Anda di halaman 1dari 94

Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM,

Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi


SAK EMKM di Kota Tangerang Selatan

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:

Adam Rizky

NIM. 11160820000060

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021
Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM,
Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi
SAK EMKM di Kota Tangerang Selatan

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh
Adam Rizky
NIM: 11160820000060

Di Bawah Bimbingan

Yulianti SE., MSi


NIP. 19820318 201101 2 011

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M

i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 13 Juli 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Mahasiswa:

Nama : Adam Rizky


NIM : 11160820000060
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK
EMKM, Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja
terhadap Implementasi SAK EMKM di Kota Tangerang
Selatan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Juli 2020

1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,AK.,CA ( )


NIP: 19800416 200901 2 006 Penguji 1

2. Atiqah, SE., M.Si. ( )


NIP: 19820120 200912 2 004 Penguji 2

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 24 November 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas
Mahasiswa:

Nama : Adam Rizky


NIM : 11160820000060
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK
EMKM, Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja
terhadap Implementasi SAK EMKM di Kota Tangerang
Selatan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 November 2021

Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA. ( )


NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua Penguji

Dr. Khayatun Nufus, M.Si. ( )


NIDN. 0320046901 Penguji Ahli

Yulianti, SE.,M.Si ( )
NIP. 19820318 201101 2 011 Pembimbing

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Adam Rizky


NIM : 11160820000060
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 28 September 2021

(Adam Rizky)

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : Adam Rizky
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 April 1996
Alamat : Jl. tegalsari rt.013/09 no. 42, kel. Kalisari,
kec. Pasar rebo, Jakarta Timur 13730
Telepon : +62 89653681881
Email : rizkyadam1904@gmail.com

II. LATAR BELAKANG KELUARGA


Ayah : Abdul Fatah
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 24 Agustus 1962
Ibu : Jubaedah
Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 20 Juli 1963
Anak ke- : 3 dari 3 bersaudara

III. PENDIDIKAN FORMAL


SD Negeri 10 Pagi Pekayon Tahun 2003-2009
SMP Negeri 179 Jakarta Tahun 2009-2011
MAS Assalam Sukabumi Tahun 2012-2015
S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016-2021

IV. PENDIDIKAN NON FORMAL


1. Ijazah Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Tahun 2013
2. Sertifikat Latihan Dasar Kepemimpinan Santri (LDKS), Tahun 2013
3. Sertifikat Pelatihan dan Pembekalan TKQ/TPQ, Tahun 2013
4. Sertifikat DEA (Digital Enterpreneurship Academy) KOMINFO, Tahun
2020

v
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Departemen Sosial dan Agama Himpunan Jurusan Akuntansi
(HMJ) FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2017
2. Pengelola Lembaga Semi Otonom (LSO) Klub Bisnis Koperasi
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2017
3. Staff Keuangan Kantin Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2017
4. Divisi Keuangan Kantin Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2018
5. Ketua Umum Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2019
6. Ketua Pengawas Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2020
VI. KEPANITIAAN
1. Divisi Perlombaan Futsal – Galaksi yang diselenggarakan oleh HMJ
Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
2. Seksi Dokumentasi – Accounting Week and Fair yang diselenggarakan
oleh HMJ Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
3. Seksi Peralatan - Jurasik yang diselenggarakan oleh HMJ Akuntansi
FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
4. Divisi Konsumsi - Rapat Anggota Tahunan yang diselenggarakan oleh
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
5. Divisi Fundrising – Pekan Koperasi yang diselenggarakan oleh Koperasi
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
6. BPH-Bendahara Pendidikan Dasar Koperasi yang diselenggarakan oleh
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
7. Divisi Acara - Pendidikan Menengah Koperasi yang diselenggarakan
oleh Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)
8. Divisi Peralatan - Pendidikan Lanjutan Koperasi yang diselenggarakan
oleh Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)
9. Pengawas Pendidikan - Menengah Koperasi yang diselenggarakan oleh
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2019)

vi
10. Pengawas Pendidikan Lanjutan Koperasi yang diselenggarakan oleh
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2019)
11. KKN-044 di desa Neglasari yang diselenggarakan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2019)
12. Pengawas BPH – Jambore Koperasi Nasional yang diselenggarakan oleh
FKKMI (Forum Komunikasi Koperasi Mahasiswa Indonesia) di
KOPMA UIN Jakarta (2020)

vii
Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM,
Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi
SAK EMKM di Kota Tangerang Selatan

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of accounting understanding,


socialization of Financial Accounting Standard, level of education, and work
motivation on the implementation of Financial Accounting Standard in the city of
South Tangerang. This study used primary data. The questionnaires distributed to
Small and Medium Entities (SMEs) in the city of South Tangerang. This research
used convenience sampling to determine sample. The selected samples were 80
SMEs. This research used the analysis method Multiple Regression Analysis with
SPSS 20. The results showed that accounting understanding, socialization of
Financial Accounting Standard, and education level affected the implementation
of Financial Accounting Standard. While work motivation did not affect the
implementation of the Financial Accounting Standard.

Keywords: Understanding of Accounting, Socialization of Financial Accounting


Standard, Education Level, Work Motivation, Implementation of
Financial Accounting Standard

viii
Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM,
Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi
SAK EMKM di Kota Tangerang Selatan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemahaman


akuntansi, sosialisasi SAK EMKM, tingkat pendidikan, dan motivasi kerja
terhadap penerapan SAK EMKM di kota Tangerang Selatan. Penelitian ini
menggunakan data primer. Kuesioner disebarkan kepada Badan Usaha Kecil
Menengah (UKM) di kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan
convenience sampling untuk menentukan sampel. Sampel yang dipilih adalah 80
UKM. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Regresi Berganda dengan
SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman akuntansi, sosialisasi
SAK EMKM, dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap implementasi SAK
EMKM. Sedangkan motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap Implementasi
SAK EMKM.

Kata Kunci: Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat


Pendidikan, Motivasi Kerja, Implementasi SAK EMKM

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena taufik dan pertolongan-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat Pendidikan dan
Motivasi Kerja terhadap Implementasi SAK EMKM di Kota Tangerang
Selatan ”. Shalawat serta salam tak lupa untuk selalu diucapkan dan
disampaikan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta
para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikut setianya hingga akhir zaman
nanti.

Adapun penyusunan Skripsi ini guna memenuhi syarat untuk


mendapatkan gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis tentunya menyadari bahwa dalam proses
penyelesaian skripsi ini mendapat berbagai bantuan berupa dukungan moril dan
hal lainnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang saya cintai yaitu Bapak dan Ibu atas kasih sayang,
semangat, doa, dukungan, kesabaran dan keikhlasan yang selalu menjadi
motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua kakak saya, Yusuf dan Fitri, yang senantiasa memberikan doa dan
dukungan kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.
Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

x
6. Ibu Yulianti SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan
senantiasa meluangkan waktu dan perhatiannya dalam memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Nur Wachidah Yulianti SE., M.Ak. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis
dalam melewati masa perkuliahan termasuk dalam proses penulisan skripsi
ini.
8. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
senantiasa memberikan ilmu serta pengajaran yang bermanfaat kepada
penulis.
9. Seluruh staff Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah ikut serta membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10. Aribah yang selalu mensupport secara moril serta membantu dalam
penyebaran kuesioner dan pembuatan skripsi.
11. Teman-teman Akuntansi 2016 (Fikih, Sonny, Tevan, Wildan, Hardi, Rafli,
dan Faiq) terima kasih atas kekompakan dan dukungannya selama ini.
12. Seluruh teman-teman Jurusan Akuntansi angkatan 2016 yang telah
berjuang bersama-sama dalam suka maupun duka. Terima kasih atas
dukungan dan inspirasi yang telah kalian berikan selama ini.
13. Keluarga besar Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14. Semua pihak yang terkait dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini sangat jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai ajang evaluasi bagi diri
penulis sendiri dan demi kesempurnaan untuk penelitian-penelitian yang
berikutnya.

Jakarta, 28 September 2021

(Adam Rizky)

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................ v

ABSTRACT....................................................................................................................... viii

ABSTRAK ......................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI..................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 9

A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian ..................................................................... 9

B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 18

C. Kerangka Pemikiran.............................................................................................. 27

D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis ............................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 30

A. Populasi dan Sample ............................................................................................. 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 30

C. Data dan Sumber Data .......................................................................................... 30

D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 30

E. Metode Analisis Data ............................................................................................ 31

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 36

xii
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 44

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................................... 44

B. Temuan Hasil Penelitian ....................................................................................... 44

C. Pembahasan........................................................................................................... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 68

A. Simpulan ............................................................................................................... 68

B. Saran ..................................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 76

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu usaha yang menjadi penggerak ekonomi bagi sebagian
besar masyarakat Indonesia adalah usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Kehadiran organisasi-organisasi tersebut di Indonesia sangat menarik dan
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam memberdayakan
perekonomian Indonesia. Selain itu, UMKM juga dianggap sebagai salah
satu bagian dalam membentengi perekonomian masyarakat mengingat
UMKM memiliki atribut yang solid, dinamis, dan produktif. UMKM saat
ini memegang peranan penting dalam pembangunan moneter negara,
dilihat dari situasi UMKM khususnya sebagai pionir di bidang keuangan
dengan bidang usaha yang berbeda.
Menurut Darmasari dan Wahyuni (2020), UMKM harus mampu
memupuk eknomi yang baik dan memungkinkan daerah dalam
memberikan lapangan pekerjaan dan memiliki pilihan untuk membuat
sektor bisnis moneter baru. Saat ini para pengusaha, khususnya UMKM
harus memiliki prosedur yang solid agar barang atau jasa yang dijual dapat
diminati dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Hal ini membutuhkan
penguatan UMKM, sehingga UMKM di Indonesia dapat menciptakan
barang-barang yang lebih baik yang mampu dibandingkan dengan
organisasi mekanik besar yang menyaingi. Baik di Indonesia maupun di
luar negeri, seperti mengembangkan produk, administrasi, kualitas dan
kemajuan administrasi dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat
diakses secara efektif dengan harga yang cukup murah, menciptakan SDM
dengan mengarahkan mempersiapkan para pelaku UMKM untuk dapat
membangun inovasi, belajar inovasi dan melakukan transaksi secara fisik
maupun melalui media online.
Pelaku UMKM memiliki andil yang sangat besar dalam
menggerakkan perekonomian Indonesia sehingga UMKM menjadi
pemasok pilihan lapangan kerja dengan berbagai perkembangan yang

1
tercipta dan dapat mengurangi pengangguran di Indonesia. Pelaksanaan
MEA memberikan kebebasan kepada pelaku bisnis untuk memiliki pilihan
dalam bersaing dan membina UMKM secara luas dan wajar, sehingga
dapat menghasilkan produk yang sangat agresif dan memiliki administrasi
yang solid dan berkualitas (Janrosl, 2018).
Manajemen yang solid dan berkualitas mendorong persaingan
bisnis untuk meningkat seiring dengan peningkatan UMKM. Dengan
kontes yang berkembang, manfaat yang diciptakan oleh organisasi akan
memperjelas bahwa ukuran penggunaan dalam ukuran penciptaan bisnis
pada umumnya akan memiliki jumlah yang sama dengan gaji yang
diperoleh organisasi. Menurut Darmasari dan Wahyuni (2020), organisasi
dengan klasifikasi bisnis kecil jika tidak dapat menyaingi organisasi lain
akan kalah dalam persaingan. Untuk dapat menyelesaikan latihan hierarkis
dan mempertimbangkan untuk bersaing di seluruh dunia, UMKM harus
memiliki opsi untuk melakukan administrasi keuangan secara memadai
bagi pengusaha UMKM.
Tugas UMKM dalam perekonomian Indonesia adalah menciptakan
hasil yang bernilai bagi daerah setempat. UMKM dihadapkan pada salah
satu kendala yang umumnya terjadi dalam dunia usaha, khususnya
keterbatasan dalam membuat laporan keuangan. Setiap pergerakan yang
diselesaikan oleh UMKM memerlukan laporan keuangan yang
mencerminkan latihan bisnisnya selama periode pembukuan.
Untuk memenuhi kebutuhan data UMKM, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) tahun 2009
mengumpulkan dan menyetujui pedoman yang dianut dari IFRS untuk
UKM yang lebih lugas, lebih spesifiknya Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Saat pertama kali
disahkan belum lama ini, para pelaku bisnis belum mendongkrak
pemanfaatan SAK EMKM dalam pembuatan laporan keuangan. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya informasi dan tidak adanya data yang
menyebabkan rendahnya inspirasi untuk menerapkan jawaban yang
ditunjukkan oleh pedoman pembukuan. Oleh karena itu, untuk membantu

2
EMKM dalam memperkenalkan laporan moneter, DSAK IAI pada tanggal
24 Oktober 2016 telah menyusun dan menyetujui draft SAK EMKM yang
berisi gagasan yang tidak terlalu membingungkan. atau bisa dibilang
lugas. kontras dengan SAK ETAP (Kusuma dan Lutfiany, 2019).
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai asosiasi ahli yang
mengarahkan seluruh akuntan di Indonesia telah mengesahkan SAK
EMKM pada pertemuannya tanggal 24 Oktober 2016. Hal ini menegaskan
keprihatinan luar biasa IAI. SAK EMKM sengaja dibuat lugas agar
menjadi Standar Pembukuan yang efektif dirasakan oleh para pelaku
UMKM. SAK EMKM sebagai standar akuntansi keuangan bagi UMKM
yang disahkan pada 1 Januari 2018.
Dukungan untuk peningkatan UMKM di daerah-daerah diandalkan
untuk meningkatkan pembangunan moneter, menciptakan lapangan kerja,
menumbuhkan ekonomi kelompok dan pada akhirnya mengembangkan
individu di berbagai kabupaten di Indonesia, termasuk Kota Tangerang
Selatan (Putra, 2018). Untuk pengembangan kemajuan UMKM,
pemerintah setempat juga telah memberikan pendekatan, khususnya
pemberian sertifikat tanah gratis dan Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) kepada 50 pelaku UMKM di Kota Tangerang Selatan. Pengaturan
ini sangat berguna bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan kemudahan
akses modal usaha atau kredit usaha dari bank. Daya dukung strategi
sangat diperlukan agar program tidak berhenti di tengah jalan. Memikirkan
lemahnya kemampuan UMKM antara lain karena masalah pemasukan
modal kerja atau kredit usaha, pembebasan, usaha para pengurus dan
organisasi, serta keterpaduan pasokan bahan mentah. Meskipun demikian,
sebagian besar Usaha Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia
menganggap sulit untuk masuk ke perbankan dan sumber pembiayaan
lainnya. Kondisi ini terjadi karena UMKM tidak memiliki laporan
keuangan yang memadai dan sesuai dengan pedoman yang berlaku dalam
bisnis keuangan.
Pembuatan laporan keuangan yang memadai harus diikuti dengan
pemahaman akuntansi yang baik. Menurut Suprianto dan Harryoga (2016),

3
akuntansi sebagai suatu proses mengidentifikasi, mengukur dan
melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penelitian
dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut serta, pemahaman akuntansi memiliki peranan penting
dalam pembuatan laporan keuangan. Rendahnya kualitas laporan keuangan
dapat disebabkan oleh pemahaman akuntansi dari penyusun laporan
keuangan itu sendiri.
Perencanaan dan penyusunan SAK EMKM bergantung pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Sesuai Kusuma
dan Lutfiany (2019), SAK EMKM ditujukan untuk pemilik yang tidak
langsung terkait dengan bisnis dan pinjaman, di mana pemanfaatan
ringkasan fiskal untuk UMKM cenderung tidak membutuhkan laporan
moneter yang berbelit-belit dan penyelidikan ringkasan anggaran dari atas
ke bawah. Strategi SAK yang baru telah disetujui, sehingga perlu
dilakukan sosialisasi, mengingat melalui sosialisasi akan mendorong
pemahaman yang baik tentang SAK.
Menurut Wijayanti dan Suratman (2020), Sosialisasi mengasumsikan
bagian yang berfungsi dalam posisi atau pekerjaan tertentu di mata publik
yang merupakan konsekuensi dari perjalanan individu untuk mendapatkan
informasi, kemampuan, dan perspektif. Mentalitas yang dimiliki daerah
tersebut adalah kecurigaan bahwa, uang tunai dapat digunakan untuk
membeli bahan mentah, bahkan pembeli sering kali hanya menggantikan
biaya produksi untuk mengirimkan barang tersebut. Hal ini membuat
keuntungan dan kemalangan menjadi tidak terlihat. Satu lagi kekurangan
dari sisi moneter adalah banyak jaringan tidak memiliki pembukuan atau
bukti pertukaran.
Menurut Masitoh (2013), masalah keterbatasan masuknya kredit
UMKM lebih karena kurangnya data yang dapat dimanfaatkan oleh para
eksekutif, calon investor atau debitur dalam mensurvei dan mengamati
perkembangan UMKM tersebut, sebagaimana hasil penelitian yang
dilakukan oleh Neir dan Rattenberg (1982) dalam Masitoh (2013), yang
menyimpulkan bahwa pihak bank tidak melihat adanya perbedaan antara

4
usaha besar dengan UMKM, semuanya diwajibkan untuk memenuhi
persyaratan termasuk harus menyediakan laporan keuangan untuk dapat
dijadikan dasar dalam memberikan pinjaman kepada calon debitur.
Keberadaan UMKM masih memiliki banyak kendala terutama dalam
akses permodalan agar dapat mempertahankan usahanya sehingga
produktifitas produk dapat ditingkatkan secara signifikan. Disinilah
pentingnya praktik akuntansi bagi UMKM karena dengan
diselenggarakannya praktik akuntansi secara tepat maka UMKM dapat
menyediakan informasi yang lebih lengkap dan terstruktur terkait usaha
dan posisi keuangannya (Masitoh, 2013).
Menurut Gardjito (2014), salah satu faktor yang dapat mendorong
meningkatnya produktivitas sumber daya manusia adalah upaya-upaya
peningkatan motivasi kerja yang memadai, seperti pemenuhan kebutuhan
baik yang bersifat eksternal (pemenuhan kebutuhan primer, pangan,
sandang, dan papan serta lingkungan yang memadai) dan kebutuhan yang
bersifat internal keinginan karyawan untuk menempatkan dirinya dalam
posisi karier yang memuaskan). Keberhasilan perusahaan tergantung dari
perilaku karyawan untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Suatu organisasi harus memperlakukan karyawan secara
manusiawi yaitu dengan menyediakan pekerjaan yang dapat
meningkatkan harkat dan martabatnya, menyediakan sarana yang
dibutuhkan, memenuhi harapan, memberikan motivasi, memberikan
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang serta memberikan jaminan
kesehatan dan keamanan (Ady dan Wijono, 2013).
Kinerja adalah hasil atau pencapaian seorang individu dalam
menyelesaikan kewajiban dan tugas kerjanya untuk memahami visi, misi,
dan tujuan organisasi. Komponen yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerja adalah inspirasi, tempat kerja, gaji, tunjangan, kondisi kerja itu
sendiri. Motivasi kerja adalah kesiapan dan penghiburan dari dalam diri
individu untuk mencapai tujuan organisasi tanpa mengesampingkan
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan (Prakosa, 2011).

5
Terkait kondisi UMKM Tengerang Selatan, Putra (2018)
menyatakan bahwa sebagian besar pemilik dan pimpinan UMKM belum
pernah mendapatkan sosialisasi terkait SAK EMKM, sedangkan sebagian
besar ingin mencatat laporan keuangan sesuai SAK EMKM untuk
transaksi mereka. Dalam isu-isu strategis urusan Usaha Kecil dan
Menengah point 4 dijelaskan bahwa, masih diperlukan evaluasi secara
kompetitif dan terpadu untuk memberikan motivasi kepeda pengelola
dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja pengelolaan perkoperasian dan
mendapatkan progres kinerja yang dapat memacu perkembangan
lembaga koperasi yang lain (Sub Bagian Perencanaan, 2018)
Sejak berlakunya SAK-EMKM Januari 2018, pelaku UMKM
dituntut untuk dapat menyajikan laporan keuangan sesuai standar
akuntansi yang berlaku. Rumitnya pemahaman mengenai siklus
akuntansi, membuat pelaku UKM tidak disiplin dalam melakukan
pencatatan transaksi keuangan. Belajar ilmu akuntansi memang tidak
dapat dipahami secara langsung, namun harus bertahap sesuai prosedur
akuntansi (Utami dkk, 2020)
Penelitian ini merujuk pada Putra (2018), namun terdapat
perbedaan. Pada penelitian ini terdapat variabel-variabel seperti, tingkat
pendidikan dan motivasi kerja yang tidak disajikan dalam penelitian
Putra. Dalam penelitiannya, pemilik ataupun pengelola UMKM
menganggap pentingnya pemahaman tentang SAK EMKM, hal ini
tercermin pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 74,6% pemilik
ataupun pengelola UMKM belum pernah mendapatkan sosialisasi
tentang SAK EMKM sehingga menginginkan adanya sosialisasi secara
berkelanjutan mengenai SAK EMKM tersebut. Putra (2018), dari hasil
pengamatan dan survei kepada pemilik ataupun pengelola UMKM,
bahwa saat ini mayoritas (80,4%) UMKM di Kota Tangerang Selatan
belum melakukan penerapan SAK EMKM pada laporan keuangannya
dan yang terakhir terkait kendala-kendala yang dihadapi dalam
penerapan SAK EMKM pada UMKM di Kota Tangerang Selatan
diantaranya usia pemilik ataupun pengelola UMKM, latar belakang

6
pendidikan dari pemilik ataupun pengelola UMKM, jumlah transaksi
yang dimiliki UMKM, sumber daya manusia yang memahami pelaporan
keuangan untuk UMKM dan kurangnya sosialisasi tentang SAK EMKM
yang diperuntukkan bagi UMKM. Berdasarkan fenomena yang telah
diuraikan sebelumnya maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh
Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat
Pendidikan dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi SAK
EMKM di Kota Tangerang Selatan.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pemahaman akuntansi berpengaruh positif terhadap


implementasi SAK EMKM ?

2. Apakah sosialisasi SAK EMKM berpengaruh positif terhadap


implementasi SAK EMKM ?

3. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap implementasi


SAK EMKM ?

4. Apakah Motivasi Kerja berpengaruh positif terhadap implementasi


SAK EMKM ?

C. Tujuan Penelitian

1. Menguji pengaruh positif pemahaman akuntansi terhadap


implementasi SAK EMKM.

2. Menguji pengaruh positif sosialisasi SAK EMKM terhadap


implementasi SAK EMKM.

3. Menguji pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap implementasi


SAK EMKM.

7
4. Menguji pengaruh positif motivasi kerja terhadap implementasi SAK
EMKM.

D. Manfaat Penelitian

1. Pemerintah kota Tangerang Selatan khususnya Dinas Koperasi dan


UMKM dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan
pengetahuan pemahaman akuntansi bagi UMKM dan pengefektifan
sosialisasi SAK EMKM kepada UMKM Tangerang Selatan.

2. Menambah wawasan bagi dunia akademik dan dapat dijadikan sebagai


referensi atau pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian


1. Pemahaman Akuntansi

Pemahaman akuntansi adalah kemampuan untuk menangkap baik


pentingnya maupun signifikansi dari praktik pembukuan itu sendiri
(Kusuma dan Lutfiany, 2019). Pemahaman tentang pembukuan yang
terkait dengan perincian keuangan sangat penting. Pemahaman
pembukuan yang baik diandalkan untuk memberikan keuntungan bagi
kemajuan dan perkembangan suatu usaha (Kusuma dan Lutfiany,
2019).

Seseorang dikatakan memiliki pemahaman akuntansi apabila


memahami transaksi akuntansi, membuat dan memahami laporan
keuangan sesuai standar akuntansi, dan mampu mencatat serta
mendokumentasikan bukti transaksi (Kusuma dan Lutfiany, 2019).

Menurut Sangadah (2020), dokumen-dokumen transaksi


merupakan tahap awal dari siklus akuntansi. Semua pencatatan harus
ada bukti yang jelas sebagai sumber bukti pencatatan selama proses
penyusunan laporan keuangan yang berasal dari internal (pihak
perusahaan yang menyusun laporan keuangan) maupun dari eksternal
(pihak luar yang berhubungan dengan transaksi dan dokumen).

2. SAK EMKM

SAK EMKM adalah kepanjangan dari Standar Akuntansi


Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah Makro yang dirancang
secara khusus sebagai patokan standar akuntasi keuangan pada
UMKM. Standar Keuangan ini disusun dan disahkan oleh IAI atau
Ikatan Akuntasi Indonesia sebagai sebuah organisasi profesi yang
menaungi seluruh akuntan di Indonesia (iaiglobal, 2020).

9
Standar Akuntansi keuangan adalah pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk
entitas yang berada di bawah pengawasannya (iaiglobal, 2021).
Indonesia memiliki 4 (empat) tipe SAK yang berlaku di Indonesia,
yaitu:
a. SAK (Standar Akuntansi Keuangan),
b. SAK-ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntansi Publik),
c. PSAK-Syariah (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah),
d. SAP (Standar Akuntansi Pemerintah).

IAI selanjutnya menyusun SAK yang lebih sederhana dari SAK-


ETAP yaitu SAK EMKM pada pertengahan 2015. Hal ini dikarenakan
masih banyaknya UMKM di Indonesia yang belum mampu untuk
membuat serta menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan SAK
yang berlaku.

Berdasarkan peraturan Undang-undang No. 20 tahun 2008, telah


ditetapkan pengertian serta kriteria UMKM yang berlaku di Indonesia.
Berikut definisinya :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan


dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih
maksimal Rp50.000.000,00 dan hasil penjualan tahunan dengan
maksimal Rp300.000.000,00.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang

10
memiliki kekayaan bersih maksimal Rp50.000.000,00 dan hasil
penjualan tahunan dengan maksimal Rp500.000.000,00.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih maksimal Rp300.000.000,00 dan hasil
penjualan tahunan dengan maksimal Rp2.000.000.000,00.

3. Sosialisasi SAK EMKM


Sosialisasi adalah proses komunikasi interaktif yang
melibatkan perkembangan individu atau pengaruh pribadi dari semua
pesan sosial dan juga dinamika pengaruh sosial (Obeng et al., 2019).
Sosialisasi memiliki tujuan utama terwujudnya kemampuan taat
urgensi norma dan cita-cita sosial serta terwujud dalam nilai-nilai
budaya kelompok di mana manusia berada. Isi sosialisasi tidak hanya
memiliki makna psikologis, tetapi juga secara kultural dan sosiologis.
Sosialisasi merupakan proses munculnya pembentukan dan
perkembangan kepribadian manusia dalam ketergantungan dan
interaksi dengan organisme manusia dan kondisi kehidupan sosial dan
ekologis pada waktu tertentu (Obeng et al., 2019)
Sosialisasi SAK EMKM merupakan sosialisasi yang didapat
oleh para pelaku UMKM mengenai SAK EMKM yang didapat dari
dinas terkait yang dapat memberikan sosialisasi (Parhusip dan
Herawati, 2020). Untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dari
sosisalisasi pelaksanaannya harus sesuai dengan kebutuhan UMKM
dan harus memiliki tujuan diadakannya sosialisasi, dengan begitu
dapat memperoleh manfaat yang dibutuhkan UMKM dengan
memperhatikan media yang sesuai agar tepat sasaran (Kusuma dan
Lutfiany, 2019).

11
Dalam menerapkan kebijakan akan pentingnya laporan
keuangan dalam sebuah usaha khususnya bagi pelaku UMKM, maka
dikeluarkannya SAK EMKM sebagai pedoman bagi UKM dalam
penyusunan laporan keuangan, karena itu dianggap lebih sederhana
dan lebih mudah diterapkan. Meski demikian, dalam praktiknya,
UKM tidak mudah menerapkannya. Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya sosialisasi, sehingga pemahaman SAK EMKM masih
kurang (Hamdani dan Chanifah, 2020).

Menurut Wulandari (2020), sosialisasi SAK EMKM


merupakan faktor norma subyektif yang mengacu pada tekanan
lingkungan sosial serta pengaruh sosial yang berasal dari interpersonal
dan eksternal untuk melakukan tindakan tertentu yang dapat
memberikan pengaruh dan tekanan sosial kepada pelaku UMKM.
Penyuluhan dan pelatihan SAK EMKM sangat dibutuhkan oleh
UMKM, karena laporan keuangan merupakan hal yang penting dalam
sebuah usaha. Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan diharapkan
bekerjasama dengan kelurahan atau dinas terkait (Wijayanti dan
Suratman, 2020).

4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tingkat atau fase sekolah yang harus


diambil tergantung pada peningkatan yang adil dan merata dari siswa,
tujuan yang ingin dicapai, dan kapasitas yang akan diciptakan oleh
seseorang melalui pendidikan formal maupun nonformal (Parhusip
dan Herawati, 2020).

