Makalah Filsafat Syahril
Makalah Filsafat Syahril
Oleh:
Dosen Pengampuh :
Dr.Khojir, M.Si.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ...........................................................................................................................3
B. Hakikat Ilmu.......................................................................................................................5
C. Netralitas Ilmu....................................................................................................................8
A. Simpulan.............................................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keraguan dan kesadaran akan keterbatasan diri. Filsafat merupakan ilmu untuk
akan ditelaah oleh cabang dari filsafat yaitu filsafat ilmu. Ilmu erat kaitannnya
dengan kehidupan sehari - hari manusia. Oleh karena itu kita juga harus
1
Adib, Muhammad. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2014)
2
K. Bertens, Etika(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), 4-7.
1
menakar perjalanan efeknya sesuai dengan perilaku ilmuwan. Sebab etika
sendiri merupakan ilmu yang rerflektif dan kritis tentang tema-tema yang
meliputi pola hidup yang baik, menjadi orang baik dan menginginkan hal-hal
yang baik dalam kehidupan. Jika ilmu pengetahuan terkait dengan “apa yang
ada” (das sein), maka etika terkait dengan“apa yang seharusnya ada”(das
sollen). Hal itulah yang tergambar dalam tiga pendekatan yang dilakukan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah
C. Tujuan Masalah
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini ialah:
3
Friedrich, Carl J., (ed.), The Philosophy of Kant: Immanuel Kant’s Moral and
Political Writings(New York: The Modern Library, 1949), 13-14.
2
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Pengertian Etika
Dalam bahasa Yunani kuno, etika berarti adat kebiasaan. Etika (ethikos)
berasal dari kata ethos yang berarti watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Etika
membahas tentang tingkah laku moral manusia. Etika dibagi menjadi tiga, antara
lain:
dalam arti luas seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baik dan
tertentu.
daripada perilaku etis, yaitu dalam taraf bahasa etis yang digunakan
di bidang moral.
Moral berasal dari kata moralis yang berarti adat istiadat, kebiasaan, cara,
dan tingkah laku. Moral adalah sesuatu yang menjadi standar perilaku manusia
terkait prinsip benar atau salah dari perilaku manusia. Menurut M. Adib (2010:
Etika merupakan cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas. Etika seringkali disebut filsafat moral. Etika dan moral mempunyai arti
yang sama, namun ada sedikit perbedaan dalam penerapannya. Moral digunakan
untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji
B. Pengertian Ilmu
Sementara itu ilmu dalam KBBI ilmu adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
manusia. Manusia tentu tidak hanya membutuhkan ilmu, akan tetapi hal lain yang
terkait dalam kehidupan yaitu falsafah, seni, dan agamanya. Sejalan dengan yang
dikemukakan Enstein “ilmu tanpa agama adalah buta” sedangkan “agama tanpa
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ ilm (‘alima - ya’lamu - ‘ ilm ),
tentang hakikat sesuatu yang dipahami secara mendalam. Dari asal kata‘ilm
4
The Liang Gie. Pengantar Filsafat Ilmu .Yogyakarta: Liberty. 1997.
5
Suriasumantri, S. Jujun, Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,1999
6
Ahmad Warson Munawwir, Al - Munawwir; Kamus Arab - Indonesia (Yogyakarta: Unit
Pengadaan Buku - Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren al - Munawwir, 1984),
hlm.1037
4
ini selanjutnya di Indonesikan menjadi ‘ilmu’.Dalam perspektif Islam, ilmu
parameter baik buruknya suatu metode. Hal ini digunakan oleh antropologi dalam
mempelajari aspek kehidupan manusia. Dilain sisi, ilmu dan etika adalah suatu
C. Hakikat Ilmu
Ilmu adalah adalah hal sistematis yang membangun dan mengatur
pengetahuan dalam bentuk penjelasan serta prediksi yang dapat diuji melalui
metode ilmiah tentang alam semesta. Ilmu terdiri dari dua hal, yaitu bagian
utama dari pengetahuan, dan proses di mana pengetahuan itu dihasilkan. Proses
ilmiah adalah cara membangun pengetahuan dan membuat prediksi tentang dunia
dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat diuji Tujuan ilmiah yang berbeda
7
A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu - Ilmu Keislaman, (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi
Agama Islam Departemen Agama RI, 2003), hlm. 13
8
Hamersma, Harry. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. 2008.
5
menyelidiki dunia, tetapi proses pengujian adalah inti dari proses ilmiah untuk
lebih luas. Berbagai macam penjelasan ini diuji oleh para ilmuwan melalui
Hal ini sengaja dibagi dengan orang lain melalui proses peer review dan kemudian
melalui publikasi dalam literatur ilmiah, di mana disana didapatkan evaluasi dan
integrasi oleh komunitas yang lebih besar. Salah satu keunggulan dari
pengetahuan ilmiah adalah bahwa hal itu dapat berubah, karena data baru
dikumpulkan dan interpretasi ulang dari data yang sudah ada. Teori-teori utama,
yang didukung oleh banyak bukti, jarang sekali diubah sepenuhnya, tetapi
1. Objektivitas
untuk melihat dan menerima fakta apa adanya. Untuk menjadi objektif,
2. Verifiability
Sains bersandar pada data indra, yaitu data yang dikumpulkan melalui
indera kita, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan sentuhan. Pengetahuan ilmiah
3. Netralitas Etis
berarti bahwa ilmuwan tidak memiliki nilai. Di sini hanya berarti bahwa ia
4. Eksplorasi sistematis
tidak sekali tetapi berulang kali dan dapat direproduksi dalam keadaan yang
dinyatakan di mana saja dan kapan saja. Kesimpulan berdasarkan hanya ingatan
6. Presisi
tulisan sastra. Presisi membutuhkan pemberian angka, data atau ukuran yang
tepat.
7
7. Akurasi
8. Abstrak
9. Prediktabilitas
sebagai subject matter-nya, bahwa ilmu memiliki empat fungsi, antara lain:
a. To Describe (mendeskripsikan)
b. To Explain (menjelaskan)
c. To Predict (memprediksikan)
D. Netralitas Ilmu
Kata “netral” biasanya diartikan tidak memihak atau imbang atau murni.
Dalam isitilah “ilmu netral” atau “sains netral” maupun “netralitas ilmu” berarti
bahwa ilmu itu tidak memihak pada apapun termasuk kebaikan dan tidak juga pada
8
Kebaikan atau keburukan adalah hal lain di luar permasalahan keilmuan. 9
Keduanya adalah nilai yang sama sekali tidak boleh mempengaruhi ilmu. Itulah
sebabnya kemudian istilah “netralitas ilmu” atau semacamnya sering juga disebut
dan diganti dengan istilah ilmu yang bebas nilai (value free)
keterkaitannya, juga dikenal dengan istilah lain berupa “ilmu objektif”. Artinya
bahwa ilmu pengetahuan terbentuk dari gugusan teori yang didapat dari objek
harus sesuai dengan fakta empiri tanpa melibatkan karakteristik tertentu di luar
objek ilmu itu sendiri termasuk dari seorang ilmuwan. Hal yang berada di luar
objek ilmu berfungsi sebagai subjek. Ilmuwan misalnya hanyalah sebagai subjek
dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat subjektif. Teori-teori yang dikumpulkan dari
fakta objek terSebut kemudian disebut dengan ilmu. Karena ilmu itu terbentuk dari
fakta-fakta empiris dari objek maka kemudian ia disebut dengan ilmu yang
objektif.
subjektifitas ilmu tersebut tidak mempengaruhinya atau tidak masuk sebagai salah
satu unsur dari bangunan teori-teorinya. Dalam hal ini berarti unsur-unsur
objektif apabila ia terlepas dari unsur-unsur lain di luar dirinya, termasuk nilai
9
Kwee Berling, Mooij Van Peursen, Pengantar Filsafat Ilmu. Yokyakarta: Tiara wacana, 2003
9
(value free). Begitu ilmu terbebas dari nilai atau unsur-unsur lainnya, maka ilmu
dalam keadaan posisi netral, karena ia tidak memihak kepada sesuatu apapun
netralitas ilmu ini meyakini bahwa semakin objektif (terbebas dari nilai) ilmu
Paradigma netralitas ilmu atau bebas nilai ini pertama kali dianut serta
pasti, nyata dan berguna. Objek-objek fisik hadir independen dari subjek dan hadir
secara langsung melalui data inderawi. Data-data inderawi ini adalah satu. Apa
pengumpulan data dapat dilakukan secara objektif, bebas nilai dan netral. Objektif
artinya bahwa data dapat tersedia untuk penelaahan keilmuan tanpa ada
berarti dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan subjek peneliti
Selain itu paradigma netralitas sain juga penting untuk dikaji karena
pemahaman ini terkait dengan dengan pemahaman sains, di mana banyak sekali
aspek kehidupan manusia yang diatur secara langsung oleh sains. Paham bahwa
sains itu netral atau terikat oleh nilai akan mempengaruhi hubungan cara kerja sains
10
Ide netralitas ilmu pengetahuan baru mendapat legitimasinya pada zaman
modern ketika muncul Filsafat Positivisme yang dimotori oleh Auguste Comte
nya.Ia berpendapat bahwa realitas ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai
dengan hukum alam (natural law). Tanpa ada pengaruh apapun di luarnya (objektif)
karena realitas itu independen dari subjek. Dengan begitu paham ini juga
sebagai sesuatu yang ‘bebas nilai’ atau ‘netral’ atau ‘objektif’. Inilah yang menjadi
dasar prinsip filosofis pemikiran positivisme. Paham ini mencoba memberi garis
demarkasi antara fakta dan nilai. Fakta berdiri sendiri di luar nilai. Dengan begitu
subjek peneliti harus mengambil jarak dengan realita dengan bersikap imparsial-
netral. Ciri lainnya adalah ‘mekanisme’, yaitu paham yang mengatakan bahwa
mesin.
pada berbagai sains hari pada abad ini. Hingga dari semakin pervasifnya dominasi
tersebut, positivisme bukan hanya menjadi bagian dari paham filsafat ilmu,
menurut Ian Hacking ia juga telah dianggap menjadi semacam agama baru, karena
bentuk pengetahuan manusia, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip bebas
10
Suria sumantri jujun s, Filsafat ilmu sebuah pengantar popular, Jakarta: Pustaka sinar
11
Meski demikian paham ini mendapat sorotan tajam dari kalangan ilmuwan.
Illich dan lainnya. Mereka menemukan fakta bahwa ilmu itu mesti terikat oleh
nilai, subjek dan tidak netral. Di balik klaim bebas nilai, tersembunyi nilai-nilai
12
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melelui proses tertentu yang
dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan
buah pikiran lainya atau dengan perkataan lain ilmu adalah pengetahuan yang
diperoleh melelui metode keilmuan. Metode menurut Senn sebagaimana dikutib
Jujun, merupakan produser atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai
lagkah-langkah yang sistematis. Metodologi merupakan suatu kajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metode ini
secara filsafati termasuk apa uyang diamakan epistimologi. Epistimologi dalah
pembahasan bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: Apakah sumber-sumber
pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan?
Sampai mana mungkin pengetahuan yang ditangkap manusia.
Kenetralan seorang ilmuan disebabkan angappannya bahwa ilmu
pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah pada penemuan
selanjutnya. Kemajuan ilmu pengetahun tidak melelui loncatan loncatan yang
tidak berketentuan melainkan melalui proses kumulatif yang teratur. Dengan
demikian usaha menyembunyikan kegiatan kegiatan kebenaran dalam kegiatan
ilmiah merupakan kerugian bagi kemajuan ilmu pengetahuan seterusnya , dalam
penemuan ini ilmu itu bersifat netral. Dri aspek inilah pengetahuan terbebas dari
aspek-aspek yang mengikat
Seoarang ilmuan tidak boleh memutar balikan penemuanya bikla
hipotesisnya yag dijunjung tingi yang disusun diatas kerangka pemikiran yang
terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantaklan karena bertentangan
dengan fakta-fakta pengujian. Disini hitam dikatakan hitam dan putih dikatakan
putih apapun juga konsekuensinya bagi obyek moral yang mendorong dia untuk
melekukan penelaahnya, penyimpangan dalam halini merupakan pelangaran
moral yang sangat dikutuk dalam masyarakat ilmuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
Kattsorf Louis O, Pengantar Filsafat,Yokyakarta: Tata wicara, 1995
14
Etika adalah suatu pengetahuan yang diharapkan dapat mengurangi
juga demi menjawab berbagai persoalan hidup manusia. Dalam membangun suatu
Netralitas ilmu pengetahuan yang terpasung seperti ini jelas menepis adanya
dikotomi dalam tubuh ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan kata lain
bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya tidaklah bebas nilai dan selalu
B. Saran
banyak sekali kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami siap menyerima
15
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Muhammad. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Kwee Berling, Mooij Van Peursen, Pengantar Filsafat Ilmu. Yokyakarta: Tiara wacana,
2003
Keraf, A Sonny dan Mikhael Dua. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis.
Keraf, Sony, dan Mikhel Dua, (2001). Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis.
Yogyakarta: Kanisius.
Suria sumantri jujun s, Filsafat ilmu sebuah pengantar popular, Jakarta: Pustaka sinar
Sumantri, Jujun S., (tt.) Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan.
Suseno, Franz Magnis, (1992). Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius.