Anda di halaman 1dari 6

Jl. Kedungmundu Raya No.

18 Semarang Gedung NRC Universitas Muhammadiyah


Semarang Phone: 02476740287, Fax: 02476740287 Email: mki@unimus.ac.id

Research article

Interprofessional Collaboration and Burnout Nurses in Hospital

Rosiana Nur Imallah1, Yuni Kurniasih1


1 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Article Info Abstract


Article History: The demand safe for nursing services, effective nursing services, excellent
Submitted: Dec 10th, 2020 service, high standard of clinical services, causes nurses to be in a state of
Accepted: Jan 10th, 2021 prolonged stress. The prolonged stress experienced by nurses will result in
Published: Feb 13th, 2021 burnout which will directly impact the quality of care and quality of nursing
services performed. if this is allowed to continue it will have an impact on
Keywords: the future of the hospital. This study aimed to know the relationship
Burnout; Interprofessional between interprofessional collaboration with the incidence of burnout in the
Collaboration; Nurse hospital. This study used a correlational design with a cross-sectional
approach to time. The population in this study were nurses in IGD, ICU, and
ICCU. Interprofessional collaboration had no relationship with nurse
burnout (p> 0.05). The results of the analysis showed that nurses
experienced burnout because it was influenced by other factors such as
work environment, workload and work stress. Further analysis from the
researcher shows that good interprofessional collaboration is needed in
improving the performance of nurses but it is not the only factor that can
affect nurses experiencing burnout.

PENDAHULUAN yang mengancam kesehatan pasien dan


tenaga Kesehatan [2].
Rumah sakit merupakan tempat untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang Interprofessional collaboration merupakan
didalamnya terdiri dari berbagai profesi bentuk kerjasama berbagai profesi
yang terlibat yaitu tenaga medis, tenaga kesehatan dengan pasien, keluarga dan
psikologis klinis, tenaga keperawatan, komunitas untuk menyediakan pelayanan
tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, komprehensif dan berkualitas [3].
tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga Kolaborasi interprofesi yang dilakukan
keteknisian medis dan teknik biomedika dengan baik akan membuat keputusan
[1].Proses pelayanan di Rumah Sakit asuhan atau pemecahan masalah menjadi
membutuhkan hubungan kerjasama yang lebih efektif dan bermanfaat bagi semua
profesional (interprofesional yang terlibat [4]. Disamping itu adanya
collaboration) antara berbagai profesi kolaborasi akan dapat menurunkan
tersebut untuk menghindari terjadinya komplikasi, konflik diantara tim kesehatan
eror atau kejadian tidak diinginkan (KTD) dan menurunkan kematian. Hal ini sangat

Corresponding author:
Rosiana Nur Imallah
rosiana@unisayogya.ac.id
Media Keperawatan Indonesia, Vol 4 No 1, February 2021
e-ISSN: 2615-1669
ISSN: 2722-2802
DOI: 10.26714/mki.4.1.2021.56-61
Media Keperawatan Indonesia, Vol 4 No 1, February 2021/ page 56-61 57

memperkuat alasan bahwa praktik Penelitian ini bertujuan untuk untuk


kolaborasi sangat penting dalam proses mengetahui interprofessional
pemberian layanan kesehatan di rumah collaboration, burnout perawat dan
sakit. Salah satu yang berperan dalam mengetahui hubungan interprofessional
Interprofessional collaboration adalah collaboration dengan burnout perawat di
perawat. RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Perawat merupakan komponen penting di METODE


rumah sakit, karena perawat mempunyai
interaksi tinggi dengan pasien dan Penelitian ini menggunakan desain
keluarga dibandingkan dengan tenaga korelasional dengan pendekatan waktu
kesehatan lain [5]. Dalam menjalankan cross-sectional [6]. Tujuan dari metode ini
peran dan fungsinya perawat dituntut agar diperoleh data yang lengkap dalam
untuk dapat memberikan pelayanan waktu yang relatif cepat [9].Penelitian ini
keperawatan yang aman, efektif serta menghubungkan antara Interprofesional
adanya standart pelayanan klinik tinggi Collaboration dengan Burnout perawat.
menyebabkan perawat sering merasakan Penelitian ini dilakukan di RS PKU
stres kerja [6]. Muhammadiyah Gamping pada bulan
Oktober-November 2020. Populasi dalam
Hasil survey yang dilakukan oleh American penelitian ini adalah perawat pelaksana di
National for Occupational Health (ANAOH) ruang perawatan kritis dan gawat darurat
kejadian stres kerja perawat berada di di rumah sakit PKU Muhammadiyah
urutan pertama pada empat puluh kasus Gamping. Teknik pengambilan sampel
stress pada pekerja [5]. Stres kerja yang dengan teknik total sampel yaitu sebanyak
terjadi secara terus menerus akan dapat 51 perawat. Kriteria inklusi yaitu perawat
menimbulkan dampak jangka panjang pelaksana dan bersedia menjadi responden.
seperti kejenuhan kerja atau pada saat ini Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
sering disebut dengan istilah burnout. ini adalah kuesioner Interprofesional
Gambaran burnout dapat dilihat dari tiga Collaboration yang terdiri dari 44 item
dimensi yaitu kelelahan emosional, pertanyaan meliputi kemitraan, kerjasama,
depresional dan penurnan prestasi pribadi koordinasi dan pengambilan keputusan
yang sering disebut dengan “sindrom bersama dan kuesioner Maslach Burnout
burnout” [7]. Apabila sindrom burnout Inventory (MBI) dengan 22 item
banyak dijumpai berarti kurangnya pertanyaan meliputi kelelahan emosional,
perhatian dari berbagai pihak terhadap depersonalisasi, dan rendahnya prestasi
profesi perawat dan apabila semakin pribadi. Pengambilan data penelitian
banyak maka semakin rendah kualitas dilaksanakan setelah lolos ethical clearance
pelayanan yang diberikan [8]. (No. 1343/KEP-UNISA/IX/2020) dan
mendapatkan surat izin penelitian dari RS.
Penelitian tentang Interprofessional Peneliti menjelaskan terlebih dahulu
collaboration terhadap kejadian burnout maksud dan tujuan penelitian kepada
perawat di RS PKU Muhammadiyah responden, jika responden bersedia diminta
Gamping belum pernah dilakukan mengisi informed concern dan kuesioner
sebelumnya. Ditemukannya sindrom dalam bentuk google form secara lengkap.
burnout pada perawat di ruang perawatan Identititas responden diberi inisial dan
kritis dan gawat darurat menjadi alasan hanya peneliti yang dapat melihat rekapan
penting kenapa penelitian harus data hasil penelitian yang sudah diisi
dilakukan. Selain itu pelaksanaan responden. Analisis data penelitian
pelayanan kesehatan di ruang kritis dan menggunakan pearson correlation.
gawat darurat sangat membutuhkan
interprofesional collaboration.

Rosiana Nur Imallah / Interprofessional Collaboration and Burnout Nurses in Hospital


Media Keperawatan Indonesia, Vol 4 No 1, February 2021/ page 56-61 58

HASIL layanan kepada pasien yang tertuang dalam


catatan perkembangan pasien terintegrasi
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 51 (CPPT).
responden, dengan komposisi responden
perempuan lebih banyak dari pada Kemitraan yang terjalin sesama perawat
responden laki-laki yaitu 64,7%. Usia yang bekerja, memiliki kesamaan tujuan,
responden terbanyak yaitu 25-35 tahun saling memotivasi, terbuka dan saling jujur
(82,4%). Lama kerja terbanyak yaitu 1-5 telah terbentuk dalam iklim kerja perawat
tahun (52,9%). Pendidikan responden di rumah sakit. Perawat secara terbuka
terbanyak yaitu Ners ( 43,1%). Hasil dari mendiskusikan masing-masing tugas secara
penelitian ini menunjukkan tidak ada professional dan mempertimbangkan
hubungan antara Interprofessional pendapat serta pandangan tim dalam
Colaboration dan Burnout perawat (p proses rencana perawatan individu
>0,05). Hasil penelitian dapat dilihat pada menggambarkan bahwa bentuk kerjasama
tabel 1. antar tim atau antar tenaga keperawatan
terbentuk dengan baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
51 responden, Interprofessional Interprofessional collaboration berpotensi
Collaboration dalam kategori tinggi (mean menghasilkan beberapa manfaat dalam
4,35) dan burnout perawat dalam kategori beberapa aspek, diantaranya pemahaman
sedang (mean 2,05). Hasil uji statistik peran masing-masing tenaga professional,
diperoleh nilai p>0,05 maka dapat mengekspresikan pendapat anggota tim,
disimpulkan bahwa tidak terdapat memperbaiki hubungan atau komunikasi
hubungan antara interprofesional dengan pasien[3]. Suksesnya penerapan
Collaboration dengan Burnout Perawat. kolaborasi ini tergantung kepada bentuk
Nilai koefesien korelasi hasilnya negatif komunikasi antar profesi yang ada [10].
yaitu- 0,72 yang berarti korelasi antara Komunikasi dalam pelaksanaan IPC
interprofesional dan burnout perawat tidak merupakan unsur yang sangat penting
searah. dalam proses pemberian asuhan kepada
pasien dikarenakan kualitas asuhan yang
Tabel 1 diberikan meliputi kegiatan kolaborasi dari
Interprosessional Colaboration (IPC) dan Burnout beberapa profesi kesehatan.
Koefisien
Indikator Rerata±SD p
korelasi
Interprofesional Beberapa profesi kesehatan yang ada di
4,35±0,44 rumah sakit diharapkan memiliki
Collaboration -0,72 0,62
Burnout Perawat 2,05±0,38 kemampuan komunikasi yang baik,
sehingga kolaborasi antar profesi kesehatan
akan berfungsi secara efektif [11].
PEMBAHASAN Permasalahan yang sering muncul
dilingkungan kerja perawat adalah
Pelaksanaan Interprofessional Collaboration keterbatasan sumber daya manusia, jumlah
di RS PKU Muhammadiyah Gamping dalam pasien dan perawat yang tidak seimbang,
hal ini di unit keperawatan kritis yang kondisi tersebut akan berdampak pada
meliputi IGD, ICU, dan ICCU dalam kategori keadaan psikis perawat seperti kelelahan,
baik dengan nilai mean 4,35. Bentuk bosan, emosi dan perubahan mood yang
pelaksanaan kolaborasi yang telah akan menimbulkan stress pada perawat.
dilakukan oleh perawat di RS PKU Keadaan tersebut diharapkan dapat
Muhammadiyah Gamping meliputi aspek diminimalisir dengan pelaksanaan
yaitu kemitraan, kerjasama, koordinasi dan kerjasama antar tim kesehatan yang ada.
pengambilan keputusan bersama. Beberapa
aspek tersebut dilaksanakan dalam proses

Rosiana Nur Imallah / Interprofessional Collaboration and Burnout Nurses in Hospital


Media Keperawatan Indonesia, Vol 4 No 1, February 2021/ page 56-61 59

Kebosanan kerja atau burnout pada burnout [15]. pada Kondisi pandemi COVID-
perawat merupakan salah satu hal yang 19 menuntut perawat untuk
sering terjadi. Burnout perawat terdiri dari mengedepankan keselamatan pasien dan
tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, keselamatan diri sendiri sehingga dalam
depersonalisasi dan rendahnya situasi saat ini peran pemimpin sangat
penghargaan diri. Hasil penelitian penting untuk selalu memotivasi perawat
menunjukkan bahwa burnout perawat agar semangat bekerja, membantu
dalam kategori sedang. Perawat yang meminimalisir kecemasan, menjadi role
mengalami burnout dipengaruhi oleh model dalam menerapkan protokol
berbagai faktor baik faktor internal maupun kesehatan dan membantu tim perawat agar
eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat kebutuhan APD terpenuhi dengan baik
[12] yang menyatakan bahwa burnout pada sehingga perawat tidak mengalami burnout.
perawat dipengaruhi oleh faktor
demografik (usia, jenis kelamin, Dukungan sosial seperti rekan kerja dan
pendidikan, lama bekerja dan pernikahan), interprofesional collaboration merupakan
faktor personal (stress kerja, beban kerja faktor yang berpengaruh dengan kejadian
dan tipe kepribadian), dan faktor organisasi burnout perawat. Hasil penelitian yang
(kondisi kerja dan dukungan social). dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda
yaitu interprofesional collaboration tidak
Perawat yang mengalami burnout merasa ada hubungan dengan burnout perawat
dirinya lelah baik secara fisik maupun (p>0,05) di RS PKU Muhammadiyah
emosional, merasa tertekan, cemas dan Gamping yaitu di ruang IGD, ICU dan ICCU.
tidak nyaman dalam bekerja. Hal ini sesuai Hasil analisis peneliti bahwa perawat
dengan pendapat peneliti[13]bahwa mengalami burnout karena dipengaruhi
perawat yang merasa kelelahan dalam faktor-faktor lain seperti lingkungan kerja,
bekerja cenderung akan mengalami stress beban kerja dan stres kerja.
dan burnout sehingga produktifitas dalam
bekerja menurun. Kondisi saat ini yang Perawat akan mulai mengalami kejenuhan
terjadi pada perawat terutama perawat di kerja jika merasa lingkungan kerjanya
ruang IGD, ICCU dan ICU adalah merasa sedang tidak aman karena suatu hal yaitu
lelah secara emosional karena perawat karena situasi pandemic covid 19 sehingga
harus mengutamakan kepuasan pasien perawat merasa cemas dan tidak aman
akan tetapi beresiko lebih tinggi terkena karena mereka bekerja di unit kritis yaitu
covid 19. IGD, ICCU dan ICU yang resiko tertular covid
19 lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan
Kejenuhan kerja pada perawat juga penelitian sebelumnya [16] yang
dipengaruhi oleh faktor eksternal salah menyatakan bahwa lingkungan kerja yang
satunya yaitu faktor pimpinan. Dukungan aman, nyaman dan kondusif merupakan
yang baik dari pimpinan baik kepala ruang salah satu faktor yang mempengaruhi
atau ketua tim akan meningkatkan motivasi burnout perawat.
dan penghargaan diri perawat sehingga
kejadian burnout perawat menurun. Hal ini Kondisi kerja yang menyenangkan
sejalan dengan pendapat penelian membuat perawat merasa nyaman dan
sebelumnya [14]yang menyatakan bahwa senang bekerja sehingga perawat tidak
penerapan gaya kepemimpinan yang positif mengalami stress kerja. Hal ini sesuai
akan menekan kejadian burnout syndrome dengan pendapat [11] yang menyatakan
dan meningkatkan kinerja perawat. bahwa perawat tidak mengalami stress
kerja jika berada pada situasi kerja yang
Hasil analisis lebih lanjut bahwa gaya menyenangkan. Perawat yang tidak stress
kepemimpinan transformasional sangat dalam bekerja akan menikmati
efektif dalam menurunkan angka kajadian pekerjaannya, semangat dalam bekerja dan

Rosiana Nur Imallah / Interprofessional Collaboration and Burnout Nurses in Hospital


Media Keperawatan Indonesia, Vol 4 No 1, February 2021/ page 56-61 60

bisa menjalankan tugas dan tanggung dalam kejadian burnout ini dapat
jawabany dengan baik. Akan tetapi ada direkomendasikan untuk dapat diteliti oleh
faktor lain yang mempengaruhi burnout peneliti selanjutnya
pada perawat yaitu beban kerja.
UCAPAN TERIMAKASIH
Beban kerja yang dirasakan perawat juga
memicu munculnya kejenuhan kerja Ucapan terimakasih kami sampaikan
sehingga akan menurunkan kinerja kepada Ristekdikti, LPPM Universitas
perawat. Hal ini didukung penelitian ‘Aisyiyah Yogyakarta atas fasilitas support
terdahulu [17] yang menyatakan bahwa yang telah diberikan kepada peneliti, RS
beban kerja seperti banyaknya pasien yang PKU Muhammadiyah Gamping dan seluruh
masuk dalam satu hari, kondisi pasien atau responden yang telah bersedia terlibat
tingkat ketergantungan pasien dapat dalam penelitian ini.
memicu munculnya kebosanan kerja dan
stress kerja perawat. Penelitian sebelumnya REFERENSI
[18]juga menyebutkan bahwa beban kerja
yang tinggidapat menyebabkan perawat [1] RI K. Undang-Undang Republik Indonesia No.
mengalami kejenuhan dan kelelahan. Hal 36 tentang 2014 tentang tenaga kesehatan.
Kementrian Kesehat RI 2014.
ini akan berdampak pada penurunan
kualitas pelayanan yang diberikan perawat. [2] Vellyana D. Analisis Budaya Keselamatan
Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan Di PKU
Muhammadiyah Unit II Gamping. Universitas
Analisis lebih lanjut dari peneliti bahwa Muhammadiyah Yogyakarta, 2015.
interprofesional collaboration yang baik
[3] Gilbert JHV, Yan J, Hoffman SJ. A WHO report:
sangat dibutuhkan dalam meningkatan Framework for action on interprofessional
kinerja perawat tetapi bukan merupakan education and collaborative practice. J Allied
satu-satunya faktor yang dapat Health 2010.
mempengaruhi perawat mengalami [4] Green BN, Johnson CD. Interprofessional
burnout. Perawat yang mengalami burnout collaboration in research, education, and
perlu segera diatas agar tidak terjadi clinical practice: working together for a
turnover perawat atau penurunan kinerja better future. J Chiropr Educ 2015;29:1–10.
https://doi.org/10.7899/jce-14-36.
perawat yang dapat mempengaruhi kualitas
asuhan keperawatan. [5] Kozier B, Berman S. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep. 7th ed. Jakarta: EGC;
2010.
SIMPULAN
[6] Kasmarani M. Pengaruh beban kerja fisik dan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mental terhadap stres kerja pada perawat di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur.
Interprofesional Collaboration dalam J Kesehat Masy Univ Diponegoro
kategori tinggi, burnout perawat dalam 2012;1:767–76.
kategori sedang dan tidak ada hubungan [7] Sari IK. Faktor-faktor yang berhubungan
Interprofessional Collaboration dan dengan Burnout perawat di RSUD Haji
burnout pada perawat. Limitasi penelitian Makasar. UIM Alaudin, 2015.
ini hanya mengukur interprofessional [8] Aftab N, Shah A, Mehmood R. Relationshipof
collaboration dengan burnot pada perawat self efficacy and burnout among physicians.
yang bekerja diunit perawatan kritis dan Acad Res Int 2012;2:539–48.
Gawat Darurat. Implikasi keperawatan [9] Fuada N, Wahyui I. Faktor-faktor yang
dalam penelitian ini adalah untuk berhubungan dengan stress kerja pada
menurunkan burnout yang terjadi pada perawat kamar bedah Instalasi Bedah Sentral
perawat dengan cara menekan beberapa RSUD K.R.M.T. Wonsonegoro. J Kesehat Masy
2017;5:255–63.
hal yang dapat meminimalisir kejadian
burnout tersebut. Selanjutnya, untuk [10] Setiadi AP, Wibowo Y, Herawati F, Irawati S,
mengetahui faktor yang sangat berperan Setiawan E, Presley B, et al. Factors

Rosiana Nur Imallah / Interprofessional Collaboration and Burnout Nurses in Hospital


Media Keperawatan Indonesia, Vol 4 No 1, February 2021/ page 56-61 61

contributing to interprofessional Manag Nurs J 2020;3:1–14.


collaboration in Indonesian health centres: A https://doi.org/10.20473/fmnj.v3i1.17800.
focus group study. J Interprofessional Educ
[15] Puspitasari NW, Sulisno M, Dwiantoro L,
Pract 2017;8:69–74.
Kristina TN, Hartiti T. Penerapan
https://doi.org/10.1016/j.xjep.2017.06.002.
Kepemimpinan Transformasional dalam
[11] Surtini S, Berlian YS. Hubungan Kondisi Kerja Menurunkan Burnout Perawat Pelaksana. J
dengan Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit. Smart Keperawatan 2019;6:98–105.
Fundam Manag Nurs J 2020;3:1–7. https://doi.org/10.34310/jskp.v6i2.289.
[12] Patel B. The organisational factors that affect [16] Eliyana. Faktor-faktor yang Berhubungan
burnout in nurses. RCN Educ. Conf., West dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang
Middlesex University Hospital: 2014. Rawat Inap RSJ Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2015. Arsi 2016;2:172–82.
[13] Xie Z, Wang A, Chen B. Nurse burnout and its
association with occupational stress in a [17] Sari NLPDY. Hubungan Beban Kerja
cross-sectional study in Shanghai. J Adv Nurs Terhadap Burnout Syndrome Pada Perawat
2011;67:1537–46. Pelaksana di Ruang Intermediet RSUP
https://doi.org/10.1111/j.1365- Sanglah. J Dunia Kedokt 2014;5:87–92.
2648.2010.05576.x.
[18] Nursalam. Manajemen Keperawatan -
[14] Due MB, Nursalam N, Setiya Wahyudi A. Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Profesional Edisi 4. 4th ed. Jakarta: Salemba
Burnout Syndrome dan Kinerja Perawat di Medika; 2014.
Ruang Rawat Inap RSUD Bajawa. Fundam

Rosiana Nur Imallah / Interprofessional Collaboration and Burnout Nurses in Hospital

Anda mungkin juga menyukai