CJR Hki - Eka Mei Riska
CJR Hki - Eka Mei Riska
Disusun untuk Memenuhi Tugas Critical Journal Review Mata Kuliah Hak
Kekayaan Intelektul pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Disusun oleh:
NIM : 3213111037
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua, atas berkat karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah Critical Journal Review ini tanpa halangan yang
berarti dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, saya tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada bapak Parlaungan G Siahaan S.H,M.Hum yang telah memberikan tugas
Critical Journal Review ini sehingga saya dapat lebih memahami lebih jauh
mengenai seperti apakah sebenarnya yang di bahas dalam jurnal yang saya review
mengenai Implementasi Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perspektif Negara
Hukum dan Perlindungan Mengenai Tradisionalnya. Oleh karena itu saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Saya sadar makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
saya berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan
seluruh pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 12
BAB IV ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
ii
BAB I
6. Nomor ISSN :-
3
• Jurnal Pembanding
6. Nomor ISSN :-
4
1.2 RELEVANSI DAN KONTRIBUSI
Di dalam pemahaman peningkatan hasil belajar di perkuliahan bagi
mahasiswa PPKn salah satunya dengan meningkatkan pemahaman kualitas
perkuliahan dalam mata kuliah Hak Kekayaan Intelektual. Memahami konsep serta
urgensi dalam kehidupan sehari-hari sehingga standar kompetensi mahasiswa dapat
tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran. Disamping itu pada pembelajaran mata
kuliah Hak Kekayaan Intelektual sebagai peningkatan keaktifan siswa dan
memperluas wawasan secara hukum dan umum. Disamping itu, tujuan CJR ini
untuk menumbuhkan rasa cinta mahasiswa terhadap mata kuliah Hak Kekayaan
Intelektual sehingga mereka mau mendalami sendiri materi Hak Kekayaan
Intelektual.
Lalu terdapat juga manfaat lain dari penerapan HKI. Sebagai perlindungan
hukum kepada pencipta, juga terhadap hasil cipta karya serta nilai ekonomis yang
terkandung di dalamnya. Juga sebagai sebuah perlindungan akan aset berharga yang
dipunyai perorangan ataupun kelompok dalam bentuk hasil karya. fungsi
utama HKI adalah untuk mendorong kreativitas dan inovasi yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.
Hak cipta melindungi seni, sastra, dan ilmu pengetahuan yang diantaranya
mencakup buku, karya tulis, pidato, sinematografi, musik/lagu, program komputer,
permainan, seni rupa, fotografi, dan lain-lain. Dalam hal ini, hak cipta tidak
melindungi ide namun ekspresi dari ide dalam bentuk yang nyata. Dengan
memahami HKI, kita dapat menerima banyak manfaat, di antaranya: Tidak
melakukan tindakan yang melanggar hukum. Tidak mencederai kekayaan
intelektual orang lain. Mengamankan karya sendiri agar dilindungi.
5
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
6
Dalam konferensi tersebut negara hukum terbagi dalam dua arti yakni dalam arti
material dan arti formal. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum
(rechtsstaat) dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Ini berarti
bahwa sejak kemerdekaan bangsa Indonesia berketetapan untuk memilih bentuk
negara hukum sebagai pilihan satu-satunya. Akibat dari pemilihan tesebut yaitu
bahwa semua aspek kehidupan yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan
Negara Republik Indonesia harus tunduk dan patuh pada norma-norma hukum, baik
yang berkaitan dengan aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain lainnya.
Hukum harus menampilkan perannya secara mendasar sebagai titik sentral dalam
seluruh kehidupan orang perorangan, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
implementasi atas hak kekayaan intelektual merupakan suatu proses untuk
melakukan pendaftaran KI oleh masyarakat baik secara pribadi maupun kelompok
agar dapat dilindungi oleh Pemerintah. Dalam hal ini, wewenang implementasi
tersebut terdapat pada:
1. Ditjen KI Kementerian Hukum dan HAM RI sebagai wakil dari Pemerintah
Pusat yang yang diberi kewenangan untuk membantu memberikan
implementasi kepada masyarakat tentang peran pentingnya KI dalam
pertumbuhan ekonomi rakyat sehingga masyarakat. Dengan demikian,
diharapkan masyarakat memiliki kesadaran untuk melakukan pendaftaran atas
KI yang mereka miliki agar mendapat perlindungan hukum.
2. Pemerintah Daerah seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan Dinas
UMKM untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat daerah dalam melindungi
KI nya.
3. Aparat Penegakan Hukum yang dalam hal ini pihak PPNS yang membawahi
bidang KI dan Polri sebagai Korwasnya, perguruan tinggi dan lembaga-
lembaga hukum yang bergerak dibidang KI untuk dapat menjalankan amanat
undang-undang untuk melindungi KI dari pengambilan KI yang dilakukan
pihak lain.
7
Selaku negara hukum, disamping memiliki aturan tersendiri terkait dengan KI,
Indonesia juga terikat pada perjanjian-perjanjian internasional terkait dengan KI,
dimana Indonesia sebagai salah satu anggotanya seperti Marakesh Treaty maupun
TRIPs Agreement. Perlindungan atas KI dalam kaitannya dengan peran negara
adalah bagaimana negara mewujudkan cita hukum, yang lebih lanjut dirumuskan
dalam cita perlindungan dengan konsep tanggung jawab pemerintah untuk
melindungi seluruh rakyatnya, hal ini telah diatur secara eksplisit dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang telah memberikan pengaturan yang bersifat perlindungan
dan promosi terhadap kesejahteraan rakyat. Peran pemerintah dalam melaksanakan
implementasi kepada masyarakat merupakan bentuk perlindungan yang diberikan
negara untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat atas KInya.
8
budaya dari suatu masyarakat lokal.Ekspresi budaya tradisional Indonesia juga
mempunyai potensi ekonomi yang menjanjikan terutama terkait dengan industri
pariwisata dan industri ekonomi kreatif. Di bidang industri pariwisata misalnya,
industri pariwisata di Bali yang hampir semuanya berbasis EBT mempunyai
sumbangan yang sangat besar sebagai sumber pendapatan ekonomi daerah dan
menjadikan Bali dikenal seluruh dunia. Di bidang industri ekonomi kreatif terutama
produk kerajinan berbasis EBT seperti, kerajinan batik, ukir kayu, ukir tembaga,
perak adalah produk mempunyai sumbangan yang cukup besar untuk menyumbang
devisa negara. Namun perkembangan teknologi modern terutama di bidang
telekomunikasi dapat menimbulkan berbagai penggunaan secara tak pantas dari
EBT yang ada. Berbagai bentuk komersialisasi terhadap EBT terjadi bahkan hingga
tingkat global tanpa seijin masyarakat adat pemiliknya.
9
kepemilikan terhadap karya cipta anonim atau “anonymous works”. Walaupun
tidak secara khusus mengatur mengenai perlindungan EBT, ketentuan dalam
Konvensi Berne 1967 ini dapat diterapkan terhadap terutama dalam hal ini ekspresi
budaya yang tidak diketahui penciptanya.
10
Pengetahuan tradisional di Indonesia walaupun belum diberikan
perlindungan hukum secara jelas, namun sesungguhnya Pemerintah Indonesia telah
mengakui pentingnya nilai kekayaan intelektual yang ada dalam folklor Indonesia
sejak pertama kali diundangkan undang-undang Hak Cipta nasional 1982 ada dalam
Pasal 10 UU Nomor 6 tahun1982 tentang Hak Cipta, yang selanjutnya diakui juga
dalam Pasal 10 UU Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, dan terakhir dalam
Pasal 13 RUU Hak Cipta tahun 2010. 3 Sengketa dengan Malaysia atas beberapa
Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisonal (PTEBT) membuktikan
bahwa pemerintah harus segera dan dengan serius dalam memberikan perlindungan
hukum bagi PTEBT di Indonesia.
11
BAB III PEMBAHASAN
12
terhadap konsepsi perlindungan HKI, mahalnya biaya, serta lambatnya birokrasi
dalam merealisasikan Rencana Undang-Undang Perlindungan dan Pemanfaatan
Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional
(RUU PTEBT) menjadi Undang-Undang (UU).
13
Pada umumnya pelanggaran atas Hak Cipta meliputi
tindakan memperbanyak maupun menyebarluaskan sesuatu ciptaan tanpa adanya
hak dan atau izin dari si pencipta atau pemegang Hak Cipta. Maka pelanggaran hak
cipta dapat mematikan industri yang berhubungan karena akan terjadinya
persaingan yang kotor dengan saling mencuri ciptaan dan akan menjadikan industri
tersebut tidak orisinil lagi.
Pelanggaran hak cipta pada dasarnya ada dua, yaitu pelanggaran terhadap hak moral
dan pelanggaran terhadap hak ekonomi pencipta. Pelanggaran hak moral diatur
dalam pasal 98 Undang-undang Hak Cipta, dan dapat dilakukan dengan gugatan
perdata dang ganti rugi melalui pengadilan niaga. Pelanggaran atas hak ekonomi
14
secara perdata diatur dalam pasal 96 Undang-Undang Hak Cipta.18 Menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, kegiatan yang termasuk
dalam pelanggaran hak cipta antara lain sebagai berikut:
a. Pasal 112 “Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 3 dan pasal 52 untuk penggunaaan
secara komersial dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atas
pidana denda paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah)”.
b. Pasal 114 “Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala
bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui, membiyarkan penjualan, dan
atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan atau hak terkait di
tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
15
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000 (seratus juta
rupiah)”.
16
disandingkan hanya menyaji sedikit isi, sehingga kurang menarik perhatian
pembaca untuk menganalisis kebenaran yang terdapat di dalamnya.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perlindungan atas KI dalam kaitannya dengan peran negara adalah
bagaimana negara mewujudkan cita hukum, yang lebih lanjut dirumuskan dalam
cita perlindungan dengan konsep tanggung jawab pemerintah untuk melindungi
seluruh rakyatnya, hal ini telah diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Dasar
1945 yang telah memberikan pengaturan yang bersifat perlindungan dan promosi
terhadap kesejahteraan rakyat. Peran pemerintah dalam melaksanakan
implementasi kepada masyarakat merupakan bentuk perlindungan yang diberikan
negara untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat atas KInya.
Bentuk gagasan HKI harus diwujudkan dalam bentuk ekspresi yang nyata
(in material form) bisa dilihat dan di dengar, tapi kalau dalam EBT bentuk gagasan
tidak selalu dalam ekspresi nyata, bisa dalam bentuk ekspresi verbal/oral, ekspresi
gerak ataupun ekspresi bunyi (tidak berwujud). Gagasan dalam HKI berbentuk
karya cipta (works) dalam seni dan ilmu pengetahuan, disain, merek, temuan
teknologi dan species sebagai karya atau temuan yang baru (novelty) dan tidak sama
dengan pengungkapan sebelumnya (originality), kalau dalam EBT hasil gagasan
dalam bentuk karya cipta seni dan pengetahuan serta teknik tertentu yang berakar
dari tradisi turun temurun.
18
beberapa regulasi perlindungan nasional. Selama menunggu RUU PTEBT
direalisasikan menjadi UU solusi yang ditawarkan guna melindungi PTEBT di
Indonesia yaitu dengan cara mendaftarkan setiap inovasi milik daerah ke kantor
Dirjen HKI.
4.2 Saran
Pelanggaran terhadap hak cipta terutama pada pembajakan VCD/DVD yang
sangat sering terjadi dengan latar belakang sosial ekonomi timbul karena didorong
rasa ingin hidup berkecukupan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keadaan
seperti ini menimbulkan ketidakmerataan kebutuhan hidup antara satu dengan yang
lainnya. Atas pelanggaran itu, pencipta atau pemegang hak cipta untuk melindungi
ciptaannya dapat melakukan upaya hukum arbitrase, mediasi, negosiasi, konsiliasi,
atau jalur litigasi dengan mengupayakan gugatan perdata bahkan tuntutan pidana.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
DAFTAR LAMPIRAN
21