Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH III

Nama Mahasiswa : Muhammad Hidayad

NIM : 043693122

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4524/Sistem Keuangan Pusat & Daerah

Kode /Nama UPBJ : 13/Batam

Masa Tugas : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Universitas Terbuka
1. Menurut Saya, Lahirnya Undang Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan
salah satu tonggak penting dalam pelaksanaan pemerintahan di Indonesia sebagai penyempurnaan
Undang Undang yang telah ada sebelumnya, yaitu Undang Undang No.22 Tahun 1999. Lahirnya
Undang Undang No.32 Tahun 2004 dilatarbelakangi oleh berbagai perkembangan baru yang tidak ada
pada peraturan sebelumnya yang telah mengakomodasi aspirasi rakyat yang menghendaki lebih
terjaminnya pelaksanaan demokrasi di daerah. Sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas
kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi
luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Latar belakang UU Pengembangan keuangan 1903 hanya merupakan amandemen (tambahan) parsial
terhadap Regerings Reglement 1854. Penambahan itu adalah Pasal 68a, 68b, dan 68c, yang menjadi
pijakan bagi setiap residensi (gewest) dan bagian dari gewest untuk memiliki dan mengatur keuangan
sendiri serta pembentukan dewan-dewan (raad) di daerah yang berwenang membuat peraturan-
peraturan daerah.

2. syarat-starat tersebut agar kinerja pemerintah optimal dengan indkator – indicator sebagai berikut :
Indikator Proses (Process), misalnya Ketaatan pada peraturan perundangan dan Rata-rata yang
diperlukan untuk memproduksi atau menghasilkan layanan jasa.
Indikator keluaran (Output), misalnya Jumlah produk atau jasa yang dihasilkan dan Ketepatan dalam
memproduksi barang atau jasa.
Indikator hasil (outcome), misalnyaTingkat kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan Produktivitas
para karyawan atau pegawai.
Indikator manfaat (benefit), misalnya Tingkat kepuasan masyarakat dan Tingkat partisipasi
masyarakat.
Indikator impact, misalnya Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan Peningkatan pendapatan
masyarakat.

3. Pemerintahan wajib dalam kewenangan pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota ialah :


a. Pendidikan; b. Kesehatan; c. Lingkungan Hidup; d. Pekerjaan Umum; e. Penataan Ruang; f.
Perencanaan Pembangunan; g. Perumahan; h. Pemuda Dan Olahraga; i. Penanaman Modal; j.
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; k. Kependudukan dan Catatan Sipil; l. Ketenagakerjaan;
m. Ketahanan Pangan; n. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; o. Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera; p. Perhubungan; q. Komunikasi dan Informatika; r.
Pertanahan; s. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri; t. Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian; u.
Pemberdayaan Masyarakat dan desa; v. Sosial; w. Kebudayaan x. Statistik; y. Kearsipan ; dan z.
Perpustakaan.

Pemerintahan Pilihan dalam kewenangan pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota ialah :


a. Kelautan dan Perikanan; b. Pertanian; c. Kehutanan; d. Energi dan Sumber Daya Mineral; e.
Pariwisata; f. Industri; g. Perdagangan; dan h. Ketransmigrasian.

4. Tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah provinsi sebagai daerah otonom kepada
kabupaten/kota dan/atau desa meliputi sebagian tugas-tugas provinsi, antara lain dalam bidang
pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta sebagian tugas pemerintahan dalam
bidang tertentu lainnya, termasuk juga sebagian tugas pemerintahan yang tidak atau belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten dan kota, sedangkan Tugas pembantuan yang diberikan oleh
pemerintah kabupaten/kota kepada desa mencakup sebagian tugas-tugas kabupaten/kota di bidang
pemerintahan yang menjadi wewenang kabupaten/kota.

5. pola pembiayaan belanja pegawai setelah adanya perubahan pola pemerintahan daerah yaitu
harmonisasi belanja pusat dan daerah, agar dapat menyelenggarakan pelayanan publik yang optimal
sekaligus tetap menjaga kesinambungan fiskal. Dalam RUU HKPD dirumuskan desain Transfer ke
Daerah yang dapat berfungsi sebagai counter-cyclical policy, penyelarasan kebijakan fiskal antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pengendalian defisit APBD, dan refocusing APBD dalam
kondisi tertentu. Selain itu juga perlunya sinergi Bagan Akun Standar (BAS) sehingga dapat dilakukan
penyelarasan program, kegiatan, dan output.

Sumber : BMP ESPA4524/Sistem Keuangan Pusat dan Daerah


Melalui Internet pada tanggal 11 November :
https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/lainnya/opini/3850-arah-baru-hubungan-keuangan-
pemerintah-pusat-dan-daerah.html

Anda mungkin juga menyukai