KMB Close Fraktur Femur
KMB Close Fraktur Femur
Oleh :
Rizka Nadia Mawardana
NIM. 202306066
1
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 202306066
Judul : “Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan medical bedah pada Tn.
Kabupaten Kediri”
Mengetahui,
Mahasiswa,
NIM. 202306066
2
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak di sekitar tulang akan
dkk, 2016).
Tulang paha atau femur merupakan tulang terbesar dan terkuat pada
femur, keadaan klinis dari fraktur femur dapat berupa fraktur terbuka
femur dengan kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan
pembuluh darah) dan fraktur tertutup femur. Bisa jadi karena cedera
2. Etiologi
a. Cidera
3
trauma berenergi tinggi, fraktur jenis ini akan mengakibatkan
metastasis).
3. Manifestasi klinis
4
maupun teraba) ekstermitas dapat diketahui dengan
otot yang melekat pada atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sampai 2 inchi).
Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah terjadi
cidera
4. Klasifikasi
dewasa tua (Blauth, et al., 2018). Fraktur collum atau leher femur
5
lalu lintas maupun jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi
e. Fraktur supracondylar
6
dewasa muda yang disebabkan oleh trauma langsung karena
atau varus, dan disertai gaya rotasi (Apley & Solomon, 2018).
5. Patofisiologis
hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti
terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu.
proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal
jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran
7
mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan
6. WOC
Terlampir
7. Komplikasi
8
Gejalanya timbul dengan cepat, terjadi dalam beberapa jam
lemak di otak.
3) Sindrom kompartemen
9
berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari
kembali
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
10
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah
b. Pemeriksaan Laboratorium
c. Pemeriksaan lain-lain
11
9. Penatalaksanaan
2013) :
a. Reduksi
sementara gips, bidai atau alat lain dipasang. Alat imobilisasi akan
12
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
b. Traksi
terdiri dari traksi manual dan traksi mekanik. Traksi mekanik ada
dua macam yaitu traksi kulit dan traksi skeletal. Traksi kulit
c. Imobilisasi fraktur.
dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam.
d. Pembedahan
13
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak
letak asalnya.
B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
14
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien
(Doengoes, 2014).
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama :
e. Pemeriksaan GCS
f. Pemeriksaan penunjang
2. Analisa data
15
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan
3. Diagnose keperawatan
PPNI, 2017).
4. Intervensi
16
4. frekwensi nadi membaik memperberat nyeri
5. pola tidur membaik
Terapeutik :
5. berikan teknik
nonfarmakologis
6. kontrol lingkungan
7. fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
8. jelaskan strategi
meredakan nyeri
9. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
10. kolaborasi pemberian
analgetik
Edukasi :
6. jelaskan tanda gejala
infeksi
7. ajarkan cra cuci tangan
yang benar
8. anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi dan cairan
17
Kolaborasi :
9. kolaborasi pemberian
obat
Terapeutik :
5. fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (kruk,tongkat)
6. fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik
7. libatkan keluarga dala
melakuka ambulasi
Edukasi :
8. anjurkan melakukan
ambulasi dini
9. ajarkan ambulasi
sederhana
18
berbahan alcohol
Edukasi :
4. anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5. anjurkan menghindari
terpapar suhu yang
ekstrem
Terapeutik :
4. lakukan pencegahan
infeksi
5. lakukan hidrasi
Edukasi :
6. anjurkan berhenti
merokok
7. informasikan tanda dan
gejala darurat yan harus
dilaporkan (nyeri yang
tidak hilang saat istirahat)
5. Implementasi
19
yaitu: cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi
kepada pasien.
6. Evaluasi
2014)
20
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI
21