Adam Rizky-Feb
Adam Rizky-Feb
SKRIPSI
Oleh:
Adam Rizky
NIM. 11160820000060
JURUSAN AKUNTANSI
JAKARTA
1442 H / 2021
Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM,
Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi
SAK EMKM di Kota Tangerang Selatan
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh
Adam Rizky
NIM: 11160820000060
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 13 Juli 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Mahasiswa:
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 24 November 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas
Mahasiswa:
Yulianti, SE.,M.Si ( )
NIP. 19820318 201101 2 011 Pembimbing
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 28 September 2021
(Adam Rizky)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : Adam Rizky
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 April 1996
Alamat : Jl. tegalsari rt.013/09 no. 42, kel. Kalisari,
kec. Pasar rebo, Jakarta Timur 13730
Telepon : +62 89653681881
Email : rizkyadam1904@gmail.com
v
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Departemen Sosial dan Agama Himpunan Jurusan Akuntansi
(HMJ) FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2017
2. Pengelola Lembaga Semi Otonom (LSO) Klub Bisnis Koperasi
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2017
3. Staff Keuangan Kantin Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2017
4. Divisi Keuangan Kantin Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2018
5. Ketua Umum Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2019
6. Ketua Pengawas Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2020
VI. KEPANITIAAN
1. Divisi Perlombaan Futsal – Galaksi yang diselenggarakan oleh HMJ
Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
2. Seksi Dokumentasi – Accounting Week and Fair yang diselenggarakan
oleh HMJ Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
3. Seksi Peralatan - Jurasik yang diselenggarakan oleh HMJ Akuntansi
FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
4. Divisi Konsumsi - Rapat Anggota Tahunan yang diselenggarakan oleh
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
5. Divisi Fundrising – Pekan Koperasi yang diselenggarakan oleh Koperasi
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
6. BPH-Bendahara Pendidikan Dasar Koperasi yang diselenggarakan oleh
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
7. Divisi Acara - Pendidikan Menengah Koperasi yang diselenggarakan
oleh Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)
8. Divisi Peralatan - Pendidikan Lanjutan Koperasi yang diselenggarakan
oleh Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)
9. Pengawas Pendidikan - Menengah Koperasi yang diselenggarakan oleh
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2019)
vi
10. Pengawas Pendidikan Lanjutan Koperasi yang diselenggarakan oleh
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2019)
11. KKN-044 di desa Neglasari yang diselenggarakan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2019)
12. Pengawas BPH – Jambore Koperasi Nasional yang diselenggarakan oleh
FKKMI (Forum Komunikasi Koperasi Mahasiswa Indonesia) di
KOPMA UIN Jakarta (2020)
vii
Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM,
Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi
SAK EMKM di Kota Tangerang Selatan
ABSTRACT
viii
Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM,
Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi
SAK EMKM di Kota Tangerang Selatan
ABSTRAK
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena taufik dan pertolongan-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat Pendidikan dan
Motivasi Kerja terhadap Implementasi SAK EMKM di Kota Tangerang
Selatan ”. Shalawat serta salam tak lupa untuk selalu diucapkan dan
disampaikan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta
para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikut setianya hingga akhir zaman
nanti.
x
6. Ibu Yulianti SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan
senantiasa meluangkan waktu dan perhatiannya dalam memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Nur Wachidah Yulianti SE., M.Ak. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis
dalam melewati masa perkuliahan termasuk dalam proses penulisan skripsi
ini.
8. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
senantiasa memberikan ilmu serta pengajaran yang bermanfaat kepada
penulis.
9. Seluruh staff Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah ikut serta membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10. Aribah yang selalu mensupport secara moril serta membantu dalam
penyebaran kuesioner dan pembuatan skripsi.
11. Teman-teman Akuntansi 2016 (Fikih, Sonny, Tevan, Wildan, Hardi, Rafli,
dan Faiq) terima kasih atas kekompakan dan dukungannya selama ini.
12. Seluruh teman-teman Jurusan Akuntansi angkatan 2016 yang telah
berjuang bersama-sama dalam suka maupun duka. Terima kasih atas
dukungan dan inspirasi yang telah kalian berikan selama ini.
13. Keluarga besar Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14. Semua pihak yang terkait dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini sangat jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai ajang evaluasi bagi diri
penulis sendiri dan demi kesempurnaan untuk penelitian-penelitian yang
berikutnya.
(Adam Rizky)
xi
DAFTAR ISI
ABSTRACT....................................................................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................................... ix
C. Kerangka Pemikiran.............................................................................................. 27
xii
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 44
C. Pembahasan........................................................................................................... 57
A. Simpulan ............................................................................................................... 68
B. Saran ..................................................................................................................... 69
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu usaha yang menjadi penggerak ekonomi bagi sebagian
besar masyarakat Indonesia adalah usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Kehadiran organisasi-organisasi tersebut di Indonesia sangat menarik dan
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam memberdayakan
perekonomian Indonesia. Selain itu, UMKM juga dianggap sebagai salah
satu bagian dalam membentengi perekonomian masyarakat mengingat
UMKM memiliki atribut yang solid, dinamis, dan produktif. UMKM saat
ini memegang peranan penting dalam pembangunan moneter negara,
dilihat dari situasi UMKM khususnya sebagai pionir di bidang keuangan
dengan bidang usaha yang berbeda.
Menurut Darmasari dan Wahyuni (2020), UMKM harus mampu
memupuk eknomi yang baik dan memungkinkan daerah dalam
memberikan lapangan pekerjaan dan memiliki pilihan untuk membuat
sektor bisnis moneter baru. Saat ini para pengusaha, khususnya UMKM
harus memiliki prosedur yang solid agar barang atau jasa yang dijual dapat
diminati dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Hal ini membutuhkan
penguatan UMKM, sehingga UMKM di Indonesia dapat menciptakan
barang-barang yang lebih baik yang mampu dibandingkan dengan
organisasi mekanik besar yang menyaingi. Baik di Indonesia maupun di
luar negeri, seperti mengembangkan produk, administrasi, kualitas dan
kemajuan administrasi dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat
diakses secara efektif dengan harga yang cukup murah, menciptakan SDM
dengan mengarahkan mempersiapkan para pelaku UMKM untuk dapat
membangun inovasi, belajar inovasi dan melakukan transaksi secara fisik
maupun melalui media online.
Pelaku UMKM memiliki andil yang sangat besar dalam
menggerakkan perekonomian Indonesia sehingga UMKM menjadi
pemasok pilihan lapangan kerja dengan berbagai perkembangan yang
1
tercipta dan dapat mengurangi pengangguran di Indonesia. Pelaksanaan
MEA memberikan kebebasan kepada pelaku bisnis untuk memiliki pilihan
dalam bersaing dan membina UMKM secara luas dan wajar, sehingga
dapat menghasilkan produk yang sangat agresif dan memiliki administrasi
yang solid dan berkualitas (Janrosl, 2018).
Manajemen yang solid dan berkualitas mendorong persaingan
bisnis untuk meningkat seiring dengan peningkatan UMKM. Dengan
kontes yang berkembang, manfaat yang diciptakan oleh organisasi akan
memperjelas bahwa ukuran penggunaan dalam ukuran penciptaan bisnis
pada umumnya akan memiliki jumlah yang sama dengan gaji yang
diperoleh organisasi. Menurut Darmasari dan Wahyuni (2020), organisasi
dengan klasifikasi bisnis kecil jika tidak dapat menyaingi organisasi lain
akan kalah dalam persaingan. Untuk dapat menyelesaikan latihan hierarkis
dan mempertimbangkan untuk bersaing di seluruh dunia, UMKM harus
memiliki opsi untuk melakukan administrasi keuangan secara memadai
bagi pengusaha UMKM.
Tugas UMKM dalam perekonomian Indonesia adalah menciptakan
hasil yang bernilai bagi daerah setempat. UMKM dihadapkan pada salah
satu kendala yang umumnya terjadi dalam dunia usaha, khususnya
keterbatasan dalam membuat laporan keuangan. Setiap pergerakan yang
diselesaikan oleh UMKM memerlukan laporan keuangan yang
mencerminkan latihan bisnisnya selama periode pembukuan.
Untuk memenuhi kebutuhan data UMKM, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) tahun 2009
mengumpulkan dan menyetujui pedoman yang dianut dari IFRS untuk
UKM yang lebih lugas, lebih spesifiknya Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Saat pertama kali
disahkan belum lama ini, para pelaku bisnis belum mendongkrak
pemanfaatan SAK EMKM dalam pembuatan laporan keuangan. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya informasi dan tidak adanya data yang
menyebabkan rendahnya inspirasi untuk menerapkan jawaban yang
ditunjukkan oleh pedoman pembukuan. Oleh karena itu, untuk membantu
2
EMKM dalam memperkenalkan laporan moneter, DSAK IAI pada tanggal
24 Oktober 2016 telah menyusun dan menyetujui draft SAK EMKM yang
berisi gagasan yang tidak terlalu membingungkan. atau bisa dibilang
lugas. kontras dengan SAK ETAP (Kusuma dan Lutfiany, 2019).
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai asosiasi ahli yang
mengarahkan seluruh akuntan di Indonesia telah mengesahkan SAK
EMKM pada pertemuannya tanggal 24 Oktober 2016. Hal ini menegaskan
keprihatinan luar biasa IAI. SAK EMKM sengaja dibuat lugas agar
menjadi Standar Pembukuan yang efektif dirasakan oleh para pelaku
UMKM. SAK EMKM sebagai standar akuntansi keuangan bagi UMKM
yang disahkan pada 1 Januari 2018.
Dukungan untuk peningkatan UMKM di daerah-daerah diandalkan
untuk meningkatkan pembangunan moneter, menciptakan lapangan kerja,
menumbuhkan ekonomi kelompok dan pada akhirnya mengembangkan
individu di berbagai kabupaten di Indonesia, termasuk Kota Tangerang
Selatan (Putra, 2018). Untuk pengembangan kemajuan UMKM,
pemerintah setempat juga telah memberikan pendekatan, khususnya
pemberian sertifikat tanah gratis dan Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) kepada 50 pelaku UMKM di Kota Tangerang Selatan. Pengaturan
ini sangat berguna bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan kemudahan
akses modal usaha atau kredit usaha dari bank. Daya dukung strategi
sangat diperlukan agar program tidak berhenti di tengah jalan. Memikirkan
lemahnya kemampuan UMKM antara lain karena masalah pemasukan
modal kerja atau kredit usaha, pembebasan, usaha para pengurus dan
organisasi, serta keterpaduan pasokan bahan mentah. Meskipun demikian,
sebagian besar Usaha Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia
menganggap sulit untuk masuk ke perbankan dan sumber pembiayaan
lainnya. Kondisi ini terjadi karena UMKM tidak memiliki laporan
keuangan yang memadai dan sesuai dengan pedoman yang berlaku dalam
bisnis keuangan.
Pembuatan laporan keuangan yang memadai harus diikuti dengan
pemahaman akuntansi yang baik. Menurut Suprianto dan Harryoga (2016),
3
akuntansi sebagai suatu proses mengidentifikasi, mengukur dan
melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penelitian
dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut serta, pemahaman akuntansi memiliki peranan penting
dalam pembuatan laporan keuangan. Rendahnya kualitas laporan keuangan
dapat disebabkan oleh pemahaman akuntansi dari penyusun laporan
keuangan itu sendiri.
Perencanaan dan penyusunan SAK EMKM bergantung pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Sesuai Kusuma
dan Lutfiany (2019), SAK EMKM ditujukan untuk pemilik yang tidak
langsung terkait dengan bisnis dan pinjaman, di mana pemanfaatan
ringkasan fiskal untuk UMKM cenderung tidak membutuhkan laporan
moneter yang berbelit-belit dan penyelidikan ringkasan anggaran dari atas
ke bawah. Strategi SAK yang baru telah disetujui, sehingga perlu
dilakukan sosialisasi, mengingat melalui sosialisasi akan mendorong
pemahaman yang baik tentang SAK.
Menurut Wijayanti dan Suratman (2020), Sosialisasi mengasumsikan
bagian yang berfungsi dalam posisi atau pekerjaan tertentu di mata publik
yang merupakan konsekuensi dari perjalanan individu untuk mendapatkan
informasi, kemampuan, dan perspektif. Mentalitas yang dimiliki daerah
tersebut adalah kecurigaan bahwa, uang tunai dapat digunakan untuk
membeli bahan mentah, bahkan pembeli sering kali hanya menggantikan
biaya produksi untuk mengirimkan barang tersebut. Hal ini membuat
keuntungan dan kemalangan menjadi tidak terlihat. Satu lagi kekurangan
dari sisi moneter adalah banyak jaringan tidak memiliki pembukuan atau
bukti pertukaran.
Menurut Masitoh (2013), masalah keterbatasan masuknya kredit
UMKM lebih karena kurangnya data yang dapat dimanfaatkan oleh para
eksekutif, calon investor atau debitur dalam mensurvei dan mengamati
perkembangan UMKM tersebut, sebagaimana hasil penelitian yang
dilakukan oleh Neir dan Rattenberg (1982) dalam Masitoh (2013), yang
menyimpulkan bahwa pihak bank tidak melihat adanya perbedaan antara
4
usaha besar dengan UMKM, semuanya diwajibkan untuk memenuhi
persyaratan termasuk harus menyediakan laporan keuangan untuk dapat
dijadikan dasar dalam memberikan pinjaman kepada calon debitur.
Keberadaan UMKM masih memiliki banyak kendala terutama dalam
akses permodalan agar dapat mempertahankan usahanya sehingga
produktifitas produk dapat ditingkatkan secara signifikan. Disinilah
pentingnya praktik akuntansi bagi UMKM karena dengan
diselenggarakannya praktik akuntansi secara tepat maka UMKM dapat
menyediakan informasi yang lebih lengkap dan terstruktur terkait usaha
dan posisi keuangannya (Masitoh, 2013).
Menurut Gardjito (2014), salah satu faktor yang dapat mendorong
meningkatnya produktivitas sumber daya manusia adalah upaya-upaya
peningkatan motivasi kerja yang memadai, seperti pemenuhan kebutuhan
baik yang bersifat eksternal (pemenuhan kebutuhan primer, pangan,
sandang, dan papan serta lingkungan yang memadai) dan kebutuhan yang
bersifat internal keinginan karyawan untuk menempatkan dirinya dalam
posisi karier yang memuaskan). Keberhasilan perusahaan tergantung dari
perilaku karyawan untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Suatu organisasi harus memperlakukan karyawan secara
manusiawi yaitu dengan menyediakan pekerjaan yang dapat
meningkatkan harkat dan martabatnya, menyediakan sarana yang
dibutuhkan, memenuhi harapan, memberikan motivasi, memberikan
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang serta memberikan jaminan
kesehatan dan keamanan (Ady dan Wijono, 2013).
Kinerja adalah hasil atau pencapaian seorang individu dalam
menyelesaikan kewajiban dan tugas kerjanya untuk memahami visi, misi,
dan tujuan organisasi. Komponen yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerja adalah inspirasi, tempat kerja, gaji, tunjangan, kondisi kerja itu
sendiri. Motivasi kerja adalah kesiapan dan penghiburan dari dalam diri
individu untuk mencapai tujuan organisasi tanpa mengesampingkan
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan (Prakosa, 2011).
5
Terkait kondisi UMKM Tengerang Selatan, Putra (2018)
menyatakan bahwa sebagian besar pemilik dan pimpinan UMKM belum
pernah mendapatkan sosialisasi terkait SAK EMKM, sedangkan sebagian
besar ingin mencatat laporan keuangan sesuai SAK EMKM untuk
transaksi mereka. Dalam isu-isu strategis urusan Usaha Kecil dan
Menengah point 4 dijelaskan bahwa, masih diperlukan evaluasi secara
kompetitif dan terpadu untuk memberikan motivasi kepeda pengelola
dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja pengelolaan perkoperasian dan
mendapatkan progres kinerja yang dapat memacu perkembangan
lembaga koperasi yang lain (Sub Bagian Perencanaan, 2018)
Sejak berlakunya SAK-EMKM Januari 2018, pelaku UMKM
dituntut untuk dapat menyajikan laporan keuangan sesuai standar
akuntansi yang berlaku. Rumitnya pemahaman mengenai siklus
akuntansi, membuat pelaku UKM tidak disiplin dalam melakukan
pencatatan transaksi keuangan. Belajar ilmu akuntansi memang tidak
dapat dipahami secara langsung, namun harus bertahap sesuai prosedur
akuntansi (Utami dkk, 2020)
Penelitian ini merujuk pada Putra (2018), namun terdapat
perbedaan. Pada penelitian ini terdapat variabel-variabel seperti, tingkat
pendidikan dan motivasi kerja yang tidak disajikan dalam penelitian
Putra. Dalam penelitiannya, pemilik ataupun pengelola UMKM
menganggap pentingnya pemahaman tentang SAK EMKM, hal ini
tercermin pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 74,6% pemilik
ataupun pengelola UMKM belum pernah mendapatkan sosialisasi
tentang SAK EMKM sehingga menginginkan adanya sosialisasi secara
berkelanjutan mengenai SAK EMKM tersebut. Putra (2018), dari hasil
pengamatan dan survei kepada pemilik ataupun pengelola UMKM,
bahwa saat ini mayoritas (80,4%) UMKM di Kota Tangerang Selatan
belum melakukan penerapan SAK EMKM pada laporan keuangannya
dan yang terakhir terkait kendala-kendala yang dihadapi dalam
penerapan SAK EMKM pada UMKM di Kota Tangerang Selatan
diantaranya usia pemilik ataupun pengelola UMKM, latar belakang
6
pendidikan dari pemilik ataupun pengelola UMKM, jumlah transaksi
yang dimiliki UMKM, sumber daya manusia yang memahami pelaporan
keuangan untuk UMKM dan kurangnya sosialisasi tentang SAK EMKM
yang diperuntukkan bagi UMKM. Berdasarkan fenomena yang telah
diuraikan sebelumnya maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh
Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat
Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi SAK
EMKM di Kota Tangerang Selatan.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
C. Tujuan Penelitian
7
4. Menguji pengaruh positif motivasi kerja terhadap implementasi SAK
EMKM.
D. Manfaat Penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. SAK EMKM
9
Standar Akuntansi keuangan adalah pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk
entitas yang berada di bawah pengawasannya (iaiglobal, 2021).
Indonesia memiliki 4 (empat) tipe SAK yang berlaku di Indonesia,
yaitu:
a. SAK (Standar Akuntansi Keuangan),
b. SAK-ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntansi Publik),
c. PSAK-Syariah (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah),
d. SAP (Standar Akuntansi Pemerintah).
10
memiliki kekayaan bersih maksimal Rp50.000.000,00 dan hasil
penjualan tahunan dengan maksimal Rp500.000.000,00.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih maksimal Rp300.000.000,00 dan hasil
penjualan tahunan dengan maksimal Rp2.000.000.000,00.
11
Dalam menerapkan kebijakan akan pentingnya laporan
keuangan dalam sebuah usaha khususnya bagi pelaku UMKM, maka
dikeluarkannya SAK EMKM sebagai pedoman bagi UKM dalam
penyusunan laporan keuangan, karena itu dianggap lebih sederhana
dan lebih mudah diterapkan. Meski demikian, dalam praktiknya,
UKM tidak mudah menerapkannya. Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya sosialisasi, sehingga pemahaman SAK EMKM masih
kurang (Hamdani dan Chanifah, 2020).
4. Tingkat Pendidikan
12
5. Motivasi
a. Faktor Motivator
13
2. Recognition (pengakuan)
5. Advancement (pengembangan)
b. Faktor Hygiene
5. Wages (gaji/upah)
14
adalah motivasi yang berasal dari luar yang berupa peraturan dan
kebijaksanaan perusahaan. Motivasi eksternal disebut faktor
hygiene.
15
memahaminya. ringkasan anggaran. Setiap catatan untuk laporan
fiskal diperkenalkan secara efisien selama itu masuk akal. Setiap
catatan dalam laporan fiskal referensi silang ke data penting dalam
catatan ringkasan anggaran untuk memperoleh data yang tepat,
tepat dan relevan.
Dalam SAK EMKM, merupakan hal yang wajar apabila
unsur tersebut telah melaksanakan SAK EMKM ini dalam jangka
waktu tahun moneter setelah tanggal 1 Januari 2018. Laporan
utama menurut ED SAK EMKM adalah laporan moneter utama
dimana unsur tersebut membuat suatu pernyataan tegas dan apapun
alasannya. proklamasi kesesuaian dengan ED SAK EMKM dalam
catatan atas laporan. dananya. SAK EMKM diharapkan sebagai
laporan keuangan UMKM untuk mempermudah dalam menyusun
dan membuatnya.
Laporan posisi keuangan menurut SAK EMKM tidak
menunjukkan organisasi atau permintaan data yang diperkenalkan.
Meskipun demikian, UMKM dapat memperkenalkan laporan
sumber daya yang diatur oleh likuiditas dan kewajiban yang diatur
oleh pembangunan. Memperkenalkan data dekat, khususnya data
dari satu periode terakhir untuk semua jumlah yang diperkenalkan
dalam laporan fiskal kerangka waktu saat ini. Penjelasan gaji yang
diperkenalkan oleh SAK EMKM adalah tempat laporan
memasukkan semua gaji dan biaya yang dirasakan dalam suatu
periode, kecuali jika SAK EMKM memerlukan hal lain. SAK
EMKM mengarahkan perlakuan terhadap dampak perbaikan atas
kesalahan dan perubahan pendekatan pembukuan yang
diperkenalkan sebagai penyesuaian tinjauan ke masa lalu dan
bukan sebagai ciri keuntungan atau kemalangan pada masa
perkembangan terjadi. Catatan ringkasan anggaran diperkenalkan
dengan cara yang efisien sejauh dapat dipraktikkan. Estimasi yang
digunakan dalam SAK EMKM tergantung pada biaya otentik,
16
sehingga cukup untuk mencatat sumber daya dan kewajiban pada
biaya.
Menurut Purba (2019), ketidakmampuan manajemen
UMKM dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan
SAK EMKM, disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengabaian pengurus terhadap SAK EMKM dalam penyusunan
laporan keuangan usaha yang diasuhnya atau organisasi
tempatnya bekerja.
2. Penatausahaan keuangan yang masih diurus oleh para pengelola
UMKM dan belum memanfaatkan SDM yang sesuai dengan
bidangnya, barangkali merupakan hal yang paling mendesak
yang harus diperhatikan.
3. Adanya keterbatasan waktu dalam mengawasi rekening-
rekening usaha, yang disebabkan oleh administrasi UMKM
selain mengamati kinerja pekerja dan kemajuan usaha secara
berkala, serta mengawasi masalah keuangan usaha secara
langsung.
Menurut Wijayanti dan Suratman (2020), Laporan keuangan
untuk UMKM memiliki tujuan untuk memberikan data tentang
kondisi bisnis yang berkelanjutan yang ditunjukkan oleh jangka
waktu tertentu. Semua laporan seperti laporan pembukuan, laporan
pembayaran, laporan perubahan modal dan laporan pendapatan
sebagian besar sangat penting bagi UMKM karena merupakan
catatan terperinci yang menggambarkan semua transaksi yang
terjadi yang dapat mempertahankan dinamika yang diperlukan
untuk pengawas UMKM diidentikkan dengan operasional bisnis.
17
B. Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu mengenai Pemahaman Akuntansi, Sosialiasi SAK EMKM, Motivasi Kerja dan
Implementasi SAK EMKM Dalam Peyusunan Laporan Keuangan UMKM terangkum dalam tabel 2.1
Penulis
No Judul Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
1 Pengaruh Parhusip dan Tinjauan ini melihat dampak 1. Pemahaman akuntansi 1. Motivasi Kerja
Sosialisasi SAK Herawati sosialisasi SAK EMKM, 2. Sosialisasi SAK
EMKM, Tingkat (2020) tingkat pendidikan pemilik, EMKM
Pendidikan kesan pelaku UMKM, dan 3. Tingkat Pendidikan
Pemilik, Persepsi pemahaman pembukuan
Pelaku UMKM, terhadap pelaksanaan SAK
Dan Pemahaman EMKM pada UMKM di Kota
Akuntansi Malang. Dari hasil pengujian
Terhadap dan pengujian tersebut,
Implementasi SAK cenderung disimpulkan
EMKM Pada bahwa variabel sosialisasi
UMKM Di Kota SAK EMKM, variabel
18
Malang tingkat pendidikan pemilik,
dan variabel persepsi pelaku
UMKM tidak berpengaruh
positif terhadap pelaksanaan
SAK EMKM. Variabel
pemahaman akuntansi
berpengaruh positif terhadap
pelaksanaan SAK EMKM.
20
Implementasi SAK UMKM berpengaruh positif
EMKM Dalam terhadap implementasi SAK
Penyusunan Laporan EMKM. Hal tersebut
Keuangan Pada
menyatakan bahwa
Umkm Di Kabupaten
implementasi SAK EMKM
Buleleng
didorong dengan adanya
sosialisasi SAK EMKM,
pemahaman akuntansi serta
tingkat kesiapan pelaku
UMKM. Berdasarkan hal
tersebut, ini berarti
dengan dilakukannya
sosialisasi secara rutin oleh
Dinas Perdagangan,
Perindustrian dan Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah,
tingginya tingkat
pemahaman akuntansi pelaku
UMKM serta tingkat
kesiapan pelaku UMKM yang
semakin tinggi akan mampu
21
meningkatkan
pengimplementasian SAK
EMKM pada UMKM di
Kabupaten Buleleng
4 Analisis Persepsi Viola Syukrina Persepsi pelaku usaha kecil 1. Sosialisasi SAK 1. Pemahaman
Pelaku UMKM dan E Janrosl dan menengah serta EMKM Akuntansi
Sosialisasi SAK (2018) sosialisasi SAK EMKM
2. Tingkat Pendidikan
EMKM terhadap berpengaruh signifikan
Diberlakukannya terhadap pemanfaatan SAK 3. Motivasi Kerja
Laporan Keuangan EMKM. Besar kecilnya
yang Berbasis SAK pengaruh variabel otonom
EMKM terhadap variabel terikat
adalah sebesar 53,9% yang
ditunjukkan oleh R Square
yang berimplikasi pada
pemanfaatan SAK EMKM.
Hal ini dipengaruhi oleh
pandangan para pelaku usaha
mini, kecil dan menengah
serta sosialisasi SAK EMKM
sebesar 53,9% sedangkan
22
46,1% dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang
dikeluarkan dari tinjauan ini.
5 The Influence of Salleh dkk Tinjauan ini telah meneliti 1. Motivasi Kerja 1. Pemahaman
Work Motivation (2021) hubungan antara motivasi akuntansi
on Organizational kerja dan komitmen 2. Sosialisasi SAK
Commitment in the organisasi. Komitmen EMKM
Workplace organisasi mempengaruhi 3. Tingkat pendidikan
pencapaian sebuah asosiasi.
Efek samping dari
penyelidikan ini menemukan
bahwa ide-ide ini penting
dalam asosiasi. Ini menambah
pergantian peristiwa dan
tanggung jawab pekerja
dalam asosiasi, yang secara
tegas diidentifikasi satu sama
lain. Para pembuat strategi
dari suatu asosiasi harus
mempertimbangkan dan
mengambil bagian dalam
23
memberikan kontribusi
rencana untuk memperluas
inspirasi kerja di antara
perwakilan dengan kewajiban
penuh untuk bekerja.
Memiliki inspirasi kerja yang
besar di antara perwakilan
dapat menambah kewajiban
penuh untuk bekerja karena
perwakilan merasa mereka
penting bagi sebuah asosiasi.
7 Persepsi Umkm I.C. Kusuma, Berdasarkan hasil pengujian 1. Sosialisasi SAK 1. Tingkat Pendidikan
Dalam Memahami V. Lutfiany koefisien regresi dapat EMKM
2. Motivasi Kerja
Sak Emkm (2019) diketahui bahwa faktor yang 2. Pemahaman Akuntansi
paling dominan pada
implementasi SAK EMKM
pada UMKM di Kota Bogor
adalah pemahaman akuntansi.
8 Pemetaan Yananto Hambatan-hambatan yang 1. Sosialisasi SAK 1. Tingkat Pendidikan
Penerapan Standar Mihadi Putra tampak dalam pelaksanaan EMKM
2. Motivasi Kerja
Akuntansi (2018) SAK EMKM pada UMKM di 2. Pemahaman Akuntansi
Keuangan Emkm Kota Tangerang Selatan
Pada Umkm Di antara lain usia pemilik atau
Kota Tangerang pengurus UMKM,
Selatan latarbelakang pendidikan
pemilik atau pimpinan
UMKM, jumlah transaksi
pertukaran yang dimiliki oleh
UMKM, SDM yang
25
memahami perincian
keuangan untuk UMKM dan
kurangnya sosialisasi tentang
SAK EMKM yang
direncanakan untuk UMKM
26
C. Kerangka Pemikiran
Tingkat Pendidikan
Motivasi Kerja
27
pelaku UMKM yang memiliki pemahaman pembukuan yang baik akan melihat
bagaimana sistem pembukuan itu terjadi.
28
3. Tingkat Pendidikan dan Implementasi SAK EMKM
Menurut Parhusip dan Herawati (2020), tingkat pendidikan formal (tingkat
pendidikan sekolah dasar hingga pendidikan sekolah menengah) akan rendah
dalam kesiapan dan pemanfaatan data pembukuan kontras dengan tingkat
pendidikan formal yang signifikan. Latar belakang pendidikan wirausaha
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman wirausaha UMKM terhadap SAK
EMKM (Diana, 2011).
29
BAB III
METODE PENELITIAN
30
E. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan lebih dari dua variabel, dengan metode analisis
data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linear regression).
Regresi linier berganda adalah analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan variabel bebas lebih dari satu variabel. Seperti
halnya uji parametris lainnya, regresi linear berganda juga mempunyai syarat atau
asumsi klasik yang harus terpenuhi. Berikut merupakan penjelasan tahapan-
tahapan dalam pengujian ini:
31
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Sugiyono (2015) mengemukakan bahwa: “Hasil penelitian yang
valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur”. Untuk menguji validitas pada tiap-tiap item, yaitu
dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah tiap skor butir. Jika koefisien korelasinya sama atau di atas 0,30
maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya kurang
dari 0,30 maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Untuk menghitung
validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment berikut: rxy
= Keterangan : rxy = Koefisien Korelasi ∑ xi = Jumlah Skor Item ∑ yi =
Jumlah Skor total (seluruh item) n = Jumlah Responden
b. Uji Reliabilitas
Ghozali (2018), Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Sugiyono
(2015), menyatakan penelitian yang reliabel adalah bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode one
shot atau pengukuran sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan
dengan pertanyaan lain atau korelasi antar jawaban pertanyaan. Untuk
mengukur reliabilitas dengan menggunakan uji statistic Cronbach Alpha.
Suatu konstruk atau variabel di katakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0.70 (Ghozali, 2018).
32
3. Uji Asumsi klasik
Uji regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model penelitian telah
memenuhi syarat, yakni lolos dari uji asumsi klasik. Hal tersebut dilakukan
untuk memastikan bahwa data yang akan diuji telah terdistribusi secara normal
dan tidak mengandung multikolinearitas dan heteroskedastitas yang secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi
normal. Uji statistik yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah
Kolmogrov-Smirnov test, dengan ketentuan hasil sebagai berikut (Ghozali,
2018):
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
dan pada tabel Kolmogrov-Smirnov signifikansinya lebih dari 5%
(>0,05) maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, dan pada tabel Kolmogrov-Smirnov signifikansinya kurang dari
5% (<0,05) maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Berikut merupakan cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas didalam model regresi diantaranya (Ghozali, 2018):
1. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antara
variabel ada korelasi yang cukup tinggi (>0,90) maka hal ini
mengidentifikasi adanya multikolinearitas.
2. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10
33
atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Regresi bebas dari masalah
multikolinearitas jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai
VIF < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu ke pengamatan ke
pengamatan lain teteap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
sebaliknya disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2018).
Untuk menguji heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Weigth
Least Squares dan melihat grafik scatterplot. Uji WLS adalah uji
heteroskedastisitas dengan meminimalkan bobot variabel dan
mengkuadrat variabel terkecil. Uji WLS dapat mengatasi model regresi
dengan varian error tidak konstan dan mampu untuk menetralisir akibat
dari pelanggaran asumsi heteroskedastisitas dan dapat menghilangkan
sifat ketidakbiasan (Gujarati, 2004).
3. Uji Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression)
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model analisis linier berganda untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh antara variabel-variabel independen Pemahaman
Akuntansi (X1), Sosialisasi SAK EMKM (X2), Tingkat Pendidikan (X3) dan
Motivasi Kerja (X4) terhadap variabel dependen Implementasi SAK
EMKM (Y). Adapun model regresi penelitian dirumuskan sebagi berikut:
34
ISE = ɑɛ + β1PA + β2SSE + β3TP + β4MK + ɛ
Keterangan:
ISE = Implementasi SAK EMKM
ɑ = Konstanta
β1-β3 = Koefisien regresi
PA = Pemahaman Akuntansi
SSE = Sosialisasi SAK EMKM
TP = Tingkat Pendidikan
MK = Motivasi Kerja
ɛ = Error Term
Menurut Ghozali (2018) untuk mengetahui apakah model regresi
benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif,
maka model tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik.
b. Uji Statistik Fisher (F)
Uji F dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-variabel
independen secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Ghozali (2018), Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji
keseluruhan variabel independen terhadap satu variabel dependen secara
bebas dengan signifikan sebesar 0,05 dapat disimpulkan:
a) Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, ini
berarti menyatakan bahwa seluruh variabel mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
b) Jika nilai signifkan > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, ini berarti
menyatakan bahwa seluruh variabel tidak mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen atau terikat.
35
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Jika nilai Adjusted R2
bernilai besar, maka variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika
(Adjusted R2) bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Secara umum koefisien
determinasi untuk crossection relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time
series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,
2018).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel dependen, (R2) pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak.
Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai
adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti nilai
R2, nilai adjusted R2 dapat naik dapat turun apabila satu variabel independen
ditambahkan dalam model (Ghozali, 2018).
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah implementasi /
penerapan SAK EMKM. Implementasi adalah tindakan atau aktifitas yang
sudah dirancang sedemikian baik untuk dapat mencapai tujuan dari kegiatan
tertentu. Secara sederhana, implementasi dapat dikatakan sebagai penerapan
36
atau tindakan dari rencana yang telah disusun sebelumnya (Darmasari dan
Wahyuni, 2020).
Dalam penelitian Kusuma dan Lutfiany (2019), beberapa indikator
implementasi SAK EMKM yaitu: penyusunan laporan keuangan dilakukan
secara teratur, informasi akuntansi sesuai SAK EMKM, telah mengaplikasikan
SAK EMKM dan manfaat penerapan SAK EMKM.
2. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
pemahaman akuntansi, sosialisasi SAK EMKM, tingkat pendidikan dan
motivasi kerja. Adapun penjelasan variabel-variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pemahaman Akuntansi
pemahaman akuntansi merupakan suatu kemampuan seorang untuk
mengenal dan mengerti tentang akuntansi. Pemahaman akuntansi ini dapat
di ukur dari nilai mata kuliah yang meliputi Pengantar Akuntansi dan mata
kuliah lainnya (Pratiwi et al., 2016)
Pengetahuan akuntansi dipandang dari dua sisi pengertian yaitu
sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktekkan di dunia nyata
dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang di ajarkan di
perguruan tinggi. Akuntansi sebagai objek pengetahuan di perguruan
tinggi, akademisi memandang akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu
bidang praktik dan teori. Bidang praktik berkepentingan dengan masalah
bagaimana praktik dijalankan sesuai dengan prinsip akuntansi (Indra dan
Rusmita, 2018).
Paham menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai
pengertian pandai dan mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah
proses, cara perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa
orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai
benar tentang akuntansi. Seseorang dikatakan paham terhadap akuntansi
adalah mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan
sampai menjadi suatu laporan keuangan keuangan dengan berpedoman
pada prinsip dan standar penyusunan laporan keuangan yang ditetapkan
37
oleh Standar Akuntansi Keuangan. Pengukuran pemahaman seseorang
dapat dilihat dari aspek pendidikan, pelatihan dan tingkat pengalaman
(Puteri et al., 2019). Tanda seseorang memahami akuntansi adalah
mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait (Atmaja et al.,
2017)
Dalam skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Penelitian ini menggunakan pemahaman akuntansi sebagai
variabel sesuai penelitian Kusuma and Lutfiany (2019); Parhusip and
Herawati (2020), dengan indikator sebagai berikut:
1. Memahami transaksi akuntansi
2. Adanya dokumentasi setiap transaksi
3. Memahami tahapan pembuatan laporan keuangan
4. Memahami pencatatan akuntansi
5. Memahami penyusunan laporan keuangan
6. Mampu membuat laporan keuangan sesuai standar akuntansi
38
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang diperoleh untuk
perkembangan dan kemajuan bisnis mereka (Darmasari dan Wahyuni,
2020). Pelaku UMKM berpendapat bahwa masih memerlukan adanya
sosialisasi standar akuntansi. Mereka berharap adanya pelatihan yang
berkelanjutan dengan memberikan modul standar akuntansi untuk
diimplementasikan (Mubiroh & Ruscitasari, 2020).
Sosialisasi SAK EMKM dalam penelitian ini di ukur dengan skala
likert lima poin, yaitu 1 (tidak pernah), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4
(sering), 5 (selalu). Kusuma dan Lutfiany (2019), menggunakan beberapa
indikator untuk mengukur sosialisasi. Indikatornya tersebut adalah:
1. Pelaksanaan sosialisasi
2. Tujuan sosialisasi
3. Manfaat sosialisasi
4. Media sosialisasi
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan memerankan komponen persepsi pengendalian diri
dalam. Pemilik UMKM merasa bahwa tingkat pendidikan yang
dimilikinya mumpuni, maka pemilik UMKM akan memiliki kemampuan
untuk mengimplementasikan SAK EMKM (Parhusip dan Herawati, 2020).
Latar belakang pendidikan pengusaha UMKM juga menjadi salah satu
faktor yang mendukung implementasi SAK EMKM. Pelaku UMKM yang
pernah menempuh pendidikan akuntansi mempunyai persepsi yang lebih
baik terkait implementasi standar akuntansi dibandingkan dengan
pengusaha yang berlatar belakang non akuntansi. Studi menunjukkan
bahwa kualifikasi pedidikan pemilik UKM memiliki hubungan yang
signifikan terhadap pelaporan keuangan UKM (Mubiroh & Ruscitasari,
2020).
1. Pendidikan formal
2. Pendidikan non formal
d. Motivasi Kerja
40
perusahaan dapat memberikan misalnya bonus kepada pegawai agar
mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja (Andika, 2019).
Definisi operasional motivasi kerja dalam penelitian ini yaitu dorongan
dari dalam diri karyawan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian
Fadli (2020), indikator yang dipakai untuk mengukur variabel motivasi
kerja ialah:
1. Kebutuhan fisik
2. Kebutuhan keamanan
3. Kebutuhan sosial
4. Kebutuhan penghargaan
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Tabel 3.1
Operasional variabel
43
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
44
Tabel 4.2
GENDER
Dari data yang diperoleh jumlah pria yang menggeluti UMKM sebanyak 45
orang dengan persentase sebesar 56,3% dan untuk wanita sebanyak 35 orang
dengan persentase sebesar 43,8%.
Tabel 4.3
PENDIDIKAN TERAKHIR
45
Tabel 4.4
USIA RESPONDEN
Dari data yang diperoleh untuk rata-rata usia responden 41,25 tahun dengan
umur tertinggi 68 tahun dan terendah 19 tahun.
46
Berdasarkan Tabel 4.5, maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel Pemahaman akuntansi memiliki status valid, karena nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Sosialisasi SAK EMKM (X2)
Berdasarkan Tabel 4.6 maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel sosialisasi SAK EMKM memiliki status valid, karena nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pendidikan (X3)
47
Berdasarkan Tabel 4.7 maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel tingkat pendidikan memiliki status valid, karena nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja (X4)
Berdasarkan Tabel 4., maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel motivasi kerja memiliki status valid, karena nilai rhitung (Corrected
Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Implementasi SAK EMKM (Y)
48
P30 0.767 0.000 0.220 Valid
Berdasarkan Tabel 4.9 maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel Implementasi SAK EMKM memiliki status valid, karena nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.
Tabel 4.10
49
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini, dilakukan tiga uji asumsi klasik untuk menentukan
apakah data yang digunakan dalam penelitian ini dapat memberikan hasil yang
valid guna pengambilan kesimpulan. Adapun hasil keempat uji asumsi klasik
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std.
2.77389198
Deviation
Most Extreme Absolute .064
Differences Positive .056
Negative -.064
Test Statistic .064
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
50
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Gambar 4.12
Grafik normal P-Plot menunjukkan pola distribusi nilai residual data yang
normal. Pada grafik normal P-Plot jumlah titik yang mewakili sampel dalam
penelitian menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal tersebut.
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
PA .631 1.584
SSE .575 1.739
TP .618 1.618
MK .665 1.504
Bersamaan dengan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10, nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dalam penelitian ini juga bernilai kurang dari 10 untuk
setiap variabel, yaitu variabel Pemahaman Akuntansi sebesar 1,584; variabel
Sosialisasi SAK EMKM sebesar 1,739; variabel Tingkat Pendidikan sebesar
1,618; variabel Motivasi Kerja sebesar 1,504.
52
Tabel 4.13
Hasil Uji Heterokesdatisitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Pada tabel 4.13 terlihat bahwa nilai signifikansi seluruh variabel terhadap absolut
residual berada di atas 0.05; yaitu variabel Pemahaman Akuntansi sebesar 0.237;
variabel Sosialisasi SAK EMKM sebesar 0.649; variabel Tingkat Pendidikan sebesar
0.667; variabel Motivasi Kerja sebesar 0.113. Hal ini mengindikasikan bahwa data
dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians atau homoskedastisitas sesuai
dengan analisis yang dilakukan. Dengan demikian, berdasarkan hasil kedua uji di atas
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
53
b) Jika nilai signifkan > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, ini berarti
menyatakan bahwa seluruh variabel tidak mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen atau terikat.
Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 1252.024 4 313.006 38.620 .000b
Residual 607.864 75 8.105
Total 1859.887 79
a. Dependent Variable: ISE
b. Predictors: (Constant), MK, TP, PA, SSE
Dari tabel 4.15 diketahui nilai F sebesar 38.62 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Tabel tersebut menunjukkan bahwa Pemahaman Akuntansi,
Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja yang di kontrol
dengan variabel Implementasi SAK EMKM secara simultan menunjukkan
pengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.
54
Tabel 4.16
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.589 1.357 -1.171 .245
PA .354 .059 .502 6.038 .000
SSE .138 .061 .198 2.278 .026
TP .182 .082 .187 2.224 .029
MK .073 .043 .139 1.719 .090
a. Dependent Variable: ISE
Dari tabel 4.16 hasil uji parsial regresi berganda yang diolah
menggunakan SPSS V.20 dapat dilihat bahwa :
1. Variabel X1 yaitu Pemahaman Akuntansi memiliki t-Statistitic sebesar
6,038 dan koefisien regresi sebesar 0,354 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan X1 sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan Y sebesar 0,354
satuan, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, begitu juga
sebaliknya. Tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti H1
diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel pemahaman
akuntansi memiliki pengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM.
55
demikian dapat dikatakan bahwa variabel tingkat pendidikan memiliki
pengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM.
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjudted R²)
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .820 .673 .656 2.84690
a. Predictors: (Constant), MK, TP, PA, SSE
C. Pembahasan
Tidak Kadang-
Indikator Pernah Sering Selalu
Pernah Kadang
Penyusunan
laporan keuangan
dalam perusahaan
9 (11) 12 (15) 26 (33) 17 (21) 15 (19)
telah dilakukan
secara teratur dan
sistematis
Informasi
akuntansi yang
dihasilkan secara
manual/komputeri
sasi sesuai dengan
13 (16) 11 (14) 23 (29) 16 (20) 16 (20)
Standar Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM)
Standar Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM) telah 18 (23) 12 (15) 16 (20) 19 (24) 14 (18)
diaplikasikan
dalam laporan
keuangan
perusahaan
57
Hasil penerapan
dari Standar
Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM) dapat
15 (19) 6 (8) 21 (26) 19 (24) 18 (23)
membantu
memberikan
gambaran kondisi
lingkungan
internal dan
eksternal
perusahaan
58
Tabel 4.16
Variabel Pemahaman Akuntansi (X1)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)
Sangat
Tidak Sedikit Cukup Memaha
Indikator Mema
Memahami Memahami Memahami mi
hami
Memahami
transaksi 1 1 3
5 (6) 18 (23) (15) (15) (41)
akuntansi 2 2 3
Memahami dan
menyediakan
1 2 2
dokumentasi dari 10 (13) 13 (23) (15) (28) (29)
2 2 3
setiap transaksi
Memahami
tahapan akuntansi
1 2 2
dalam pembuatan 7 (9) 8 (10) (21) (30) (30)
7 4 4
laporan keuangan
Memahami
pencatatan
1 1 1
akuntansi sesuai 10 (13) 14 (18) (24) (23) (24)
9 8 9
standar akuntansi
Memahami
penyusunan 1 2 2
11 (14) 6 (8) (20) (31) (28)
laporan keuangan 6 5 2
Memahami dan
membuat laporan
1 2 1
keuangan sesuai 10 (13) 23 (29) (14) (25) (20)
1 0 6
standar akuntansi
Tabel 4.17
Variabel Sosialisasi SAK EMKM (X2)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)
Tidak Kadang-
Indikator Pernah Sering Selalu
Pernah Kadang
Sosialisasi standar
akuntansi
keuangan
dilakukan melalui 33 (41) `15 (19) 19 (24) 9 (11) 4 (5)
seminar atau
pelatihan
akuntansi
60
Sosialisasi standar
akuntansi
keuangan
dilakukan secara 34 (43) 23 (29) 11 (14) 11 (14) 1 (1)
rutin oleh Dinas
Koperasi dan
UMKM
Sosialisasi
dilakukan untuk
membuat/menyusu
n laporan
keuangan sesuai
32 (40) 15 (19) 16 (20) 12 (15) 5 (6)
standar akuntansi
dan
Peraturan/Undang-
Undang yang
berlaku
Sosialisasi
dilakukan untuk
mengetahui
informasi terbaru
32 (40) 15 (19) 16 (20) 11 (14) 6 (8)
mengenai standar
akuntansi
keuangan yang
berlaku
Sosialisasi standar
akuntansi
keuangan
memberikan
28 (35) 12 (15) 18 (23) 10 (13) 12 (15)
pengetahuan dan
pemahaman
tentang laporan
keuangan
Sosialisasi standar
akuntansi
keuangan dapat 26 (33) 8 (10) 16 (20) 19 (24) 11 (14)
diterima melalui
media internet.
61
Berdasarkan hasil tabel 4.17 informasi yang dapat diberikan adalah
sosialisasi banyak dilakukan melalui media internet, pelatihan dan seminar.
Indikator ini mendapat respon sekitar 24%. Selain media sosialisasi, sosialisasi
mengenai pengetahuan dan pemahaman laporan keuangan memiliki persentase
23%. Hasil tabel 4.17 mendukung hipotesis yang menunjukkan bahwa
sosialisasi berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM. Hal ini
membuktikan bahwa sosialisasi dapat meningkatkan implementasi SAK
EMKM.
62
Tabel 4.18
Variabel Tingkat Pendidikan (X3)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)
Tingkat
pendidikan
menambah
pengetahuan
akuntansi melalui 11 (14) 11 (14) 12 (15) 22 (28) 24 (30)
pendidikan formal
seperti Perguruan
tinggi jurusan
akuntansi
Tingkat
pengetahuan
akuntansi bisa
didapatkan
melalui 11 (14) 11 (14) 14 (18) 25 (31) 19 (24)
pendidikan non
formal, seperti
pelatihan dan
seminar
63
Tingkat
pengetahuan
akuntansi bisa
didapatkan
13 (16) 8 (10) 14 (18) 24 (30) 21 (26)
melalui
pendidikan non
formal seperti
kursus
64
bahwa variabel motivasi kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
implementasi SAK EMKM. Berikut data frekuensi variabel X4 yang diperoleh:
Tabel 4.19
Variabel Motivasi Kerja (X4)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)
Tidak Kadang-
Indikator Pernah Sering Selalu
Pernah Kadang
Gaji yang saya
terima cukup
untuk memenuhi 3 (4) 11 (14) 23 (29) 22 (28) 21 (26)
kebutuhan sehari-
hari
Saya bekerja
mendapat asuransi 34 (43) 12 (15) 9 (11) 16 (20) 9 (11)
kecelakaan
Saya bekerja
mendapat jaminan 27 (34) 13 (16) 8 (10) 19 (24) 13 (16)
asuransi kesehatan
Pimpinan
memberikan
rekreasi kepada
pegawai pada
setiap episode
10 (13) 18 (23) 17 (21) 19 (24) 16 (20)
tertentu agar
timbul rasa
kekeluargaan,
persahabatan dan
kasih sayang
65
Hubungan antara
atasan dan
pegawai selalu 4 (5) 8 (10) 8 (10) 24 (30) 36 (45)
terjalin dengan
baik
Pimpinan
memberikan
kedudukan kepada 7 (9) 6 (8) 14 (18) 29 (36) 24 (30)
pegawai yang
berprestasi
Pimpinan sudah
memberikan
jebatan yang 8 (10) 6 (8) 14 (18) 25 (31) 27 (34)
sesuai dengan
hasil kerja saya
Pegawai diberikan
kesempatan untuk
7 (9) 7 (9) 12 (15) 24 (30) 30 (38)
menyampaikan
gagasan atau ide
Karyawan
mencapai prestasi
6 (8) 6 (8) 12 (15) 29 (36) 27 (34)
kerja atas keahlian
yan dimiliki
66
berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM. Namun, tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Efendi (2020), Prakosa (2011),
Gardjito (2014), Ady (2013) dan Masitoh (2013) menyatakan motivasi kerja
berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM.
67
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
68
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data yang telah dilakukan masih
memiliki beberapa keterbatasan. Diharapkan di masa mendatang penelitian mengenai
topik ini dapat menyajikan hasil yang lebih akurat. Adapun saran dalam penelitian ini:
a. Pemilik UKM perlu memiliki motivasi tersendiri untuk dapat menerapkan SAK
EMKM dalam memajukan kegiatan usahanya.
b. Dinas Koperasi dan UMKM diharapkan mampu mensosialisasikan SAK EMKM
secara rutin guna membantu UKM dalam memahami SAK EMKM agar nantinya
mampu menerapkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.
c. Penelitian ini menggunakan variabel seperti pemahaman akuntansi, sosialisasi
dan tingkat pendidikan dan ditambahkan dengan variabel motivasi kerja. Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan indikator lain seperti
persepsi pemilik, tingkat pendapatan dan lain-lain untuk memperluas hasil
penelitian agar dapat dilihat perbandingannya.
69
Lampiran:
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosisalisasi Sak Emkm, Tingkat Pendidikan,
dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi SAK EMKM di Kota Tangerang
Selatan
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Usaha :
Nama Responden :
Usia :
No. Telp/hp :
DAFTAR KUESIONER
Mohon untuk memberikan tanda (V) pada setiap pernyataan yang anda pilih
Saya memahami
1 transaksi akuntansi
dalam usaha
70
Saya memahami
dokumentasi dari
setiap transaksi yang
2
terjadi sebagai
perekam data
akuntansi usaha saya
saya memahami
tahapan akuntansi
3 kegiatan akuntansi
dalam pembuatan
laporan keuangan
saya memahami
pencatatan akuntansi
4
sesuai standar
akuntansi
saya memahami
5 penyusunan laporan
keuangan
Sosialisasi standar
akuntansi keuangan
1 dilakukan melalui
seminar atau
pelatihan akuntansi
Sosialisasi standar
akuntansi keuangan
2 dilakukan secara rutin
oleh Dinas Koperasi
dan UMKM
Sosialisasi dilakukan
3 untuk
membuat/menyusun
laporan keuangan
71
sesuai standar
akuntansi dan
Peraturan/Undang-
Undang yang berlaku
Sosialisasi dilakukan
untuk mengetahui
informasi terbaru
4
mengenai standar
akuntansi keuangan
yang berlaku
Sosialisasi standar
akuntansi keuangan
memberikan
5
pengetahuan dan
pemahaman tentang
laporan keuangan
Sosialisasi standar
akuntansi keuangan
6 dapat diterima
melalui media
internet.
Tingkat pendidikan
menambah
pengetahuan
akuntansi melalui
2
pendidikan formal
seperti Perguruan
tinggi jurusan
akuntansi
72
Tingkat pengetahuan
akuntansi bisa
didapatkan melalui
3
pendidikan non
formal, seperti
pelatihan dan seminar
Tingkat pengetahuan
akuntansi bisa
4 didapatkan melalui
pendidikan non
formal seperti kursus
saya bekerja
3 mendapat asuransi
kecelakaan
saya bekerja
4 mendapat jaminan
asuransi kesehatan
pimpinan
memberikan rekreasi
kepada pegawai pada
setiap episode
5
tertentu agar timbul
rasa kekeluargaan,
persahabatan dan
kasih sayang
Hubungan antara
6 atasan dan pegawai
selalu terjalin dengan
73
baik
Pimpinan
memberikan
7 kedudukan kepada
pegawai yang
berprestasi
Pimpinan sudah
memberikan jebatan
8
yang sesuai dengan
hasil kerja saya
Pegawai diberikan
kesempatan untuk
9
menyampaikan
gagasan atau ide
Karyawan mencapai
10 prestasi kerja atas
keahlian yan dimiliki
Penyusunan laporan
keuangan dalam
1 perusahaan telah
dilakukan secara
teratur dan sistematis
Informasi akuntansi
yang dihasilkan
secara
manual/komputerisasi
sesuai dengan
2
Standar Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM)
Standar Akuntansi
3 Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
74
EMKM) telah
diaplikasikan dalam
laporan keuangan
perusahaan
75
DAFTAR PUSTAKA
Ady, F., & Wijono, D. (2013). Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal
Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, Dan Entrepreneurship, 2(2), 101.
https://doi.org/10.30588/jmp.v2i2.278
Aldi, Y., & Susanti, F. (2019). Pengaruh Stress Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi
Kerja Karyawan Pada Pt. Frisian Flag Indonesia Wilayah Padang.
https://doi.org/10.31227/osf.io/et4rn
Andika, R. B. W. dan R. A. (2019). Pengaruh Motivasi Kerja dan Persaingan Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Melalui Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening Pada Pegawai
Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. Jurnal Manajemen Tools, 11(1), 1689–
1699.
Atmaja, R., Ramantha, I. W., & Suartana, I. W. (2017). Pengaruh Minat Belajar Pada
Pemahaman Akuntansi Dengan Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual
Sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 5(2017), 2021–2046.
Bokol, D. D., . R., & Perdana, S. (2020). Understanding of Accounting and Training for The
Development of MSME’s Financial Statements Based on SAK EMKM. International
Journal of Small and Medium Enterprises, 3(1), 43–47.
https://doi.org/10.46281/ijsmes.v3i1.560
Darmasari, L. B., & Wahyuni, M. A. (2020). Pengaruh Sosialisasi SAK EMKM, Pemahaman
Akuntansi, dan Tingkat Kesiapan Pelaku UMKM terhadap Implementasi SAK EMKM
Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pada UMKM di Kabupaten Buleleng. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 11, 136–146.
Diana, N. (2011a). Financial Accounting Standards for Micro , Small & Medium Entities (
SAK EMKM ) Implementation and Factors That Affect It. 2006, 50–59.
76
Diana, N. (2011b). Financial Accounting Standards for Micro , Small & Medium Entities (
SAK EMKM ) Implementation and Factors That Affect It. Jurnal Ilmiah Bidang
Akuntansi Dan Manajemen, 2006, 50–59.
Edasa, D., & Putra, E. E. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai LPP-RRI Bukit Tinggi. Jurnal Ekonomi, 1–
17.
Febriyanti, G. A., & Wardhani, A. S. (2018). Pengaruh Persepsi, Tingkat Pendidikan, dan
Sosialisasi Terhadap Penerapan SAK EMKM Pada UMKM Wilayah Kota Surabaya.
Jurnal Ilmiah Esai, 12(2), 112. https://doi.org/10.25181/esai.v12i2.1128
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, edisi 8.
Indra, S., & Rusmita, S. (2018). Analisis Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi Mahasiswa
Jurusan Akuntansi FEB UNTAN). Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 7(1),
72. https://doi.org/10.26418/jebik.v7i1.24446
77
Janrosl, V. S. E. (2018). Persepsi Pelaku UMKM dan Sosialisasi SAK EMKM terhadap
Diberlakukannya Laporan Keuangan Yang Berbasis SAK EMKM. Jurnal Akuntansi
Keuangan Dan Bisnis, 11(1), 55–66.
Kusuma, I. C., & Lutfiany, V. (2019). Persepsi UMKM Dalam Memahami SAK EMKM.
Jurnal Akunida, 4(2), 1. https://doi.org/10.30997/jakd.v4i2.1550
Mawardi, W., Woyanti, N., Iriviana, L., & Darwanto, D. (2019). Micro, Small and Medium
Enterprises’ Understanding in Preparing Financial Statements Based on SAK ETAP.
International Journal of Economics and Financial Issues, 9(6), 177–183.
https://doi.org/10.32479/ijefi.8748
Mubiroh, S., & Ruscitasari, Z. (2020). Implementasi SAK EMKM dan Pengaruhnya
Terhadap Penerimaan Kredit UMKM. Berkala Akuntansi Dan Keuangan Indonesia,
4(2), 1. https://doi.org/10.20473/baki.v4i2.15265
Obeng, A., Ofori, A., Gabriel, K., Owusu, N. A., Nash, E., & Kudjo, W. (2019). Research
Article Financial Accounting Theories Effects On Accounting Practice. 10, 36630–
36636. https://doi.org/10.24327/IJRSR
Parhusip, K., & Herawati, tuban drijah. (2020). Pengaruh Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat
Pendidikan Pemilik, Persepsi Pelaku UMKM, Dan Pemahaman Akuntansi terhadap
Implementasi SAK EMKM Pada UMKM di Kota Malang. Jurnal IImiah Mahasiswa
FEB Universitas Brawijaya, 1–21.
Prakosa, N. A. (2011). Pengaruh Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan Bank Syariah. Jurnal ULTIMA Accounting, 3(2), 44–63.
https://doi.org/10.31937/akuntansi.v3i2.434
78
Purba, M. A. (2019). Analisis Penerapan SAK EMKM. 3(2), 55–63.
Puteri, I. P., Yuliarti, N. C., & Nastiti, A. S. (2019). Pengaruh Pemahaman Akuntansi Dan
Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Journal
Of Accounting, 10(2), 150–158.
Ratnawati, E., & Efendi, R. (2020). The Effect of Work Motivation and Work Experience on
Employee Performance. 2016, 109–116.
Riswan, & Kesuma, Y. F. (2014). Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar Dalam
Penilaian Kinerja Keuangan PT. Budi Satria Wahana Motor. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, 5(1).
Salleh, S. M., Suffian, A., Zahari, M., Shafini, N., Said, M., Rapidah, S., & Ali, O. (2016).
The Influence of Work Motivation on Organizational Commitment in the Workplace
The Influence of Work Motivation on Organizational Commitment in the Workplace.
Journal of Applied Environmental and Biological Sciences, April.
sangadah, khotimatus. (2020). Konsep Sistem Pengolahan Transaksi Keuangan Pada PT.
Lagoa Nusantara. Orphanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.
Suprianto, E., & Harryoga, S. (2016). Faktor-Faktor Penentu Tingkat Pemahaman Akuntansi.
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 18(3), 75. https://doi.org/10.24914/jeb.v18i3.281
Timothy, I. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kenerja
Karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Surabaya. Jurnal AGORA, 5(1).
Tri Utami, Wiwit Irawati, Zulfa Rosharlianti, Dea Annisa, D. A. (2020). Penerapan SAK
EMKM Pada UMKM Scale Up Tangerang Selatan Melalui Aplikasi Pencatatan
Informasi. 1(2), 136–144.
79
Widhiastuti, N. M. S. P. N. L. G. N. N. L. P. (2016). Pengaruh Tingkat Pemahaman
Akuntansi, Fungsi Badan Pengawas, Profesionalisme, dan Etika Kepemimpinan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan LPD. 223–232.
Wulandari, R. E. (2020). Research in Business & Social Science Factors Affecting the
Implementation of Financial Accounting Standards for MSMEs with Environmental
Uncertainty as Moderating Variables. 9(7), 160–166.
80