Anda di halaman 1dari 12

PRINSIP DASAR DAN METODE BERFIKIR

DALAM FILSAFAT DAKWAH

Dosen Pengampu:

Ali Syahbana Siregar, M.Sos.

Disusun Oleh:

MUHAMMAD FAZRY 2030100006

ADTYA RAHMAT TANJUNG 2030100025

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANG SIDIMPUAN
2023
KATA PENGATAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, atas rahmat dan karunia-
nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul prinsip dasar dan metode
berfikir dalam dilsafat dakwah. makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akademis dalam
rangka memenuhi persyaratan mata kuliah filsafat dakwah.

Kemudian sholawat serta salam selalu kita hadiahkan kepada baginda Nabi
SAW.Dengan mengharap syafaat dari beliaulah yang kita nantikan di akhirat kelak nantinya
yang mana tidak ada lagi yang dapat memberikan syafaat.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermanfaat. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
pembaca. Terima kasih atas perhatian dan kesempatan yang diberikan.

Padangsidimpuan, 11 Desember 2023

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................1
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3

A. Prinsip Dasar dalam Filsafat Dakwah ..................................................... 3


B. Metode Berfikir Dalam Filsafat Dakwah ........................................................... 5
BAB III PENUTUP ................................................................................................................8

A. Kesimpulan ..........................................................................................................8
B. Saran ......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTA ....................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Filsafat dakwah merupakan suatu konsep yang mengemuka sebagai hasil refleksi
mendalam terhadap tugas dan tujuan dakwah dalam Islam. Latar belakang filosofis
dakwah muncul sejalan dengan perkembangan pemikiran Islam dan tuntutan untuk
mengkomunikasikan ajaran agama kepada masyarakat dengan cara yang relevan dan
efektif. Dalam sejarah Islam, filosofi dakwah hadir sebagai tanggapan terhadap perubahan
sosial, budaya, dan politik yang memerlukan pemikiran strategis untuk menyampaikan
pesan Islam dengan maksud untuk membimbing dan memperbaiki umat.

Filsafat dakwah dapat ditelusuri dalam pengembangan konsep tauhid atau keesaan
Allah. Fokus pada tauhid menjadi fondasi filosofis dakwah, yang mengajarkan
keberadaan tunggal Allah yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu. Filsafat
dakwah menggali makna dan implikasi tauhid dalam konteks kehidupan sehari-hari,
mengajak umat untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tauhid
tersebut.1

Dalam perkembangan sejarah Islam, terutama selama periode dakwah Rasulullah


SAW, filsafat dakwah terbentuk sebagai respons terhadap kompleksitas tantangan dan
pertentangan yang dihadapi oleh umat Muslim pada waktu itu. Filosofi ini mencerminkan
kesadaran akan pentingnya berdialog dan berinteraksi dengan masyarakat luas. Dalam hal
ini, filsafat dakwah menekankan adaptasi pesan-pesan Islam sesuai dengan kebutuhan dan
pemahaman masyarakat.2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip Dasar dalam Filsafat Dakwah?
2. Apas saja Metode Berfikir Dalam Filsafat Dakwah?

1
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Hlm 3
2
Abd. Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977 hlm 5

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Prinsip Dasar Filsafat Dakwah
2. Untuk Mengetahui Metode Berfikir Dalam Filsafat Dakwah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar dalam Filsafat Dakwah
Prinsip dasar berpikir dalam filsafat dakwah yang dapat diturunkan dari al-Qur'an,
antara lain, adalah:

1. Berpegang teguh pada etika ulul al-bab

Dalam surat Ali Imran ayat 190-191 terkandung intinya bahwa orangorang
yang mampu menggali segala potensi yang ada di alam ini adalah mereka yang di
sebut Ulul Albab. Sosok ulul al-bab adalah orang yang mampu menggunakan potensi
pikir dan potensi dzikir secara tawazun (=seimbang). Berpegang pada etika ulul al-
bab tersebut dapat diturunkan prinsip-prinsip dasar berpikir antara lain:

a. Bertaqwa dan menegakkan hak asasi manusia (QS:2:179)