Pelaksanaan SAK EMKM juga dipengaruhi oleh tingkat pelatihan


itu sendiri. Kapasitas dan kemampuan pemilik dan pengurus
organisasi menengah atau kecil saat ini masih terlihat dari pendidikan
yang telah diambil, baik formal maupun nonformal (Kusuma dan
Lutfiany, 2019).

12
5. Motivasi

Motivasi adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan individu


dalam sebuah pekerjaan yang berasal dari lingkungan dan dibuktikan
dengan perilaku (Sonia dkk, 2018). Sedangkan Salleh et al (2016),
memaknai motivasi sebagai sekumpulan kekuatan energik yang
berasal dari dalam dan di luar keberadaan individu untuk membangun
perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan.

Menurut Salleh et al (2016), motivasi kerja sangat penting dalam


mempengaruhi orang untuk memberi energi pada pemikirannya,
mengurangi keinginan dan mengatasi reaksi emosional yang negatif.
Hanya karyawan itu sendiri yang dapat memotivasi dan dipengaruhi.
kinerja seseorang dipengaruhi faktor yang berasal dari intern maupun
ekstern, kemampuan, gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan
lingkungan kerja (Edasa dan Putra, 2014). Ratnawati dan Efendi
(2020), motivasi kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
pengetahuan baru dan kesempatan belajar.

Menurut Ady dan Wijono (2013), mengatakan bahwa seseorang


terdorong untuk melakukan pekerjaan karena dua faktor yaitu faktor
yang membuat individu merasa tidak puas (dissatisfiers) dan membuat
individu puas (satisfiers). Dua faktor yang mendorong atau
memotivasi orang untuk bekerja, yaitu:

a. Faktor Motivator

Faktor motivator disebut juga dengan kondisi intrinsik, adalah


kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan
menggerakkan tingkat motivasi yang kuat dalam menghasilkan
kinerja karyawan. Jika kondisi ini tidak ada, maka kondisi ini
ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan.
faktor-faktor motivator meliputi:

1. Achievement (keberhasilan pelaksanaan)

13
2. Recognition (pengakuan)

3. The work it self (pekerjaan itu sendiri)

4. Responsibilities (tanggung jawab)

5. Advancement (pengembangan)

Motivasi internal adalah inspirasi yang tercipta dari dirinya


sendiri, dimana para pekerja dapat bekerja karena mereka tertarik
dan puas dengan pekerjaan yang memberikan arti penting,
kepuasan dan kebahagiaan bagi diri mereka sendiri.

b. Faktor Hygiene

Faktor Hygiene, atau disebut kondisi lahiriah, adalah


keadaan pekerja yang menimbulkan kekecewaan di kalangan
mereka. Jika kondisi ini ada, tidak menimbulkan motivasi. Kondisi
tersebut merupakan faktor yang menyebabkan pekerja merasa
kecewa (dissatisfiers), dengan alasan komponen-komponen
tersebut diharapkan dapat mengikuti rantai kepentingan yang
paling kecil, tepatnya pada tingkat tidak terpenuhinya (non-
dissatisfiersi) (Ady dan Wijono, 2013). Faktor hygiene meliputi:

1. Policy and administration (kebijakan dan administrasi)

2. Technical supervisior (supervisi perusahaan)

3. Interpersonal supervisor (hubungan antar pribadi)

4. Working condition (kondisi kerja)

5. Wages (gaji/upah)

Faktor hygiene, pada dasarnya adalah hubungan kerja


dengan lingkungan kerja dimana karyawan bekerja, sehingga
apabila faktor ini diabaikan atau dibiarkan tidak sehat, maka akan
menimbukan ketidakpuasan para karyawan. Motivasi eksternal

14
adalah motivasi yang berasal dari luar yang berupa peraturan dan
kebijaksanaan perusahaan. Motivasi eksternal disebut faktor
hygiene.

6. Implementasi SAK EMKM

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu


perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan
untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Kondisi keuangan suatu
perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan
yang bersangkutan, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi serta
laporan keuangan lainnya (Riswan dan Kesuma, 2014).

Dalam iaiglobal (2020), SAK EMKM mensyaratkan bahwa


laporan keuangan minimum terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode,
b. Laporan laba rugi selama periode,
c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan
rincian akun-akun tertentu yang relevan.

Laporan posisi keuangan yang diharapkan untuk ringkasan


anggaran telah diatur dalam SAK EMKM. Data ini terdiri dari data
tentang aset, kewajiban, dan ekuitas entitas pada tanggal tertentu
yang diperkenalkan dalam laporan ini.
Laba rugi EMKM menggabungkan data tentang gaji, biaya
keuangan, dan biaya ekuitas. Sesuai SAK EMKM, artikulasi
pembayaran mencakup semua gaji dan biaya yang dirasakan dalam
suatu periode, kecuali jika SAK EMKM memerlukan sesuatu yang
lain.
Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan
bahwa rangkuman keuangan telah disusun sesuai dengan ED SAK
EMKM, garis besar strategi pembukuan, dan tambahan data dan
seluk-beluk catatan khusus yang menggambarkan pertukaran yang
signifikan dan material sehingga membantu klien untuk

15
memahaminya. ringkasan anggaran. Setiap catatan untuk laporan
fiskal diperkenalkan secara efisien selama itu masuk akal. Setiap
catatan dalam laporan fiskal referensi silang ke data penting dalam
catatan ringkasan anggaran untuk memperoleh data yang tepat,
tepat dan relevan.
Dalam SAK EMKM, merupakan hal yang wajar apabila
unsur tersebut telah melaksanakan SAK EMKM ini dalam jangka
waktu tahun moneter setelah tanggal 1 Januari 2018. Laporan
utama menurut ED SAK EMKM adalah laporan moneter utama
dimana unsur tersebut membuat suatu pernyataan tegas dan apapun
alasannya. proklamasi kesesuaian dengan ED SAK EMKM dalam
catatan atas laporan. dananya. SAK EMKM diharapkan sebagai
laporan keuangan UMKM untuk mempermudah dalam menyusun
dan membuatnya.
Laporan posisi keuangan menurut SAK EMKM tidak
menunjukkan organisasi atau permintaan data yang diperkenalkan.
Meskipun demikian, UMKM dapat memperkenalkan laporan
sumber daya yang diatur oleh likuiditas dan kewajiban yang diatur
oleh pembangunan. Memperkenalkan data dekat, khususnya data
dari satu periode terakhir untuk semua jumlah yang diperkenalkan
dalam laporan fiskal kerangka waktu saat ini. Penjelasan gaji yang
diperkenalkan oleh SAK EMKM adalah tempat laporan
memasukkan semua gaji dan biaya yang dirasakan dalam suatu
periode, kecuali jika SAK EMKM memerlukan hal lain. SAK
EMKM mengarahkan perlakuan terhadap dampak perbaikan atas
kesalahan dan perubahan pendekatan pembukuan yang
diperkenalkan sebagai penyesuaian tinjauan ke masa lalu dan
bukan sebagai ciri keuntungan atau kemalangan pada masa
perkembangan terjadi. Catatan ringkasan anggaran diperkenalkan
dengan cara yang efisien sejauh dapat dipraktikkan. Estimasi yang
digunakan dalam SAK EMKM tergantung pada biaya otentik,

16
sehingga cukup untuk mencatat sumber daya dan kewajiban pada
biaya.
Menurut Purba (2019), ketidakmampuan manajemen
UMKM dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan
SAK EMKM, disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengabaian pengurus terhadap SAK EMKM dalam penyusunan
laporan keuangan usaha yang diasuhnya atau organisasi
tempatnya bekerja.
2. Penatausahaan keuangan yang masih diurus oleh para pengelola
UMKM dan belum memanfaatkan SDM yang sesuai dengan
bidangnya, barangkali merupakan hal yang paling mendesak
yang harus diperhatikan.
3. Adanya keterbatasan waktu dalam mengawasi rekening-
rekening usaha, yang disebabkan oleh administrasi UMKM
selain mengamati kinerja pekerja dan kemajuan usaha secara
berkala, serta mengawasi masalah keuangan usaha secara
langsung.
Menurut Wijayanti dan Suratman (2020), Laporan keuangan
untuk UMKM memiliki tujuan untuk memberikan data tentang
kondisi bisnis yang berkelanjutan yang ditunjukkan oleh jangka
waktu tertentu. Semua laporan seperti laporan pembukuan, laporan
pembayaran, laporan perubahan modal dan laporan pendapatan
sebagian besar sangat penting bagi UMKM karena merupakan
catatan terperinci yang menggambarkan semua transaksi yang
terjadi yang dapat mempertahankan dinamika yang diperlukan
untuk pengawas UMKM diidentikkan dengan operasional bisnis.

17
B. Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu mengenai Pemahaman Akuntansi, Sosialiasi SAK EMKM, Motivasi Kerja dan
Implementasi SAK EMKM Dalam Peyusunan Laporan Keuangan UMKM terangkum dalam tabel 2.1

Penulis
No Judul Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
1 Pengaruh Parhusip dan Tinjauan ini melihat dampak 1. Pemahaman akuntansi 1. Motivasi Kerja
Sosialisasi SAK Herawati sosialisasi SAK EMKM, 2. Sosialisasi SAK
EMKM, Tingkat (2020) tingkat pendidikan pemilik, EMKM
Pendidikan kesan pelaku UMKM, dan 3. Tingkat Pendidikan
Pemilik, Persepsi pemahaman pembukuan
Pelaku UMKM, terhadap pelaksanaan SAK
Dan Pemahaman EMKM pada UMKM di Kota
Akuntansi Malang. Dari hasil pengujian
Terhadap dan pengujian tersebut,
Implementasi SAK cenderung disimpulkan
EMKM Pada bahwa variabel sosialisasi
UMKM Di Kota SAK EMKM, variabel

18
Malang tingkat pendidikan pemilik,
dan variabel persepsi pelaku
UMKM tidak berpengaruh
positif terhadap pelaksanaan
SAK EMKM. Variabel
pemahaman akuntansi
berpengaruh positif terhadap
pelaksanaan SAK EMKM.

2 Sosialisasi Ratna Pergerakan penyuluhan 1. Sosialisasi SAK 1. Pemahaman


Penyusunan Wijayanti, dipisahkan menjadi tiga EMKM Akuntansi
Laporan Keuangan Suratman pertemuan, khususnya
2. Tingkat pendidikan
Umkm Berdasarkan Eviatiwi menasihati yang diidentikkan
Sak Emkm Pada Kusumaningty dengan laporan fiskal sesuai 3. Motivasi Kerja
Anggota Komunitas as Sugiyanto SAK EMKM, penyusunan
Ketrampilan (2020) dalam perencanaan laporan
Perempuan Tlogo moneter, dan pertemuan
Kreasi Di terakhir adalah pertemuan
Kelurahan inkuiri yang diidentikkan
Tlogosari Kulon dengan laporan moneter SAK
Kota Semarang EMKM. Dua pusat latihan
dalam bantuan ini adalah
19
memberikan bimbingan dan
persiapan yang
diidentifikasikan dengan
materi sosialisasi ringkasan
anggaran yang bergantung
pada SAK EMKM dengan
memberikan materi kepada
individu-individu daerah
yang ada dan kemudian
mengklarifikasi secara
langsung hipotesis dan
selanjutnya tindakan
pembuatan laporan keuangan
sebagaimana ditunjukkan
oleh SAK EMKM.
3 Pengaruh Sosialisasi Darmasari, L. B. semua hipotesis dalam 1. Sosialisasi SAK 1. Tingkat Pendidikan
SAK EMKM, and Wahyuni, penelitian ini diterima yang EMKM
2. Motivasi Kerja
Pemahaman M. A. (2020) berarti secara parsial variabel 2. Pemahaman Akuntansi
Akuntansi, Dan
sosialisasi SAK EMKM,
Tingkat Kesiapan
pemahaman akuntansi, dan
Pelaku Umkm
tingkat kesiapan pelaku
Terhadap

20
Implementasi SAK UMKM berpengaruh positif
EMKM Dalam terhadap implementasi SAK
Penyusunan Laporan EMKM. Hal tersebut
Keuangan Pada
menyatakan bahwa
Umkm Di Kabupaten
implementasi SAK EMKM
Buleleng
didorong dengan adanya
sosialisasi SAK EMKM,
pemahaman akuntansi serta
tingkat kesiapan pelaku
UMKM. Berdasarkan hal
tersebut, ini berarti
dengan dilakukannya
sosialisasi secara rutin oleh
Dinas Perdagangan,
Perindustrian dan Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah,
tingginya tingkat
pemahaman akuntansi pelaku
UMKM serta tingkat
kesiapan pelaku UMKM yang
semakin tinggi akan mampu

21
meningkatkan
pengimplementasian SAK
EMKM pada UMKM di
Kabupaten Buleleng

4 Analisis Persepsi Viola Syukrina Persepsi pelaku usaha kecil 1. Sosialisasi SAK 1. Pemahaman
Pelaku UMKM dan E Janrosl dan menengah serta EMKM Akuntansi
Sosialisasi SAK (2018) sosialisasi SAK EMKM
2. Tingkat Pendidikan
EMKM terhadap berpengaruh signifikan
Diberlakukannya terhadap pemanfaatan SAK 3. Motivasi Kerja
Laporan Keuangan EMKM. Besar kecilnya
yang Berbasis SAK pengaruh variabel otonom
EMKM terhadap variabel terikat
adalah sebesar 53,9% yang
ditunjukkan oleh R Square
yang berimplikasi pada
pemanfaatan SAK EMKM.
Hal ini dipengaruhi oleh
pandangan para pelaku usaha
mini, kecil dan menengah
serta sosialisasi SAK EMKM
sebesar 53,9% sedangkan
22
46,1% dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang
dikeluarkan dari tinjauan ini.

5 The Influence of Salleh dkk Tinjauan ini telah meneliti 1. Motivasi Kerja 1. Pemahaman
Work Motivation (2021) hubungan antara motivasi akuntansi
on Organizational kerja dan komitmen 2. Sosialisasi SAK
Commitment in the organisasi. Komitmen EMKM
Workplace organisasi mempengaruhi 3. Tingkat pendidikan
pencapaian sebuah asosiasi.
Efek samping dari
penyelidikan ini menemukan
bahwa ide-ide ini penting
dalam asosiasi. Ini menambah
pergantian peristiwa dan
tanggung jawab pekerja
dalam asosiasi, yang secara
tegas diidentifikasi satu sama
lain. Para pembuat strategi
dari suatu asosiasi harus
mempertimbangkan dan
mengambil bagian dalam
23
memberikan kontribusi
rencana untuk memperluas
inspirasi kerja di antara
perwakilan dengan kewajiban
penuh untuk bekerja.
Memiliki inspirasi kerja yang
besar di antara perwakilan
dapat menambah kewajiban
penuh untuk bekerja karena
perwakilan merasa mereka
penting bagi sebuah asosiasi.

6 Pengaruh Endang Sosialisasi, motivasi dan 1. Sosialisasi 1. Tingkat Pendidikan


Sosialisasi, Tingkat Masitoh W, kepribadian berdampak 2. Tingkat pemahaman
Pemahaman, Rochmi terhadap pelaksanaan SAK- 3. Motivasi
Motivasi, dan Widayanti ETAP, sedangkan tingkat
Kepribadian (2013) pemahaman tidak
Terhadap mempengaruhi pelaksanaan
Penerapan SAK SAK-ETAP, namun secara
ETAP Di bersamaan keempat
Kampoeng Batik komponen tersebut
berpengaruh nyata terhadap
24
Laweyan Solo pelaksanaan SAK-ETAP.

7 Persepsi Umkm I.C. Kusuma, Berdasarkan hasil pengujian 1. Sosialisasi SAK 1. Tingkat Pendidikan
Dalam Memahami V. Lutfiany koefisien regresi dapat EMKM
2. Motivasi Kerja
Sak Emkm (2019) diketahui bahwa faktor yang 2. Pemahaman Akuntansi
paling dominan pada
implementasi SAK EMKM
pada UMKM di Kota Bogor
adalah pemahaman akuntansi.
8 Pemetaan Yananto Hambatan-hambatan yang 1. Sosialisasi SAK 1. Tingkat Pendidikan
Penerapan Standar Mihadi Putra tampak dalam pelaksanaan EMKM
2. Motivasi Kerja
Akuntansi (2018) SAK EMKM pada UMKM di 2. Pemahaman Akuntansi
Keuangan Emkm Kota Tangerang Selatan
Pada Umkm Di antara lain usia pemilik atau
Kota Tangerang pengurus UMKM,
Selatan latarbelakang pendidikan
pemilik atau pimpinan
UMKM, jumlah transaksi
pertukaran yang dimiliki oleh
UMKM, SDM yang

25
memahami perincian
keuangan untuk UMKM dan
kurangnya sosialisasi tentang
SAK EMKM yang
direncanakan untuk UMKM

26
C. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar


2.1 berikut ini:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran

Pemahaman Akuntansi Darmasari dan Wahyuni (2020),


(Mawardi, Wisnu dkk , 2019),
(x Bokol, (2020)

Kusuma dan Lutfiany, (2019)


Hamdani dan Siti Chanifah, (2020),
Diana, (2011)
Sosialisasi SAK EMKM

Implementasi SAK EMKM

Kusuma dan Lutfiany (2019)

Tingkat Pendidikan

Masitoh (2013), Salleh et al.,


(2021), Ratnawati dan Efendi
(2020)

Motivasi Kerja

D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis


1. Pemahaman Akuntansi dan Implementasi SAK EMKM

Menurut Darmasari dan Wahyuni (2020), seseorang yang memiliki


pemahaman akuntansi dikatakan memahami dan melihat bagaimana sistem
pembukuan untuk menyiapkan ringkasan fiskal sesuai norma pembukuan yang
bersangkutan. Pemahaman akuntansi yang disinggung dalam ulasan ini adalah

27
pelaku UMKM yang memiliki pemahaman pembukuan yang baik akan melihat
bagaimana sistem pembukuan itu terjadi.

Dalam penelitian Mawardi et al., (2019), pemahaman UMKM atas laporan


keuangan akan mendukung proses implementasi keuangan. Pemahaman akuntansi
berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM. Hal ini karena semakin luas
seseorang memahami akuntansi maka semakin meningkat pula pemahaman dalam
menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku, karena
pemahaman akuntansi penting untuk dapat memberikan manfaat bagi kemajuan
dan perkembangan UMKM. Hasil penelitian (Bokol et al., 2020), menunjukkan
bahwa pemahaman akuntansi terhadap pelaporan keuangan UMKM berdasarkan
SAK EMKM. Sehingga dalam penelitian ini, hipotesis yang pertama, yaitu :

H1: Pemahaman akuntansi berpengaruh positif terhadap implementasi SAK


EMKM.

2. Sosialisasi SAK EMKM dan Implementasi SAK EMKM


Sosialisasi SAK EMKM adalah pemberian data atau pelatihan yang
diidentikkan dengan SAK EMKM yang diberikan oleh perkumpulan terkait dengan
sosialisasi SAK EMKM, Seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), lembaga pelatihan, serta lembaga pendidikan tinggi (Wulandari,
2020)
Penelitian (Kusuma dan Lutfiany 2019), menjelaskan bahwa Sosialisasi SAK
EMKM berpengaruh terhadap Implementasi SAK EMKM. Sosialisasi penting
dilakukan dan berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM (Hamdani dan
Chanifah, 2020). Dalam penelitian Diana (2011), pemberian informasi dan
sosialisasi SAK EMKM berpengaruh signifikan terhadap pemahaman pengusaha
UMKM tentang SAK EMKM. Sehingga dalam penelitian ini, hipotesis yang
kedua, yaitu :
H2: Sosialisasi SAK EMKM berpengaruh positif terhadap implementasi SAK
EMKM.

28
3. Tingkat Pendidikan dan Implementasi SAK EMKM
Menurut Parhusip dan Herawati (2020), tingkat pendidikan formal (tingkat
pendidikan sekolah dasar hingga pendidikan sekolah menengah) akan rendah
dalam kesiapan dan pemanfaatan data pembukuan kontras dengan tingkat
pendidikan formal yang signifikan. Latar belakang pendidikan wirausaha
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman wirausaha UMKM terhadap SAK
EMKM (Diana, 2011).

Penelitian Kusuma dan Lutfiany (2019), melakukan penelitian terhadap


implementasi SAK EMKM pada UMKM di Kota Bogor. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap
implementasi SAK EMKM. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang baik
formal, non-formal maupun pelatihan keuangan maka pengetahuan terhadap
pentingnya penerapan SAK pada usahanya semakin baik.
H3: Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM.

4. Motivasi dan Implementasi SAK EMKM


Masitoh (2013), dijelaskan bahwa secara parsial faktor sosialisasi, motivasi
dan kepribadian berpengaruh secara signifikan terhadap implementasi SAK.
Salleh et al. (2016), menyatakan bahwa motivasi kerja yang hebat di antara
karyawan dapat menambah semangat untuk bekerja karena pekerja merasa menjadi
bagian dari sebuah asosiasi. Penelitian Ratnawati dan Efendi (2020), menyatakan
bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, saat
kinerja baik maka akan mampu menerapkan sesuatu yang baik untuk perusahaan,
seperti implementasi SAK . Sehingga dalam penelitian ini, hipotesis yang ketiga,
yaitu :
H : Motivasi berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM.
3

29
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini merupakan UKM terdaftar di dinas koperasi
dan UKM Tangerang Selatan periode akhir 2019. UMKM yang masih terdaftar di
dinas koperasi dan UKM Tangerang Selatan dijadikan populasi dengan tujuan agar
data yang diperoleh benar dan status UMKM legal. Untuk menentukan sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik Convenience Sampling. Convenience
Sampling adalah metode penentuan sampel dengan memilih sampel secara bebas
sekehendak peneliti (Sugiyono, 2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bertempat di wilayah kota Tangerang Selatan dan waktu
pelaksanaannya dimulai dari bulan Juli 2021 sampai Agustus 2021. Untuk batas
waktu penelitiannya sampai memenuhi syarat minimal sample yang dibutuhkan

C. Data dan Sumber Data


Data penelitian ini berupa data primer dalam bentuk kuesioner yang
diperoleh dari UKM di kota Tangerang Selatan. Ini merupakan penelitian
kuantitatif yang sepenuhnya bertujuan untuk mengklarifikasi dampak dari empat
variabel independen, khususnya pemahaman akuntansi, sosialisasi SAK EMKM,
tingkat pendidikan dan motivasi kerja terhadap variabel dependen implementasi
SAK EMKM. Luasnya pemeriksaan ini terbatas pada pelaksanaan SAK EMKM
dalam perencanaan laporan keuangan. Informasi yang digunakan adalah informasi
penting yang diperoleh dari kuesioner yang disebarluaskan ke UKM Tangerang
Selatan.

D. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan metode survei. Instrumen
survei atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner (Parhusip dan Herawati, 2020). peneliti mendapatkan informasi yang
diidentifikasi dengan masalah yang sedang diselidiki melalui buku, jurnal, tesis,
artikel, internet, dan perangkat berbeda yang diidentifikasi dengan masalah
penelitian ini.

30
E. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan lebih dari dua variabel, dengan metode analisis
data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linear regression).
Regresi linier berganda adalah analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan variabel bebas lebih dari satu variabel. Seperti
halnya uji parametris lainnya, regresi linear berganda juga mempunyai syarat atau
asumsi klasik yang harus terpenuhi. Berikut merupakan penjelasan tahapan-
tahapan dalam pengujian ini:

1. Analisis Statistik Deskriptif


Sebelum melakukan regresi atas sampel penelitian, penulis melakukan
analisis statistik deskriptif terhadap data yang didapatkan. Statistik deskriptif
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(Ghozali, 2018).
2. Uji Instrument
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur nilai variabel yang diteliti
guna memperoleh data pendukung dalam melakukan suatu penelitian. Jumlah
instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah
variabel yang akan diteliti. Instrumen penelitian yang lazim digunakan dalam
penelitian adalah beberapa daftar pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada
masing-masing responden yang menjadi sampel dalam penelitian.
Instrumen penelitian dalam metode kuesioner hendaknya disusun
berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dalam tabel
operasionalisasi variabel sehingga masing-masing pertanyaan yang akan
diajukan kepada setiap responden dapat terukur. Data yang telah dijabarkan
dalam tabel operasionalisasi variabel yang bersifat kualitatif akan diubah
menjadi bentuk kuantitatif dengan pendekatan analisis statistik. Penelitian ini
menggunakan kuesioner tertutup atau jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu
dan responden tidak diberikan alternatif jawaban lain. Indikator - indikator
untuk keempat variabel kemudian dijabarkan oleh peneliti menjadi sejumlah
pertanyaan-pertanyaan sehingga di peroleh data primer.

31
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Sugiyono (2015) mengemukakan bahwa: “Hasil penelitian yang
valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur”. Untuk menguji validitas pada tiap-tiap item, yaitu
dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah tiap skor butir. Jika koefisien korelasinya sama atau di atas 0,30
maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya kurang
dari 0,30 maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Untuk menghitung
validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment berikut: rxy
= Keterangan : rxy = Koefisien Korelasi ∑ xi = Jumlah Skor Item ∑ yi =
Jumlah Skor total (seluruh item) n = Jumlah Responden
b. Uji Reliabilitas
Ghozali (2018), Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Sugiyono
(2015), menyatakan penelitian yang reliabel adalah bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode one
shot atau pengukuran sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan
dengan pertanyaan lain atau korelasi antar jawaban pertanyaan. Untuk
mengukur reliabilitas dengan menggunakan uji statistic Cronbach Alpha.
Suatu konstruk atau variabel di katakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0.70 (Ghozali, 2018).

32
3. Uji Asumsi klasik
Uji regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model penelitian telah
memenuhi syarat, yakni lolos dari uji asumsi klasik. Hal tersebut dilakukan
untuk memastikan bahwa data yang akan diuji telah terdistribusi secara normal
dan tidak mengandung multikolinearitas dan heteroskedastitas yang secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi
normal. Uji statistik yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah
Kolmogrov-Smirnov test, dengan ketentuan hasil sebagai berikut (Ghozali,
2018):
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
dan pada tabel Kolmogrov-Smirnov signifikansinya lebih dari 5%
(>0,05) maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, dan pada tabel Kolmogrov-Smirnov signifikansinya kurang dari
5% (<0,05) maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Berikut merupakan cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas didalam model regresi diantaranya (Ghozali, 2018):
1. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antara
variabel ada korelasi yang cukup tinggi (>0,90) maka hal ini
mengidentifikasi adanya multikolinearitas.
2. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10

33
atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Regresi bebas dari masalah
multikolinearitas jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai
VIF < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu ke pengamatan ke
pengamatan lain teteap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
sebaliknya disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2018).
Untuk menguji heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Weigth
Least Squares dan melihat grafik scatterplot. Uji WLS adalah uji
heteroskedastisitas dengan meminimalkan bobot variabel dan
mengkuadrat variabel terkecil. Uji WLS dapat mengatasi model regresi
dengan varian error tidak konstan dan mampu untuk menetralisir akibat
dari pelanggaran asumsi heteroskedastisitas dan dapat menghilangkan
sifat ketidakbiasan (Gujarati, 2004).

3. Uji Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression)
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model analisis linier berganda untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh antara variabel-variabel independen Pemahaman
Akuntansi (X1), Sosialisasi SAK EMKM (X2), Tingkat Pendidikan (X3) dan
Motivasi Kerja (X4) terhadap variabel dependen Implementasi SAK
EMKM (Y). Adapun model regresi penelitian dirumuskan sebagi berikut:

34
ISE = ɑɛ + β1PA + β2SSE + β3TP + β4MK + ɛ
Keterangan:
ISE = Implementasi SAK EMKM
ɑ = Konstanta
β1-β3 = Koefisien regresi
PA = Pemahaman Akuntansi
SSE = Sosialisasi SAK EMKM
TP = Tingkat Pendidikan
MK = Motivasi Kerja
ɛ = Error Term
Menurut Ghozali (2018) untuk mengetahui apakah model regresi
benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif,
maka model tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik.
b. Uji Statistik Fisher (F)
Uji F dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-variabel
independen secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Ghozali (2018), Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji
keseluruhan variabel independen terhadap satu variabel dependen secara
bebas dengan signifikan sebesar 0,05 dapat disimpulkan:
a) Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, ini
berarti menyatakan bahwa seluruh variabel mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
b) Jika nilai signifkan > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, ini berarti
menyatakan bahwa seluruh variabel tidak mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen atau terikat.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t).


Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dalam hal ini nilai signifikan t < 0,05 (5%) maka hasilnya
signifikan atau Ha diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel independen secara individual terhadap dependen (Ghozali, 2018).

35
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Jika nilai Adjusted R2
bernilai besar, maka variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika
(Adjusted R2) bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Secara umum koefisien
determinasi untuk crossection relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time
series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,
2018).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel dependen, (R2) pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak.
Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai
adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti nilai
R2, nilai adjusted R2 dapat naik dapat turun apabila satu variabel independen
ditambahkan dalam model (Ghozali, 2018).

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Penelitian ini menggunakan 5 variabel yaitu 4 independen dan 1
dependen. penelitian ini diukur dengan skala likert lima poin, yaitu 1 (tidak
pernah), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4 (sering), 5 (selalu). Menurut Sugiharto,
(2020) skala likert adalah sebuah skala psikometri yang digunakan dalam
kuesioner untuk mendapatkan pilihan peserta dan tingkat persetujuan dengan
suatu pernyataan. Responden diminta untuk menunjukkan tingkat persetujuan
pada pernyataan yang diberikan dengan cara memilih skala yang ordinal. Skala
yang paling sering digunakan adalah skala dengan 5 pilihan.

1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah implementasi /
penerapan SAK EMKM. Implementasi adalah tindakan atau aktifitas yang
sudah dirancang sedemikian baik untuk dapat mencapai tujuan dari kegiatan
tertentu. Secara sederhana, implementasi dapat dikatakan sebagai penerapan

36
atau tindakan dari rencana yang telah disusun sebelumnya (Darmasari dan
Wahyuni, 2020).
Dalam penelitian Kusuma dan Lutfiany (2019), beberapa indikator
implementasi SAK EMKM yaitu: penyusunan laporan keuangan dilakukan
secara teratur, informasi akuntansi sesuai SAK EMKM, telah mengaplikasikan
SAK EMKM dan manfaat penerapan SAK EMKM.

2. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
pemahaman akuntansi, sosialisasi SAK EMKM, tingkat pendidikan dan
motivasi kerja. Adapun penjelasan variabel-variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pemahaman Akuntansi
pemahaman akuntansi merupakan suatu kemampuan seorang untuk
mengenal dan mengerti tentang akuntansi. Pemahaman akuntansi ini dapat
di ukur dari nilai mata kuliah yang meliputi Pengantar Akuntansi dan mata
kuliah lainnya (Pratiwi et al., 2016)
Pengetahuan akuntansi dipandang dari dua sisi pengertian yaitu
sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktekkan di dunia nyata
dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang di ajarkan di
perguruan tinggi. Akuntansi sebagai objek pengetahuan di perguruan
tinggi, akademisi memandang akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu
bidang praktik dan teori. Bidang praktik berkepentingan dengan masalah
bagaimana praktik dijalankan sesuai dengan prinsip akuntansi (Indra dan
Rusmita, 2018).
Paham menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai
pengertian pandai dan mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah
proses, cara perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa
orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai
benar tentang akuntansi. Seseorang dikatakan paham terhadap akuntansi
adalah mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan
sampai menjadi suatu laporan keuangan keuangan dengan berpedoman
pada prinsip dan standar penyusunan laporan keuangan yang ditetapkan

37
oleh Standar Akuntansi Keuangan. Pengukuran pemahaman seseorang
dapat dilihat dari aspek pendidikan, pelatihan dan tingkat pengalaman
(Puteri et al., 2019). Tanda seseorang memahami akuntansi adalah
mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait (Atmaja et al.,
2017)
Dalam skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Penelitian ini menggunakan pemahaman akuntansi sebagai
variabel sesuai penelitian Kusuma and Lutfiany (2019); Parhusip and
Herawati (2020), dengan indikator sebagai berikut:
1. Memahami transaksi akuntansi
2. Adanya dokumentasi setiap transaksi
3. Memahami tahapan pembuatan laporan keuangan
4. Memahami pencatatan akuntansi
5. Memahami penyusunan laporan keuangan
6. Mampu membuat laporan keuangan sesuai standar akuntansi

b. Sosialisasi SAK EMKM


Sosialisasi SAK EMKM adalah pemberian data atau pelatihan yang
diidentikkan dengan SAK EMKM yang diberikan oleh perkumpulan
terkait dengan sosialisasi SAK EMKM, Seperti Dinas Koperasi dan
UMKM, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), lembaga pelatihan, serta
lembaga pendidikan tinggi (Wulandari, 2020). Sosialisasi SAK EMKM
merupakan proses individu belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan
lingkungan tertentu dan bagaimana mengkoordinasikan perilakunya
dengan perilaku orang lain dan belajar sesuai dengan peranan dan
peraturan yang ditetapkan yakni SAK EMKM (Febriyanti & Wardhani,
2018).
Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses penyesuaian diri dengan hal-
hal baru yang dipelajari sesuai dengan pekerjaan dan keputusan yang telah
ditetapkan. Sosialisasi SAK EMKM sangat penting untuk melatih
pemahaman para pelaku bisnis melihat pedoman materi agar dapat

38
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang diperoleh untuk
perkembangan dan kemajuan bisnis mereka (Darmasari dan Wahyuni,
2020). Pelaku UMKM berpendapat bahwa masih memerlukan adanya
sosialisasi standar akuntansi. Mereka berharap adanya pelatihan yang
berkelanjutan dengan memberikan modul standar akuntansi untuk
diimplementasikan (Mubiroh & Ruscitasari, 2020).
Sosialisasi SAK EMKM dalam penelitian ini di ukur dengan skala
likert lima poin, yaitu 1 (tidak pernah), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4
(sering), 5 (selalu). Kusuma dan Lutfiany (2019), menggunakan beberapa
indikator untuk mengukur sosialisasi. Indikatornya tersebut adalah:
1. Pelaksanaan sosialisasi
2. Tujuan sosialisasi
3. Manfaat sosialisasi
4. Media sosialisasi

c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan memerankan komponen persepsi pengendalian diri
dalam. Pemilik UMKM merasa bahwa tingkat pendidikan yang
dimilikinya mumpuni, maka pemilik UMKM akan memiliki kemampuan
untuk mengimplementasikan SAK EMKM (Parhusip dan Herawati, 2020).
Latar belakang pendidikan pengusaha UMKM juga menjadi salah satu
faktor yang mendukung implementasi SAK EMKM. Pelaku UMKM yang
pernah menempuh pendidikan akuntansi mempunyai persepsi yang lebih
baik terkait implementasi standar akuntansi dibandingkan dengan
pengusaha yang berlatar belakang non akuntansi. Studi menunjukkan
bahwa kualifikasi pedidikan pemilik UKM memiliki hubungan yang
signifikan terhadap pelaporan keuangan UKM (Mubiroh & Ruscitasari,
2020).

Tingkat pendidikan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia


pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
39
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Febriyanti & Wardhani, 2018). Tingkat pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang tidak diatur unutuk tujuan meratanya kemampuan siswa,
tujuan yang ingin dicapai, dan kapasitas yang diciptakan. Cara instruktif
terdiri dari sekolahan formal, nonformal, dan kasual yang dapat saling
melengkapi dan memajukan. Kapasitas dan penguasaan seseorang saat ini
ditentukan oleh pendidikan yang telah diambilnya, baik secara resmi
maupun tidak resmi (Parhusip dan Herawati, 2020). Penelitian ini
menggunakan tingkat pendidikan sebagai variabel sesuai penelitian
(Kusuma dan Lutfiany, 2019) dengan indikator sebagai berikut:

1. Pendidikan formal
2. Pendidikan non formal
d. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan


mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil kerja yang optimal (Aldi & Susanti, 2019). Motivasi merupakan
indikator yang membuat seorang pekerja lebih puas dalam menjalankan
aktivitasnya. Motivasi kerja dapat menjadi pendorong yang ada dalam diri
manusia dan dapat mengarahkan perilakunya untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya (Gondokusumo and Sutanto (2015).
Motivasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku
manusia, motivasi disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung
atau kebutuhan - kebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat
dan termotivasi untuk mengurangi serta memenuhi dorongan diri sendiri,
sehingga dapat bertindak dan berbuat menurut cara-cara tertentu yang
akan membawa ke arah yang optimal. Motivasi sangat berpengaruh
terhadap kinerja pegawai. Karena pada umumnya pegawai akan
memiliki produktivitas kerja yang tinggi apabila perusahaan
mendukung pelaksanaan tugas mereka. Karena dukungan kerja yang
baik akan mempengaruhi pelaksanaan tugas pegawai dalam suatu
perusahaan. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kerja pegawai,

40
perusahaan dapat memberikan misalnya bonus kepada pegawai agar
mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja (Andika, 2019).
Definisi operasional motivasi kerja dalam penelitian ini yaitu dorongan
dari dalam diri karyawan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian
Fadli (2020), indikator yang dipakai untuk mengukur variabel motivasi
kerja ialah:

1. Kebutuhan fisik
2. Kebutuhan keamanan
3. Kebutuhan sosial
4. Kebutuhan penghargaan
5. Kebutuhan aktualisasi diri

Tabel 3.1
Operasional variabel

Variabel Definisi variabel Dimensi Indikator

Pemahaman Pemahaman 1. Transaksi 1. Memahami


akuntansi adalah Akuntansi transaksi akuntansi
Akuntansi
kemampuan dalam 2. Adanya
menangkap baik 2. Tahapan dokumentasi setiap
Bokol (2020), Sangadah Pembuatan
(2020), Darmasari dan
arti maupun makna transaksi
dari praktik Laporan 3. Memahami
Wahyuni (2020),
Mawardi dkk (2019), akuntansi itu Keuangan tahapan pembuatan
Kusuma dan Lutfiany sendiri (Winkel, Sesuai laporan keuangan
(2019), Winkel (2018), 2018); (Kusuma & Standar 4. Memahami
Indra dan Rusmita Akuntansi
(2018), Pasek (2016),
Lutfiany, 2019) pencatatan
Diana (2011). akuntansi
5. Memahami
penyusunan
laporan keuangan
6. Mampu membuat
laporan keuangan
sesuai standar
akuntansi

Sosialisasi SAK Sosialisasi adalah 1) Sosialisasi 1. Pelaksanaan


EMKM proses komunikasi SAK sosialisasi
interaktif yang EMKM 2. Tujuan sosialisasi
Hamdani dkk (2020),
Eka (2020), Wijayanti
melibatkan 3. Manfaat sosialisasi
41
dan Suratman (2020), perkembangan 4. Media sosialisasi
Darmasari dan Wahyuni individu atau
(2020), Eka (2020),
Hamdani dan Siti
pengaruh pribadi
Chanifah (2020), dari semua pesan
Kusuma dan Lutfiany sosial dan juga
(2019), Obeng dkk dinamika pengaruh
(2019), Janrosl, (2018), sosial (Obeng et
Diana (2011),
al., 2019)

Tingkat Pendidikan tingkat pendidikan Tingkat 1. Pendidikan


adalah tahapan Pendidikan Formal
Parhusip dan Herawati
(2020), Kusuma dan
pendidikan yang Seseorang 2. Pendidikan Non-
Lutfiany (2019). tidak diatur unutuk formal
tujuan meratanya
kemampuan siswa,
tujuan yang ingin
dicapai, dan
kapasitas yang
diciptakan
(Parhusip &
Herawati, 2020)

Motivasi Kerja Motivasi Kerja Kebutuhan 1. Kebutuhan


adalah dorongan Individu keamanan
Salleh dkk (2021),
Ratnawati dan Efendi
untuk memenuhi
kebutuhan individu 2. Kebutuhan sosial
(2020), Epi Ratnawati
dkk (2020), Jihan dan dalam sebuah
3. Kebutuhan
Erlina (2018), pekerjaan yang
Gondokusumo dan penghargaan
berasal dari
Sutanto (2015), Edasa
dan Putra (2014), Ady
lingkungan dan 4. Kebutuhan
dan Wijono (2013), dibuktikan dengan aktualisasi diri
Endang Masitoh (2013) perilaku (Jihan dan
Erlina, 2018)

Implementasi SAK Implementasi Standarisasi 1. Penyusunan


EMKM adalah tindakan Penerapan laporan keuangan
atau aktifitas yang SAK EMKM dilakukan secara
Darmasari dan Wahyuni
sudah dirancang teratur
(2020), Wijayanti dan
Suratman (2020),), sedemikian baik 2. Informasi
Purba (2019), Kusuma untuk dapat akuntansi sesuai
dan Lutfiany (2019), mencapai tujuan SAK EMKM
iaiglobal (2020), Riswan dari kegiatan 3. Telah
dan Kesuma (2014).
tertentu. Secara mengaplikasikan
sederhana, SAK EMKM
implementasi dapat 4. Manfaat penerapan
dikatakan sebagai SAK EMKM.
penerapan atau
tindakan dari
rencana yang telah
disusun
42
sebelumnya
(Darmasari dan
Wahyuni, 2020)

43
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah UKM yang terdata valid dan
aktif dalam komunikasi sebesar 100 UKM. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode convenience sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 80
UKM dan lama waktu penyebaran kuesioner dari tanggal 08 Juli 2021 sampai
dengan 07 agustus 2021. Berikut tabel data penyebaran kuesioner:

Tabel 4.1

Tingkat Pengembalian Keusioner

Keterangan Banyak Banyak Jumlah Jumlah %


Unit Unit Kuesioner Kuesioner
Analisis Analisis yang yang Pengembalian
yang disebar kembali Kuesioner
tidak
merespon

Data Dinas 100 20 100 80 80%

B. Temuan Hasil Penelitian


1. Analisis Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Pemahaman Akuntansi,


Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat Pendidikan, Motivasi Kerja dan Implementasi
SAK EMKM. Dari kelima variabel itu dibuat kerangka kuesioner guna
mendapatkan data dari sampel yang sudah ditentukan. Adapun hasil penyebaran
kuesioner sebagai berikut:

44
Tabel 4.2
GENDER

Gender Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Pria 45 56,3 56,3 56,3
Wanita 35 43,8 43,8 100,0
Total 80 100,0 100,0

Dari data yang diperoleh jumlah pria yang menggeluti UMKM sebanyak 45
orang dengan persentase sebesar 56,3% dan untuk wanita sebanyak 35 orang
dengan persentase sebesar 43,8%.

Tabel 4.3
PENDIDIKAN TERAKHIR

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
D3 7 8,8 8,8 8,8
S1 21 26,3 26,3 35,0
S2 2 2,5 2,5 37,5
SD 7 8,8 8,8 46,3
SMA/SMK 41 51,3 51,3 97,5
SMP 1 1,3 1,3 98,8
ST 1 1,3 1,3 100,0
Total 80 100,0 100,0

Selanjutnya, untuk pendidikan terakhir persentase terbesar ada pada pendidikan


SMA/SMK sederajat sebesar 51,3% dan terkecil ada SMP dan ST dengan
persentase sebesar 1,3%.

