Anda di halaman 1dari 12

Nama : Gracella Irwana

NIM : 202050419
Mata Kuliah : ManRisk Chap. 1
Risiko adalah dampak dari ketidakpastian untuk mencapai tujuan perusahaan (ISO 31000).
Setiap kegiatan selalu menghadapi dan berhubungan dengan risiko karena risiko melekat dalam
proses bisnis dan merupakan potensi terjadi kerugian.
Risiko dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
- Risiko murni (pure risk) adalah suatu
peristiwa yang terjadi menimbulkan
kerugian dan risiko tersebut dapat
dialihkan serta tidak ada keumngkinan
keuntungan (transfer the risk). Contoh:
kebakaran
- Risiko spekulatif adalah risiko yang
kita harapkan dapat terjadi kerugian
dan juga keuntungan; suatu peristiwa
yang terjadi dapat menimbulkan kerugian dan risiko tersebut tidak dialihkan ke pihak lain.
Artinya risiko tersebut ditanggung sendiri (retention). Contoh: investasi di saham.
- Risiko dasar adalah suatu peristiwa dimana disebabkan dan ditimbulkannya oleh alam dan
bersifat catatropic (dalam skala besar) dimana peristiwa-peristiwa jarang terjadi, apabila
terjadi menyebabkan kerugian yang sangat besar. Contoh: gempa bumi
Prinsip Manajemen Resiko
 Fokus manajemen risiko adalah penilaian risiko secara signifikan dan pelaksanaan respon
risiko yang sesuai.
 Manajemen risiko meningkatkan pemahaman tentang potensi upside dan downside dari
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan.
 Manajemen risiko harus menjadi proses yang berkesinambungan yang mendukung
pengembangan dan implementasi strategi dari suatu perusahaan.
 Semua jenis dan kegiatan usaha, ada potensi kegiatan yang merupakan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan (upside), dan begitu juga sebaliknya berupa ancaman terhadap
keberhasilan (downside) atau terjadi peningkatan ketidakpastian dalam berusaha.
 Manajemen risiko harus terintegrasikan ke dalam budaya perusahaan yang mencakup mandat,
kepemimpinan dan komitmen dari Dewan Direksi.
 Budaya perusahaan harus menerjemahkan strategi risiko ke dalam tujuan taktis dan
operasional, dan menetapkan tanggung jawab manajemen risiko di perusahaan.
 Manajemen risiko harus mendukung akuntabilitas, pengukuran kinerja dan penghargaan
untuk karyawan yang berprestasi, sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional di
semua tingkatan didalam perusahaan.
 Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya akan berhadapan dengan risiko yang
berpotensi menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
 Manajemen risiko merupakan disiplin berakar kuat dalam manajemen perusahaan, dan
khususnya dalam manajemen bisnis.
 Manajemen risiko sangat diperlukan sebagai suatu pendekatan comprehensive untuk
menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian (Clough and Sears,1994).
 Secara umum manajemen risiko adalah proses, mengidentifikasi, mengukur dan memastikan
risiko dan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebut.
 Manajemen risiko harus menjadi proses yang berkesinambungan dan berkembang yang
berjalan sepanjang strategi perusahaan dan pelaksanaanya.
 Manajemen risiko meliputi pengukuran dan pengendalian risiko serta menggunakan keduanya
untuk memperbaiki tingkat risiko perusahaan dan meningkatkan laba perusahaan.
Manfaat Manajemen Risiko
- Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
- Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
- Manajemen risiko dapat memberikan laba
secara tidak langsung.
- Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang
disebabkan oleh adanya perlindungan
terhadap risiko murni, merupakan harta non
material bagi perusahaan itu.
- Manajemen risiko melindungi perusahaan dari
risiko murni, dan karena kreditur, pelanggan
dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang
dilindungi maka secara tidak langsung
menolong meningkatkan public image.
Proses Manajemen Resiko
- Visi dan Misi Perusahaan
- Sasaran/Target Perusahaan
- Identifikasi Kepentingan Stakeholders
- Artikulasi Lingkungan Eksternal dan internal
- Konteks Penerapan Proses Manajemen Risiko
- Menetapkan Kriteria Risiko
Perbedaan Manajemen Risiko Tradisional dan Manajemen Risiko Perusahaan
No Manajemen Risiko Tradisional Manajemen Risiko Perusaaan (ERM)
1 Pemantauan risiko adalah fungsi tingkat Pemantauan risiko adalah CEO (dengan
rendah dari auditor internal pengawasan Dewan)
2 Risiko sebagai faktor negatif yang Risiko sebagai faktor ancaman yang
dikendalikan dikendalikan sebagai suatu peluang
3 Risiko dikelola secara terpisah dalam Risiko dikelola secara terpadu (enterprise-
fungsi/unit dalam perusahaan wide mode)
4 Tanggung jawab atas manajemen risiko Manajemen risiko adalah tanggung jawab
didelegasikan kepada tingkat yang lebih senior management
rendah
5 Pengukuran risiko adalah subyektif Pengukuran risiko secara kuantifikasi
6 Tidak terstruktur dan fungsi-fungsi Manajemen risiko dibangun ke dalam
manajemen risiko yang berbeda semua sistem manajemen perusahaan

Budaya Risiko
Budaya risiko adalah istilah yang menggambarkan nilai-nilai, keyakinan, pengetahuan dan
pemahaman tentang risiko secara bersama oleh sekelompok orang dengan memiliki tujuan yang sama.
Budaya risiko suatu perusahaan adalah elemen penting yang dapat memastikan bahwa doing the right
thing lebih baik atas doing whatever it takes. Perilaku etis merupakan komponen utama dari budaya
risiko agar penerapannya menjadi kuat dan efektif. Kode Etik dapat membantu perusahaan secara
efektif berkomunikasi dengan karyawan melalui etika dan kepatuhan
Budaya manajemen risiko merupakan bagian dari proses manajemen risiko yang meliputi:
- Organisasi manajemen risiko dan struktur tata kelola.
- Peran, kemampuan dan akuntabilitas staf manajemen risiko.
- Komunikasi manajemen risiko dan transparansi.
- Kebijakan manajemen risiko.
- Pengaruh manajemen risiko untuk penganggaran dan manajemen kompensasi.
Budaya risiko sudah merupakan bagian dari budaya perusahaan dimana akan memudahkan dalam
menerapkan manajemen risiko di perusahaan secara efisien dan efektif.
Ada lima langkah dalam menerapkan kerangka kerja budaya risiko di perusahaan:
- Memberi pemahaman mengenai risiko dan manfaatnya untuk perusahaan.
- Membentuk etika karyawan terhadap budaya perusahaan.
- Membentuk lingkungan kerja yang mendukung terbentuknya budaya risiko.
- Meningkatkan penerapan budaya perusahaan.
- Membentuk dan menerapkan budaya risiko yang merupakan bagian penting dari buadaya
perusahaan
Nama : Gracella Irwana
NIM : 202050419
ManRisk Chapter 2, 3, dan 4
BAB II. STANDAR MANAJEMEN RISIKO
2.1 Standar Manajemen Risiko
Standar internasional manajemen risiko memberikan prinsip-prinsip dan pedoman umum.
Standar internasional ini dapat digunakan oleh setiap masyarakat, perusahaan swasta atau
komunitas, asosiasi, kelompok atau perorangan sehingga standar ini tidak spesifik untuk
setiap industri atau sektor. Standar ini dapat diterapkan di seluruh kehidupan suatu
organisasi, dan untuk berbagai kegiatan, termasuk strategi dan keputusan, operasi, proses,
fungsi, proyek, produk, jasa dan aset. Standar ini dapat diterapkan untuk setiap jenis risiko,
apapun sifatnya, apakah memiliki dampak positif atau negatif.
Tujuan untuk menerapkan standar manajemen risiko antara lain: Meningkatkan peluang
mencapai tujuan/target perusahaan, mendorong manajemen bersifat proaktif. Artinya
perusahaan sudah mengantisipasi dan menyiapkan mitigasi bila terjadi risiko, telah
mengidentifikasi dan menangani risiko di perusahaan, memiliki profil risiko perusahaan,
patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku dan norma-norma internasional,
pelaporan wajib dan sukarela menjadi tepat waktu, meningkatkan tata kelola perusahaan,
meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan, membangun dasar untuk pengambilan
keputusan dan perencanaan, meningkatkan pengendalian., efektif dalam mengalokasikan
dan menggunakan sumber daya untuk penanganan risiko, meningkatkan efektivitas dan
efisiensi operasional perusahaan, meningkatkan Health, Safety and Environmental (HSE)
semakin baik, meningkatkan kemampuan mengelola risiko dan mencegahan dan
meminimalkan kerugian perusahaan, meningkatkan ketahanan perusahaan dan
pembelajaran bagi perusahaan.

2.2 Australia Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360:2004)


Standar AS/NZS 4360:2004 (Standards Australia/Standards New Zealand) ini terdiri
dari 2 buku:
 Pedoman umum: Risk management AS/NZS 4360:2004;
 Petunjuk teknis: Handbook,
Risk Management
Guidelines Companion to
AS/NZS 4360:2004
Langkah Penting dalam
Manajemen Resiko
 Komunikasi dan Konsultasi
 Menetapkan Konteks
 Identifikasi Resiko
 Analisis Resiko
 Evaluasi Resiko
 Perlakuan Resiko
 Menilai Opsi Perlakuan
Resiko
 Menyiapkan Rencana
Perlakuan Risiko

2.3 Committee of Sponsoring Organizations (COSO) : 2004


Ada 8 komponen dalam Enterprise Risk Management, yaitu: internal environment,
objective setting, event identification, risk assessment, risk response, control activities,
information and communication, monitoring
Tujuan perusahaan dapat dilihat dikonteks empat kategori yaitu: strategis, operasi,
pelaporan, kepatuhan
Dan juga dengan mempertimbangkan kegiatan semua tingkatan di dalam organisasi :
enterprise-level, divisi, subsidiary, unit bisnis

2.4 Perbandingan Standar Manajemen Risiko


Beberapa keunggulan ISO 31000
dibandingkan dengan COSO: ISO
31000 sepenuhnya sesuai dengan COSO
ERM, ISO 31000 lebih praktis, mudah
untuk diaplikasikan (kurang dari 30
halaman), dapat diaplikasikan untuk
perusahaan dari semua industri baik
perusahaan besar maupun perusahaan
kecil, lebih jelas dan konkrit penulisan dan
definisinya, sebagai referensi untuk
standar manajemen risiko, tidak perlu
merancang ulang sistem manajemen yang telah ada, dapat diterapkan semua level dalam
perusahaan untuk setiap jenis risiko, baik berdampak positif dan negative, terbuka untuk
perbaikan standar manajemen risiko yang akan datang.

BAB III. MANAJEMEN RISIKO ISO 31000


3.1 Manajemen Risiko ISO 31000
Definisi risiko dan manajemen risiko menurut ISO 31000:2009.
 Risiko adalah dampak dari
ketidakpastian terhadap
pencapaian tujuan
perusahaan. Dampak
menurut ISO 31000
adalah deviasi dari apa
yang diharapkan,
sehingga bisa bersifat
positif dan/atau negatif.
 Manajemen risiko adalah
aktivitas-aktivitas yang
terkoordinasi untuk
mengarahkan dan
mengendalikan sebuah perusahaan/perusahaan yang berkaitan dengan risiko
3.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko ISO 31000: 2009
 Manajemen risiko melindungi dan menciptakan nilai tambah untuk perusahaan
 Manajemen risiko adalah bagian terintegrasi dari proses bisnis perusahaan
 Manajemen Risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan
 Manajemen Risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian
 Manajemen risiko diterapkan secara sistematik, terstruktur, dan tepat waktu.
 Manajemen Risiko diterapkan berdasarkan informasi terbaik yang tersedia
 Manajemen Risiko diterapkan sesuai dengan karakteristik dan budaya Perusahaan
(tailored).
 Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya
 Manajemen Risiko diterapkan transparan dan inklusif
 Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap perubahan
 Manajemen risiko memfasilitasi terjadinya perbaikan dan perkembangan perusahaan
secara berlanjutan
3.3 Kerangka Kerja
 Mandat dan komitmen.
 Rancangan Pola kerja untuk
mengelola risiko.
 Penerapan manajemen risiko.
 Pemantauan dan review terhadap
kerangka kerja.
 Perbaikan kerangka kerja
berkelanjutan

Kerangka Kerja Manajemen Risiko ISO


31000:2009 menggunakan PDCA atau Plan Do Check Action, untuk perbaikan
berkelanjutan (continual improvement) sebagai basis kerangka kerja dan proses manajemen
risiko.
 Plan mendefinisikan dan analisis suatu masalah
serta mengidentifikasi akar masalahnya
mengkomunikasikan dan melatih
 Do adalah melaksanakan solusi, membuat
rencana kerja secara terinci dan menarapkannya
secara sistematis
 Check memeriksa hasil kerja dibandingkan
dengan rencananya dan mengidentifikasi
penyimpangannya serta masalah-masalahnya
 Act menstandarisasi solusi dengan mengkaji
ulang dan mendefinisikan masalah - masalah
yang akan datang

3.4 Proses Manajemen Risiko ISO 31000


Proses manajemen risiko harus merupakan bagian integral dari manajemen, diterapkan
dalam aktivitas dan budaya organisasi, dan disesuaikan dengan prosedur bisnis
organisasi
 Menetapkan konteks
 identifikasi risiko
 Analisis risiko
 Evaluasi risiko
 Perlakuan risiko
 Komunikasi dan konsultasi
 Pemantauan dan pengkajian ulang
Bab IV. ISO 31000: 2018
4.1 Pendahuluan
Penerapan manajemen risiko berguna untuk
mengelola risiko sehingga dapat melindungi
dan meningkatkan nilai perusahaan sejalan
dengan meningkatkan kinerja dan mencapai
tujuan perusahaan.
Dengan mengambil pendekatan proaktif
terhadap risiko dan pengelolaan manajemen
risiko yang efektif, perusahaan akan mampu
mencapai peningkatan empat bidang berikut:
 Strategi, risiko yang terkait dengan
berbagai opsi strategis untuk
pertumbuhan perusahaan sepenuhnya telah dianalisis.
 Taktik, pertimbangan akan diberikan pada pemilihan taktik yang tepat dan risiko yang
dihadapi perusahaan.
 Operasi, peristiwa negatif berupa risiko yang dapat menyebabkan terganggunya
proses bisnis perusahaan telah di identifikasi dan tindakan yang diambil untuk
mengurangi kemungkinan kejadian ini.
 Kepatuhan, semakin akan meningkat karena risiko yang terkait dengan dengan
regulasi, kewajiban hukum dan pelanggan akan dihindarkan.
4.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko
Delapan prinsip yang disajikan dalam standar ISO 31000: 2018.
 Kerangka dan proses harus
disesuaikan dan proporsional.
 Keterlibatan pemangku kepentingan
yang tepat dan tepat waktu
diperlukan.
 Diperlukan pendekatan terstruktur dan
komprehensif.
 Manajemen risiko merupakan bagian
integral dari semua kegiatan
organisasi.
 Manajemen risiko mengantisipasi,
mendeteksi dan menanggapi
perubahan.
 Manajemen risiko secara eksplisit
mempertimbangkan segala keterbatasan informasi yang tersedia.
 Faktor manusia dan budaya mempengaruhi semua aspek manajemen risiko.
 Manajemen risiko terus ditingkatkan melalui pembelajaran dan pengalaman
Prinsip – prinsip manajemen risiko ISO 31000; 2018 sebagai berikut.
 Terintegrasi
 Terstruktur dan komprehensif
 Disesuaikan (customized)
 Inklusif
 Dinamis
 Informasi terbaik tersedia
 Faktor manusia dan budaya
 Perbaikan berkelanjutan
4.3. Kerangka Kerja
Tujuan kerangka kerja manajemen risiko adalah
untuk membantu organisasi dalam
mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam
aktivitas perusahaan.
 Kepemimpinan dan komitmen
 Integrasi
 Desain
 Implementasi
 Evaluasi
 Perbaikan berkelanjutan

4.4 Proses Manajemen Risiko


Proses manajemen risiko menerapkan
kebijakan, pedoman, prosedur dan
praktik yang sistematis untuk kegiatan
berkomunikasi dan konsultasi,
menetapkan konteks dan menilai,
memperlakukan, memantau, meninjau,
merekam, dan melaporkan risiko
 Komunikasi dan konsultasi
 Ruang lingkup, konteks dan
kriteria
 Penilaian risiko
 Perlakuan berisiko
 Pemantauan dan peninjauan
ulang
 Pencatatan dan pelaporan
Nama : Gracella Irwana
NIM : 202050419
ManRisk Chapter 4 (B2) dan Chapter 5 (B1)
Bab 4. Identifikasi dan Pengukuran Risiko
Secara umum langkah-langkah dalam identifikasi dan pengukuran risiko adalah sebagai berikut:
 Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko tersebut
 Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan, dan menentukan prioritas risiko
tersebut.
Analisis Sekuen Risiko
Setelah melakukan analisis sekuen, kita bisa melakukan pencegahan munculnya kejadian yang tidak diinginkan dengan memfokuskan pada sekuen
yang terjai. Sebagai contoh, api barangkali tidak bisa dihilangkan. Api selalu ada, dan keberadaannya dalam beberapa situasi bsa membantu
manusia. Tetapi kita bisa melakukan sesuatu misal terhadap risk factors atau bangunan yang menghadapi eksposur terhadap kebakaran. Sebagai
contoh, kita bisa mengendalikan risiko (risk control) dengan jalan menjauhkan minyak tanah dari kompor.
Mengidentifikasi Sumber-Sumber Risiko
 LINGKUNGAN FISIK: bangunan yang dimakan usia sehingga menjadi rapuh, sungai yang bisa menyebabkan banjir, gempa bumi, badai,
topan, vandalism (pengrusakan).
 LINGKUNGAN SOSIAL: kerusuhan sosial, demonstrasi, konflik dengan masyarakat lokal, pemogokan pegawai, pencurian, perampokan.
 LINGKUNGAN POLITIK: perubahan perundangan, perubahan peraturan, konflik antar negara yang mendorong boikot produk
perusahaan.
 LINGKUNGAN LEGAL: gugatan karena gagal mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku.
 LINGKUNGAN OPERASIONAL: kecelakaan kerja, kerusakan mesin, kegagalan sistem kompuler, serangan virus terhadap komputer.
 LINGKUNGAN EKONOMI: kelesuan ekonomi (resesi), inflasi yang tidak terkenali
Kategori Sumber Risiko
 KONSUMEN: Keluhan dari konsumen yang mengakibatkan kekecewaan dan tidak mau lagi membeli produk perusahaan, konsumen
merasa dirugikan kemudian menuntut perusahaan.
 SUPPLIER: Pasokan dari supplier tidak datang sesuai dengan yang diharapkan (terlambat atau spesifikasinya berbeda)
 PESAING: Pesaing meluncurkan produk baru yang lebih baik, pesaing menurunkan harga yang bisa mengakibatkan persaingan harga
yang menurunkan tingkat keuntungan perusahaan.
 REGULATOR: Perusahaan gagal mematuhi peraturan atau perundangan yang berlaku, perubahan perundangan yang berlaku yang
mengakibatkan perusahaan merugi (misal upah minimum naik, aturan pesangon, dan sebagainya.)
Teknik Pendukung Lainnya
a. Metode Laporan Keuangan
Metode tersebut dimulai dengan melihat rekening-rekening dalam laporan keuangan. Dari rekening tersebut, kemudian dianalisis risiko-risiko apa
saja yang bisa muncul dari rekening atau transaksi yang melibatkan rekening tersebut, Sebagai contoh, kas merupakan salah satu rekening di
neraca.
b. Menganalisis Flow Chart Kegiatan dan Operasi Perusahaan
Metode ini berusaha melihat sumber-sumber risiko dari flow-chart kegiatan dan operasi perusahaan. Metode ini terutama sangat sesuai untuk
risiko tertentu, seperti risiko dari proses produksi.
c. Analisis Kontrak
Analisis kontrak bertujuan melihat risiko yang bisa muncul karena kontrak tertentu.
d. Catatan Statistik Kerugian dan Laporan Kerugian Perusahaan
Jika perusahaan mempunyai database yang baik, perusahaan bisa mencatat kerugian - kerugian yang dialami oleh perusahaan.
e. Survey atau Wawancara Terhadap Manajer
Manajer merupakan pihak paling tahu operasi perusahaan, termasuk risiko-risiko yang dihadapi perusahaan. Karena itu mereka bisa diminta
bantuannya untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dihaapi oleh organisasi.
Mengukur Risiko
Setelah risiko diidentifikasi, tahap berikutnya adalah mengukur risiko. Jika risiko bisa diukur, kita bisa melihat tinggi rendahnya risiko yang
dihadapi oleh perusahaan.

Matriks Frekuensi dan Signifikansi Risiko


Proses tersebut pada dasarnya melakukan dua hal:
1. Mengembangkan standar risiko
2. Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.
Teknik Kuantifikasi Risiko Lainnya
Selain matriks frekuensi dan signifikansi, masih banyak teknik pengukuran atau kuantifikasi risiko lainnya. Penggunaan teknik tersebut akan
tergantung dari Kkarakteristik risiko yang kita evaluasi
Bab 5 Penilaian Resiko
Teknik penilaian risiko adalah teknik yang digunakan dalam proses keseluruhan identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko. Teknik
penilaian risiko merupakan suatu penjabaran dari metode analisis risiko dan menjadi sebuah alat yang berfungsi untuk memberikan pemahaman
tentang risiko, penyebab, konsekuensi, dan probabilitas. Terdapat tiga jenis risiko yang digunakan dalam analisis risiko, yaitu kualitatif, semi
- kuantitatif dan kuantitatif.
Brainstorming
Brainstorming mendorong peserta diskusi secara bebas dan mengalir dalam kelompok orang-orang yang memiliki pengetahuan untuk mampu
mengidentifikasi risiko.
Wawancara terstruktur atau semi-terstruktur
Kelebihan wawancara terstruktur adalah sebagai berikut: Wawancara terstruktur memberikan waktu bagi sebagian orang untuk
mempertimbangkan pemikiran tentang masalah yang dihadapi; Komunikasi secara langsung memungkinkan mendalami pertimbangan isu yang
menjadi risiko wawancara terstruktur memungkinkan keterlibatan sejumlah besar pemangku kepentingan; Keterbatasan dari teknik ini adalah
membutuhkan waktu untuk fasilitator dalam mendapatkan beberapa pendapat dan informasi.
Teknik Delphi
Teknik Delphi adalah prosedur untuk memperoleh konsensus opini dari sekelompok ahli.
Check-List
Check-list adalah daftar kontrol dari risiko yang telah dikembangkan yang secara umum bersumber dari pengalaman, baik sebagai akibat dari
penilaian risiko sebelumnya atau sebagai akibat dari kegagalan masa lalu
Matriks Konsekuensi/Probabilitas
Matriks konsekuensi/probabilitas adalah cara menggabungkan penilaian kualitatif atau semi-kuantitatif untuk konsekuensi dan probabilitas dalam
menghasilkan tingkat risiko atau risk rating.
Cost-Benefit Analysis (CBA)
Analisis biaya/manfaat dapat digunakan untuk evaluasi risiko di mana keseluruhan biaya yang diharapkan dibandingkan dengan total manfaat
yang diharapkan untuk memilih yang terbaik atau pilihan yang paling menguntungkan..
Scenario Analysis
Scenario analysis adalah nama yang diberikan untuk pengembangan model deskriptif tentang bagaimana masa depan mungkin berubah.
Business impact analysis (BIA)
Kelebihan: pemahaman tentang proses penting yang menyediakan organisasi dengan kemampuan untuk terus mencapai tujuannya masing-
masing; pemahaman tentang sumber daya yang diperlukan; kesempatan untuk mendefinisikan kembali proses operasional suatu organisasi untuk
membantu dalam ketahanan organisasi.
Keterbatasan: kurangnya pengetahuan oleh peserta yang terlibat dalam menyelesaikan kuesioner, wawancara atau workshop; dinamika kelompok
dapat mempengaruhi analisis lengkap dari proses kritis; sederhana atau terlalu optimis dalam harapan persyaratan pemulihan; kesulitan
mendapatkan tingkat yang memadai pemahaman operasi dan kegiatan organisasi.
Root cause analysis (RCA)
Kelebihan:
 Melibatkan ahli yang bekerja dalam lingkungan tim.
 Melakukan analisis terstruktur dan mempertimbangkan semua kemungkinan hipotesis
 Menghasilkan rekomendasi akhir.
Keterbatasan:
 Kemungkinan ketidak tersediaan ahli yang diperlukan.
 Bukti penting dapat terhapus
 Tim mungkin tidak memilliki cukup waktu karena kurangnya sumber daya untuk mengevaluasi situasi sehingga kurang memadai untuk
mengimplementasikan rekomendasi.
Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis (FTA) atau Analisis Pohon Kesalahan adalah teknik untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi
pada kejadian tertentu yang tidak diinginkan.
Event Tree Analysis (ETA)
Event Tree Analysis (ETA) atau Analisis Pohon Kejadian (APK) adalah teknik grafis untuk mewakili urutan saling eksklusif peristiwa menyusul
kejadian awal sesuai dengan fungsi/tidak berfungsi dari berbagai sistem yang dirancang untuk mengurangi konsekuensinya.
Cause-and-Effect Analysis
Cause-and-effect analysis atau Analisis Penyebab-dan-Akibat adalah metode terstruktur untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari suatu
peristiwa
Decision Tree Analysis
Sebuah analisis pohon keputusan merupakan alternatif keputusan dengan mempertimbangkan hasil yang tidak pasti. Kelebihan dari analisis ini
antara lain memberikan representasi grafis yang jelas tentang rincian masalah dan keputusan serta memungkinkan perhitungan dari jalur terbaik.
Keterbatasan dalam analisis ini meliputi keputusan terlalu kompleks. Ada kecenderungan untuk menyederhanakan situasi sehingga dapat diwakili
sebagai diagram pohon.
Bow Tie Analysis
Analisis dasi kupu-kupu (Bow Tie Analysis) adalah metode diagram sederhana yang menggambarkan dan menganalisis jalur risiko dari dampak.
Simulasi Monte Carlo
Simulasi Monte Carlo juga dapat digunakan untuk dua tujuan yang berbeda yaitu sebagai perhitungan ketidakpastian pada model analisis
konvensional dan sebagai perhitungan probabilistik ketika teknik analisis tidak bekerja.
Statistik Bayesian dan Bayes Nets
P (A | B) = {P (A) P (B | A)} / Σ P (B | Ei) P (Ei)
Statistik Bayesian bahwa setiap informasi yang sudah diketahui (Prior) dapat dikombinasikan dengan pengukuran berikutnya (posterior) untuk
membentuk probabilitas secara keseluruhan.
Indeks Risiko
Indeks risiko adalah ukuran semi kuantitatif risiko yang merupakan estimasi yang diturunkan menggunakan pendekatan skoring menggunakan
skala ordinal.
Nama : Gracella Irwana
NIM : 202050419
ManRisk Chapter 6 dan 15
BAB 6. MANAJEMEN RISIKO PASAR MODAL (B1)
6.1. Manajemen Risiko Industri Pasar Modal
Manajemen risiko pasar modal memiliki empat fungsi penting:
 Untuk melindungi perusahaan-perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terhadap risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko
operasional, dan risiko hukum.
 Untuk melindungi industri pasar modal Indonesia dan ekonomi nasional dari risiko sistemik.
 Untuk melindungi nasabah perusahaan dari kerugian besar seperti gagal bayar perusahaan, penyalahgunaan, penipuan, fraud dan lainnya.
 Untuk melindungi perusahaan penunjang dan perusahaan terkait dengan pasar modal terhadap risiko
Risiko yang dihadapi dalam industri pasar modal -> risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko sistemik
Tiga tipe investor pasar modal -> risk seeker, risk neutrality, risk averter
6.2. Penerapan Manajemen Risiko Pasar Modal
6.2.1. Regulator
Prinsip yang harus dipenuhi -> tanggung jawab yang jelas, independent dan akuntabilitas, payung hukum dan sumber daya, proses pengaturan
jelas dan konsisten, memantau kinerja pegawai.
6.2.2. Self-Regulation Organization (SRO)
Self-Regulation Organization (SRO) melengkapi regulator dalam mencapai tujuan dari regulasi pasar modal. SRO dapat merespon lebih cepat dan
fleksibel terhadap perubahan kondisi pasar. SRO harus melakukan tanggung jawab peraturan yang mereka memiliki secara insentif untuk
dijalankan secara efisien. Tindakan SRO akan sering dibatasi oleh kontrak dan aturan yang berlaku.
6.2.3. Emiten
Terdiri dari -> manajemen risiko emiten, pengungkapan informasi secara tepat waktu, informasi mengenai pengendalian usaha, standar akuntansi
dan audit.
6.2.4. Perantara Pedagang
Terdiri dari -> perizinan dan pengawasan, kecukupan modal, pelaksaan aturan bisnis dan persyaratan kehati-hatian, gagal bayar, pengawasan
perantara pedagang
6.3 Kejadian Risiko di Pasar Modal
Lehman Brothers sebagai Lembaga keuangan Amerika Serikat bangkrut akibat krisis ekonomi yang disebabkan subprime mortgage tahun 2008.
Lehman Brothers tahun 2002 mencatatkan penjualan sebesar US$ 6,155 juta dengan laba bersih US$ 975 juta. Komite ini beranggotakan CEO dan
para anggota eksekutif lainnya, pemimpin divisi risiko global, serta divisi ekonomi dan strategi.
Pada laporan tahunan 2008, Lehman Brother telah memiliki budaya manajemen risiko di setiap level di dalam perusahaan dan memiliki konsep
Value at Risk (VAR) berdasarkan data perubahan harian. Namun konsep Value at Risk (VAR) tidak secara penuh dapat menilai risiko aktual
sehingga perlu perangkat penilaian risiko lainnya.
Banyak risiko yang dihadapi Lehman Brothers berinvestasi pada aset subprime mortgage. Risiko strategik karena beranggapan agunan properti
dapat dianggap instrumen investasi yang likuid dan memiliki risiko kecil karena harga properti selalu naik setiap tahun. Risiko operasional
berupa risiko cashflow juga dihadapi perusahaan karena tingkat kolektibilitas sudah rendah karena meningkatnya suku bunga dan resesi ekonomi
berdampak daya beli beli masyarakat menurun sehingga terjadi kredit macet dan non performing loan (NPL) meningkat
Risiko akibat eksternal kurang di perhatikan oleh Lehman Brothers, padahal risiko akibat faktor eksternal (risiko sistimatik) harus menjadi
prioritas utama perusahaan karena sudah masuk risiko ekstrem dimana peluang dan dampak sangat besar untuk Lehman Brothers.
6.4 Risiko Investasi Saham
Strategi untuk mengurangi risiko di pasar modal -> ikuti tren pasar, diversifikasi portofolio, stop kerugian
Perantara Pedagang harus memenuhi ketentuan:
 Integritas - Perantara pedagang harus memperhatikan standar integritas yang tinggi dan adil dan harus bertindak dengan hati-hati dan
ketekunan dalam kepentingan terbaik dari pelanggan dan menjaga integritas.
 Persyaratan Kontrak - Sebuah kontrak tertulis diperlukan Perantara pedagang dengan pelanggan. Perantara pedagang memenuhi tanggung
jawabnya kepada pelanggan.
 Informasi Tentang Pelanggan - Perantara pedagang harus mencari informasi tentang kondisi pelanggan dan tujuan investasi yang relevan
dengan layanan yang akan diberikan. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan yang memastikan integritas, keamanan, ketersediaan,
keandalan dan ketelitian dari semua informasi, termasuk dokumentasi dan data disimpan secara elektronik, yang relevan dengan operasi
bisnis perusahaan.
 Informasi untuk Pelanggan - Perantara pedagang harus membuat pengungkapan yang memadai kepada pelanggan, dengan cara dipahami
dan tepat waktu, informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan investasi yang seimbang dan informasi.
 Aset Pelanggan - Perantara pedagang memiliki kendali dan tanggung jawab untuk aset milik pelanggan yang diperlukan untuk dijaga, hal
itu harus mengatur perlindungan yang tepat bagi pelanggan (misalnya, pemisahan dan identifikasi aset tersebut) sesuai dengan tanggung
jawab yang telah diterima.
 Perilaku Pasar - Perantara pedagang harus memperhatikan standar perilaku pasar, dan juga harus mematuhi hukum yang relevan, kode
atau standar yang berlaku untuk perusahaan. Kepatuhan Perantara pedagang dengan semua persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku
serta kebijakan internal perusahaan sendiri dan prosedur harus dipantau oleh fungsi kepatuhan yang melapor langsung kepada manajemen
senior dalam struktur yang membuatnya independen dari divisi operasional
 Kontrol Operasional - kebijakan yang efektif dan prosedur operasional dan kontrol dalam kaitannya dengan operasi bisnis perusahaan
harus ditetapkan.
 Konflik Kepentingan - Perantara pedagang harus mencoba untuk menghindari konflik kepentingan yang timbul tetapi, di mana potensi
konflik muncul, harus memastikan perlakuan yang adil dari semua pelanggan dengan prinsip keterbukaan, aturan internal kerahasiaan atau
mundur untuk menghindari dari konflik kepentingan. Perantara pedagang harus menempatkan kepentingan pelanggan di atas
kepentingannya.
Manajemen risiko harus memastikan bahwa ada pengawasan yang berkelanjutan yang tepat sehubungan dengan kegiatan pemasaran yang
dilakukan oleh perantara pedagang. Pengawasan yang dilakukan : melakukan inspeksi, melakukan investigasi dan penegakan peraturan,
disiplin dan pencabutan izin, keluhan.
BAB 15. ASURANSI (B2)
Asuransi merupakan salah satu teknik untuk salah mengelola risiko, yang cukup banyak digunakan.
15.1 KARAKTERISTIK ASURANSI
Perusahaan asuransi menggunakan the law of large numbers sebagai dasar operasi mereka. Hukum tersebut, dalam konteks asuransi, mengatakan
bahwa semakin banyak eksposur atau risiko yang serupa, semakin kecil penyimpangan yang terjadi dari kerugian yang diperkirakan.
• Moral hazard adalah perilaku yang tidak berhati-hati (ceroboh).
• Adverse selection -> orang yang berperilaku ceroboh cenderung akan membeli asuransi karena dia merasa membutuhkan perlindungan
untuk perilakunya yang ceroboh.
Jika kedua problem tersebut muncul, maka perusahaan asuransi akan dirugikan, karena orang ceroboh (moral hazard), atau orang yang ceroboh
yang cenderung membeli asuransi (Andverse selection) membuat harga asuransi menjadi tinggi (hukum permintaan). Orang yang berhati-hati
menjadi semakin tidak tertarik dengan asuransi, karena premi yang terlalu tinggi. Pada akhirnya perusahaan asuransi hanya diisi oleh orang yang
ceroboh, dan premi menjadi terlalu linggi. Perusahaan asuransi pada akhirnya tidak bertahan dalam situasi tersebut.
15.2. RISIKO YANG BISA DIASURANSIKAN
• Kerugian Karena Risiko Bisa Ditentukan dan Diukur
• Risiko yang Mempunyai Kemiripan dan Banyak
• Kerugian Harus Terjadi Karena Ketidaksengajaan atau Karena Kecelakaan
• Kerugian Tidak Diakibatkan Oleh Bencana
• Kerugian yang Besar
• Probabilitas Terjadinya Kerugian Tidak Terlalu Tinggi

15.3 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI


• Principle of Indemnity
• Principle of Insurable Interest
• Principle of Subrogation
• Principle of Utmost Good Faith (representasi, warranties, penyembunyian, kesalahan)
15.4 INDUSTRI AKUNTANSI
• Asuransi Personal dan Asuransi Properti dan Kecelakaan
• Asuransi Sukarela dan Wajib
• Asuransi Publik dan Swasta
• Reasuransi
15.5 FUNGSI YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN AKUNTANSI
• Produksi
• Underwriting
• Penentuan Premi
• Manajemen Klaim
• Investasi oleh Perusahaan Asuransi
• Fungsi Lainnya

Anda mungkin juga menyukai