b. Memahami ayat-ayat al-Qur'an, baik yang muhkamat maupun yang mutasyabihat
(QS:3:7)
c. Menjadikan ruang angkasa, geografi, meteorologi, dan geofisika sebagai objek
pikir (QS:3:190)
d. Mengambil hikmah dari Ibadah Haji dan memperjuangkan bekal taqwa dalam
kehidupan. (2:197)
e. Bisa membedakan antara kebenaran dan keburukan, tidak tergoda oleh keburukan,
dan selalu bertaqwa dalam mencari keberuntungan (QS:5:100)
f. Mengimani dan mengambil pelajaran dari kisah para Nabi dan rasul Allah
(QS:12:111)
g. Memahami dan memperjuangkan kebenaran mutlak yang datang dari Allah
(QS:13:19)
h. Meyakini keesaan Allah Swt, dan memberi peringatan kepada ummat manusia
dengan dasar al-Qur'an (QS:14:52)
i. Mengambil kebaikan dan berkah yang banyak dengan mendalami kandungan al-
Qur'an (QS:38:29)
j. Mengambil pelajaran dari kisah Nabi Zakariya dan Nabi Yusuf, dengan
menggunakan pendekatan sejarah (QS:38:43)
k. Mensyukuri ilmu dengan sujud atau shalat pada waktu malam dalam upaya
mendapatkan rahmat Allah dan merasa takut terhadap azab-Nya (QS:39:9)

3
l. Menyeleksi informasi terbaik dengan tolok ukur hidayah dan norma Allah
(QS:39:18)
m. Menjadikan flora dan fauna (zoologi dan botani) sebagai objek kajian (QS:39:21)
n. Mengambil pelajaran dari Qitab Taurat yang dibawa Nabi Musa yang diwariskan
kepada orang Israel atau Yahudi (QS:40:54)
o. Beriman dan bertaqwa kepada Allah, memiliki kesadaran tinggi, serta takut
terhadap siksaan Nya yang dahsyat (QS:65:10).3
2. Memikirkan, memahami, menghayati dan mengambil pelajaran dari ayatayat Allah
sebagai objek pikir, baik ayat kauniyah dan segala hukumnya (realitas alam dan
hukum alam) maupun ayat-ayat Qur'aniyah melalui petunjuk dan isyarat ayat-ayat al-
Qur'an tentang "aql yang terdiri dari 49 kali penyebutan dalam lima bentuk kata kerja:
(a) 'aqaluh; (b) ta'qilun; (c) na'qilu ; (d) ya'qiluha; (d) ya'qilun.
Mengacu kepada 49 term 'aql yang dimuat dalam al-Qur'an, maka ditemukan
prinsip-prinsip pentingnya berpikir antara lain:
a. Salah satu ciri yang membedakan manusia dari makhluk lainnya terletak pada
potensi nalar (nathiq), kegiatan nalar atau kegiatan berfikir dalam merenungkan
objek pikir. Eksistensi dan fungsionalisasi akal dapat meningkatkan derajat dan
status keberadaan manusia dalam menjalankan tugas sebagai pemegang amanat
ibadah, risalah dan khilafah di muka bumi. (QS:2:30-31)
b. Al-Qur'an menegaskan bahwa berpikir termasuk kegiatan bersyukur terhadap
nikmat Allah, sedangkan mensyukuri nikmat Allah termasuk ketaatan yang
bernilai ibadah. Jadi, berpikir itu pada hakikatnya adalah ibadah yang merupakan
bagian dari amanat kemanusiaan. Dengan demikian berpikir berarti pula
menegakkan amanat tersebut.
c. Al-Qur'an mengecam orang-orang yang taqlid dan orang-orang yang tidak mau
menggunakan potensi inderawinya, baik indera lahir maupun indera batin, dalam
mengkaji, meneliti, dan mendayagunakan anugerah alam semesta bagi
kemanfaatan dan kemaslahatan alam dan segala isinya (QS:2:170).
d. Al-Qur'an menerangkan kemuliaan orang-orang yang berilmu. Bahkan, nilai kerja
seseorang yang lahir dari pemikiran, dipandang lebih baik dari pada pekerjaan
yang tidak berdasarkan pemikiran (ilmu).4

3
A. Ilyas Ismail, Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam,
Jakarta, Prenada Media Group, 2011. Hlm 51
4
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, PT Rajagrafindo Persada: Jakarta 2013, h lm 151

4
Dengan demikian, peranan ilmuwan di tengah-tengan kehidupan ummat
adalah laksana matahari, bulan bintang yang menerangi dan menghiasi alam
semesta. Kemajuan budaya suatu bangsa dapat ditentukan oleh kemajuan
berpikirnya.
Mekanisme atau proses kerja akal itu adalah, bahwa pada pusat akal timbul
tekanan listrik tinggi sebagai akibat mengalirnya ingatan-ingatan yang dirinci
kepadanya, disusun dan diatur menurut kepentingan dan kemungkinan dapat
dikerjakan. Dari pusat akal mengalir pula arus listrik ke pusat kemauan terus
menuju otot-otot dan kelenjar, sehingga menciptakan gerakan dan perbuatan. 5
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa berpikir itu sangat
penting, apalagi mengetahui metodologi yang akan menjadi penuntun ke arah
berpikir benar dalam menegakkan kebenaran yang sebenarbenarnya.

B. Metode Berfikir Dalam Filsafat Dakwah

Dalam filsafat dakwah, metode berfikir menjadi kunci untuk menyusun


strategi dan pendekatan yang efektif dalam menyampaikan ajaran Islam kepada
masyarakat. Berikut adalah beberapa metode berfikir yang umumnya digunakan
dalam konteks filsafat dakwah:

1. Analisis Al-Quran dan Hadis:

Pentingnya Sumber Utama: Pemberi dakwah harus melakukan analisis


mendalam terhadap Al-Quran dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam. Ini
melibatkan pemahaman yang cermat terhadap teks-teks suci dan hadis Nabi
Muhammad SAW untuk memahami nilai-nilai dan prinsip dasar Islam.

2. Ijtihad (Penalaran dan Penelitian):

Kemampuan Penalaran

Pemberi dakwah perlu memiliki kemampuan ijtihad, yaitu penalaran dan


penelitian untuk memahami dan menafsirkan ajaran Islam secara kontekstual. Ini
memungkinkan mereka menjawab tantangan dan masalah-masalah baru yang
muncul dalam masyarakat.

3. Pemahaman Kontekstual:
5
M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta, Prenada Media, 2009. hlm 201

5
Analisis Sosial dan Budaya:

Metode ini melibatkan pemahaman kontekstual terhadap kondisi sosial,


ekonomi, dan budaya masyarakat yang menjadi target dakwah. Pemberi dakwah
perlu menyelaraskan pesan-pesan mereka dengan kebutuhan dan realitas
masyarakat.

4. Pendidikan dan Penyuluhan:

Pentingnya Pendidikan:

Pendidikan dan penyuluhan menjadi metode efektif dalam filsafat dakwah.


Pemberi dakwah harus memiliki keterampilan untuk mendidik dan memberikan
pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam kepada masyarakat.

5. Dialog dan Interaksi:

Komunikasi Interaktif:

Metode berfikir ini menekankan pentingnya dialog dan interaksi dengan


masyarakat. Pemberi dakwah perlu berkomunikasi secara aktif, mendengarkan,
dan merespons pertanyaan serta keprihatinan masyarakat untuk membangun
pemahaman bersama.

6. Hikmah dan Kebijaksanaan:

Pendekatan Bijaksana:

Pemberi dakwah harus menggunakan hikmah dan kebijaksanaan dalam


menyampaikan pesan-pesan Islam. Ini melibatkan pemahaman situasional dan
pilihan kata yang tepat agar pesan dakwah dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat.

7. Inovasi dan Adaptasi:

Fleksibilitas dan Inovasi:

Metode berfikir ini mencakup fleksibilitas dan inovasi dalam


menyampaikan ajaran Islam. Pemberi dakwah perlu mampu menyesuaikan pesan-

6
pesan mereka dengan perkembangan zaman tanpa mengorbankan prinsip-prinsip
ajaran Islam.

8. Keterlibatan Sosial:

Peran Aktif dalam Masyarakat:

Pemberi dakwah perlu terlibat secara aktif dalam masyarakat, memahami


permasalahan yang dihadapi, dan memberikan solusi yang sesuai dengan ajaran
Islam. 6

6
Acep Aripudin, Perkembangan Metode Dakwah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip dasar berfikir dalam filsafat dakwah adalah memahami dan
menerapkan ajaran Islam dengan konsep tauhid sebagai pusatnya, menjadikan rahmat
dan manfaat bagi seluruh alam, serta mengedepankan sikap toleransi. Berfikir dakwah
juga melibatkan analisis Al-Quran dan Hadis sebagai sumber utama, kemampuan
ijtihad (penalaran dan penelitian), serta adaptasi terhadap konteks sosial dan budaya.
Prinsip-prinsip ini membimbing pemberi dakwah dalam menyampaikan pesan Islam
secara bijaksana, inklusif, dan relevan dengan zaman.

B. Saran
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
sebagai penulis minta maaf dan sekiranya ada kritik dan saran yang membangun
untuk kedepannya .

8
DAFTAR PUSTAKA

Basit, Abdul, 2013,Filsafat Dakwah, PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Shaleh, Abd. Rasyad, 1977, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta.

Aripudin, Acep, 2011, Perkembangan Metode Dakwah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Ilyas Ismail, Prio Hotman, 2011, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, Jakarta, Prenada Media Group.

Munir, M., 2009, Metode Dakwah, Jakarta, Prenada Media.

Saputra,Wahidin 2012, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

https://www.zilfaroni.web.id/2012/03/makalah-filsafat-dakwah.html

Anda mungkin juga menyukai