45
Tabel 4.4
USIA RESPONDEN

N Minimu Maximu Mean Std.


m m Deviation
Usia 80 19 68 41,25 11,377
Valid N
80
(listwise)

Dari data yang diperoleh untuk rata-rata usia responden 41,25 tahun dengan
umur tertinggi 68 tahun dan terendah 19 tahun.

2. Hasil Uji Instrument Data

a. Hasil Uji Validitas


Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur yang dipergunakan untuk
mengukur apa yang diukur. Adapun caranya adalah dengan mengkorelasikan
antara skor yang diperoleh pada masing-masing item pertanyaan dengan skor
total individu. Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer
menggunakan program SPSS Versi 20. Dalam penelitian ini pengujian validitas
hanya dilakukan terhadap 80 responden. Pengambilan keputusan berdasarkan
pada nilai rhitung (Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0,220,
untuk df = 80–2 = 78;  = 0,05 maka item/ pertanyaan tersebut valid dan
sebaliknya.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Akuntansi (X1)

Nilai Corrected Item


Butir Sig. rtabel Kriteria
Total Correlation / rhitung

P1 0.550 0.000 0.220 Valid


P2 0.741 0.000 0.220 Valid
P3 0.635 0.000 0.220 Valid
P4 0.647 0.000 0.220 Valid
P5 0.751 0.000 0.220 Valid
P6 0.768 0.000 0.220 Valid

46
Berdasarkan Tabel 4.5, maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel Pemahaman akuntansi memiliki status valid, karena nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.

Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Sosialisasi SAK EMKM (X2)

Nilai Corrected Item


Butir Sig. rtabel Kriteria
Total Correlation / rhitung

P7 0.692 0.000 0.220 Valid


P8 0.672 0.000 0.220 Valid
P9 0.675 0.000 0.220 Valid
P10 0.666 0.000 0.220 Valid
P11 0.667 0.000 0.220 Valid
P12 0.694 0.000 0.220 Valid

Berdasarkan Tabel 4.6 maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel sosialisasi SAK EMKM memiliki status valid, karena nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.

Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pendidikan (X3)

Nilai Corrected Item


Butir Sig. rtabel Kriteria
Total Correlation / rhitung

P13 0.627 0.000 0.220 Valid


P14 0.594 0.000 0.220 Valid
P15 0.682 0.000 0.220 Valid
P16 0.672 0.000 0.220 Valid

47
Berdasarkan Tabel 4.7 maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel tingkat pendidikan memiliki status valid, karena nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.

Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja (X4)

Nilai Corrected Item


Butir Sig. rtabel Kriteria
Total Correlation / rhitung

P17 0.500 0.000 0.220 Valid


P18 0.532 0.000 0.220 Valid
P19 0.524 0.000 0.220 Valid
P20 0.578 0.000 0.220 Valid
P21 0.633 0.000 0.220 Valid
P22 0.590 0.000 0.220 Valid
P23 0.671 0.000 0.220 Valid
P24 0.594 0.000 0.220 Valid
P25 0.472 0.000 0.220 Valid
P26 0.679 0.000 0.220 Valid

Berdasarkan Tabel 4., maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel motivasi kerja memiliki status valid, karena nilai rhitung (Corrected
Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.

Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Implementasi SAK EMKM (Y)

Nilai Corrected Item


Butir Sig. rtabel Kriteria
Total Correlation / rhitung

P27 0.780 0.000 0.220 Valid


P28 0.729 0.000 0.220 Valid
P29 0.780 0.000 0.220 Valid

48
P30 0.767 0.000 0.220 Valid

Berdasarkan Tabel 4.9 maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk
variabel Implementasi SAK EMKM memiliki status valid, karena nilai rhitung
(Corrected Item-Total Correlation) > rtabel sebesar 0.220.

b. Hasil Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid.
Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal jika jawaban terhadap pertanyaan
selalu konsisten.

Tabel 4.10

Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel ralpha rkritis Kriteria

1 Pemahaman Akuntansi 0.951 0.700 Reliabel


2 Sosialisasi SAK EMKM 0.951 0.700 Reliabel
3 Tingkat Pendidikan 0.951 0.700 Reliabel
4 Motivasi Kerja 0.952 0.700 Reliabel
5 Implementasi SAK EMKM 0.950 0.700 Reliabel

Berdasarkan Tabel 4.10 uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan


yang dinyatakan valid. Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
terhadap pertanyaan selalu konsisten. Jadi hasil koefisien reliabilitas pemahaman
akuntansi adalah sebesar rll = 0.951, sosialisai SAK EMKM adalah sebesar rll =
0.951, instrument tingkat pendidikan adalah sebesar rll = 0.951, motivasi kerja
adalah sebesar rll = 0.952, implementasi SAK EMKM adalah sebesar rll = 0.950,
ternyata memiliki nilai “Cronbach Alpha” lebih besar dari 0.700, yang berarti
ketiga instrumen dinyatakan reliabel atau memenuhi persyaratan.

49
3. Hasil Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini, dilakukan tiga uji asumsi klasik untuk menentukan
apakah data yang digunakan dalam penelitian ini dapat memberikan hasil yang
valid guna pengambilan kesimpulan. Adapun hasil keempat uji asumsi klasik
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi


penelitian ini, nilai pengganggu atau residual yang digunakan berdistribusi secara
normal atau tidak. Menurut Ghozali (2018), sebuah penelitian yang baik,
merupakan penelitian yang memiliki data berdistribusi normal. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan uji statistik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Nilai residual terstandarisasi dapat dikatakan berdistribusi normal
apabila nilai probabilitas asymp. sig > 0,05. Berikut merupakan tabel yang
menyajikan hasil uji Kolmogorov Smirnov (K-S) dalam penelitian ini:

Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std.
2.77389198
Deviation
Most Extreme Absolute .064
Differences Positive .056
Negative -.064
Test Statistic .064
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

50
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Nilai asymp. sig. (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov adalah


sebesar 0,200. Nilai tersebut berada di atas nilai signifikan 0,05. Dengan
demikian dapat dikatakan nilai residual data berdistribusi adalah normal dan
telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil ini konsisten dengan hasil analis
grafik normal P-Plot yang ditunjukkan dalam gambar 4.12 berikut ini:

Gambar 4.12

Grafik normal P-Plot menunjukkan pola distribusi nilai residual data yang
normal. Pada grafik normal P-Plot jumlah titik yang mewakili sampel dalam
penelitian menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal tersebut.

b. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan guna menguji apakah terjadi korelasi antar


variabel independen. Dalam penelitian ini, deteksi ada/atau tidaknya masalah
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) antar variabel. Tabel berikut menunjukkan nilai tolerance dan VIF
hasil uji multikolinearitas yang dilakukan dalam penelitian ini:
51
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolenieritas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
PA .631 1.584
SSE .575 1.739
TP .618 1.618
MK .665 1.504

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui bahwa variabel dalam


penelitian ini tidak terjadi multikolineritas. Hal ini dapat terlihat dari nilai
tolerance seluruh variabel yang bernilai lebih besar dari 0,10 yaitu variabel
Pemahaman Akuntansi sebesar 0,631; variabel Sosialisasi SAK EMKM sebesar
0,575; variabel Tingkat Pendidikan sebesar 0,618; variabel Motivasi Kerja
sebesar 0,665.

Bersamaan dengan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10, nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dalam penelitian ini juga bernilai kurang dari 10 untuk
setiap variabel, yaitu variabel Pemahaman Akuntansi sebesar 1,584; variabel
Sosialisasi SAK EMKM sebesar 1,739; variabel Tingkat Pendidikan sebesar
1,618; variabel Motivasi Kerja sebesar 1,504.

c. Hasil Uji Heterokesdatisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika sebaliknya disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).

Untuk menguji heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Weigth Least


Squares dan melihat grafik scatterplot. Uji WLS adalah uji heteroskedastisitas
dengan meminimalkan bobot variabel dengan mengkuadrat variabel terkecil. Uji
WLS dapat mengatasi model regresi dengan varian error tidak konstan dan
mampu untuk menetralisir akibat dari pelanggaran asumsi heteroskedastisitas dan
dapat menghilangkan sifat ketidakbiasan (Gujarati, 2004).

52
Tabel 4.13
Hasil Uji Heterokesdatisitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.


(Constant) -.003 .008 -.459 .647
PA .045 .037 .238 1.192 .237
SSE .067 .148 .090 .456 .649
TP .017 .040 .059 .431 .667
MK .043 .027 .392 1.604 .113
a. Dependent Variable: ABS_RES2

Pada tabel 4.13 terlihat bahwa nilai signifikansi seluruh variabel terhadap absolut
residual berada di atas 0.05; yaitu variabel Pemahaman Akuntansi sebesar 0.237;
variabel Sosialisasi SAK EMKM sebesar 0.649; variabel Tingkat Pendidikan sebesar
0.667; variabel Motivasi Kerja sebesar 0.113. Hal ini mengindikasikan bahwa data
dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians atau homoskedastisitas sesuai
dengan analisis yang dilakukan. Dengan demikian, berdasarkan hasil kedua uji di atas
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.

5. Hasil Uji Hipotesis

a. Hasil Uji Statistik Fisher (Uji F)


Uji F dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen
secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Dalam Ghozali
(2018), Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan variabel
independen terhadap satu variabel dependen secara bebas dengan signifikan
sebesar 0,05 dapat disimpulkan:
a) Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, ini berarti
menyatakan bahwa seluruh variabel mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.

53
b) Jika nilai signifkan > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, ini berarti
menyatakan bahwa seluruh variabel tidak mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen atau terikat.

Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 1252.024 4 313.006 38.620 .000b
Residual 607.864 75 8.105
Total 1859.887 79
a. Dependent Variable: ISE
b. Predictors: (Constant), MK, TP, PA, SSE

Dari tabel 4.15 diketahui nilai F sebesar 38.62 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Tabel tersebut menunjukkan bahwa Pemahaman Akuntansi,
Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja yang di kontrol
dengan variabel Implementasi SAK EMKM secara simultan menunjukkan
pengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t).


Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Dalam hal ini nilai signifikan t < 0,05 (5%) maka hasilnya signifikan atau Ha
diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara
individual terhadap dependen (Ghozali, 2018).

54
Tabel 4.16
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.589 1.357 -1.171 .245
PA .354 .059 .502 6.038 .000
SSE .138 .061 .198 2.278 .026
TP .182 .082 .187 2.224 .029
MK .073 .043 .139 1.719 .090
a. Dependent Variable: ISE

Dari tabel 4.16 hasil uji parsial regresi berganda yang diolah
menggunakan SPSS V.20 dapat dilihat bahwa :
1. Variabel X1 yaitu Pemahaman Akuntansi memiliki t-Statistitic sebesar
6,038 dan koefisien regresi sebesar 0,354 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan X1 sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan Y sebesar 0,354
satuan, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, begitu juga
sebaliknya. Tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti H1
diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel pemahaman
akuntansi memiliki pengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM.

2. Variabel X2 yaitu Sosialisasi SAK EMKM memiliki t-Statistitic sebesar


2,278 dan koefisien regresi sebesar 0,138 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan X2 sebesar 1 satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,138
satuan, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, begitu juga
sebaliknya. Tingkat signifikansi sebesar 0,026 < 0,05 yang berarti H2
diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel sosialisasi SAK
EMKM memiliki pengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM.

3. Variabel X3 yaitu Tingkat Pendidikan memiliki t-Statistitic sebesar 2,224


dan koefisien regresi sebesar 0,182 menunjukkan bahwa setiap peningkatan
X3 sebesar 1 satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,182 satuan,
dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, begitu juga sebaliknya.
Tingkat signifikansi sebesar 0,029 < 0,05 yang berarti H3 diterima dengan

55
demikian dapat dikatakan bahwa variabel tingkat pendidikan memiliki
pengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM.

4. Variabel X4 yaitu Motivasi Kerja memiliki t-Statistitic sebesar 1,719 dan


koefisien regresi sebesar 0,073 menunjukkan bahwa setiap peningkatan X4
sebesar 1 satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,073 satuan, dengan
asumsi variabel lain dianggap konstan, begitu juga sebaliknya. Tingkat
signifikansi sebesar 0,090 > 0,05 yang berarti H4 ditolak dengan demikian
dapat dikatakan bahwa variabel motivasi kerja tidak memiliki pengaruh
positif terhadap implementasi SAK EMKM.

6. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)


Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Jika nilai Adjusted R2 bernilai
besar, maka variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika (Adjusted R2)
bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel
dependen sangat terbatas. Secara umum koefisien determinasi untuk crossection
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai
koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2018).

Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjudted R²)

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .820 .673 .656 2.84690
a. Predictors: (Constant), MK, TP, PA, SSE

Hasil penelitian menunjukkan nilai adjusted R² sebesar 0,656. Hal ini


menandakan bahwa variabel Pemahaman Akuntansi, variabel Sosialisasi SAK
EMKM, dan Tingkat Pendidikan, Motivasi Kerja terhadap variabel Implementasi
SAK EMKM mampu menjelaskan 65,6% variasi dari penelitian ini. Sedangkan
sisanya, sebesar 34,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya diluar model
56
penelitian seperti persepsi pelaku UMKM, kepribadian, kepuasan kerja dan lain-
lain.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel-variabel


yang sudah ditetapkan terhadap implementasi SAK EMKM. Berikut tabel 4.15
terkait implementasi SAK EMKM
Tabel 4.15
Variabel Implementasi SAK EMKM (Y)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)

Tidak Kadang-
Indikator Pernah Sering Selalu
Pernah Kadang
Penyusunan
laporan keuangan
dalam perusahaan
9 (11) 12 (15) 26 (33) 17 (21) 15 (19)
telah dilakukan
secara teratur dan
sistematis
Informasi
akuntansi yang
dihasilkan secara
manual/komputeri
sasi sesuai dengan
13 (16) 11 (14) 23 (29) 16 (20) 16 (20)
Standar Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM)
Standar Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM) telah 18 (23) 12 (15) 16 (20) 19 (24) 14 (18)
diaplikasikan
dalam laporan
keuangan
perusahaan

57
Hasil penerapan
dari Standar
Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM) dapat
15 (19) 6 (8) 21 (26) 19 (24) 18 (23)
membantu
memberikan
gambaran kondisi
lingkungan
internal dan
eksternal
perusahaan

Berdasarkan hasil tabel 4.15 informasi yang dapat disampaikan adalah


penyusunan laporan keuangan secara teratur, informasi akuntansi sesuai SAK
EMKM, SAK EMKM diaplikasikan dalam laporan keuangan dan hasil
penerapan SAK EMKM menggambarkan kondisi internal dan eksternal
perusahaan memiliki frekuensi tinggi. Secara Keseluruhan hasil tabel 4.15
menjelaskan bahwa implementasi SAK EMKM di Tangerang Selatan memiliki
frekuensi yang tinggi.

a. Pengaruh Pemahaman Akuntansi terhadap Implementasi SAK EMKM

Variabel X1 yaitu Pemahaman Akuntansi memiliki t-Statistitic sebesar 6,038


dan koefisien regresi sebesar 0,354 menunjukkan bahwa setiap peningkatan X1
sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan Y sebesar 0,354 satuan, dengan
asumsi variabel lain dianggap konstan, begitu juga sebaliknya. Tingkat
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti H1 diterima dengan demikian
dapat dikatakan bahwa variabel pemahaman akuntansi memiliki pengaruh
signifikan terhadap implementasi SAK EMKM.

Hasil penelitian ini menggambarkan mayoritas responden merespon variabel


X1 sebagai sesuatu yang sering dilakukan oleh mayoritas UMKM, semakin
tinggi seseorang memahami pengetahuan akuntansi maka implementasi SAK
EMKM menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Berikut data frekuensi variabel
X1 yang diperoleh:

58
Tabel 4.16
Variabel Pemahaman Akuntansi (X1)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)

Sangat
Tidak Sedikit Cukup Memaha
Indikator Mema
Memahami Memahami Memahami mi
hami
Memahami
transaksi 1 1 3
5 (6) 18 (23) (15) (15) (41)
akuntansi 2 2 3

Memahami dan
menyediakan
1 2 2
dokumentasi dari 10 (13) 13 (23) (15) (28) (29)
2 2 3
setiap transaksi

Memahami
tahapan akuntansi
1 2 2
dalam pembuatan 7 (9) 8 (10) (21) (30) (30)
7 4 4
laporan keuangan

Memahami
pencatatan
1 1 1
akuntansi sesuai 10 (13) 14 (18) (24) (23) (24)
9 8 9
standar akuntansi

Memahami
penyusunan 1 2 2
11 (14) 6 (8) (20) (31) (28)
laporan keuangan 6 5 2

Memahami dan
membuat laporan
1 2 1
keuangan sesuai 10 (13) 23 (29) (14) (25) (20)
1 0 6
standar akuntansi

Berdasarkan hasil tabel 4.16 pemahaman terhadap transaksi akuntansi sebuah


usaha, menyediakan dokumentasi transaksi, tahapan pembuatan laporan
keuangan, pancatatan akuntansi, penyusunan laporan keuangan dan membuat
laporan keuangan memiliki frekuensi tinggi. Hasil ini dapat mendukung
pernyataan bahwa pemahaman akuntansi berpengaruh positif terhadap
implementasi SAK EMKM. Pengaruh positif dalam penelitian ini
59
menggambarkan bahwa pernyataan pemahaman akuntansi yang tinggi dapat
menjelaskan kemampuan responden dalam mengimplementasikan SAK
EMKM.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Darmasari dan Wahyuni (2020),


Mawardi et al., (2019) dan Bokol (2020) menemukan pemahaman akuntansi
berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM. Hasil ini tidak
mendukung penelitian Widhiastuti (2016) dan Nova (2015), bahwa pemahaman
akuntansi tidak berpengaruh positif terhadap penerapan laporan keuangan.

b. Pengaruh Sosialisasi SAK EMKM terhadap Implementasi SAK EMKM

Variabel X2 yaitu Sosialisasi SAK EMKM memiliki t-Statistitic sebesar


2,278 dan koefisien regresi sebesar 0,138 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan X2 sebesar 1 satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,138
satuan, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan, begitu juga sebaliknya.
Tingkat signifikansi sebesar 0,026 < 0,05 yang berarti H2a diterima dengan
demikian dapat dikatakan bahwa variabel sosialisasi SAK EMKM memiliki
pengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM. Berikut data
frekuensi variabel X2 yang diperoleh:

Tabel 4.17
Variabel Sosialisasi SAK EMKM (X2)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)

Tidak Kadang-
Indikator Pernah Sering Selalu
Pernah Kadang
Sosialisasi standar
akuntansi
keuangan
dilakukan melalui 33 (41) `15 (19) 19 (24) 9 (11) 4 (5)
seminar atau
pelatihan
akuntansi

60
Sosialisasi standar
akuntansi
keuangan
dilakukan secara 34 (43) 23 (29) 11 (14) 11 (14) 1 (1)
rutin oleh Dinas
Koperasi dan
UMKM

Sosialisasi
dilakukan untuk
membuat/menyusu
n laporan
keuangan sesuai
32 (40) 15 (19) 16 (20) 12 (15) 5 (6)
standar akuntansi
dan
Peraturan/Undang-
Undang yang
berlaku

Sosialisasi
dilakukan untuk
mengetahui
informasi terbaru
32 (40) 15 (19) 16 (20) 11 (14) 6 (8)
mengenai standar
akuntansi
keuangan yang
berlaku

Sosialisasi standar
akuntansi
keuangan
memberikan
28 (35) 12 (15) 18 (23) 10 (13) 12 (15)
pengetahuan dan
pemahaman
tentang laporan
keuangan

Sosialisasi standar
akuntansi
keuangan dapat 26 (33) 8 (10) 16 (20) 19 (24) 11 (14)
diterima melalui
media internet.

61
Berdasarkan hasil tabel 4.17 informasi yang dapat diberikan adalah
sosialisasi banyak dilakukan melalui media internet, pelatihan dan seminar.
Indikator ini mendapat respon sekitar 24%. Selain media sosialisasi, sosialisasi
mengenai pengetahuan dan pemahaman laporan keuangan memiliki persentase
23%. Hasil tabel 4.17 mendukung hipotesis yang menunjukkan bahwa
sosialisasi berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM. Hal ini
membuktikan bahwa sosialisasi dapat meningkatkan implementasi SAK
EMKM.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sosialisasi berpengaruh terhadap


implementasi SAK EMKM, kegiatan sosialisasi yang dilakukan selama ini
memberikan hasil yang sejalan dengan penelitian Kusuma dan Lutfiany (2019),
Hamdani dan Chanifah (2020) dan Diana (2011) menemukan sosialisasi SAK
EMKM berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh parhusip (2020) yang ditolak karena tidak
adanya pengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM.

c. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Implementasi SAK EMKM

Variabel X3 yaitu Tingkat Pendidikan memiliki t-Statistitic sebesar 2,224


dan koefisien regresi sebesar 0,182 menunjukkan bahwa setiap peningkatan X3
sebesar 1 satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,182 satuan, dengan asumsi
variabel lain dianggap konstan, begitu juga sebaliknya. Tingkat signifikansi
sebesar 0,029 < 0,05 yang berarti H3a diterima dengan demikian dapat
dikatakan bahwa variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh signifikan
terhadap implementasi SAK EMKM. Berikut data frekuensi variabel X3 yang
diperoleh:

62
Tabel 4.18
Variabel Tingkat Pendidikan (X3)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)

Tidak Kurang Sangat


Indikator Netral Setuju
Setuju Setuju Setuju
Tingkat
pendidikan
menambah
pengetahuan
akuntansi melalui
9 (11) 12 (15) 20 (25) 24 (30) 15 (19)
pendidikan formal
seperti SMA/MA
jurusan IPS dan
SMK jurusan
akuntansi

Tingkat
pendidikan
menambah
pengetahuan
akuntansi melalui 11 (14) 11 (14) 12 (15) 22 (28) 24 (30)
pendidikan formal
seperti Perguruan
tinggi jurusan
akuntansi

Tingkat
pengetahuan
akuntansi bisa
didapatkan
melalui 11 (14) 11 (14) 14 (18) 25 (31) 19 (24)
pendidikan non
formal, seperti
pelatihan dan
seminar

63
Tingkat
pengetahuan
akuntansi bisa
didapatkan
13 (16) 8 (10) 14 (18) 24 (30) 21 (26)
melalui
pendidikan non
formal seperti
kursus

Berdasarkan hasil tabel 4.18 informasi yang dapat diberikan adalah


pendidikan formal SMA/SMK jurusan IPS, jurusan akuntansi, pelatihan,
seminar dan kursus memiliki frekuensi tinggi. Hasil tabel 4.18 mendukung
hipotesis yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif
terhadap implementasi SAK EMKM. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
pendidikan meningkatkan implementasi SAK EMKM.

Hasil penelitian ini menemukan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap


implementasi SAK EMKM. Berdasarkan pernyataan tersebut maka semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin memahami sesuatu yang
harus dilakukan. Seperti, seseorang yang memiliki UMKM sudah seharusnya
mengerti pentingnya laporan keuangan bagi usahanya. Penelitian ini sejalan
dengan Kusuma dan Lutfiany (2019) yang menyatakan bahwa tingkat
pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM.
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Parhusip (2020) yang
menyatakan bahwa sosialisasi tidak berpengaruh terhadap implementasi SAK
EMKM.

d. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Implementasi SAK EMKM

Variabel X4 yaitu Motivasi Kerja memiliki t-Statistitic sebesar 1,719 dan


koefisien regresi sebesar 0,073 menunjukkan bahwa setiap peningkatan X4
sebesar 1 satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,073 satuan, dengan asumsi
variabel lain dianggap konstan, begitu juga sebaliknya. Tingkat signifikansi
sebesar 0,090 > 0,05 yang berarti H4a ditolak dengan demikian dapat dikatakan

64
bahwa variabel motivasi kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
implementasi SAK EMKM. Berikut data frekuensi variabel X4 yang diperoleh:

Tabel 4.19
Variabel Motivasi Kerja (X4)
Data Frekuensi (Persen)
(n=80)

Tidak Kadang-
Indikator Pernah Sering Selalu
Pernah Kadang
Gaji yang saya
terima cukup
untuk memenuhi 3 (4) 11 (14) 23 (29) 22 (28) 21 (26)
kebutuhan sehari-
hari

Gaji yang saya


terima cukup
untuk memenuhi 3 (4) 13 (16) 24 (30) 19 (24) 21 (26)
kebutuhan tempat
tinggal saya

Saya bekerja
mendapat asuransi 34 (43) 12 (15) 9 (11) 16 (20) 9 (11)
kecelakaan

Saya bekerja
mendapat jaminan 27 (34) 13 (16) 8 (10) 19 (24) 13 (16)
asuransi kesehatan

Pimpinan
memberikan
rekreasi kepada
pegawai pada
setiap episode
10 (13) 18 (23) 17 (21) 19 (24) 16 (20)
tertentu agar
timbul rasa
kekeluargaan,
persahabatan dan
kasih sayang

65
Hubungan antara
atasan dan
pegawai selalu 4 (5) 8 (10) 8 (10) 24 (30) 36 (45)
terjalin dengan
baik

Pimpinan
memberikan
kedudukan kepada 7 (9) 6 (8) 14 (18) 29 (36) 24 (30)
pegawai yang
berprestasi

Pimpinan sudah
memberikan
jebatan yang 8 (10) 6 (8) 14 (18) 25 (31) 27 (34)
sesuai dengan
hasil kerja saya

Pegawai diberikan
kesempatan untuk
7 (9) 7 (9) 12 (15) 24 (30) 30 (38)
menyampaikan
gagasan atau ide

Karyawan
mencapai prestasi
6 (8) 6 (8) 12 (15) 29 (36) 27 (34)
kerja atas keahlian
yan dimiliki

Berdasarkan hasil tabel 4.19 informasi yang dapat diberikan adalah


jaminan asuransi kecelakaan, kesehatan dan kesenangan dalam bentuk rekreasi
memiliki frekuensi yang rendah. Dengan mendapatkan fasilitas yang
dibutuhkan, seseorang diharapkan mampu menjalankan kerjanya semaksimal
mungkin tanpa memikirkan tambahan biaya atas resiko yang diterima dari
pekerjaannya. Hasil tabel 4.19 tidak mendukung hipotesis yang menunjukkan
motivasi kerja tidak memiliki pengaruh terhadap penerapan SAK EMKM di
Tangerang Selatan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja tidak mampu
membuktikan adanya pengaruh terhadap implementasi SAK EMKM.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Timothy (2014) yang menolak


adanya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan yang nantinya

66
berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM. Namun, tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Efendi (2020), Prakosa (2011),
Gardjito (2014), Ady (2013) dan Masitoh (2013) menyatakan motivasi kerja
berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM.

67
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui Pengaruh


Pemahaman Akuntansi, Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat Pendidikan dan Motivasi
Kerja terhadap Implementasi SAK EMKM, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemahaman akuntansi mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap
implementasi SAK EMKM. Maka H1 diterima sejalan dengan penelitian Wisnu
dkk (2019) dan Bokol (2020). penelitian ini menggambarkan mayoritas responden
merespon pemahaman akuntansi sebagai sesuatu yang sering dilakukan oleh
mayoritas UMKM, semakin tinggi seseorang memahami pengetahuan akuntansi
maka implementasi SAK EMKM menjadi sesuatu yang harus dilakukan.

2. Sosialisasi SAK EMKM membuktikan adanya pengaruh terhadap implementasi


SAK EMKM. Maka H2 diterima sejalan dengan penelitian Kusuma dan Lutfiany
(2019), Hamdani dan Chanifah (2020) dan Diana (2011). Namun tidak sejalan
dengan penelitian Parhusip (2020) yang hasilnya ditolak karena sosialisasi tidak
berpengaruh terhadap implemetasi SAK EMKM

3. Tingkat pendidikan mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap implementasi


SAK EMKM. Maka H3 diterima sejalan dengan penelitian Kusuma dan Lutfiany
(2019). Namun tidak sejalan dengan penelitian Parhusip (2020) yang menjelaskan
bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap penerapan SAK EMKM.

4. Motivasi kerja tidak mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap implementasi


SAK EMKM. Maka H4 ditolak sejalan dengan penelitian Timothy (2017) yang
menolak adanya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan yang nantinya
berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM. Namun, tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Efendi (2020), Prakosa (2011),
Gardjito, A.(2014),Ady (2013) dan Masitoh (2013) yang menemukan motivasi
kerja berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM.

68
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data yang telah dilakukan masih
memiliki beberapa keterbatasan. Diharapkan di masa mendatang penelitian mengenai
topik ini dapat menyajikan hasil yang lebih akurat. Adapun saran dalam penelitian ini:
a. Pemilik UKM perlu memiliki motivasi tersendiri untuk dapat menerapkan SAK
EMKM dalam memajukan kegiatan usahanya.
b. Dinas Koperasi dan UMKM diharapkan mampu mensosialisasikan SAK EMKM
secara rutin guna membantu UKM dalam memahami SAK EMKM agar nantinya
mampu menerapkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.
c. Penelitian ini menggunakan variabel seperti pemahaman akuntansi, sosialisasi
dan tingkat pendidikan dan ditambahkan dengan variabel motivasi kerja. Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan indikator lain seperti
persepsi pemilik, tingkat pendapatan dan lain-lain untuk memperluas hasil
penelitian agar dapat dilihat perbandingannya.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam memperoleh data


yang dibutuhkan. Respon dari UKM yang kurang dan data UKM yang diberikan
Dinas terkait banyak yang tidak valid atau tidak bisa dihubungi.

69
Lampiran:

KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Sosisalisasi Sak Emkm, Tingkat Pendidikan,
dan Motivasi Kerja terhadap Implementasi SAK EMKM di Kota Tangerang
Selatan

Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengang penelitian tentang


Pengaruh pemahaman akuntansi, sosisalisasi sak emkm dan tingkat pendidikan
terhadap implementasi SAK EMKM di wilayah kota tangerang selatan. Oleh
karena itu, di sela-sela kesibukan bapak/ibu kami memohon dengan hormat
kesediaan untuk dapat mengisi kuesioner berikut ini. Segala bentuk informasi
yang diberikan akan kami jaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan partisipasi
bapak/ibu untuk mengisi kuesioner yang ada , saya ucapkan banyak terima kasih.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama Usaha :

Nama Responden :

Usia :

No. Telp/hp :

Pendidikan Terakhir : SMA( ), S1( ), ST( ), S2( ), S3 ( )

*ST (Sarjana Terapan)

DAFTAR KUESIONER

Mohon untuk memberikan tanda (V) pada setiap pernyataan yang anda pilih

No. Pernyataan Tidak Sedikit Cukup Sangat


Memahami
Memahami Memahami Memahami Memahami
Pemahaman
Akuntansi

Saya memahami
1 transaksi akuntansi
dalam usaha

70
Saya memahami
dokumentasi dari
setiap transaksi yang
2
terjadi sebagai
perekam data
akuntansi usaha saya

saya memahami
tahapan akuntansi
3 kegiatan akuntansi
dalam pembuatan
laporan keuangan

saya memahami
pencatatan akuntansi
4
sesuai standar
akuntansi

saya memahami
5 penyusunan laporan
keuangan

saya dapat membuat


laporan keuangan
6
sesuai standar
akuntansi

Sosialisasi SAK Tidak Kadang-


Pernah Sering Selalu
EMKM Pernah kadang

Sosialisasi standar
akuntansi keuangan
1 dilakukan melalui
seminar atau
pelatihan akuntansi

Sosialisasi standar
akuntansi keuangan
2 dilakukan secara rutin
oleh Dinas Koperasi
dan UMKM

Sosialisasi dilakukan
3 untuk
membuat/menyusun
laporan keuangan
71
sesuai standar
akuntansi dan
Peraturan/Undang-
Undang yang berlaku

Sosialisasi dilakukan
untuk mengetahui
informasi terbaru
4
mengenai standar
akuntansi keuangan
yang berlaku

Sosialisasi standar
akuntansi keuangan
memberikan
5
pengetahuan dan
pemahaman tentang
laporan keuangan

Sosialisasi standar
akuntansi keuangan
6 dapat diterima
melalui media
internet.

Tingkat Pendidikan Tidak Kurang Sangat


Netral Setuju
Setuju Setuju Setuju
Tingkat pendidikan
menambah
pengetahuan
akuntansi melalui
1
pendidikan formal
seperti SMA/MA
jurusan IPS dan SMK
jurusan akuntansi

Tingkat pendidikan
menambah
pengetahuan
akuntansi melalui
2
pendidikan formal
seperti Perguruan
tinggi jurusan
akuntansi

72
Tingkat pengetahuan
akuntansi bisa
didapatkan melalui
3
pendidikan non
formal, seperti
pelatihan dan seminar

Tingkat pengetahuan
akuntansi bisa
4 didapatkan melalui
pendidikan non
formal seperti kursus

Motivasi Kerja Tidak Kadang-


Pernah Sering Selalu
Pernah kadang

Gaji yang saya terima


cukup untuk
1
memenuhi kebutuhan
sehari-hari

Gaji yang saya terima


cukup untuk
2
memenuhi kebutuhan
tempat tinggal saya

saya bekerja
3 mendapat asuransi
kecelakaan

saya bekerja
4 mendapat jaminan
asuransi kesehatan

pimpinan
memberikan rekreasi
kepada pegawai pada
setiap episode
5
tertentu agar timbul
rasa kekeluargaan,
persahabatan dan
kasih sayang

Hubungan antara
6 atasan dan pegawai
selalu terjalin dengan
73
baik

Pimpinan
memberikan
7 kedudukan kepada
pegawai yang
berprestasi

Pimpinan sudah
memberikan jebatan
8
yang sesuai dengan
hasil kerja saya

Pegawai diberikan
kesempatan untuk
9
menyampaikan
gagasan atau ide

Karyawan mencapai
10 prestasi kerja atas
keahlian yan dimiliki

Implementasi SAK Tidak Kadang-


Pernah Sering Selalu
EMKM Pernah kadang

Penyusunan laporan
keuangan dalam
1 perusahaan telah
dilakukan secara
teratur dan sistematis

Informasi akuntansi
yang dihasilkan
secara
manual/komputerisasi
sesuai dengan
2
Standar Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM)

Standar Akuntansi
3 Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
74
EMKM) telah
diaplikasikan dalam
laporan keuangan
perusahaan

Hasil penerapan dari


Standar Akuntansi
Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM) dapat
4
membantu
memberikan
gambaran kondisi
lingkungan internal
dan eksternal
perusahaan

75
DAFTAR PUSTAKA

Ady, F., & Wijono, D. (2013). Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal
Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, Dan Entrepreneurship, 2(2), 101.
https://doi.org/10.30588/jmp.v2i2.278

Aldi, Y., & Susanti, F. (2019). Pengaruh Stress Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi
Kerja Karyawan Pada Pt. Frisian Flag Indonesia Wilayah Padang.
https://doi.org/10.31227/osf.io/et4rn

Andika, R. B. W. dan R. A. (2019). Pengaruh Motivasi Kerja dan Persaingan Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Melalui Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening Pada Pegawai
Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. Jurnal Manajemen Tools, 11(1), 1689–
1699.

Ary Moelyadi, Tjetjep Rohendi R, Sugiharto, S. R. (2020). International Journal of


Multicultural and Multireligious Understanding the Oil and Gas Industry. International
Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, April, 145–152.

Atmaja, R., Ramantha, I. W., & Suartana, I. W. (2017). Pengaruh Minat Belajar Pada
Pemahaman Akuntansi Dengan Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual
Sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 5(2017), 2021–2046.

Bokol, D. D., . R., & Perdana, S. (2020). Understanding of Accounting and Training for The
Development of MSME’s Financial Statements Based on SAK EMKM. International
Journal of Small and Medium Enterprises, 3(1), 43–47.
https://doi.org/10.46281/ijsmes.v3i1.560

Damodar N Gujarati. (2004). Basic Econometrics.

Darmasari, L. B., & Wahyuni, M. A. (2020). Pengaruh Sosialisasi SAK EMKM, Pemahaman
Akuntansi, dan Tingkat Kesiapan Pelaku UMKM terhadap Implementasi SAK EMKM
Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pada UMKM di Kabupaten Buleleng. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 11, 136–146.

Diana, N. (2011a). Financial Accounting Standards for Micro , Small & Medium Entities (
SAK EMKM ) Implementation and Factors That Affect It. 2006, 50–59.
76
Diana, N. (2011b). Financial Accounting Standards for Micro , Small & Medium Entities (
SAK EMKM ) Implementation and Factors That Affect It. Jurnal Ilmiah Bidang
Akuntansi Dan Manajemen, 2006, 50–59.

Edasa, D., & Putra, E. E. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai LPP-RRI Bukit Tinggi. Jurnal Ekonomi, 1–
17.

Endang Masitoh, R. W. (2013). Pengaruh Sosialisasi, Tingkat Pemahaman, Motivasi dan


Kepribadian terhadap Penerapan SAK ETAP di Kampoeng Batik Laweyan Solo.
Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani, 53(9), 1689–
1699.

Febriyanti, G. A., & Wardhani, A. S. (2018). Pengaruh Persepsi, Tingkat Pendidikan, dan
Sosialisasi Terhadap Penerapan SAK EMKM Pada UMKM Wilayah Kota Surabaya.
Jurnal Ilmiah Esai, 12(2), 112. https://doi.org/10.25181/esai.v12i2.1128

Gardjito, A. (2014). PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA


TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada Karyawan Bagian Produksi PT.
Karmand Mitra Andalan Surabaya). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas
Brawijaya, 13(1), 83778.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, edisi 8.

Hamdani, Siti Chanifah, Y. A. (2020a). The importance of socializing Indonesian financial


accounting standards for SMEs (small and medium, enterprise) in increasing
accounting understanding and its implementation. 1.

Hamdani, Siti Chanifah, Y. A. (2020b). The Importance of Socializing Indonesian Financial


Accounting Standards for SMEs (small and medium, enterprise) in Increasing
Accounting Understanding and its Implementation. Technium Social Sciences Journal,
1.

Indra, S., & Rusmita, S. (2018). Analisis Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi Mahasiswa
Jurusan Akuntansi FEB UNTAN). Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 7(1),
72. https://doi.org/10.26418/jebik.v7i1.24446

77
Janrosl, V. S. E. (2018). Persepsi Pelaku UMKM dan Sosialisasi SAK EMKM terhadap
Diberlakukannya Laporan Keuangan Yang Berbasis SAK EMKM. Jurnal Akuntansi
Keuangan Dan Bisnis, 11(1), 55–66.

Jihan Sonia, Erlina, Y. A. (2018). The Effect of Implementation of Accounting Infomation


Systems, Internal Supervision and Reward on Employee Performance with Work
Motivation as Moderating Variabels in Serdang Bedagai District.

Kusuma, I. C., & Lutfiany, V. (2019). Persepsi UMKM Dalam Memahami SAK EMKM.
Jurnal Akunida, 4(2), 1. https://doi.org/10.30997/jakd.v4i2.1550

Mawardi, W., Woyanti, N., Iriviana, L., & Darwanto, D. (2019). Micro, Small and Medium
Enterprises’ Understanding in Preparing Financial Statements Based on SAK ETAP.
International Journal of Economics and Financial Issues, 9(6), 177–183.
https://doi.org/10.32479/ijefi.8748

Mubiroh, S., & Ruscitasari, Z. (2020). Implementasi SAK EMKM dan Pengaruhnya
Terhadap Penerimaan Kredit UMKM. Berkala Akuntansi Dan Keuangan Indonesia,
4(2), 1. https://doi.org/10.20473/baki.v4i2.15265

Nova, W. S. (2015). Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Komitmen Karyawan, Dan Peran


Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuanganpemerintah Daerah (Studi Empiris
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sijunjung). Jurnal Akuntansi.
Ejournal.Unp.Ac.Id. Universitas Negeri Padang., 3(1), 1–27.

Obeng, A., Ofori, A., Gabriel, K., Owusu, N. A., Nash, E., & Kudjo, W. (2019). Research
Article Financial Accounting Theories Effects On Accounting Practice. 10, 36630–
36636. https://doi.org/10.24327/IJRSR

Parhusip, K., & Herawati, tuban drijah. (2020). Pengaruh Sosialisasi SAK EMKM, Tingkat
Pendidikan Pemilik, Persepsi Pelaku UMKM, Dan Pemahaman Akuntansi terhadap
Implementasi SAK EMKM Pada UMKM di Kota Malang. Jurnal IImiah Mahasiswa
FEB Universitas Brawijaya, 1–21.

Prakosa, N. A. (2011). Pengaruh Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan Bank Syariah. Jurnal ULTIMA Accounting, 3(2), 44–63.
https://doi.org/10.31937/akuntansi.v3i2.434

78
Purba, M. A. (2019). Analisis Penerapan SAK EMKM. 3(2), 55–63.

Puteri, I. P., Yuliarti, N. C., & Nastiti, A. S. (2019). Pengaruh Pemahaman Akuntansi Dan
Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Journal
Of Accounting, 10(2), 150–158.

Putra, Y. M. (2018). Pemetaan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan EMKM Pada


UMKM dI Kota Tangerang Selatan. 11(2), 201–217.

Ratna Wijayanti, Suratman, E. kusumaningtyas sugiyanto. (2020). Sosialisasi Penyusunan


Laporan Keuangan UMKM Berdasarkan SAK EMKM Pada Anggota Komunitas
Keterampilan Perempuan Tlogo Kreasi di Kelurahan Tlogosari Kulon Kota Semarang.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 01(1), 149–159.

Ratnawati, E., & Efendi, R. (2020). The Effect of Work Motivation and Work Experience on
Employee Performance. 2016, 109–116.

Riswan, & Kesuma, Y. F. (2014). Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar Dalam
Penilaian Kinerja Keuangan PT. Budi Satria Wahana Motor. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, 5(1).

Salleh, S. M., Suffian, A., Zahari, M., Shafini, N., Said, M., Rapidah, S., & Ali, O. (2016).
The Influence of Work Motivation on Organizational Commitment in the Workplace
The Influence of Work Motivation on Organizational Commitment in the Workplace.
Journal of Applied Environmental and Biological Sciences, April.

sangadah, khotimatus. (2020). Konsep Sistem Pengolahan Transaksi Keuangan Pada PT.
Lagoa Nusantara. Orphanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.

Suprianto, E., & Harryoga, S. (2016). Faktor-Faktor Penentu Tingkat Pemahaman Akuntansi.
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 18(3), 75. https://doi.org/10.24914/jeb.v18i3.281

Timothy, I. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kenerja
Karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Surabaya. Jurnal AGORA, 5(1).

Tri Utami, Wiwit Irawati, Zulfa Rosharlianti, Dea Annisa, D. A. (2020). Penerapan SAK
EMKM Pada UMKM Scale Up Tangerang Selatan Melalui Aplikasi Pencatatan
Informasi. 1(2), 136–144.

79
Widhiastuti, N. M. S. P. N. L. G. N. N. L. P. (2016). Pengaruh Tingkat Pemahaman
Akuntansi, Fungsi Badan Pengawas, Profesionalisme, dan Etika Kepemimpinan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan LPD. 223–232.

Wulandari, R. E. (2020). Research in Business & Social Science Factors Affecting the
Implementation of Financial Accounting Standards for MSMEs with Environmental
Uncertainty as Moderating Variables. 9(7), 160–166.

80

Anda mungkin juga menyukai