RESUME Kemenkumham Fidusia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

RESUME

HASIL WAWANCARA TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA BARAT

(KEMENKUMHAM)

Disusun Oleh :

• Handi Hadian

• Mochammad Abizar Bramaputra

KANTOR HUKUM SONI WASITA SH & REKAN

BANDUNG

2023
Nama : Mochammad Abizar Bramaputra

Ketika seorang debitur mengalami tunggakan pembayaran motor dan dihadapkan pada

penagihan oleh debt collector yang mengatasnamakan atau berasal dari leasing, debitur perlu

menyadari bahwa debt collector tidak memiliki wewenang untuk menyita sepeda motor,

meskipun pembayaran angsurannya macet atau menunggak. Hak-hak debitur dan proses

eksekusi telah diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Fidusia.

Leasing umumnya memberikan peringatan tertulis kepada debitur sebelum melangkah lebih

jauh dalam tindakan penarikan. Oleh karena itu, jika terjadi penagihan oleh debt collector,

sangat penting bagi debitur untuk memahami hak-haknya dan berkomunikasi dengan pihak

leasing. Langkah-langkah tersebut membantu menyelesaikan masalah secara aman dan sesuai

dengan hukum.

Kreditur berhak mengeksekusi objek jaminan fidusia jika, terdapat kesepakatan antara debitur

dan kreditur mengenai wanprestasi atau cidera janji dan tidak ditentukan sepihak, melainkan

berdasarkan kesepakatan bersama, atau setelah dilakukan upaya hukum yang menunjukkan

adanya wanprestasi atau cidera janji. Dalam kasus ketidaksepakatan antara kreditur dan debitur

mengenai wanprestasi, kreditur tidak diizinkan untuk melakukan eksekusi sendiri. Sebaliknya,

harus diajukan permohonan pelaksanaan eksekusi kepada Pengadilan Negeri. Oleh karena itu,

pemahaman yang jelas tentang prosedur hukum dan komunikasi efektif antara debitur dan

kreditur penting dalam menyelesaikan masalah eksekusi objek jaminan fidusia.

Pemerintah, melalui KEMENKUMHAM, memastikan bahwa proses penarikan motor oleh

leasing dan penanganan jaminan fidusia dilaksanakan secara adil dan sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Pengaturan dan pengawasan terhadap praktik penarikan kendaraan bermotor

oleh debt collector menjadi perhatian utama. Dengan regulasi Undang-Undang No. 42 Tahun
1999 tentang fidusia, pemerintah tidak hanya menjaga kepatuhan, tetapi juga memberikan

edukasi kepada masyarakat mengenai hak-hak dan kewajiban dalam penggunaan jasa leasing

dan jaminan fidusia. Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk memahami hak-hak mereka

dan menjalin komunikasi dengan pihak leasing atau kreditur dalam mengatasi masalah

pembayaran angsuran.
Nama : Handi Hadian

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) memiliki peran penting dalam

pengaturan fidusia di Indonesia. Kemenkumham mengatur dan mengawasi pendaftaran

jaminan fidusia melalui Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) yang

berada di bawah naungan Kemenkumham. Kemenkumham bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan terkait pendaftaran jaminan fidusia melalui layanan AHU Fidusia yang

dapat diakses secara online. Kemenkumham juga memiliki peran dalam memberikan

perlindungan hukum terhadap hak-hak yang terkait dengan jaminan fidusia. Jaminan fidusia

diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, dan

Kemenkumham melalui Ditjen AHU bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan

hukum terhadap hak-hak yang terkait dengan jaminan fidusia.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) melakukan kolaborasi dengan

Akademisi dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kolaborasi dengan Pemerintah

Daerah serta kemenkumham juga telah mengadakan Layanan AHU Fidusia untuk

mempermudah dalam pendafataran. Melalui kolaborasi-kolaborasi tersebut, Kemenkumham

berupaya untuk memperkuat pengawasan dan implementasi regulasi fidusia, serta

meningkatkan pemahaman dan akses masyarakat terkait jaminan fidusia di Indonesia.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) hingga saat ini menurut

narasumber penadftaran mengenai fidusia sudah ada beberapa di jawa barat tetapi pastinya

berapa narasumber harus mengecek terlebih dahulu data nya serta objek yang didaftarkan pun

beragam tetapi arasumber tidak dapat menyebutkan secara speisfik objek apa saja yang sudah

di daftarkanya.

Menurut narasumber bahwa barang yang menjadi objek jaminan fidusia dapat

dipindahtangankan oleh pemberi fidusia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pasal 21 ayat (1) UU tersebut

menyatakan bahwa "Pemberi fidusia dapat memindahtangankan hak atas benda yang menjadi

objek jaminan fidusia kepada pihak lain." Oleh karena itu, berdasarkan regulasi tersebut,

pemberi fidusia memiliki hak untuk memindahtangankan hak atas benda yang menjadi objek

jaminan fidusia kepada pihak lain.

Menurut narasumber juga bahwa saham dapat dijadikan objek fidusia karna Hal ini sesuai

dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Pasal 3 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa "Benda yang dapat dijadikan objek jaminan

fidusia adalah benda bergerak yang tidak berwujud, benda bergerak yang berwujud, dan surat

berharga." Namun menurut narasumber hingga saat ini khusunya di kanwil mengetahui apakah

ada atau tidaknya yang sudah didaftarkan menjadi objek fidusia.


Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai