0. Jenis
dahulu persalinan spontan
dibantu oleh dukun,
jenis kelamin
perempuan dengan
BBL 3.000 gram dan
PBL 49 cm. Keadaan
bayi lahir sehat,
masalah kehamilan
tidak ada.
2. tahun 2005
G2P0A0. Jenis
persalinan spontan
dibantu oleh dukun,
jenis kelamin
perempuan dengan
BBL 3.500 gram dan

49
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

PBL 52 cm. Keadaan


bayi lahir sehat,
masalah kehamilan
tidak ada.

5. Riwayat Jenis persalinan : sectio Jenis persalinan : sectio


persalinan caesarea pada tanggal 22 caesarea, pada tanggal 22
februari 2022 februari 2022, pukul 11.00
pukul : 09.00 WIB. Bayi WIB Bayi lahir dengan
lahir dengan jenis kelamin jenis kelamin perempuan,
perempuan, BBL 3.000 BBL 2.700 gram, PBL 49
gram, PBL 51 cm, cm. Perdarahan 800 cc.
Perdarahan 700 cc. Masalah Masalah dalam persalinan
dalam persalinan : Tidak : Tidak ada
ada

6. Riwayat 1. kesehatan sekarang 1. kesehatan sekarang


kesehatan Ny. Y diantar suami dan Ny. R diantar suami
keluarganya ke IGD dan keluarganya ke
Rumah Sakit Harapan dan IGD Rumah Sakit
Doa Kota Bengkulu pada Harapan dan Doa Kota
tanggal 29 mei 2022. Bengkulu pada tanggal
Dilakukan operasi sectio 29 mei 2022.
caesarea pada tanggal 22 Dilakukan operasi
februari 2022. Pada saat sectio caesarea pada
pengkajian Ny. Y tanggal 30 mei 2022.
mengatakan nyeri diperut Pada saat pengkajian
bawah dan didapatkan Ny. R mengatakan
tekanan darah 120/80 nyeri diperut bawah
mmHg, pernafasan 20 dan didapatkan tekanan
x/mnt, Nadi 80 x/mnt, darah 120/90 mmHg,
suhu 36⸰ c. pernafasan 22 x/mnt,
2. kesehatan dahulu Nadi 85 x/mnt, suhu
Ny. Y mengatakan tidak 36⸰ c.
perna mengalami penyakit 2. kesehatan dahulu
yang serius ataupun Ny. R mengatakan
melakukan operasi tidak perna mengalami
sebelumnya penyakit yang serius
3. kesehatan keluarga ataupun melakukan
Ny. Y mengatakan tidak operasi sebelumnya
mempunyai penyakit yang 3. kesehatan keluarga
menular dan tidak Ny. R mengatakan
mempunyai penyakit tidak mempunyai
menurun penyakit yang menular

50
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

dan tidak mempunyai


penyakit menurun
7. Psikologis
Adaptasi Klien mengatakan belum Klien membandingkan
psikologi berpengalan karena ini persalinan sebelumnya
merupakan persalinan yaitu normal dengan
pertama klien, klien persalinan secara sectio
mengatakan nyeri dengan caesarea dan klien
skala sedang. mengatakan
ketidaknyaman yang
berbedah dengan
sebelumnya, klien
mengatakan lebih nyeri
persalinan saat ini
dibandingakan dengan
persalinan sebelumnya.

a) Pola aktivitas sehari-hari


Table 4.2 Hasil Aktivitas Sehari-hari pasien dengan gangguan rasa nyaman.
No Pola sehari- Responden 1 Responden 2
hari Sebelum sakit Selama Sebelum Selama
sakit sakit sakit
1. Pola nutrisi
Makan
jenis Nasi dan lauk Nasi dan Nasi dan Nasi dan
lauk (ikan lauk lauk (ikan
gabus dan gabus dan
putih putih telur)
telur,)
jumlah Sedang Sedikit Sedang Sedikit
waktu 3x Sehari 3x Sehari 3x Sehari 3x Sehari
dengan dengan
porsi porsi sedikit
sedikit
2. Minum
Jenis Air putih Air putih Air putih Air putih
dan susu dan susu
Jumlah 1-2 liter 1 liter 1-2 liter 1 liter
Waktu Pagi, siang, Pagi, Pagi, Pagi, siang,
malam siang, siang malam
malam malam

51
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

3. Istirahat
Siang ±4 jam <4 jam ±4 jam <4 jam
Malam ±8 jam <6 jam ±8 jam <6 jam
4. BAB 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari
5. BAK 3-4x sehari 2-3x 3-4x 2-3x sehari
sehari sehari

b) pemeriksaan fisik
table 4.3 hasil pemeriksaan fisik pasien post sectio casarea
No Observasi Hasil observasi
Responden 1 Responden 2
1. Keadaan umum Lemah Lemah
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
GCS : 15 GCS : 15

3. Wajah dan muka Wajah klien tampak Wajah klien tampak


meringis, Klien tampak meringis, Klien tampak
protektif terhadap protektif terhadap
sumber nyeri dengan sumber nyeri dengan
memegang area perut memegang area perut
pada saat ingin bergerak pada saat ingin
bergerak

4. System Inspeksi Inspeksi


kardiovaskuler Td : 120/80 mmHg Td : 120/90 mmHg
Konjungtiva : ananemis Konjungtiva : ananemis
Palpasi Palpasi
N : 80 x/mnt N : 85 x/mnt
Auskultasi Auskultasi
Bunyi jantung lup-dup Bunyi jantung lup-dup

5. Pemeriksaan dada Inspeksi Inspeksi


Bentuk dada simetris, RR Bentuk dada simetris,
: 20 x/mnt, pasien tidak RR : 22 x/mnt, pasien
mengunakan alat bantu tidak mengunakan alat
pernapasan bantu pernapasan
Palpasi Palpasi
Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Auskultasi Auskultasi
Suara napas vesikuler Suara napas vesikuler

6. System perkemihan Inspeksi Inspeksi

52
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Menggunakan kateter, Menggunakan kateter,


produksi urine, ±200 cc, produksi urine, ±200
warna kekuningan cc, warna kekuningan
Palpasi Palpasi

7. System percernaan Inspeksi Inspeksi


Bentuk abdomen Bentuk abdomen
simetris, tugor kulit simetris, tugor kulit
abdomen elastis, abdomen elastis
BAB : 1 x/hari BAB : 1 x/hari
Auskultasi Auskultasi
Suara bising usus 15 Suara bising usus 15
x/mnt x/mnt

8. System Inspeksi Inspeksi


muskulusklental Gerakan tampak terbatas Gerakan tampak
akibat adanya nyeri pada terbatas akibat adanya
bagian abdomen, mandi nyeri pada bagian
dibantu sebagian, abdomen, mandi
berpakaian di bantu dibantu sebagian,
sebagian, ketoilet dibantu berpakaian di bantu
sebagian, pasien tampak sebagian, ketoilet
bersih dibantu sebagian,
pasien tampak bersih
9. sistem integumen Terdapat luka post Terdapat luka post
operasi yang belum bisa operasi yang belum bisa
di ukur karena masih di ukur karena masih
tertutup balutan, klien tertutup balutan, klien
mengatakan nyeri pada mengatakan nyeri pada
luka post operasi, dengan luka post operasi
Suhu 36˚c, Tidak ada dengan Suhu 36˚c,
pembengkakan, Tidak ada
pergerakan, durasi nyeri pembengkakan, klien
berlangsung sekitar 10 mengatakan luka
menit, nyeri hilang mengganggu
timbul. pergerakan, durasi nyeri
berlangsung sekitar 10
menit, nyeri hilang
timbul.

53
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

c) Pemeriksaan diagnostic
Table 4.4 hasil pemeriksaan diagnostic
Janis Nilai rujukan Hasil pemeriksaan diagnostic
pemeriksaan Responden 1 Responden 2
Hemoglobin Lk: 13.0-18.0 gr/dl. Pr: 12,9 g/dl 14,6 g/dl
12.0-16.0 gr/dl
Hematocrit Lk: 37-47% Pr: 40-54% 43% 48%
Leukosit 4.000-11.000 Mm3 10,200 Mm3 10.400 Mm3
Trombosit 150.000-450.000 220.000 234.000
Sel/Mm3
Sel/Mm3 Sel/Mm3

d) Pelaksanaan terapi
Table 4.5 penatalakanan terapi klien post sectio caesarea
No Nama obat Cara kegunaan Dosis waktu
pemberian
Responden 1
1. RL Cairan 1500/hari
tubuh
2. Ceftriaxone Inj Antibiotik 2x1 06.00
3. Cetorolac Inj Analgetik 3x10 mg 14.00
4. Asam Oral Analgetik 3x1 04.00,
mefenamat 20.00
5. Transamin Inj Koagulan 3x1 12.30
Responden 2
1. RL 1500/hari
2. Ceftriaxone Oral Antibiotik 200 mg 06.00
3. Inbumin Oral Suplemen 250mg 09.00
4. Asam Oral Analgetik 3x1 04.00,
mefenamat 20.00
5. Cetorolac Inj Analgetik 3x10 mg 16.00
6. Transamin Inj Koagulan 3x1 12.30

B. Diagnosa
a) Analisa data
Table 4.6 Analisa data
No Data Etiologi Masalah kep.
Responden 1

54
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

1. DS: Sectio caesarea Nyeri Akut


1. Klien mengatakan
nyeri pada bagian
perut efek dari luka Luka post oprasi
oprasi
2. P: Nyeri efek dari
luka operasi sectio Jaringan terputus
caesarea
Q: Nyerinya terasa
perih seperti Merangsang area
berdenyut-denyut sensorik
dibagian perut bawah,
R: Nyeri di rasakan di
sekitar area luka Gangguan rasa
operasi nyaman (nyeri)
S: Skala nyeri 5,
T: nyeri berlasung
sekitar 10 menit, nyeri MK : Nyeri Akut
hilang timbul

DO :
1. Wajah klien tampak
meringis
2. Klien tampak
protektif terhadap
sumber nyeri dengan
memegang area perut
pada saat ingin
bergerak
3. terdapat luka operasi
yang belum bisa di
ukur karena masih
tertutup balutan
2. DS : Luka post operasi Resiko infeksi
1. Klien mengatakan
baru pertama kali
Jaringan terbuka
melakukan post sectio
caesarea
2. klien mengatakan
Invasi bakteri
tidak paham tentang
bagaimana cara
perawatan luka post
Proteksi kurang
operasi

55
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DO :
MK :
1. terdapat luka operasi
Resiko infeksi
pada abdomen yang
belum bisa di ukur
karena masih terturup
balutan dengan skala
nyeri 5
2. Leukosit 10,200 Mm3
3. Terpasang kateter
4. Terpasang infus

Responden 2
1. DS : Sectio caesarea Nyeri Akut
1. Klien mengatakan
sangat nyeri setelah
dilakukan operasi Luka post oprasi
sectio caesarea
2. P: Nyeri efek dari
luka operasi sectio Jaringan terputus
caesarea
Q: Nyerinya terasa
sangat perih seperti
disayat-sayat dibagian Merangsang area
perut bawah, sensorik
R: Nyeri di rasakan di
sekitar area luka
operasi S: Skala nyeri Gangguan rasa
6 nyaman (nyeri)
T: Nyeri berlangsung
sekitar 10 menit nyeri
hilang timbul MK : Nyeri akut

DO :
1. Wajah klien tampak
meringis
2. Klien tampak
protektif terhadap
sumber nyeri dengan
memegang area perut
pada saat ingin
bergerak
3. terdapat luka operasi
yang belum bisa di

56
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

ukur karena masih


tertutup balutan

2 DS : Luka post operasi Resiko infeksi


1. Klien mengatakan
baru pertama kali
Jaringan terbuka
melakukan post sectio
caesarea
2. Pasien mengatakan
Invasi bakteri
tidak mengetahui
tentang cara
perawatan luka post
Proteksi kurang
operasi

DO :
MK :
1. terdapat luka operasi Resiko infeksi
pada abdomen yang
belum bisa di ukur
karena masih
terturup balutan
dengan skala nyeri 6
2. Leukosit 10.400
Mm3
3. Terpasang kateter
4. Terpasang infus

b) Diagnosa keperawatan
Responden 1 dan 2
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fsik (prosedur
operasi) ditandai dengan klien tampak meringis dan mengeluh
nyeri (D.0077)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
(I.0142)

57
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

c) Intervensi keperawatan
Table 4.7 intervensi Responden 1
Diagnosa Kep Luaran Intervensi keperawatan
Nyeri akut Luaran utama : (L.08066) Intervensi utama: (I.08238)Manajemen nyeri
berhubungan dengan Tingkat nyeri Tindakan
agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi
(prosedur operasi) keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi PQRST
ditandi dengan klien jam diharapkan : 2. Identifikasi respons non verbal
tampak meringis dan 1. Skala nyeri 5
mengeluh nyeri 2. Klien tidak meringis Edukasi
(D.0077) 3. Klien mampu 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
melakukan mobilisasi 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
dini secara mandiri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik

Intervensi pendukung : terapi komplementer mobilisasi dini


Terapeutik
1. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
2. Mengajarkan ROM aktif
3. Mengarkan miring kiri dan miring kanan
4. Mengajarkan duduk semi fowler
5. Mengajarkan duduk tegak
6. Mengajarkan berjalan
Resiko infeksi Luaran utama : (L.14125) Intervensi utama : (I. 14539) pencegahan infeksi
berhubungan dengan tingkat infeksi Tindakan

58
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi


kulit (I.0142) keperawatan selama 3x24 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
jam diharapkan :
1. tidak ada tanda-tanda Terapeutik
infeksi pada luka 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
(tidak ada kemerahan, dan lingkungan pasien
nyeri tidak bertambah
hebat, tidak ada Edukasi
pembengkakan, tidak 1. Jelaskan tanda dan gejalan infeksi
ada keluhan demam) 2. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
2. leokosit normal 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
10,600 4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
3. tidak ada tanda-tanda
infeksi di kateter dan Intervenai pendukung ( (I.02162) Pemberian obat
selang infus Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan alergi, iteraksi dan kontraindikasi
obat
2. Periksa tanggal kadarwarsa obat

Terapeutik
1. Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, osis, rute, waktu,
dokumentasi)
2. Perhatikan jadwal pemberian obat jenis antibiotik
3. Dokumentasikan pemberian obat dan respons terhadap obat

Edukasi
1. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang

59
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian


2. Jelaskan factor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat

Table 4.8 intervensi Responden 2


Diagnosa Kep Luaran Intervensi keperawatan
Nyeri akut Luaran utama : (L.08066) Intervensi utama: (I.08238) Manajemen nyeri
berhubungan dengan Tingkat nyeri Tindakan
agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi
(prosedur operasi) keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi PQRST
ditandi dengan klien jam diharapkan : 2. dentifikasi respons non verbal
tampak meringis dan 1. Skala nyeri 6
mengeluh nyeri 2. Klien tidak meringis Edukasi
(D.0077) 3. Klien mampu 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
melakukan mobilisasi 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
dini secara mandiri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik

Intervensi pendukung : terapi komplementer mobilisasi dini


Terapeutik
1. Mengajarkan distraksi relaksasi nafas dalam sebanyak 3x di
saat adanya nyeri
1. Mengajarkan ROM aktif
2. Mengarkan miring kiri dan miring kanan
3. Mengajarkan duduk semi fowler

60
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

4. Mengajarkan duduk tegak


5. Mengajarkan berjalan

Resiko infeksi Luaran utama : (L.14137) Intervensi utama : (I. 14539) pencegahan infeksi
berhubungan dengan tingkat infeksi Tindakan
kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi
kulit (I.0142) keperawatan selama 3x24 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
jam diharapkan : Terapeutik
1. tidak ada tanda-tanda 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
infeksi pada luka dan lingkungan pasien
(tidak ada kemerahan,
nyeri tidak bertambah Edukasi
hebat, tidak ada 1. Jelaskan tanda dan gejalan infeksi
pembengkakan, tidak 2. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
ada keluhan demam) 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
2. leokosit normal 4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
10,600
3. tidak ada tanda-tanda Intervenai pendukung ( (I.02162) Pemberian obat
infeksi di kateter dan Tindakan
selang infus Observasi
1. Identifikasi kemungkinan alergi, iteraksi dan kontraindikasi
obat
2. Periksa tanggal kadarwarsa obat

Terapeutik
1. Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, osis, rute, waktu,
dokumentasi)
2. Perhatikan jadwal pemberian obat jenis antibiotic
3. Dokumentasikan pemberian obat dan respons terhadap obat

61
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Edukasi
1. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian
2. Jelaskan factor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat

d) Implementasi keperawatan
Table 4.9 pelaksanaan keperawatan Responden 1
Diagnosa Waktu Implementasi Respon hasil Evaluasi formatif
keperawatan pelaksanaan
Nyeri akut Hari pertama 1. Mengkaji 1. P : Klien mengatakan S : klien mengatakan skala
berhubungan Selasa Provokatif, nyeri akibat dari luka nyeri 5
dengan agen 22 febuari 2022 Qualitas, Region, operasi
pencedera Skala, Time Q : klien mengatakan O : klien tampak meringis,
fisik 09.30-10.25 wib nyerinya seperti klien tampak sudah bisa
(prosedur berdenyut-denyut ROM aktif, klien tampak
operasi) R : klien mengatakan mampu miring kiri dan
ditandi nyeri dirasakan diarea kanan dengan bantuan,
dengan klien luka operasi kolaborasi pemberian
tampak S : skala nyeri 5 analgesic
meringis dan T : nyeri berlangsung
mengeluh sekitar 10 menit nyeri A : Masalah belum teratasi
nyeri hilang timbul
(D.0077) P : intervensi dilanjutkan
2. identifikasi respons 2. Wajah klien tampak
non verbal meringis menahan nyeri I :Menanyakan lokasi,

62
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

3. Kolaborasi 3. Kolaborasi pemberian karakteristik, durasi,


pemberian obat cetorolac 10 mg frekuensi, identitas nyeri,
analgesic Menanyakan pada klien
skala nyeri yang dirasakan,
4. Mengajarkan pasien 4. Klien mengatakan Melakukan pengukuran
distraksi relaksasi melakukan distraksi tekanan darah, pernafasan,
nafas dalam nafas dalam saat adanya nadi, suhu tubuh pada
sebanyak 3x di saat nyeri klien, Kolaborasi
adanya nyeri pemberian obat analgesic,
mengajarkan klien relaksasi
5. Mengajarkan ROM 5. Klien sudah bisa nafas dalam saat adanya
aktif (tangan, kaki) melakukan ROM aktif nyeri, mengajrakan klien
secara mandiri ROM aktif. Mengajarkan
miring kiri miring kanan
6. Mengajarkan miring 6. Klien sudah mampu tahan selama 1 menit
kiri miring kanan miring kiri dan miring sebanyak 3x, menganjurkan
tahan selama 1 kanan dengan bantuan ibu mengkonsumsi nutrisi
menit sebanyak 3x tinggi kalori tinggi protein.

E : nyeri akut belum


teratasi

R : tidak ada perubahan


intervensi

Resiko Selasa, 1. mengakaji tanda 1. tidak ada tanda-tanda S : klien mengatakan nyeri
infeksi dan gejala infeksi infeksi, tidak ada tidak bertambah hebat,
22 februari 2022
berhubungan kemerahan di sekitar klien mengatakan tidak ada
dengan 15.00-15.20 wib luka, tidak ada keluhan demam

63
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

kerusakan pembengkakan, nyeri O : tidak ada kemerahan di


integritas tidak bertambah berat, sekitar area luka, tidak ada
kulit ,leokosit normal 10,200 pembengkakan, tidak ada
(I.0142) mcL, klien mengatakan tanda-tanda infeksi pada
tidak ada keluhan kateter, leokosit normal
demam 10,200 mcL, kolaborasi
pemberian antibiotik
2. Monitoring 2. responden terpasang
kepatenan kateter kateter A : Masalah belum teratasi

3. Mengkaji tanda- 3. tidak ada tanda-tanda P : Intervensi dilanjutkan


tanda infeksi pada infeksi di kateter
kateter I : Ajarkan tanda dan gejala
infeksi, Monitoring
4. Anjurkan 4. Klien mengonsumsi kepatenan kateter,
meningkatkan makanan tinggi kalori Mengkaji tanda-tanda
asupan nutrisi tinggi dan protein (ikan gabus infeksi pada kateter,
kalori dan tinggi dan putih telur) Anjurkan meningkatkan
protein asupan nutrisi,
menganjurkan
5. menganjurkan 5. klien mengatakan meningkatkan asupan
meningkatkan minum air putih dan cairan, olaborasi pemberian
asupan cairan susu obat antibiotik

6. kolaborasi 6. kolaborasi pemberian E : resiko infeksi sedikit


pemberian obat obat antibiotic Teratasi
antibiotik Ceftriaxone 200 mg
R : tidak ada perubahan
intervensi

64
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Nyeri akut Hari kedua 1. Mengkaji 1. P : Klien mengatakan S : klien mengatakan skala
berhubungan Rabu, Provokatif, nyeri akibat dari luka nyeri 3
dengan agen 23 februari 2022 Qualitas, Region, operasi
pencedera Skala, Time Q : klien mengatakan O : klien mampu miring
fisik 08.00-08.50 wib nyerinya seperti kiri dan kanan dengan
(prosedur berdenyut-denyut mandiri, klien mampu
operasi) R : klien mengatakan duduk semi fowler secara
ditandi nyeri dirasakan diarea mandiri, duduk tegak
dengan klien luka operasi dengan bantuan
tampak S : skala nyeri 3
meringis dan T : nyeri berlangsung A : Masalah teratasi
mengeluh sekitar 10 menit nyeri sebagian
nyeri hilang timbul
(D.0077) P : intervensi dilanjutkan
2. Kolaborasi 2. Kolaborasi pemberian
pemberian obat analgesic cetorolac 10 mg I : Menanyakan pada klien
analgesic skala nyeri yang dirasakan,
Melakukan pengukuran
3. Mengevaluasi 3. Responden sudah bisa tekanan darah, pernafasan,
miring kiri miring miring kiri miring kanan nadi, suhu tubuh, ,
kanan dengan mandiri Kolaborasi pemberian obat
analgesic, , Mengevaluasi
4. Mengevaluasi 4. Klien mengatakan klien semi fowler secara
pasien distraksi melakukan distraksi nafas perlahan selama 1-2 jam,
relaksasi nafas dalam saat adanya nyeri Mempsisikan klien duduk
dalam sebanyak 3x tegak
di saat adanya nyeri
E : nyeri akut belum

65
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

5. Memposisikan klien 5. Klien sudah bisa duduk teratasi


semi fowler secara dengan posisi semi
perlahan selama 1-2 fowler tanpa bantuan R : tidak ada perubahan
jam intervensi

6. Memposisikan klien 6. Klien sudah bisa duduk


duduk tegak dengan tegak dengan
bantuan

Resiko Rabu, 1. Mengkaji tanda dan 1. tidak ada tanda-tanda S : klien mengatakan nyeri
infeksi gejala infeksi infeksi, tidak ada tidak bertambah hebat,
23 februari 2022
berhubungan kemerahan di sekitar klien mangatakan tidak ada
dengan 08.50-09.30 wib luka, tidak ada keluhan demam
kerusakan pembengkakan, nyeri
integritas tidak bertambah berat, O : tidak ada kemerahan di
kulit ,leokosit normal 10,200 sekitar area luka, tidak ada
(I.0142) mcL, klien mangatakan pembengkakan, leokosit
tidak ada keluhan normal 10,200 mcL,
demam kolaborasi pemberian
antibiotik
2. Anjurkan 2. klien Klien
meningkatkan mengonsumsi makanan A : Masalah sedikit teratasi
asupan nutrisi tinggi tinggi kalori dan
kalori dan protein protein (ikan gabus dan P : intervensi dilanjutkan
putih telur)
I : Menanyakan pada klien
3. menganjurkan 3. klien mengatakan tanda dan gejala infeksi,
meningkatkan minum air putih dan Anjurkan meningkatkan
asupan cairan susu asupan nutrisi,

66
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

4. kolaborasi 4. kolaborasi pemberian menganjurkan


pemberian obat obat antibiotic meningkatkan asupan
antibiotik Ceftriaxone 200 mg cairan, kolaborasi
pemberian obat antibiotic

E : resiko infeksi sedikit


teratasi

R : Tidak ada perubahan


intervensi

Nyeri akut Hari ketiga 1. mengkaji 1. P : Klien mengatakan S : klien mengatakan skala
berhubungan Kamis, Provokatif, nyeri akibat dari luka nyeri 2
dengan agen 24 februari 2022 Qualitas, Region, operasi
pencedera Skala, Time Q : klien mengatakan O : klien tampak mampu
fisik 08.00-08.50 wib nyerinya seperti duduk tegak tanpa bantuan,
(prosedur berdenyut-denyut klien mampu berjalan tanpa
operasi) R : klien mengatakan bantuan, kolaborasi
ditandi nyeri dirasakan diarea pemberian analgesic
dengan klien luka operasi
tampak S : skala nyeri 2 A : masalah sedikit teratasi
meringis dan T : nyeri berlangsung
mengeluh sekitar 10 menit nyeri P : intervensi dihentikan
nyeri hilang timbul
(D.0077) I : Menanyakan pada klien
2. mengevaluasi klien 2. Klien sudah bisa duduk skala nyeri yang dirasakan,
duduk tegak tegak secara mandiri Melakukan pengukuran
tekanan darah, pernafasan,
3. Mengajarkan klien 3. Klien sudah bisa berjalan nadi, suhu tubuh,

67
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

berjalan secara ke toilet secara mandiri kolaborasi pemberian obat


mandiri dan dengan dengan pengawasan analgesic, mengevaluasi
bantuan perawat keluarga atau perawat klien duduk tegak,
maupun keluarga Mengajarkan klien berjalan
secara mandiri dan dengan
4. kolaborasi 4. Kolaborasi pemberian bantuan perawat maupun
pemberian obat analgesic cetorolac 10 mg keluarga
analgesic
E : Nyeri akut teratasi

R : tidak ada perubahan


intervensi

Resiko kamis, 1. Mengkaji tanda dan 1. tidak ada tanda-tanda S : klien mengatakan nyeri
infeksi gejala infeksi infeksi, tidak ada tidak bertambah hebat,
24 februari 2022
berhubungan kemerahan di sekitar klien menatakan tidak ada
dengan 08.50-09.20 wib 2. Anjurkan luka, tidak ada keluhan demam
kerusakan meningkatkan pembengkakan, nyeri
integritas asupan nutrisi tinggi tidak bertambah berat, , O : tidak ada kemerahan di
kulit kalori dan protein leokosit normal 10,200 sekitar area luka, tidak ada
(I.0142) mcL, klien mengatakan pembengkakan, leokosit
3. menganjurkan tidak ada keluhan demam normal 10,200 mcL,
meningkatkan kolaborasi pemberian
asupan cairan 2. Klien mengonsumsi antibiotik
makanan tinggi kalori
4. kolaborasi dan protein (ikan gabus
pemberian obat dan putih telur) A : masalah sedikit teratasi
antibiotic
3. klien mengatakan minum P : intervensi dihentikan

68
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

air putih I : Anjurkan meningkatkan


asupan nutrisi,
menganjurkan
4. kolaborasi pemberian meningkatkan asupan
obat antibiotic cairan, kolaborasi
Ceftriaxone 200 mg pemberian obat antibiotik

E : Resiko infeksi teratasi

R : Tidak ada perubahan


intervensi

Table 4.10 pelaksanaan keperawatan Responden 2


Diagnose Waktu Implementasi Respon hasil Evaluasi formatif
keperawatan pelaksanaan
Nyeri akut Hari pertama 1. Mengkaji 1. P : Klien mengatakan S : klien mengatakan skala
berhubungan Selasa, Provokatif, nyeri efek dari luka nyeri 6
dengan agen 22 februari 2022 Qualitas, Region, operasi
pencedera Skala, Time Q : klien mengatakan O : klien tampak meringis,
10.40-11.35 wib
fisik nyerinya seperti klien tampak sudah bisa
(prosedur disayat-sayat di bagian ROM aktif, klien tampak
operasi) perut bawah mampu miring kiri dan
ditandi R : nyeri dirasakan kanan dengan bantuan,
dengan klien disekitar area luka kolaborasi pemberian
tampak operasi analgetik,
meringis dan S : skala nyeri 6
mengeluh T : nyeri berlangsung A : Masalah nyeri belum
nyeri sekitar 10 menit nyeri teratasi

69
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

(D.0077) hilang timbul P : intervensi dilanjutkan


2. identifikasi respons 2. Wajah klien tampak
non verbal meringis menahan I : Menanyakan lokasi,
nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi, identitas nyeri,
3. Kolaborasi 3. Kolaborasi pemberian Menanyakan pada klien
pemberian obat cetorolac 10 mg skala nyeri yang dirasakan,
analgesic Melakukan pengukuran
tekanan darah, pernafasan,
4. Mengajarkan 4. Klien mengatakan nadi, suhu tubuh pada klien,
pasien distraksi melakukan distraksi Kolaborasi pemberian obat
relaksasi nafas nafas dalam saat analgesic, mengajarkan
dalam sebanyak 3x adanya nyeri klien relaksasi nafas dalam
di saat adanya saat adanya nyeri,
nyeri mengajrakan klien ROM
aktif, Mengajarkan miring
5. Mengajarkan ROM 5. Klien sudah bisa kiri miring kanan tahan
aktif (tangan, kaki) melakukan ROM aktif selama 1 menit sebanyak
secara mandiri 3x, menganjurkan ibu
mengkonsumsi nutrisi tinggi
6. Mengajarkan 6. Klien sudah bisa kalori tinggi protein,
miring kiri miring gerakan melakukan
kanan tahan miring kiri dan miring E : Nyeri akut belum
selama 1 menit kanan dengan bantuan teratasi
sebanyak 3x
R :Tidak ada perubahan
intervensi

70
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Resiko Selasa, 22 1. Mengkaji tanda 1. tidak ada tanda-tanda S : klien mengatakan nyeri
infeksi februari 2022 dan gejala infeksi infeksi, tidak ada tidak bertambah hebat,
berhubungan 17.00-17.20 wib kemerahan di sekitar klien menatakan tidak ada
dengan luka, tidak ada keluhan demam
kerusakan 2. Monitoring pembengkakan, nyeri
integritas kepatenan kateter tidak bertambah berat, O : tidak ada kemerahan di
kulit (I.0142) ,leokosit normal 10,400 sekitar area luka, tidak ada
3. Mengkaji tanda- mcL, klien mengatakan pembengkakan, leokosit
tanda infeksi pada tidak ada keluhan normal 10,400 mcL,
kateter demam kolaborasi pemberian
antibiotik
4. Anjurkan 2. responden terpasang
meningkatkan kateter A : Masalah belum teratasi
asupan nutrisi
tinggi kalori dan 3. tidak ada tanda-tanda P : Intervensi dilanjutkan
protein infeksi di kateter
I : Menanyakan pada klien
5. menganjurkan tanda dan gejala infeksi,
meningkatkan 4. klien mengonsumsi Memintak klien mencuci
asupan cairan makanan tinggi kalori tangan dengan benar,
dan protein (ikan gabus Anjurkan meningkatkan
6. kolaborasi dan putih telur) asupan nutrisi,
pemberian obat menganjurkan
antibiotik meningkatkan asupan
5. klien mengatakan cairan, kolaborasi
minum air putih pemberian obat antibiotik

E : resiko infeksi sedikit

71
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

6. kolaborasi pemberian teratasi


obat antibiotic
Ceftriaxone 200 mg R : Tidak ada perubahan
Intervensi

Nyeri akut Hari kedua 1. Mengkaji 1. P : Klien mengatakan S : klien mengatakan skala
berhubungan Provokatif, nyeri akibat dari luka nyeri 4
Rabu, 23
dengan agen Qualitas, Region, operasi
februari 2022
pencedera Skala, Time Q : klien mengatakan O : klien mampu miring kiri
09.40-10.35 wib
fisik nyerinya seperti dan kanan dengan mandiri,
(prosedur berdenyut-denyut klien mampu duduk semi
operasi) R : klien mengatakan fowler secara mandiri,
ditandi nyeri dirasakan diarea duduk tegak dengan bantuan
dengan klien luka operasi
tampak S : skala nyeri 4 A : Masalah nyeri belum
meringis dan T : nyeri berlangsung teratasi
mengeluh sekitar 10 menit nyeri
nyeri hilang timbul P : Intervensi dilanjutkan
(D.0077)
2. Kolaborasi 2. Kolaborasi pemberian E : Nyeri akut belum
pemberian obat analgesic cetorolac 10 teratasi
analgesic mg
I : Menanyakan pada klien
3. Mengevaluasi 3. Responden sudah bisa skala nyeri yang dirasakan,
miring kiri miring miring kiri miring Melakukan pengukuran
kanan kanan dengan mandiri tekanan darah, pernafasan,
nadi, suhu tubuh,
4. Mengevaluasi 4. Klien mengatakan Kolaborasi pemberian obat
pasien distraksi melakukan distraksi analgesic, Mengevaluasi

72
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

relaksasi nafas nafas dalam saat klien semi fowler secara


dalam sebanyak 3x adanya nyeri perlahan selama 1-2 jam,
di saat adanya Memposisikan klien duduk
nyeri tegak
5. Klien sudah bisa duduk
5. Memposisikan dengan posisi semi R :Tidak ada perubahan
klien semi fowler fowler tanpa bantuan intervensi
secara perlahan
selama 1-2 jam

6. Memposisikan 6. Klien sudah bisa duduk


klien duduk tegak dengan tegak dengan
bantuan

Resiko Rabu, 23 1. Mengkaji tanda 1. tidak ada tanda-tanda S : klien mengatakan nyeri
infeksi februari 2022 dan gejala infeksi infeksi, tidak ada tidak bertambah hebat,
berhubungan 10.45-11.05 wib kemerahan di sekitar klien mangatakan tidak ada
dengan 2. Anjurkan luka, tidak ada keluhan demam
kerusakan meningkatkan pembengkakan, nyeri
integritas asupan nutrisi tidak bertambah berat, O : tidak ada kemerahan di
kulit (I.0142) tinggi kalori dan ,leokosit normal 10,400 sekitar area luka, tidak ada
protein mcL, klien mangatakan pembengkakan, leokosit
tidak ada keluhan normal 10,400 mcL,
3. menganjurkan demam kolaborasi pemberian
meningkatkan antibiotik
asupan cairan 2. klien Klien
mengonsumsi makanan A : Masalah sedikit teratasi
4. kolaborasi tinggi kalori dan
pemberian obat protein (ikan gabus dan P : Intervensi dilanjutkan

73
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

antibiotik putih telur)


I : Menanyakan pada klien
3. klien mengatakan tanda dan gejala infeksi,
minum air putih dan Memintak klien mencuci
susu tangan dengan benar,
4. kolaborasi pemberian Anjurkan meningkatkan
obat antibiotic asupan nutrisi,
Ceftriaxone 200 mg Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan, kolaborasi
pemberian obat antibiotik

E : resiko infeksi sedikit


teratasi

R : Tidak ada perubahan


intervensi

Nyeri akut Hari ketiga 1. mengkaji 1. P : Klien mengatakan S : klien mengatakan skala
berhubungan Kamis, Provokatif, nyeri akibat dari luka nyeri 3
dengan agen 24 ferbuari 2022 Qualitas, Region, operasi
pencedera 09.30-10.35 wib Skala, Time Q : klien mengatakan O : klien tampak mampu
fisik nyerinya seperti duduk tegak tanpa bantuan,
(prosedur disayat-sayat klien mampu berjalan tanpa
operasi) R : klien mengatakan bantuan, kolaborasi
ditandi nyeri dirasakan diarea pemberian analgesic
dengan klien luka operasi
tampak S : skala nyeri 3 A : Masalah teratasi
meringis dan T : nyeri berlangsung

74
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

mengeluh sekitar 10 menit nyeri P : intervensi dilanjutkan


nyeri hilang timbul
(D.0077) I : Menanyakan pada klien
2. mengevaluasi klien 2. Klien sudah bisa duduk skala nyeri yang dirasakan,
duduk tegak tegak secara mandiri Melakukan pengukuran
tekanan darah, pernafasan,
3. Mengajarkan klien 3. Klien sudah bisa nadi, suhu tubuh, ,
berjalan secara berjalan ke toilet secara kolaborasi pemberian obat
mandiri dan mandiri dengan analgesic, Mengevaluasi
dengan bantuan pengawasan keluarga klien duduk tegak,
perawat maupun atau perawat Mengajarkan klien berjalan
keluarga secara mandiri dan dengan
bantuan perawat maupun
4. kolaborasi 4. Kolaborasi pemberian keluarga
pemberian obat analgesic cetorolac 10
analgesic mg E : Nyeri akut teratasi

R :Tidak ada perubahan


intervensi

Resiko Kamis, 24 1. Mengkaji tanda 1. tidak ada tanda-tanda S : klien mengatakan nyeri
infeksi februari 2022 dan gejala infeksi infeksi, tidak ada tidak bertambah hebat,
berhubungan 09.30-09.50 wib kemerahan di sekitar klien menatakan tidak ada
dengan 2. Anjurkan luka, tidak ada keluhan demam
kerusakan meningkatkan pembengkakan, nyeri
integritas asupan nutrisi tidak bertambah berat, O : tidak ada kemerahan di
kulit (I.0142) , leokosit normal sekitar area luka, tidak ada
3. menganjurkan 10,400 mcL, klien pembengkakan, leokosit
meningkatkan mengatakan tidak ada normal 10,400 mcL,

75
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

asupan cairan keluhan demam kolaborasi pemberian


antibiotik
4. kolaborasi 2. Klien mengonsumsi
pemberian obat makanan tinggi kalori A : Masalah teratasi
antibiotic dan protein (ikan gabus
dan putih telur) P : intervensi dilanjutkan

3. klien mengatakan I : Menanyakan pada klien


minum air putih tanda dan gejala infeksi,
4. kolaborasi pemberian Memintak klien mencuci
obat antibiotic tangan dengan benar,
Ceftriaxone 200 mg Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi,
menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan, kolaborasi
pemberian obat antibiotik

E : resiko infeksi teratasi

R :Tidak ada perubahan


intervensi

76
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

e) Evaluasi
Table 4.11 evaluasi keperawatan pada kasus sectio caesarea di tanggal 24
februari 2022
Diagnosa Evaluasi sumatif
Nyeri akut Responden 1
berhubungan dengan
agen pencedera fisik S : klien mengatakan nyeri skala 2
(prosedur operasi)
ditandi dengan klien O : klien tampak mampu duduk tegak tanpa
tampak meringis dan bantuan, klien mampu berjalan tanpa bantuan,
mengeluh nyeri kolaborasi pemberian analgesic
(D.0077)
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dihentikan

Responden 2

S : klien mengatakan skala nyeri 3

O : klien tampak mampu duduk tegak tanpa


bantuan, klien mampu berjalan tanpa bantuan,
kolaborasi pemberian analgesic

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dihentikan

Resiko infeksi Responden 1


berhubungan dengan
kerusakan integritas S : klien mengatakan sudah mengerti tanda dan
kulit di buktikan jegala infeksi, klien mengatakan makan 3 kali
dengan kurangnya sehari dan minum air putih dan susu
pengetahuan klien
dalam merawat luka O : klien terpasang kateter, tidak ada tanda-tanda
(I.0142) infeksi, kolaborasi pemberian antibiotic

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dihentikan

Responden 2

S : klien mengatakan sudah mengerti tanda dan


jegala infeksi, klien mengatakan makan 3 kali
sehari dan minum air putih dan susu

77
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

O : klien terpasang kateter, tidak ada tanda-tanda


infeksi, kolaborasi pemberian antibiotic

A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dihentikan

B. Pembahasan
Pada BAB sebelumnya penulis telah menjabarkan berbagai
permasalahan tentang kasus Post Operasi Sectio Caesarea khususnya pada
nyeri melahirkan post sectio caesarea. Sedangkan tujuan kasus diperoleh
melalui studi langsung pada pasien Ny. Y dan Ny.R di pada tanggal 22
februari 2022 diruang kebidanan rumah sakit harapan dan do’a kota
Bengkulu. Penulis akan membahas mengenai hasil dari studi kasus yang
telah dilakukan dengan teori yang telah disajikan sebelumnya untuk
mengetahui apakah terdapat kesenjangan antara hasil yang ditemukan
penulis dengan teori. Untuk memudahkan dalam mengetahui apakah
terdapat kesenjangan seperti yang dimaksudkan di atas, maka penulis
membahas dengan menggunakan asuhan keperawatan nyeri melahirkan
pada pasien sectio caesarea dengan mobilisasi dini. Selama penulis
melakukan asuhan keperawatan pada pasien tersebut, penulis mengacu
pada pendekatan keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, pada tahap
ini semua data dapat dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
kesehatan pasien, pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual
pasien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar pasien (Carpenito, 2012).
Pada responden 1 ditemukan keluhan saat ini adalah nyeri, nyeri
tersebut disebabkan karena adanya robekan pada jaringan dinding
perut dan dinding uterus dan juga hilangnya efek anastesi sehingga
menimbulkan rasa nyeri pada pasien post sectio caesarea. nyerinya

78
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

terasa perih seperti berdenyut-denyut dibagian perut bawah, nyeri di


rasakan di sekitar area pembedahan, dengan skala nyeri 5, nyeri yang
dirasakan terus- menerus dan bertambah jika bergerak. Jika bergerak
luka terasa perih dan terasa nyeri. Pada responden 2 ditemukan
keluhan saat ini adalah nyeri karena post operasi sectio caesarea, nyeri
terasa perih seperti disayat-sayat dibagian perut bawah, nyeri di
rasakan di sekitar area luka operasi, skala nyerinya 6, nyeri dirasakan
sekitar 10 menit nyeri hilang timbul.
Terdapat perbedaan hasil pengkajian dari kedua responden dimana
responden 1 mengeluh nyeri dengan skala nyeri 5 sedangkan
responden 2 mengeluh nyeri dengan skala nyeri 6. Hal ini sejalan
dengan teori bahwa setiap individu memiliki tingkat nyeri yang
berbeda-beda dikarnakan nyeri merupakan suatu hal yang bersifat
subjektif (potter & perry, 2010)
2. Diagnosa keperawatan
Pada diagnosa keperawatan, penulis mengalisa data yang diperoleh
dari pengkajian sebelum menegakkan diagnosa keperawatan. Dalam
asuhan keperawatan secara teori penulis terdapat 5 diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien post operasi sectio caesaea
yaitu : nyeri Akut, intoleransi aktivitas, menyusui tidak efektik,
konstipasi, resiko infeksi. Berdasarkan hasil pengkajian saat penelitian
dapat dirumuskan 2 masalah keperawatan yang sama dengan teori
yaitu : Diagnosa keperawatan responden 1 dan responden 2 memiliki
diagnosa yang sama yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) ditandi dengan klien tampak meringis dan mengeluh nyeri
(D.0077)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit di
buktikan dengan kurangnya pengetahuan klien dalam merawat luka
(I.0142)
Pada pengkajian dan analisa data yang telah dilakukan pada pasien
tersebut, tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus, dimana

79
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

diagnosa yang dapat diangkat dari hasil pengkajian tersebut yaitu nyeri
Akut dan Resiko infeksi. Dimana pada pathway yang ada diteori
dijelaskan bahwa penyebab terjadinya nyeri pada pasien Sectio
Caesarea yaitu karena terputusnya jaringan sehingga merangsang area
sensorik kemudian rasa nyaman klien terganggu akibat nyeri. Batasan
karakteristik yang ditemukan pada teori dan hasil pengkajian yang
telah dilakukan pada pasien tidak ditemukan kesenjangan teori, dimana
batasan karakteristik yang ditemukan pada hasil pengkajian sehingga
dapat muncul diagnosa nyeri yaitu ditandai responden 1
DS : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi sectio caesarea,
klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut-denyut.
klien mengatakan nyeri yang dirasakan terus- menerus dan
bertambah jika bergerak dan nyerinya sekitar 10 menit
DO : Tersapat luka operasi yang belum bisa di ukur karena masih
terturup balutan, Paliatif luka Operasi/trauma pembedahan Sectio
Caesarea, daerah Luka Operasi klien berada di abdomen
suprapubik (perut bawah tengah), dengan skala nyeri 5 (sedang)
klien nampak meringis dan lamanya berlangsung : 10 menit,
interval nyeri : hilang timbul 1 menit serta terdapat nyeri tekan
pada daerah post operasi sectio caesarea
Sedangkan responden 2 yaitu :
DS : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi sectio caesarea,
klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti disayat-sayat, klien
mengatakan nyeri di rasakan terus-menerus dan nyerinya sekitar 10
menit
DO : Tersapat luka operasi yang belum bisa di ukur karena masih
terturup balutan, luka Operasi/trauma pembedahan Sectio
Caesarea, daerah Luka Operasi klien berada di abdomen, dengan
skala nyeri 6 (sedang) klien nampak meringis dan lamanya
berlangsung : 10 menit, interval nyeri : hilang timbul 1 menit serta
terdapat nyeri tekan pada daerah post op sectio caesarea

80
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

3. Intervensi
Pada perencanaan penulis melakukan perencanaan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang sudah di prioritaskan yaitu dengan
komponen tujuan, kriteria dan rencana tindakan
keperawatan.Perencanaan yang terdapat dalam tinjauan teoritis telah
diuraikan secara lengkap dan jelas sehingga dapat dipakai sebagai
rujukan dalam penyusunan rencana awal karena komponen
penrencanaan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada responeden 1 dan
responden 2 berdasarkan diagnosa keperawatan (PPNI, T. P. 2018)
yaitu: Intevensi utama manajemen nyeri 1) Mengidentifikasi lokasi,
karekteri, durasi, frekuensi, instesitas nyeri kepada klien, 2) Mengkaji
Skala nyeri, 3) Mengobservasi wajah klien, 4) Mengdentifikasi factor
yang dapat meperberat dan memperingan nyeri pada klien, 5).
Menananyakan pengetahuan tentang pengalaman nyeri, 6.)
Menjelaskan pada klien bahwa penyebab terjadinya nyeri pada bagian
perut yang dialami adalah akibat luka operasi dan dilanjutkan dengan
kolaborasi farmakologis dan non farmakologi yaitu: Menjelaskan
kepada klien mobilisasi dini yang bertujuan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka sehingga dapat mengurangi nyeri.
Intervensi kedua dengan diagnosa resiko infeksi yaitu Melakukan
perawatan luka post operasi pada responden 1 dan 2 berdasarkan
intervensi keperawatan (PPNI, T. P. 2018) yaitu: perncegahan infeksi :
1). Monitor tanda dan gejala infeksi 2).Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien 3).Jelaskan tanda
dan gejalan infksi 4).Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi 5).Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 6).Anjurkan
meningkatkan asupan cairan.
Intervensi keperawatan yang direncanakan pada responden 1 dan Pada
responden 2 intervensi keperawatan yang direncanakan adalah
manajemen nyeri dan pencegahan infeksi.

81
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Mobilisasi dini adalah tindakan yang dilakukan untuk


mempercepat proses penyembuhan luka operasi dan dapat mengurangi
mengurangi nyeri serta mengurangi lama hari perawatan di Rumah
Sakit (Wati Fitri Rachma, 2018).
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada kedua responden
terdapat perbedaan. Pada responden 1 dan 2 intervensi yang dilakukan
adalah manajemen nyeri Akut dan penegahan infeksi, Tidak Terjadi
perbedaan tentunya berasal dari hasil pengkajian dan diagnosa
keperawatan yang diambil dari masing-masing responden. dari
diagnosa keperawatan inilah peneliti mengambil rencana tindakan
sesuai Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
4. Implementasi
Pada tanggal 22 februari sampai dengan 24 februari 2022
dilakukan tindakan pada dua responden yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang dibuat sebelumnya sehingga dapat tercapai sesuai
dengan tujuan yaitu menurunkan nyeri serta mempercepat proses
penyembuhan luka pada ibu post sectio caesarea.
Pada responden 1 yang dilakukan pada tanggal 22 februari 2022
dilakukan mobilisasi dini dengan skala nyeri sebelum dilakukan skala
nyeri 5 setelah dilakukan menjadi 4, pada hari kedua sebelum
dilakukan mobilisasi skala nyeri 4 setelah dilakukan mobilisasi skala
nyeri turun menjadi 3, pada hari ketiga sebelum dilakukan tindakan
skala nyeri 3 setelah dilakukan tindakan turun menjadi 2.
Pada responden 2 yang dilakukan pada tanggal 22 februari 2022
dilakukan mobilisasi dini dengan skala nyeri sebelum dilakukan 6
setelah dilakukan tindakan turun menjadi 5, pada hari kedua sebelum
dilakukan mobilisasi skala nyeri 5 setelah dilakukan mobilisasi skala
nyeri turun menjadi 4, pada hari ketiga sebelum dilakukan tindakan
skala nyeri 4 setelah dilakukan tindakan turun menjadi 3
Pada responden 1, pada hari pertama 22 februari 2022 mengajarkan
tarik nafas dalam, kemudian mengajarkan kepada klien ROM aktif
kemudian di lanjutkan dengan miring diri dan miring kanan dan belajar

82
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

duduk semi fowler, pada tanggal 23 klien sudah bisa miring kiri dan
miring kanan sudah bisa duduk semi tegak kemudian dilanjutkan
dengan bejar berjalan ke kamar mandi dengan bantuan dan belajar
berjalan mandiri, pada tanggal 24 februari 2022 klien sudah bisa bisa
duduk dengan tegak dan sudah bisa berjalan kekamar mandi dengan
mandiri.
Pada responden 2 hari pertama 22 februari 2022 mengajarkan
kepada klien ROM aktif pada ekstremitas atas dan bawah kemudian di
lanjutkan dengan miring diri dan miring kanan dan belajar duduk semi
fowler, pada tanggal 23 klien sudah bisa miring kiri dan miring kanan
sudah bisa duduk semi tegak kemudian dilanjutkan dengan bejar
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan dan belajar berjalan mandiri,
pada tanggal 24 februari 2022 klien sudah bisa bisa duduk semi fowler
dan sudah bisa berjalan kekamar mandi dengan dengan bantuan
perawat dan keluarga.
Pada responden 1 dan 2, pada hari pertama sampai hari akhir 22-24
februari 2022, mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar,
mengajarkan etika batuk, menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
menganjurkan meningkatkan asupan cairan, kolaborasi pemberian
antibiotik.
5. Evaluasi
7
6
5
4
responden 1
3
responden 2
2
1
0
hari pertama hari kedua hari ketiga

Evaluasi keperawatan pada responden 1 dilakukan pada tanggal 24


februari 2022 diperoleh hasil dimana masalah keperawatan nyeri
melahirkan pada Ny. Y teratasi. Sedangkan pada responden 2
dilakukan evaluasi keperawatan pada tanggal 24 februari 2022

83
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

diperoleh hasil dimana masalah nyeri akut pada Ny. R teratasi. Pada
data subjektif Ny. Y dan Ny. R mengatakan skala nyeri klien sudah
berkurang, hal ini di tegaskan kembali dengan data objektif yang
didapatkan dengan hasil pada Ny. Y skala nyeri pada hari ke 3 adalah
2 sedangakan Ny. Y didapatkan hasil skala nyeri 3. hal ini ditegaskan
kembali dengan data objektif yaitu klien sudah bisa miring kiri dan
miring kanan sudah bisa duduk tegak dan sudah bisa berjalan tanpa
bantuan keluarga maupun perawat. Sedangkan Ny. R juga sudah bisa
beraktivitas, sudah bisa miring kiri dan kanan, duduk semi fowler dan
berjalan dengan bantuan.
Evaluasi keperawatan pada responden 1 dan 2 dilakukan pada
tanggal 24 februari 2022 diperoleh hasil dimana masalah keperawatan
Resiko infeksi pada Ny. Y da Ny. R teratasi klien mengatakan sudah
bisa melakukan perawatan luka dengan benar dengan data objek
kemerahan pada luka tampak berkurang tidak ada pembengkakan dan
data subjek klien dan keluarga mengatakan sudah bisa merawat luka
post operasi dengan benar.

84
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data subjektif dan
objektif. Dari data subjektif responden 1 Ny. Y mengatakan mengeluh
nyeri pada bagian abdomen. Data objektif didapatkan P: Klien
mengatakan nyeri karena luka operasi sectio caesarea, Q: nyeri yang di
rasakan seperti berdenyut-denyut, R: nyeri di rasakan di sekitar area
luka operasi, S: skala nyeri yang di rasakan 5, T: nyeri di rasakan terus-
menerus dan bertambah jika bergerak . Tampak meringis. sedangkan
dari data subjektif responden 2 Ny. R mengatakan mengeluh nyeri pada
bagian abdomen Data objektif didapatkan P: Klien mengatakan nyeri
karena luka operasi sectio caesarea, Q: nyeri yang di rasakan seperti
disayatsayat, R: nyeri di rasakan di sekitar area luka operasi, S: skala
nyeri yang di rasakan 6, T: nyeri di rasakan terus-menerus. Tampak
meringis
2. Diagnosa
Yang ditegakan pada responden 1 dan 2 yaitu Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) ditandi dengan klien
tampak meringis dan mengeluh nyeri (D.0077) skala nyeri 5 dan Resiko
infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit di buktikan
dengan kurangnya pengetahuan klien dalam merawat luka (I.0142)
sedangkan pada Responden 2 Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi) ditandi dengan klien tampak
meringis dan mengeluh nyeri (D.0077) skala nyeri 6 dan Resiko infeksi
berhubungan dengan kerusakan integritas kulit di buktikan dengan
kurangnya pengetahuan klien dalam merawat luka (I.0142)

85
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

3. Intervensi
Berdasarkan diagnosa keperawatan penulis menyusun intervensi yang
disesuaikan dengan standar intervensi keperawatan Indonesia, serta
disesuaikan juga dengan kemampuan penulis dan keadaan responden.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang
telah disusun dan direncanakan, serta mengevaluasi setiap respon hasil
atau kemajuan responden setelah dilakukan asuhan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi disemua tindakan keperawatan dikatagorikan berhasil. Nyeri
akut pada responden 1 dan 2 menurun. Responden 1 skala nyeri setelah
dilakukan evaluasi adalah 2, Sedangkan responden 2 skala nyeri setelah
dilakukan evaluasi adalah 3.
B. Saran
1. Rumah sakit
Rumah sakit Harapan dan doa kota bengkulu perawat dapat
mengembangkan dan melakukan mobilisasi dini sebagai intervensi
untuk mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan luka
pada pasien post Sectio Caesarea
2. Untuk instusi pendidikan
Mahasiswa keperawatan dapat melanjutkan penerapan mobilisasi dini.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat mengembangkan dan melanjutakan penelitian ini dengan
memodifikasi mobilisasi dini pada pasien dengan keluhan gangguan
nyeri akut dan resiko infeksi pada semua kasus

86
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

DAFTAR PUSTAKA

Elisa dalam Lina, 2017. Dalam Nadiya, S., & Mutiara, C. (2018).

Ferinawati, F., & Hartati, R. (2019). Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectiom
Caesarea Dengan Penyembuhan Luka Operasi Di Rsu Avicenna
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare
Technology and Medicine.

Hartati, Walin , & Widayanti,E.D(2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Front


Efflurage terhadap Nyeri.

Hidayat, A. Aziz Alimul. Musrifatul Uliyah. 2018. Buku Ajar Keperawatan


Dasar.Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat.(2019). Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta : Salemba Medika.

Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea (SC) dengan Penyembuhan Luka
Operasi di Ruang Kebidanan RSUD dr. Fauziah Kecamatan Kota Juang
Kabupaten Bireuen. Journal of Healthcare Technology and Medicine,
4(2), 187-195.

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi


Dengan Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.

Karlina. (2019). Ketrampilan Dasar Kebidanan, Bogor : In media.

Kristiani, D & Latifah, L. (2019) Pengaruh Tehnik Relaksasi Autogenik Terhadap


Skala Nyeri Pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea (SC) di RSUD
Banyumas, Skripsi, Universitas Soedirman;

Manuaba.2019.Ilmu Kebidanan penyakit, penyakit kandung dan keluarga


Berencana. Jakarta:EG.

Nanda Nic Noc.2019.Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


Nanda Edisi Revisi Jilid 2, Mediactive:Jakarta.

87
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Niclasson. (2019). Pain Relief following Cesarean Section Short and Long Term
Perspective,Sweden University.

Prawirohardjo, S (2018). Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta.

Purwandari 2019 dalam Kristiani, D & Latifah, L (2019) Pengaruh Teknik


Relaksasi Autogenik Terhadap Skala Nyeri pada Ibu Post Operasi
Sectio.

Rismawati, 2018, Asuhan Keperawatan Dengan Penerapan Mobilisasi Dini Untuk


Meningkatkan Kemandirian Pasien Post Sc Di Ruang Bougenvile Rsud
Kebumen, Diakses pada 27 Januari 2018.

Rustianawati Y, Sri K, Rizka H. Efektivitas ambulasi dini terhadap penurunan


intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi di RSUD
Kudus. JIKK. 2019;4(2):1-8.

Susilowati, D., 2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu nifas dalam


pelaksanaan mobilisasi dini. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan
Informatika Kesehatan, volume 5(2), pp.85-86.

Wati fitria rachma, 2018. jurnal mobilisasi dini ibu post sectio caesarea di rsud
soreang.

Wiknjosastro, Hanifa. 2019. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka.

88
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

L
A
M
P
I
R
A
N
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Lampiran 1
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
1. Kami adalah peneliti berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta
Bakti Bengkulu Program Studi D III Keperawatan dengan ini meminta anda
untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul
“asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan mobilisasi
dini”
2. Menambah wawasan dan pengetahuan baru terutama bagi perawat untuk
mengajarkan kepada pasien untuk mobilisasi dini agar mempercepat proses
pemulihan dan untuk mencegah komplikasi. Memperluas ilmu dan
pengetahuan khususnya di bidang keperawatan maternitas dengan
melakukan mobilisasi dini untuk mengatasi komplikasi dan mempercepat
pemulihan pada pasien post sectio caesarea. Memperoleh ilmu dan
pengetahuan dalam melakukan mobilisasi dini untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan luka dan mengatasi adanya komplikasi.
3. Prosedur pengembilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang berlangsung lebih kurang 15-20
menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak
perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan
asuhan/pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan
yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada no Hp : 085758147282

Peneliti
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Lampiran 2
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipasi)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh mahasiswa atas nama DILA NOPITA SARI dengan Judul
Asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan mobilisasi dini,
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara suka
rela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan
diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Saksi Bengkulu, 2021


Yang memberikan persetujuan

.................. ......................

Peneliti

....................
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Lampiran 3
PENETAPAN SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN KRITERIA
INKLUSI DAN EKSLUSI

No Kriteria Inklusi Ny Y Ny. R Ny T


1. Tidak ada gangguan kesadaran ✓ ✓ ✓
2. Pasien 6 jam post operasi SC dan ✓ ✓ -
belum mampu mobilisasi dini
mandiri
3. tidak ada gangguan komunikasi ✓ ✓ ✓
No. Kriteria Ekslusi
1. Pasien tiba-tiba menolak
intervensi
2 pasien dengan komplikasi post
SC seperti sesak sehingga
membutuhkan perawatan yang
intensif
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Lampiran 4
Hasil observasi nyeri
(sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini)
Responden 1 Responden 2
Hari/tanggal sebelum sesudah sebelum sesudah
Selasa, 22 Skala 5 Skala 4 Skala 6 Skala 5
februari 2022
Rabu, 23 Skala 4 Skala 3 Skala 5 Skala 4
februari 2022
Kamis, 24 Skala 3 Skala 2 Skala 4 Skala 3
februari 2022
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI
MILIK STIKES SAPTA BAKTI

Anda mungkin juga menyukai