Jbptppolban GDL Ahmadalinu 7253 3 Bab2 8
Jbptppolban GDL Ahmadalinu 7253 3 Bab2 8
BAB II
DASAR TEORI
A. Metode kering
Metode kering cocok digunakan pada tanah di atas muka air tanah yang
ketika dibor dinding lubangnya tidak longsor, seperti lempung kaku homogen.
Metode kering juga dapat dilakukan pada tanah di atas muka air tanah jika
tanahnya mempunyai permeabilitas rendah, sehingga ketika dilakukan
pengeboran air tidak masuk ke dalam lubang bor saat lubang masih terbuka.
Pada metode kering lubang dibuat dengan menggunakan mesin bor tanpa
pipa pelindung (casing), selanjutnya dasar lubang bor yang kotor oleh
longsoran tanah dibersihkan. Tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke
dalam lubang bor dan kemudian dicor beton.
B. Metode basah
Metode basah umumnya dilakukan apabila pengeboran melewati muka air
tanah sehingga lubang bor selalu longsor bila dindingnya tidak ditahan. Agar
dinding lubang tidak mengalami kelongsoran, maka lubang bor diisi dengan
larutan tanah lempung/bentonite atau larutan polimer. Jadi pengeboran
dilakukan di dalam larutan.
Jika kedalaman yang diinginkan telah tercapai, lubang bor dibersihkan
dan tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor yang
masih berisi cairan bentonite. Adukan beton dimasukan ke dalam lubang bor
dengan pipa tremi. Larutan bentonite akan terdesak dan terangkut ke atas oleh
adukan beton. Larutan yang keluar dari lubang bor ditampung dan dapat
digunakan kembali untuk pengeboran di titik selanjutnya.
C. Metode casing
Metode ini digunakan bila lubang bor sangat mudah mengalami
kelongsoran, misalnya tanah di lokasi adalah pasir bersih di bawah muka air
tanah. Untuk menahan agar lubang tidak longsor digunakan pipa selubung
baja (casing). Pemasangan casing ke dalam lubang bor dilakukan dengan cara
dipancangkan, digetarkan atau ditekan sampai kedalaman yang ditentukan.
Sebelum sampai menembus muka air tanah, casing dimasukkan. Tanah di
dalam pipa selubung dikeluarkan saat penggalian atau setelah pipa selubung
sampai hingga kedalaman yang diinginkan.
Dasar selubung (casing) harus dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan
tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan beton selama penarikkan,
kecuali ditentukan lain oleh konsultan pengawas.
Selubung (casing) harus digetarkan pada saat pencabutan untuk
menghindari menempelnya beton pada dinding casing. Pengecoran beton
dan pemasangan baja tulangan tidak diijinkan sebelum mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas
Pipa tremi harus diisi dari sebuah corong diatasnya, pipa harus diperpanjang
sedikit dibawah permukaan beton baru dalam tiang bor sampai diatas
elevasi air/lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi
lagi dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru.
Pipa tremi harus kedap air dan harus berdiameter paling sedikit 15 cm.
Harus dipasang sebuah sumbat pada ujung pipa tremi awal untuk mencegah
pencampuran beton dan air.
Pengecoran harus dilakukan hingga kira-kira satu meter diatas
Cut Off Level (COL).
Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian
puncak tiang bor
Panjang baja tulangan sebagai overstek tulangan harus mempunyai panjang
yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam
pile cap atau struktur diatasnya.
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga
dapat dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan pada tiang bor yang
dibuat sebelumnya.
Tiang bor yang cacat dan diluar toleransi harus diperbaiki atas biaya
kontraktor.
terbuat dari bahan-bahan yang baik yang tidak mudah meresap air dan
direncanakan sedemikian rupa hingga mudah untuk dilepaskan dari beton
tanpa menyebabkan kerusakan pada beton. Pada pelaksanaan beton kelas 3
harus ada jaminan bahwa air beton benar-benar tidak teresap oleh cetakan.
Untuk itu maka cetakan dapat dilapis dengan plastik atau bahan-bahan lain
sejenis
Kontraktor harus memperhitungkan penurunan atau lendutan dari perancah
dimana tidak tidak boleh lebih dari 1/400 bentang dan mempertimbangkan
langkah-langkah seperlunya sehubungan dengan kedudukan garis
permukaan (level) yang disyaratkan
Pekerjaan pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah dilakukan
pengecekan dan disetujui oleh konsultan pengawas. Apabila menurut
konsultan pengawas acaun dan perancah yang terpasangan membahayakan
atau tidak memadai selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung, maka
konsultan pengawas dapat menginstruksikan kepada kontraktor untuk
memperkuat/memperbaiki atau membongkar dan mengulangi pekerjaan
beton yang telah dilaksanakan tersebut. Semua biaya yang timbul
merupakan tanggung jawab Kontraktor.
Acuan dan Perancah harus dicek secara rutin selama pengecoran
berlangsung untuk mengetahui lebih dini apabila terjadi perlemahan pada
sistem acuan dan perancah sehingga menyebabkan terjadinya perubahan
kedudukan, ketidak-stabilan, dan perubahan bentuk. Jika hal ini terjadi,
pekerjaan pengecoran harus segera dihentikan dan kontraktor diwajibkan
untuk memperkuat, memperbaiki, atau membongkar dan mengulangi
pekerjaan beton yang telah dilaksanakan tersebut apabila kerusakan tidak
dapat diperbaiki. Semua biaya yang timbul menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Apabila acuan dan perancah untuk pelat dan balok dibongkar setelah hari
ke 14, panel pelat dan balok tersebut harus tetap ditunjang (re-shored)
setempat-setempat yang posisinya harus direncanakan dan harus
mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas.
Pemakaian ulang acuan dan perancah hanya diizinkan apabila keadaan
acuan dan perancah masih dalam keadaan baik, dimana masih dapat
dikencangkan dengan baik, kedap air, tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton yang akan dicetak, dan dianggap layak oleh konsultan
pengawas.
1. Pekerjaan Fabrikasi
Pelaksanaan pekerjaan fabrikasi meliputi pekerjaan pemotongan dan
pembengkokan tulangan. Pelaksanaan pekerjaan fabrikasi dilakukan los kerja
pembesian berdasarkan BBS yang telah disusun. Detail BBS sesuai dengan
gambar detail, catatan pada gambar, peraturan, atau standar yang berlaku, yaitu:
SII Baja Tulangan Beton SII-0136
2. Instalasi Tulangan
A. Pengikatan tulangan
Terdapat 5 jenis cara pengikatan baja tulangan disesuaikan dengan objek
pengikatannya, yaitu sebagai berikut:
Silang, cocok untuk menghubungkan batang yang bersilanganan pada plat
lantai
Lingkar dan silang, jenis pengikatan ini sama dengan pengikatan silang,
tetapi digunakan untuk diameter tulangan yang lebih besar.
Sadel/pelana, digunakan untuk menghubungkan sengkang dengan tulangan
utama balok atau kolom.
Lingkar dan sadel. jenis pengikatan ini sama dengan pengikatan sadel, tetapi
digunakan untuk diameter tulangan yang lebih besar.
Silang ganda untuk ikatan extra kuat.
(a) (b)
(c)
(d)
20
D-III Teknik Konstruksi Gedung
Gambar 2. 10 Spacer
dan tidak boleh digeser tempatnya lebih jauh dari toleransi –toleransi yang
ditetapkan butir 1 s/d 4 diatas.
d. Isi lagi kerucut abram 1/3 bagian (tersisi 2/3) kemudian ditusuk kembali
sebanyak 25 tusukan.
e. Isi lagi kerucut abram 1/3 bagian ( terisi 3/3) kemudian ditusuk kembali
sebanyak 25 tusukan.
Pelaksanaan
a. Siapkan cetakan silinder ukuran 15 x 30cm kemudian bersihkan setiap sisi
bagian dalam cetakan dan lumasi dengan mould oil untuk memudahkan
pada saat proses pelepasan beton dalam cetakan
b. Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis berisi kira-kira
1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak
25 kali secara merata. Cara memadatkan yaitu dengan menekan secara
menyilang sisi ke sisi yang lain.
Benda uji yang dibuat digunakan untuk pengujian nilai kuat tekan pada
umur 7 hari, selanjutnya 2 benda uji digunakan untuk pengujian nilai kuat tekan
pada umur 28 hari, sedangkan benda keempat disimpan sebagai cadangan dan
digunakan apabila hasil pengujian kuat tekan 28 hari tidak memenuhi syarat.
Benda uji yang diambil harus diberi kode mengenai tanggal pengecoran dan
merupakan sample benda uji struktur yang bersangkutan.
Jika dari salah satu atau lebih hasil dua percobaan tersebut memberikan nilai
kuat tekan beton tidak kurang dari 80% kuat tekan beton karakteristik yang
disyaratkan untuk elemen struktur terkait, maka beton yang bersangkutan
dianggap memenuhi persyaratan. jika pengambilan sample dengan 2 cara diatas
tidak memenuhi syarat, maka dilakukan percobaan pembebanan secara langsung
(syarat pembebanan tidak kurang dari 70% kuat tekan karakteristik)
jika masih tidak memenuhi syarat juga, maka alternatif yang bisa dilakukan
adalah:
Analisa kemampuan beban layan aktual, apakah dengan mutu beton yang
ada masih mampu mendukung beban kerja yang akan dipikul oleh struktur
yang bermasalah tersebut
Lakukan perkuatan pada struktur yang bermasalah, jika memungkinkan dan
diijinkan oleh Pengawas
Struktur yang bermasalah dibongkar dan dicor ulang
3. Pengecoran Beton
Pada pelaksanaan pekerjaan pengecoran terdapat berbagai persyaratan
sesuai dengan RKS proyek, yaitu sebagai berikut
Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan, bilamana Konsultan Pengawas
berpendapat bahwa Kontraktor tidak memiliki fasilitas yang baik untuk
melayani pengecoran, menjaga proses pengerasan dan penyelesaian beton.
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian
utama dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan pengawas 24 jam
sebelumnya dan mendapatkan persetujuannya. Jika tidak ada persetujuan,
maka kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan/membongkar
beton yang sudah dicor tanpa persetujuan, atas biaya kontraktor sendiri.
Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan
menggunakan cara (metode) yang se-praktis mungkin, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran
kotoran atau bahan lain dari luar.
setelah keluar dar mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama
pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
Kontraktor harus menaruh perhatian khusus untuk segera memberi pelindung
pada beton yang baru dicor terhadap terik matahari maupun hujan agar dapat
dicegah pengeringan yang terlalu cepat atau masuknya air hujan pada adukan
beton yang baru dicor, yang mana dapat mempengaruhi kekuatan beton
tersebut.
4. Pemadatan Beton
Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada saat proses pengecoran
digunakan mesin internal concrete vibrator untuk menggetarkan beton, sehingga
udara yang terperangkap di dalam beton dapat keluar.
Jarum alat penggetar harus dimasukkan kedalam adukan secara vertikal, dan
dalam keadaan khusus boleh miring hingga 45 derajat
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum penggetar
dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm. Untuk pengecoran
bagian-bagian yang sangat tebal harus dilakukan secara berlapis, sehingga
setiap lapisannya dapat terpadatkan dengan baik.
Ujung internal concrete vibrator tidak boleh mengenai acaun dan perancah
dan pembesian. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila disekitar
jarum mulai nampak pemisahan air semen dan agregat, yang biasanya terjadi
sekitar 30 detik. Penarikan jarum penggetar tidak boleh terlalu cepat agar
rongga bekas jarum penggetar dapat terisi penuh.
Penggetaran ulang pada beton yang telah memasuki “setting time awal”
(pengikatan awal) tidak diijinkan.
Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Pengawas
dapat menganjurkan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator.
Kontraktor harus menyediakan alat vibrator cadangan yang cukup dan harus
diletakkan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
5. Perawatan (curing)
Dalam merawat dan mengawasi kualitas beton, maka diperlukan
perawatan hingga proses hidrasi selesai, yaitu selama 28 hari.
Untuk mencapai kualitas beton sesuai dengan perencanaan, khususnya
terhadap nilai kuat tekan beton, stabilitas dimensi, dan menjaga dari keretakan
beton, maka diperlukan perawatan khusus terhadap beton yang telah dicor yaitu
dengan melakukan pekerjaan curing. Pelaksanaan curing/perawatan beton
dilakukan segera setelah beton memasuki fase hardening (untuk permukaan beton
yang terbuka) atau setelah pembukaan acuan dan perancah selama durasi tertentu,
yang bertujuan untuk menjaga kelembaban yang cukup pada proses hidrasi
Terdapat Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk curing/perawatan
beton di lapangan, yaitu sebagai berikut:
a. membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya selalu
lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler supaya praktis)
b. merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan beton)
c. membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan penguapan air
(misal plastik, dsb)
d. menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi
penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori
atau non woven geotekstile dan disiram secara berkala selama perawatan)
e. menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing compound)
2. Membrane waterproofing
Membrane waterproofing untuk pemasangan pelat lantai daerah basah dan
pelat lantai atap harus memenuhi spesifikasi bahan sebagai berikut:
Asphaltic bituthene membrane self adhesive dengan kualitas setara
dengan produk GRACE – Bithuthene 3000
Tebal minimum 1,5 mm, terdiri dari 1,4 mm rubberized asphaltic dan
0,1 mm cross 'laminated high density polyethylene film
Tensile strength: 40.000 KN/m2 (ASTM D 412)
Kemampuan elongation: 300%
dan persyaratan lain yang ditentukan oleh konsultan arsitektur.
Pengujian waterproofing
Lapisan kedap air yang telah terpasang selanjutnya diuji dengan melakukan
tes rendam. Tes rendam dilakukan dengan mengisi penuh bak dengan air,
selanjutnya didiamkan selama 1×24 jam. Apabila setelah dilakukan perendaman
terjadi penyusutan air, maka dinyatakan terjadi kebocoran pada bak yang diuji.
Setelah dilakukan pengujian, maka kebocoran yang terjadi harus diperbaiki hingga
dinyatakan sempurna oleh konsultan pengawas.
Pihak kontraktor harus memberikan sertifikat jaminan yang berlaku selama
minimal 10 tahun terhadap kemungkinan kebocoran karena pelaksanaan pekerjaan
atau kerusakan.
2.3 Waterstop
Waterstop adalah penyumbat aliran air pada celah antara dinding beton dan
lantai beton. Sistem waterstop ada dua yang umum digunakan yaitu menggunakan
bahan PVC dan swellable waterstop.
b. PVC Waterstop
Waterstop jenis ini menggunakan bahan yang terbuat dari PVC yang
memiliki kelenturan yang baik seperti karet. Proses pemasangan ini dilakukan
pada pertemuan lantai beton dengan dinding. Pemasangan dilakukan sebelum
lantai beton dicor.
c. Swellable Waterstop
Swellable Waterstop adalah waterstop yang menggunakan bahan khusus,
terbuat dari komposisi bentonite dengan butyl rubber compound yang akan
mengembang beberapa hari setelah bersentuhan dengan air. Pemuaian
maksimum adalah 300 persen dari bentuk semula. Secara kasat mata jenis
bahan ini seperti karet ban. Fungsi dari waterstop swellable ini adalah
menghambat aliran air pada celah antara dinding beton dan lantai beton. Proses
pemasangan jenis waterstop ini adalah setelah dilakukannya pengecoran lantai
beton. Setelah beton mengeras, pasang swellable waterstop pada sambungan
lantai dan dinding. Setelah pemasangan waterstop ini selesai, pengecoran
dinding beton dapat dilakukan. Penggunaan swellable ini lebih praktis
daripada PVC waterstop.