No. Revisi :0 SOP Tanggal Terbit : 12 Juni 2023 Halaman : 1/2 KLINIK dr. Rezky Oktarianti OPI MEDIKA Syahputri JAKABARING Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri menular yang berpotensi serius yang terutama mempengaruhi paru-paru Tujuan Sebagai acuan dalam memberikan penatalaksanaan terhadap TB Paru agar pasien mendapatkan tindakan dan terapi yang cepat dan tepat. Kebijakan Keputusan Pimpinan Klinik Nomor SK/007/OMJ/I/2023 tentang Pedoman Pelayanan Klinis di Klinik OPI Medika Jakabaring
Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis pada keluhan pasien
Gejala umum TB Paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu, yang disertai: a. Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas, hemoptisis) dan/atau b. Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam dan mudah lelah). 2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di apex paru 3. Petugas menyaranakan dilakukan pemeriksaan penunjang seperti foto toraks dan pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam / BTA) atau Gen Xpert 4. Petugas melakukan penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang (sputum untuk dewasa, tes tuberkulin pada anak). Kriteria Diagnosis (berdasarkan International Standards for Tuberkulosis Care (ISTC 2014) a) Petugas kesehatan harus waspada terhadap individu dan grup dengan faktor risiko TB dengan melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaaan diagnostik yang tepat pada mereka dengan gejala TB. b) Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung 2 minggu yang tidak jelas penyebabnya. c) Semua pasien yang diduga menderita TB dan mampu mengeluarkan dahak, harus diperiksa mikroskopis spesimen apusan sputum/dahak minimal 2 kali atau 1 spesimen sputum untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF*, yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin, salah satu diantaranya adalah spesimen pagi. Pasien dengan risiko resistensi obat, risiko HIV atau sakit parah sebaiknya melakukan pemeriksan Xpert MTB/RIF* sebagai uji diagnostik awal. d) Semua pasien yang diduga tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari organ yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan histologis. Uji Xpert MTB/RIF direkomendasikan sebagai pilihan uji mikrobiologis untuk pasien terduga meningitis karena membutuhkan penegakan diagnosis yang cepat. e) Pasien terduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan/atau kultur dahak. Jika apusan dan uji Xpert MTB/RIF* negatif pada pasien denga gejala klinis yang mendukung TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan anti tuberkulosis setelah pemeriksaan kultur. 4. Petugas melakukan penatalaksanaan terhadap keluhan TB Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan a. Tahap awal menggunakan paduan obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol. b. Tahap lanjutan menggunakan paduan obat rifampisin danisoniazid 5. Petugas memberikan konseling dan edukasi a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit tuberkulosis b. Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur. c. Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan