Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh :
Tzuraya Zahrah
111 2017 2058

Pembimbing :
dr.Hj.A.Rismawaty Darma,Sp.A,M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANDI MAKKASAU PARE-PARE
PERIODE 2 APRIL – 9 JUNI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat,
Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Andi Makkasau Pare-
pare periode 2 April – 9 Juni 2018 dengan judul “Bronkopneumonia” yang disusun oleh :

Nama : Tzuraya Zahrah


NIM : 111 2017 2058

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth :


Pembimbing :
dr.Hj.A.Rismawaty Darma,Sp.A,M.Kes

Menyetujui,

(dr.Hj.A.Rismawaty Darma,Sp.A,M.Kes)

2
BAB I
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS
Data Pasien Ayah Ibu
Nama An. A Tn.Y Ny.S
Umur 2 tahun 26 tahun 24 tahun
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan
Alamat JL.Bau Massepe Labukkang pare-pare
Agama Islam Islam Islam
Suku bangsa Bugis Bugis Bugis
Pendidikan - Tamatan Tamatan SMP
Pekerjaan - Buruh harian IRT
Penghasilan - - -
Hubungan dengan
Keterangan orang tua : Anak
kandung

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Auto dan Alloanamnesis pada hari tanggal 6 Mei 2018
a. Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan
Sesak, batuk berlendir, beringus, mual, muntah
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demamnya naik
turun. Demam tidak disertai oleh kejang.
Menurut ibunya, pasien juga mengeluh batuk semenjak demam muncul, batuk
terus menerus, berdahak, dengan dahak berwarna putih kekuningan tetapi sulit untuk
dikeluarkan. Gejala tersebut juga disertai sesak napas sejak 3 hari SMRS. Sesaknya
dirasakan tiba-tiba dan semakin lama semakin memberat, tidak disertai dengan bunyi
“ngik”.
Ibu pasien juga mengatakan anaknya merasa mual dan muntah sejak awal sakit.
Muntah sebanyak dua kali dalam sehari, berisi makanan bercampur lendir yang
3
dikonsumsi. Pasien muntah terutama setelah batuk terus menerus. Semenjak sakit
nafsu makan menurun, tapi masih mau untuk minum air putih. Buang Air Besar
(BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) dalam batas normal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteria - Jantung -
Cacingan - Diare - Ginjal -
DBD - Kejang - Darah -
Thypoid - Maag - Radang paru -
Otitis - Varicela - Tuberkulosis -
Parotis - Asma - Morbili -
Kesan : Tidak ditemukan riwayat penyakit sebelumnya

e. Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang serupa.

f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :


KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ditemukan kelainan
Perawatan antenatal Setiap bulan periksa ke bidan
KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah sakit
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi 9 bulan
Berat lahir 3100 g
Panjang badan 51 cm
Keadaan bayi Lingkar kepala tidak ingat
Langsung menangis
Nilai apgar tidak tahu
Tidak ada kelainan bawaan

Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan pasien baik

4
g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I : 6 bulan (normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap : 6 bulan (normal: 3-4 bulan)
Duduk : 6 bulan (normal: 6 bulan)
Berdiri : 9 bulan (normal: 9-12 bulan)
Berjalan : 15 bulan (normal: 13 bulan)
Bicara : 24 bulan (normal: 9-12 bulan)
Baca dan Tulis : 5 tahun
Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien terlambat.

h. Riwayat Makanan
Umur ASI/PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim
(bulan)
0-2 +
2-4 +
4-6 + +
6-8 + + + +
8-10 + + + +
Kesan : kebutuhan gizi pasien terpenuhi cukup baik

i. Riwayat Imunisasi :
vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG Lahir
DPT 2 bln 4 bln 6 bln
POLIO Lahir 2 bln 4 bln
CAMPAK 9 bln
HEPATITIS B Lahir 1 bln 6 bln
Kesan : Imunisasi dasar lengkap

5
j. Riwayat Keluarga
Ayah Ibu Anak pertama
Nama Tn. Y Ny.S An. A
Perkawinan ke Pertama Pertama -
Umur 26 tahun 23 tahun 2 tahun
Keadaan kesehatan Baik Baik
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik.

k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :


Tinggal dirumah sendiri. Terdapat tiga kamar. Ventilasi baik, cahaya matahari cukup,
air minum dan air mandi berasal dari air tanah.
Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Tanda Vital
- Kesadaran : Compos mentis
- Frekuensi nadi : 116x/menit
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Frekuensi pernapasan : 58x/menit
- Suhu tubuh : 39,2 oC
c. Data antropometri
- Berat badan : 9,5 kg
- Tinggi badan : 76 cm
d. Kepala
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
- Mata : Ptosis + conjungtiva dextra hiperemis,injectio
konjungtiva, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
- Telinga : normotia, membran timpani intak, serumen -/-
- Hidung : bentuk normal, sekret -, nafas cuping hidung -/-
- Mulut : faring tidak hiperemis -, T1-T1
e. Leher : KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar
6
f. Thorax
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
- Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
- Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : Pulmo SN vesikuler, ronki +/+, wheezing -/-
Cor BJ I & II normal, murmur -, gallop -
g. Abdomen
- Inspeksi : Perut datar
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Palpasi : Nyeri tekan -, hepar dan lien tidak teraba membesar
- Perkusi : Shifting dullness -, nyeri ketok -
h. Kulit : Ikterik -, petechie -
i. Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, edema -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium darah tanggal 6 Mei 2018
Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah lengkap
LED - mm 0-10
Leukosit 8,98 ribu/uL 3,70 -10,1
Hitung jenis
basofil 0,266 % 0,00-1,70
eosinofil 0,002 % 0,600-7,30
MCV 69,5 % 81,1-96
MCH 24,4 % 27,0-31,2
limfosit 3,29 % 18,0-48,3
monosit 1,43 % 4,40-12,7
Eritrosit 4,83 juta/uL 3,60-4,69
Hemoglobin 11,8 g/dL 10,8-14,2
Hematokrit 33,6 % 37,7-53,7
Trombosit 270 ribu/uL 155-366

7
b. Rontgen Thorax

Foto thorax AP :
- Bercak-bercak infiltrat pada kedua paru
- Tidak tampak pemadatan hilus
- Cor : Bentuk,ukuran,dan letak dalam batas normal,aorta normal
- Trachea di midline
- Keduaa sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan : Bronkopneumonia Bilateral

V. RESUME
a. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demamnya naik turun.
Selain itu pasien juga mengeluh batuk semenjak demam, batuknya berdahak,
dahaknya berwarna putih kekuningan tetapi sulit untuk dikeluarkan. Sesak napas juga
dirasakan oleh pasien, sesaknya dirasakan tiba-tiba dan tidak disertai bunyi “ngik”.
Pasien juga mengalami mual dan muntah, muntahnya sejak 3 hari, dalam sehari
muntah kurang lebih sebanyak dua kali berisi makanan bercampur lendir, pasien

8
muntah terutama saat setelah batuk. Riwayat kejang disangkal, gangguan BAK dan
gangguan BAB juga disangkal oleh pasien.

b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tanda Vital
- Kesadaran : compos mentis
- Frekuensi nadi : 120x/menit
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Frekuensi pernapasan : 36x/menit
- Suhu tubuh : 38,2oC
Mata : Conjungtiva anemis -/-
Thorax : Ronki +/+

c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah
LED - mm 0-10
Leukosit 8,98 ribu/uL 3,70-10,1
Trombosit 270 % 155-366
Basofil 0,266 % 0,00-1,70
limfosit 3,29 % 18-48,3
Hemoglobin 11,8 g/dL 10,8-14,2
Hematokrit 33,6 % 37,7-53,7

VI. DIAGNOSIS KERJA


Bronkopneumonia

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Bronkiolitis
- TB Paru

VIII. PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa
9
- Tirah baring
- Edukasi kepada orangtua tentang penyakit yang diderita
b. Medikamentosa
- O2 1 lpm
- IVFD Asering 8 tpm
- Inj.Ampicilin 23,7 mg/6 jam/iv
- Inj.Sanmol 10 cc/6 jam/iv
- Inj.Farmavon 3 mg/8 jam/iv
- Inj.Gentamisin 23,7 mg/12 jam/iv

IX. PROGNOSIS
- Ad vitam : Dubia ad bonam
- As fungsionam : Dubia ad bonam
- Ad sanationam : Dubia ad bonam

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
 Pneumonia lobaris
 Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
 Pneumonia intertisial (bronkiolitis)
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat. ( Whalley and Wong, 1996).
Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang
lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat, nadi dan petnafasan
meningkat. (Suzanne G. Bare,1993)
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang
disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing (Sylvia Anderson,1994)
Jika digabungkan dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia
lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing.

II. ETIOLOGI
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan
kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi
pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil meliputi streptococcus grup B dan
Bakteri gram negatif seperti E.coli, Pseudomonassp, Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih
besar dan balita seringnya disebabkan oleh infeksi Streptococcus Pneumoniae,
Haemophillus influenzae tipe B dan Staphylococcus auereus.
Faktor lain yang mempengaruhi bronkopneumonia adalah menurunnya daya tahan
tubuh, seperti malnutrisi energi protein (MEP), penyakit kronis, pengobatan antibiotik
yang tidak adekuat.

11
Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju :
USIA ETIOLOGI YANG ETIOLOGI YANG JARANG
SERING
Lahir – 20 hari BAKTERI BAKTERI
E. colli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
VIRUS
Virus Sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu – 3 bulan BAKTERI BAKTERI
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus Haemophillus influenzae tipe B
pneumoniae
VIRUS Moraxella catharalis
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus Parainfluenza 1, VIRUS
2, 3
Respitatory Syncytical Virus Sitomegalo
Virus
4 bulan – 5 tahun BAKTERI BAKTERI
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B
Mycoplasma Moraxella catharalis
pneumoniae
Streptococcus Neisseria meningitidis
pneumoniae
VIRUS Staphylococcus aureus
Virus Adeno VIRUS
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster

12
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Synncytial
virus
5 tahun – remaja BAKTERI BAKTERI
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
Mycoplasma Legionella sp
pneumoniae
Streptococcus Staphylococcus aureus
pneumoniae
VIRUS
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster

III. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima
kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak meninggal setiap tahunnya
akibat pneumonia. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi,
22,8% kematian balita di indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama
pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO


Faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak
balita di negara berkembang, antara lain:
a. Pneumonia yang terjadi pada masa bayi

13
b. Berat badan lahir rendah
c. Tidak mendapat imunisasi
d. Tidak mendapat ASI yang adekuat
e. Malnutrisi
f. Defisiensi vitamin A
g. Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring
h. Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok)
i. Imunodefisiensi dan imunosupresi : keadaan ini meningkatkan predisposisi
pneumonia.
j. Adanya penyakit lain yang mendahului, seperti infeksi HIV, campak
k. Tinggal di lingkungan padat penduduk
l. Intubasi, trakeostomi, refleks batuk yang terganggu, dan aspirasi : keadaan ini
menyebabkan organisme infeksi lebih mudah masuk kedalam alveoli dan ruang
udara terminal
m. Diskinesia silier, obstruksi bronkial, infeksi viral, merokok, dan bahan-bahan
kimia: kondisi ini menganggu kerja mukosiliar.
n. Abnormalitas anatomi, aspirasi cairan lambung atau sebab lain dari inflamasi
nooninfeksius, penurunan aliran darah, dan edema pulmonal: kondisi tersebut
meningkatkan predisposisi dari pneumonia.

V. KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.
Pembagian secara anatomis :
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis
c. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae.
b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus,
Adenovirus
c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,
Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis.

14
d. Corpus Alienum
e. Aspirasi
f. Pneumonia hipostatik

VI. PATOGENESIS
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi
bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa
sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
melalui hematogen.
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Awalnya terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan
ditemukan kuman pada alveoli. Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak
mengandung udara, warna menjadi merah. Stadium ini disebut hepatisasi merah.
Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan
terjadi fagositosis cepat. Lobus masih tetap padat dan warnanya menjadi pucat kelabu.
Permukaan pleura suram diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit. Kapiler
tidak lagi kongestif. Disebut stadium hepatisasi kelabu.
Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel mengalami degenerasi, fibrin
menipis, kuman dan debris menghilang. Eksudat berkurang. Disebut stadium resolusi.
Sistem jaringan bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam
hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur.

15
VII. GEJALA KLINIS
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar dari ringan hingga
sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terjadi
komplikasi sehingga perlu dirawat.
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
a. Gambaran infeksi umum :
- Demam  suhu bisa mencapai 39-40oC dan kadang dapat juga disertai
dengan kejang akibat demam yang tinggi.
- Sakit kepala
- Gelisah
- Malaise
- Penurunan nafsu makan
- Keluhan gastrointestinal  mual, muntah, diare
b. Gambaran gangguan respiratori:
- Batuk  awalnya kering kemudian menjadi produktif
- Sesak nafas
- Retraksi dada
- Takipnea
- Napas cuping hidung
- Penggunaan otat pernafasan tambahan
- Air hunger
- Sianosis
- Merintih
Pada pemeriksaan fisik bronkopneumonia tergantung dari luasnya daerah yang
terkena. Inspeksi dapat terlihat nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut,
retraksi dada. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Tetapi kadang dapat
juga bunyi pekak saat perkusi atau bila sarang bronkopneumonia menjadi satu
(konfluens) mungkin pada perkusi ditemukan bunyi redup dan suara nafas mengeras saat
auskultasi.
Saat auskultasi terdapat ronki basah halus, mengi dan penurunan suara nafas.
Tetapi ronki dan mengi sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang kebetulan pada anak

16
yang amat muda dengan dada hipersonor. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya
tidak ditemukan kelainan.

VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis terhadap manifestasi manifestasi klinis yang umumnya dijumpai pada
anak dengan bronkopneumonia
b. Temuan pemeriksaan fisik yang sesuai
c. Pemeriksaan penunjang seperti :
1) Darah lengkap
Leukositosis berkisar antara 15.000-40.000/mm3 , dengan predominan PMN.
Leukopenia menunjukan prognosis buruk. Leukositosis hebat (> 30.000/mm 3)
hampir selalu menunjukan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada
keadaan bakteriemi, dan resiko terjadi komplikasi lebih tinggi. Kadang terdapat
anemia ringan dan LED meningkat. Secara umum hasil pemeriksaan darah
perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan
bakteri secara pasti.
2) C reaktif protein
Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi
atau inflamasi jaringan
3) Uji serologis
Deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas
dan spesifisitas yang rendah. Tetapi diagnosis infeksi Streptokokus grup A
dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti antistreptolisin O,
streptotozim.
4) Pemeriksaan mikrobiologis
5) Rontgen toraks
Posisi AP. Gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak infiltrat
yang dapat meluas hingga daerah petifer paru, disertai dengan peningkatan
corakan peribronkial.

17
IX. DIAGNOSA BANDING
a. Pneumonia lobaris
Biasanya pada anak yang lebih besar disertai badan menggigil dan kejang pada bayi
kecil. Suhu naik cepat sampai 39-40 oC dan biasanya tipe kontinua. Sesak nafas (+),
nafas cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri dada. Anak
lebih suka tidur pada sisi yang terkena. Pada foto rotgen terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.
b. Bronkioloitis
Diawali infeksi saluran nafas bagian atas, subfebris, sesak nafas, nafas cupung
hidung, retraksi intercostal dan suprasternal, terdengar wheezing, ronki nyaring
halus pada auskultasi. Gambaran labarotorium dalam batas normal, kimia darah
menggambarkan asidosis respiratotik ataupun metabolik.
c. Aspirasi benda asing
Ada riwayat tersedak
d. Atelektasis
Adalah pengembangan tidak sempurna atau kempisnya bagian paru yang
seharusnya mengandung udara. Dispnoe dengan pola pernafasan cepat dan dangkal,
takikardia, sianosis. Perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser
dan letak diafragma mungkin meninggi.
e. Tuberkulosis
Demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, berat badan menurun, nafsi makan
menurun, malaise, diare persisten yang tidak membaik dengan pengobatan baku
diare. Dan biasanya terdapat kontak. Diagnosis TB pada anak ditegakkan dengan
skor TB, yaitu:
Parameter 0 1 2 3
Laporan keluarga
Kontak TB Tidak - (BTA negatif atau BTA (+)
jelas tdk jelas
Postif (≥ 10mm,
Uji Tuberkulin negatif - - atau ≥5 mm pada
keadaan
imunosupresi
Berat badan/ BB/TB <90% Klinis gizi buruk
keadaan gizi - atau atau BB/TB <70% -
18
BB/U<80% atau BB/U<60%
Demam yg tdk
diketahui - ≥ 2 minggu - -
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1 cm jumlah
kelenjar limfe > 1, tidak
kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi - pembengkaka - -
panggul, lutut, n
falang
Foto toraks Normal/ Gambaran - -
kelainan sugestif TB*
tdk jelas

X. PENATALAKSANAAN
a. Oksigen
b. Cairan intravena
c. Koreksi keseimbangan asam basa, elektrolit, gula darah
d. Analgetik/ antipirektik untuk demamnya
e. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Pilihan
lini pertama adalah golongan beta laktam atau kloramfenikol. Jika tidak responsif,
dapat diberikan antibiotik golongan gentamisin, amikasin, sefalosporin sesuai dengan
petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi dilanjutkan 7-10 hari bila tidak ada
komplikasi.

XI. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,
pnemothorax, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema torasis
merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri. Efusi pleura, abses
paru dapat juga terjadi.

19
Ilten F dkk. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik
ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup
tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis merupakan
keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif
seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.

XII. PROGNOSIS
Secara umum, prognosisnya adalah baik, Gangguan jangka panjang pada fungsi
paru jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang telah terkomplikasi dengan
empiema dan abses paru. Sekuele yang signifikan muncul pada penyakit adenoviral,
termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian dapat muncul pada anak dengan kondisi yang
mendasari, seperti penyakit paru kronik pada bayi prematur, penyakit jantung bawaan,
imunosupresi, malnutrisi energi. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,
mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi
Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. H. 350-65.
2. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia. Pneumonia. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan kesebelas. Jakarta: Infomedika Jakarta; 1985. H.
1228-35
3. Jr william w.hay, Levin myron j, sondheimer judith m, Deterding robin R.Lange current
diagnosis and treatment in pediatric.United states of america: The McGraw-Hill
companies;2007.
4. http://emedicine.medscape.com/article/954506. Accessed on 17 October 2013
5. http://www.scribd.com/doc/33659310/Askep-Bronkopneumonia-Pada-Anak-Roy.
Accessed on 15 April 2013

21

Anda mungkin juga menyukai