Prinsip Dasar Dan Metode Berfikir Dalam Filsafat Dakwah
Prinsip Dasar Dan Metode Berfikir Dalam Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, atas rahmat dan karunia-
nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul prinsip dasar dan metode
berfikir dalam dilsafat dakwah. makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akademis dalam
rangka memenuhi persyaratan mata kuliah filsafat dakwah.
Kemudian sholawat serta salam selalu kita hadiahkan kepada baginda Nabi
SAW.Dengan mengharap syafaat dari beliaulah yang kita nantikan di akhirat kelak nantinya
yang mana tidak ada lagi yang dapat memberikan syafaat.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermanfaat. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
pembaca. Terima kasih atas perhatian dan kesempatan yang diberikan.
penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..........................................................................................................8
B. Saran ......................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dakwah merupakan suatu konsep yang mengemuka sebagai hasil refleksi
mendalam terhadap tugas dan tujuan dakwah dalam Islam. Latar belakang filosofis
dakwah muncul sejalan dengan perkembangan pemikiran Islam dan tuntutan untuk
mengkomunikasikan ajaran agama kepada masyarakat dengan cara yang relevan dan
efektif. Dalam sejarah Islam, filosofi dakwah hadir sebagai tanggapan terhadap perubahan
sosial, budaya, dan politik yang memerlukan pemikiran strategis untuk menyampaikan
pesan Islam dengan maksud untuk membimbing dan memperbaiki umat.
Filsafat dakwah dapat ditelusuri dalam pengembangan konsep tauhid atau keesaan
Allah. Fokus pada tauhid menjadi fondasi filosofis dakwah, yang mengajarkan
keberadaan tunggal Allah yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu. Filsafat
dakwah menggali makna dan implikasi tauhid dalam konteks kehidupan sehari-hari,
mengajak umat untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tauhid
tersebut.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip Dasar dalam Filsafat Dakwah?
2. Apas saja Metode Berfikir Dalam Filsafat Dakwah?
1
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Hlm 3
2
Abd. Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977 hlm 5
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Prinsip Dasar Filsafat Dakwah
2. Untuk Mengetahui Metode Berfikir Dalam Filsafat Dakwah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar dalam Filsafat Dakwah
Prinsip dasar berpikir dalam filsafat dakwah yang dapat diturunkan dari al-Qur'an,
antara lain, adalah:
Dalam surat Ali Imran ayat 190-191 terkandung intinya bahwa orangorang
yang mampu menggali segala potensi yang ada di alam ini adalah mereka yang di
sebut Ulul Albab. Sosok ulul al-bab adalah orang yang mampu menggunakan potensi
pikir dan potensi dzikir secara tawazun (=seimbang). Berpegang pada etika ulul al-
bab tersebut dapat diturunkan prinsip-prinsip dasar berpikir antara lain:
3
l. Menyeleksi informasi terbaik dengan tolok ukur hidayah dan norma Allah
(QS:39:18)
m. Menjadikan flora dan fauna (zoologi dan botani) sebagai objek kajian (QS:39:21)
n. Mengambil pelajaran dari Qitab Taurat yang dibawa Nabi Musa yang diwariskan
kepada orang Israel atau Yahudi (QS:40:54)
o. Beriman dan bertaqwa kepada Allah, memiliki kesadaran tinggi, serta takut
terhadap siksaan Nya yang dahsyat (QS:65:10).3
2. Memikirkan, memahami, menghayati dan mengambil pelajaran dari ayatayat Allah
sebagai objek pikir, baik ayat kauniyah dan segala hukumnya (realitas alam dan
hukum alam) maupun ayat-ayat Qur'aniyah melalui petunjuk dan isyarat ayat-ayat al-
Qur'an tentang "aql yang terdiri dari 49 kali penyebutan dalam lima bentuk kata kerja:
(a) 'aqaluh; (b) ta'qilun; (c) na'qilu ; (d) ya'qiluha; (d) ya'qilun.
Mengacu kepada 49 term 'aql yang dimuat dalam al-Qur'an, maka ditemukan
prinsip-prinsip pentingnya berpikir antara lain:
a. Salah satu ciri yang membedakan manusia dari makhluk lainnya terletak pada
potensi nalar (nathiq), kegiatan nalar atau kegiatan berfikir dalam merenungkan
objek pikir. Eksistensi dan fungsionalisasi akal dapat meningkatkan derajat dan
status keberadaan manusia dalam menjalankan tugas sebagai pemegang amanat
ibadah, risalah dan khilafah di muka bumi. (QS:2:30-31)
b. Al-Qur'an menegaskan bahwa berpikir termasuk kegiatan bersyukur terhadap
nikmat Allah, sedangkan mensyukuri nikmat Allah termasuk ketaatan yang
bernilai ibadah. Jadi, berpikir itu pada hakikatnya adalah ibadah yang merupakan
bagian dari amanat kemanusiaan. Dengan demikian berpikir berarti pula
menegakkan amanat tersebut.
c. Al-Qur'an mengecam orang-orang yang taqlid dan orang-orang yang tidak mau
menggunakan potensi inderawinya, baik indera lahir maupun indera batin, dalam
mengkaji, meneliti, dan mendayagunakan anugerah alam semesta bagi
kemanfaatan dan kemaslahatan alam dan segala isinya (QS:2:170).
d. Al-Qur'an menerangkan kemuliaan orang-orang yang berilmu. Bahkan, nilai kerja
seseorang yang lahir dari pemikiran, dipandang lebih baik dari pada pekerjaan
yang tidak berdasarkan pemikiran (ilmu).4
3
A. Ilyas Ismail, Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam,
Jakarta, Prenada Media Group, 2011. Hlm 51
4
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, PT Rajagrafindo Persada: Jakarta 2013, h lm 151
4
Dengan demikian, peranan ilmuwan di tengah-tengan kehidupan ummat
adalah laksana matahari, bulan bintang yang menerangi dan menghiasi alam
semesta. Kemajuan budaya suatu bangsa dapat ditentukan oleh kemajuan
berpikirnya.
Mekanisme atau proses kerja akal itu adalah, bahwa pada pusat akal timbul
tekanan listrik tinggi sebagai akibat mengalirnya ingatan-ingatan yang dirinci
kepadanya, disusun dan diatur menurut kepentingan dan kemungkinan dapat
dikerjakan. Dari pusat akal mengalir pula arus listrik ke pusat kemauan terus
menuju otot-otot dan kelenjar, sehingga menciptakan gerakan dan perbuatan. 5
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa berpikir itu sangat
penting, apalagi mengetahui metodologi yang akan menjadi penuntun ke arah
berpikir benar dalam menegakkan kebenaran yang sebenarbenarnya.
Kemampuan Penalaran
3. Pemahaman Kontekstual:
5
M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta, Prenada Media, 2009. hlm 201
5
Analisis Sosial dan Budaya:
Pentingnya Pendidikan:
Komunikasi Interaktif:
Pendekatan Bijaksana:
6
pesan mereka dengan perkembangan zaman tanpa mengorbankan prinsip-prinsip
ajaran Islam.
8. Keterlibatan Sosial:
6
Acep Aripudin, Perkembangan Metode Dakwah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip dasar berfikir dalam filsafat dakwah adalah memahami dan
menerapkan ajaran Islam dengan konsep tauhid sebagai pusatnya, menjadikan rahmat
dan manfaat bagi seluruh alam, serta mengedepankan sikap toleransi. Berfikir dakwah
juga melibatkan analisis Al-Quran dan Hadis sebagai sumber utama, kemampuan
ijtihad (penalaran dan penelitian), serta adaptasi terhadap konteks sosial dan budaya.
Prinsip-prinsip ini membimbing pemberi dakwah dalam menyampaikan pesan Islam
secara bijaksana, inklusif, dan relevan dengan zaman.
B. Saran
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
sebagai penulis minta maaf dan sekiranya ada kritik dan saran yang membangun
untuk kedepannya .
8
DAFTAR PUSTAKA
Shaleh, Abd. Rasyad, 1977, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta.
Aripudin, Acep, 2011, Perkembangan Metode Dakwah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Ilyas Ismail, Prio Hotman, 2011, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, Jakarta, Prenada Media Group.
Saputra,Wahidin 2012, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
https://www.zilfaroni.web.id/2012/03/makalah-filsafat-dakwah.html