Anda di halaman 1dari 4

KABINET NATSIR

Kabinet Natsir adalah kabinet pertama yang dibentuk setelah pembubaran negara
Republik Indonesia Serikat, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kabinet ini diumumkan pada 6 September 1950 dan bertugas sejak 7 September 1950
hingga 21 Maret 1951.

1. Daftar Menteri Kabinet Natsir

Menteri Agama (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Wahid Hasjim

Menteri Dalam Negeri (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Assaat

Menteri Keamanan Rakyat (6 September 1950 s.d 8 Desember 1950) : Abdul Halim

Menteri Kehakiman (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Wongsonegoro

Menteri Kesehatan (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : J. Leimena

Menteri Keuangan (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Syafrudin Prawiranegara

Menteri Luar Negeri (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Mohammad Roem

Menteri Negara (6 September 1950 s.d 18 Desember 1950) : Harsono Tjokroaminoto

Menteri Pekerjaan Umum dan Rekonstruksi (6 September 1950 s.d 27 April 1951) :
Herman Johannes

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Bahder
Djohan

Menteri Penerangan (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : M.A. Pellaupessy

Menteri Perdagangan dan Industri (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Sumitro
Djojohadikusumo

Menteri Perhubungan (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Djuanda Kartawidjaja

Menteri Pertanian (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Tandiono Manu

Menteri Sosial (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : F.S. Haryadi

Menteri Tenaga Kerja (6 September 1950 s.d 27 April 1951) : Pandji Suroso
2. Program Kerja dan Kebijakan Ekonomi

 Program Kerja

1) Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Dewan


Konstituante dalam waktu yang singkat.

2) Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan serta


membentuk peralatan negara yang bulat berdasarkan Pasal 146 dalam UUD
Sementara 1950.

3) Menggiatkan berbagai usaha untuk mencapai keamanan dan ketentraman.

4) Mengembangkan dan memperkokoh kekuatan perekonomian rakyat sebagai


dasar bagi pelaksanaan kegiatan perekonomian nasional yang sehat serta
melaksanakan keragaman dan kesamarataan hak antara buruh dan majikan.

5) Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas berbagai usaha


untuk meningkatkan kualitas dalam bidang Kesehatan dan kecerdasan.

6) Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan mantan anggota-


anggota tentara dan gerilya ke dalam masyarakat Memperjuangkan dan
mengusahakan penyelesaian masalah perebutan wilayah Irian Barat dalam
waktu yang singkat.

 Kebijakan Ekonomi

Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia


untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa
Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri
perdagangan) di periode September 1950 sampai dengan April 1951. Yang menjadi
tujuan program ekonomi gerakan benteng adalah membina para pengusaha bumi
putra agar bisa bersaing atau sejajar dengan para pengusaha dari kalangan
Tionghoa.

Pelaksanaan gerakan benteng dilakukan dengan cara memberikan kredit pinjaman


untuk digunakan sebagai modal usaha para pengusaha pribumi agar dapat
berkembang dan dapat bersaing dengan pengusaha Tionghoa. Dalam pelaksanaan
program ekonomi Gerakan Benteng mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan
karena para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha etnis
Tionghoa yang berpengalaman dalam berbisnis.
Dampak pelaksanaan Kebijakan Gerakan Benteng yang mengalami kegagalan ini
adalah terjadinya defisit keuangan negara. Beban defisit anggaran Belanja negara
pada tahun 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun
sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah.

3. Peristiwa Yang Terjadi Pada Masa Kabinet Natsir

Pada masa kabinet ini, terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia
dan masalah keamanan di dalam negeri, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis,
Gerakan APRA, dan Gerakan RMS. Perundingan masalah Irian Barat juga mulai
dirintis, tetapi mengalami jalan buntu. Pada tanggal 22 Januari 1951, parlemen
menyampaikan mosi tidak percaya dan mendapat kemenangan sehingga pada
tanggal 21 Maret 1951, Perdana Menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada
Presiden. Penyebab lainnya adalah diterimanya mosi Hadikusumo yang
mengusulkan dibubarkannya seluruh DPRD yang telah terbentuk. Menurut
pemerintah, mosi tersebut tidak mungkin dilaksanakan karena alasan yuridis formil.

4. Penyebab Jatuhnya Kabinet Natsir

Setiap kabinet yang pernah ada di Indonesia tentu memiliki serangkaian program
dan tujuan untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan. Namun, pada
kenyataannya, tidak semua program dan tujuan itu tercapai dengan mulus.
Demikian pula dengan program dari Kabinet Natsir. Kabinet Natsir termasuk kabinet
yang tidak bertahan lama sebab hanya berlangsung sekitar enam bulan sejak 6
September 1950 sampai dengan 21 Maret 1951. Jatuhnya Kabinet Natsir tersebut
ditandai dengan pengembalian mandat pada tanggal 21 Maret 1951. Adapun
beberapa penyebab jatuhnya Kabinet Natsir di tahun 1951, yaitu:

1) Kegagalan dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.

2) Adanya mosi tidak percaya dari parlemen.

3) Tekanan yang semakin besar dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai