Anda di halaman 1dari 85

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA

DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT


PADA PASIEN SKIZOFRENIA: LITERATURE REVIEW
SKRIPSI

Disusun oleh:
LAILI MIFTAKHUL JANNAH
1810201133

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA PASIEN SKIZOFRENIA : LITERATURE REVIEW
SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan
Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
LAILI MIFTAKHUL JANNAH
1810201133

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA


DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA :
LITERATURE REVIEW

SKRIPSI

Disusun oleh :
LAILI MIFTAKHUL JANNAH
1810201133

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan
Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas „Aisyiyah

Yogyakarta Pada tanggal:

Dewan Penguji:

1. Penguji I : Ns. Slamet Riyanto, M. Psi

2. Penguji II : Ns. Prastiwi Puji Rahayu, M. Kep., Sp. Kep.J

ii
HUBUNGAN PENGETAHUAN

KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT

PADA PASIEN SKIZOFRENIA : LITERATURE REVIEW1


Laili Miftakhul Jannah2, Prastiwi Puji Rahayu3

Universitas „Aisyiyah Yogyakarta, Jalan Siliwangi No.63 Nogotirto Gamping


Sleman, Yogyakarta 55292, Indonesia

lailimj00@gmail.com , prastiwi.puji@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Data dari WHO 2016 menyatakan bahwa terdapat 21 juta penderita
skizofrenia, dan data dari Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat 6,7/1000 rumah
tangga menderita skizofrenia. Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa
penderita skizofrenia tidak meminum obat dengan rutin sebanyak 48,9%.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia.
Metode: Penelurusan literature dilakukan dengan menggunakan database Google
Scholar dan Pubmed (1 Januari 2016 – 31 Desember 2021). Kata kunci yang
digunakan asalah dalam bahasa Inggris “Family Knowledge AND Medication
Compliance AND Schizophrenic”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia “Pengetahuan
Keluarga dan Kepatuhan Minuman obat dan Skizofrenia”.
Hasil: Analisa didapatkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan keluarga dengan
kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia. Pengetahuan yang baik akan
berpengaruh dalam kepatuhan menjadi patuh minum obat pada pasien skizofrenia,
sebaliknya apabila pengetahuan keluarga kurang maka kepatuhan minum obat pada
pasien skizofrenia menurun.
Kesimpulan: Literature review ini adalah kepatuhan minum obat pada pasien
skizofrenia ada hubungannya dan dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga.
Pengetahuan keluarga adalah suatu hal tahu mengenai skizofrenia yang diderita
anggota keluarga, tanda gejala, dan cara pengobatan, serta keluarga sebagai
pengawas minum obat pasien skizofrenia.
Saran: Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan
meneliti pengaruh lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien
skizofrenia yang belum diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci : Pengetahuan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat, Skizofrenia

Daftar pustaka : 17 buah (2008-2021)

Halaman : i-viii, 1-69

iii
FAMILY KNOWLEDGE RELATIONSHIP

WITH COMPLIANCE WITH DRINKING MEDICINE

IN SCHIZOPRENIA PATIENTS: LITERATURE REVIEW1


Laili Miftakhul Jannah2, Prastiwi Puji Rahayu3

'Aisyiyah University Yogyakarta, Jalan Siliwangi No.63 Nogotirto Gamping Sleman,


Yogyakarta 55292, Indonesia

lailimj00@gmail.com ,

prastiwi.puji@gmail.com ABSTRACT

Background: Data from WHO 2016 states that there are 21 million people with
schizophrenia, and data from the 2018 Basic Health Research noted that 6.7/1000
households suffer from schizophrenia. The 2018 Basic Health Research showed that
people with schizophrenia did not take medication regularly as much as 48.9%.
Objective: This study aims to determine the relationship between family knowledge
and medication adherence in schizophrenic patients.
Methods: Literature searches were carried out using Google Scholar and Pubmed
databases (1 January 2016 – 31 December 2021). Wrong keywords used in English
“Family Knowledge AND Medication Compliance AND Schizophrenic”. While in
Indonesian "Family Knowledge and Compliance with Drugs and Schizophrenia".
Results: The analysis found that there was a relationship between family knowledge
and medication adherence in schizophrenic patients. Good knowledge will affect
adherence to medication adherence in schizophrenic patients, on the other hand, if
family knowledge is lacking, medication adherence in schizophrenic patients
decreases.
Conclusion: This literature review shows that medication adherence in
schizophrenic patients is related and influenced by family knowledge. Family
knowledge is a matter of knowing about schizophrenia suffered by family members,
signs of symptoms, and ways of treatment, as well as the family as a supervisor for
taking medication for schizophrenia patients.
Suggestion: For further researchers, they can develop this research by examining
other influences that can affect medication adherence in schizophrenic patients that
have not been studied in this study.

Keywords : Family Knowledge, Medication Compliance, Schizophrenia

References : 17 pieces (2008-2021)

Page : i-viii, 1-69

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan penelitian ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh

gelar kesarjanaan pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan peneliti

juga tidak terdapat karya oranglain atau terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan

dalam daftar pustaka.

Yogyakarta,

Laili Miftakhul Jannah

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaEsa atas berkat

dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA : LITERATURE REVIEW”.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

proposal penelitian ini dapat selesai tepat waktu. Ucapan terima kasih ini penulis

tujukan kepada:

1. Ibu Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat., selaku Rektor Universitas

„Aisyiyah Yogyakarta.

2. Bapak Moh. Ali Imron, S.Sos., M. Fis., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

3. Ibu Ns. Deasti Nurma Ghupita, M. Kep., Sp. Kep.J., selaku Ketua

Program Studi Keperawatan – Pendidikan Profesi Ners

4. Ns. Prastiwi Puji Rahayu, M. Kep., Sp. Kep.J. selaku dosen pembimbing

peneliti yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi

dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Bapak Ns. Slamet Riyanto, M. Psi., selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, koreksi, serta arahan yang bermanfaat.


vi
6. Dosen, Staf dan Mahasiswa kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

7. Secara khusus peniliti menyampaikan terimakasih kepada kedua orang

tua dan keluarga atas do‟a dan dukungan yang sangat luar biasa dalam

perjalanan pendidikan saya.

8. Kepada teman-teman seperjuangan C1 Squad, Emergency Meeting, teman

yang selalu ada dalam setiap langkah serta teman online yang selalu

memberikan semangat serta doa dalam menyelesaikan Skripsi ini.

9. Ucapan terimakasih kepada Lee Taeyong, dan Lee Jeno, serta member

NCT yang selalu memberikan motivasi sebagai contoh seorang pekerja

keras, dan konten menyenangkan menjadikan hal itu sebagai pereda

penat.

10. Terimakasih terhadap diri saya sendiri karena sudah berjuang dan

menyelesaikan proses penyusunan Skripsi sampai akhir. “Kamu hebat

dan kamu harus sadari itu, jangan membandingkan apapun dengan orang

lain, tapi bandingkan diri kamu dengan diri kamu yang dulu, Apakah

semakin baik? Atau sebaliknya. Tetaplah berproses!”

Meskipun telah berusaha menyelesaikan Skripsi ini sebaik mungkin, peneliti

menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,

peneliti mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan segala kekurangan

dalam penyusunan Skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Yogyakarta, 2022

Peneliti
vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................i

Halaman Persetujuan..................................................................................................ii

Abstraksi.....................................................................................................................iii

Abstract......................................................................................................................iv

Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian.....................................................................v

Kata Pengantar...........................................................................................................vi

Daftar Isi...................................................................................................................viii

Daftar Tabel...............................................................................................................x

Daftar Gambar............................................................................................................xi

Daftar Skema..............................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Perumusan Masalah.......................................................................................6

C. Tujuan Penelitian...........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7

A. Tinjauan Teoritis............................................................................................8

B. Tinjauan Islami...............................................................................................35

C. Kerangka Konsep Penelitian..........................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................40

A. Strategi Pencarian Literature.........................................................................40

1. Analisis Masalah (PICOST)......................................................................40

2. Kata Kunci dan Database..........................................................................41

B. Krteria Literature...........................................................................................42

1. Kriteria Inklusi...........................................................................................42
viii
2. Kriteria Ekslusi..........................................................................................42

3. Penilaian kualitas/ kelayakan.....................................................................42

C. Seleksi Literature (PRISMA).........................................................................44

1. Hasil Pencarian (ditulis dalam bentuk diagram)........................................44

2. Proses Pengumpulan Data Literature Review...........................................45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................46

A. Hasil...............................................................................................................46

B. Pembahasan....................................................................................................53

C. Keterbatasan Literature Review.....................................................................56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................57

A. Kesimpulan....................................................................................................57

B. Saran...............................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................58

LAMPIRAN...............................................................................................................61

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gejala Skizofrenia............................................................................11

Tabel 3. 1 Format PICOST dalam Literature Review......................................41

Tabel 3.2 Kata Kunci dalam Pencarian Literature Review..............................42

Tabel 4.1 Hasil Literature Review....................................................................47

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2 Diagram PRISMA................................................................................44

v
DAFTAR SKEMA

Skema 2. 1 Kerangka Konsep....................................................................................39

v
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat (Health) adalah dimana seseorang merasa sejahtera secara penuh

(keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya

terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sehat menurut Undang-Undang

Kesehatan No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat

secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup

produktif baik secara sosial maupun ekonomis. Dalam undang-undang tersebut

menyatakan sehat meliputi kesehatan mental atau jiwa, untuk kesehatan jiwa sendiri

menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut

merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat

menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif

terhadap diri sendiri dan orang lain. Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1 menyebutkan

bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan

mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Apabila kondisi individu tidak

dapat berkembang sesuai dengan definisi kesehatan jiwa yang telah dicantumkan,

maka individu tersebut mengalami gangguan dalam kesehatan jiwanya.

1
Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa terkadang sulit untuk didefinisikan,

seseorang dianggap sehat apabila mampu memainkan peran dalam masyarakat dan

perilaku mereka pantas dan adaptif. Sebaliknya, seseorang dianggap sakit jika gagal

memainkan peran dan perilakunya tidak pantas. Kebudayaan setiap masyarakat

sangat memengaruhi definisi sehat dan sakit (Videbeck, 2008).

Prevalensi gangguan jiwa menurut WHO pada tahun 2016 menunjukkan bahwa

secara global diperkirakan 35 juta orang mengalami depresi, 60 juta orang

menderita gangguan afektif bipolar, 21 juta orang menderita gangguan skizofrenia

dan 47,5 juta orang di dunia mengalami demensia. Di Indonesia gangguan mental

emosional depresi dan kecemasan mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari

jumlah penduduk Indonesia (Riskesdas, 2013). Dengan jumlah 21 juta orang

menderita gangguan skizofrenia masih dikategorikan rendah dibandingkan dengan

jumlah penderita gangguan jiwa lainnya, akan tetapi peneliti tertarik untuk

membahas gangguan jiwa dengan skizofrenia dengan mencari sebab dan cara

perawatannya.

Salah satu penyakit gangguan jiwa adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah

gangguan neurobiologis otak yang berat dan terus-menerus yang dapat berdampak

individu, keluarga dan masyarakat (Stuart, 2016). Skizofrenia adalah penyakit yang

memengaruhi otak dan penyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan,

dan perilaku yang tidak wajar dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan

sebagai penyakit tersendiri, tetapi sebagai dugaan suatu sindrom atau proses

penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala (Videbeck, 2008).

2
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan psikotik (penyakit mental berat) yang

relatif sering. Pravelensi hidup hampir mencapai 1%, setiap tahunnya sekitar 10-15

per 100.000 insiden, skizofrenia merupakan sindrom dengan berbagai presentasi dan

satu variabel, perjalanan penyakit skizofrenia umumnya jangka panjang, serta sering

mengalami kekambuhan (Davies, 2009). Data APA (2014) menyebutkan 1%

populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai

mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda paling beresiko

karena pada tahap ini, kehidupan manusia penuh dengan berbagai tekanan (Stresor)

(Ababar, 2011).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, prevalensi

skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga. Artinya, dari

1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah

tangga (ART) pengidap skizofrenia/psikosis. Prevalensi tertinggi terdapat di Bali

dengan 11,1 per 1.000 rumah tangga dan DI Yogyakarta dengan 10,4 per 1.000

rumah tangga yang mempunyai ART mengidap skizofrenia/psikosis. Secara umum,

hasil riset riskesdas 2018 menyebutkan sebanyak 84,9% pengidap

skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat. Namun, sebanyak 48,9% penderita

psikosis tidak meminum obat secara rutin, dan 51,1% meminum secara rutin.

Sebanyak 36,1% penderita yang tidak rutin minum obat dalam satu bulan terakhir

beralasan merasa sudah sehat. Sebanyak 33,7% penderita tidak rutin berobat, dan

23,6% tidak mampu membeli obat secara rutin. Selain itu, terdapat masalah lain di

mana pengidap skizofrenia/psikosis dipasung oleh keluarganya. Proporsi rumah

tangga yang memiliki ART pengidap skizofrenia/psikosis yang dipasung sebanyak

3
14%. Dari data tersebut menimbulkan terdapatnya alasan atau faktor yang

mempengaruhi pasien dalam berobat.

Kurangnya pemahaman mengenai konsep gangguan mental seperti skizofrenia

ini banyak terjadi di masyarakat umum. Masyarakat banyak menghubungkan

skizofrenia sebagai suatu penyakit yang didapatkan dari kutukan. Akibat dari

kurangnya pemahaman ini, masyarakat akan melakukan tindakan seadanya untuk

menangani penderita skizofrenia. Hal yang dilakukan biasanya berupa pemasungan.

Akibat dari intervensi keluarga yang tidak baik tersebut, masyarakat juga akan

melakukan tindakan yang merendahkan penderita skizofrenia.(Fatin et al., 2020).

Dalam penjelasan tersebut pengetahuan masyarakat sangat rendah mengenai

skizofrenia dengan ini keluarga sebagai orang terdekat dengan penderita dapat

diberikan penambahan pengetahuan dengan edukasi untuk perawatan anggota

keluarga yang mengindap skizofrenia.

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu sama yang lain (Harmoko, 2012). Keluarga merupakan faktor yang

sangat penting dalam proses kesembuhan pasien skizofrenia. Keluarga yang

bersikap terapeutik dan mendukung pasien, masa kestabilan pasien dapat

dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya, jika keluarga kurang mendukung,

angka kekambuhan akan lebih cepat. Keluarga sebagai orang terdekat dengan

pasien, wajib mengetahui prinsip lima benar dalam minum obat yaitu, pasien yang

benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara/rute pemberian yang benar, dan

waktu pemberian obat yang benar, kepatuhan terjadi apabila aturan pakai dalam

4
obat yang diresepkan serta pemberiannya di ikuti dengan benar. Ini sangat penting

pada penyakit menahun, salah satunya penyakit gangguan jiwa.

Apabila seseorang memiliki pengetahuan baik maka akan menunjukkan sikap

positif, sedangkan orang berpengetahuan yang kurang maka akan memengaruhi

mereka dalam berperilaku yang cenderung negatif. Begitu juga dengan keluarga

yang memiliki pengetahuan kurang tentang gangguan jiwa skizofrenia akibatnya

keluarga akan menganggap gangguan jiwa penyakit yang memalukan dan

membawa aib bagi keluarga (Hawari, 2007). Karena pengetahuan sendiri adalah

suatu hasil tahu dari manusia atas penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek

yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang

sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam Nurroh 2017).

Dari jurnal yang diteliti oleh (Nani Hasanuddin Makassar, 2020) menunjukkan

ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

pasien skizofrenia. Pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien

skizofrenia dapat membantu keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia, beberapa

keluarga pasien yang menyatakan bahwa pasien tidak patuh minum obat karena

berbagai alasan diantaranya karena keluarga yang sibuk akan pekerjaannya dan ada

yang tidak tahu pentingnya minum obat secara teratur bagi pasien skizofrenia.

Dengan latar belakang di atas sangat menarik bagi peneliti mengidentifikasi lebih

dalam dan melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Keluarga

dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Skizofrenia”.

5
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Pengetahuan

Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Skizofrenia?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis

1. Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang memiliki arti

„terpisah/batu pecah‟ dan phren yang berarti „jiwa‟. Secara umum skizofrenia

diartikan sebagai pecahnya/ketidakserasian antara afek, kognitif, dan perilaku.

Skizofrenia adalah suatu psikologis fungsional dengan gangguan utama pada

proses berpikir serta disharmoni antara proses pikir, afek atau emosi. Kemauan

dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan

halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga muncul inkoherensi, afek, dan emosi

inadekuat, serta psikomotor yang menunjukkan penarikan diri, ambivalensi dan

perilaku bizar. Pada seseorang yang mengidap skizofrenia kesadaran dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran

kognitif dapat berkembang dikemudian hari.

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya

penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai

dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. Skizofrenia sering ditemukan

pada lapisan masyarakat dan dapat dialami oleh setiap manusia. Skizofrenia

adalah sindrom etiologi yang tidak diketahui dan ditandai dengan distur

gangguan kognisi, emosi, persepsi, pemikiran, dan perilaku.

Skizofrenia dapat disebut dengan gangguan otak karena kelainan struktural

dan fungsional yang dapat dilihat dalam studi neuroimaging dan komponen

7
genetik, seperti yang terlihat dalam studi kembar. Gangguan ini biasanya kronis,

meliputi fase prodomoral, fase aktif, dan fase residural. Fase aktif memiliki

gejala seperti halusinasi, delusi dan berpikir tidak teratur. Fase prodomoral dan

residural ditandai dengan bentuk dilemahkan gejala aktif, seperti keyakinan lama

dan pemikiran magis, serta defisit dalam perawatan diri dan hubungan

interpersonal.

Skizofrenia merupakan gangguan yang berlangsung selama minimal 1 bulan

gejala fase aktif. Gangguan pada skizofrenia juga dikarakteristikkan dengan

gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis, menarik diri,

penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan gangguan kognitif (memori,

perhatian, pemecahan masalah, dan sosial).

Skizofrenia bersifat kronis dan melemahkan. Bagi seseorang yang pernah

mengidap skizofrenia dan pernah dirawat, maka kemungkinan kambuh 50-80%,

selain itu harapan hidup pasien skizofrenia 10 tahun lebih pendek daripada

pasien dengan gangguan mental yang lain.

a. Tipe Skizofrenia

Menurut DSM V (2013), tipe skizofrenia antara lain:

1) Paranoid

Merupakan subtipe yang paling umum dimana waham dan halusinasi

auditorik jelas terlihat. Gejala utamanya adalah waham kejar atau waham

kebesarannya dimana individu merasa dikejar-kejar oleh pihak tertentu

yang ingin mencelakainya.

a) Halusinasi dan waham harus menonjol:

8
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

peluit, mendengung, atau bunyi tawa.

- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol.

- Waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam.

b) Gangguan affektif, dorongan kehendakdan pembicaraan serta gejala

katatonik secara relatif tidak menonjol.

2) Disorganisasi (hebefrenik)

Ciri-cirinya adalah:

a) Memenuhi kriteria umum skizofrenia

b) Biasanya terjadi pada seseorang berumur 15-25 tahun.

c) Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan,

kecenderungan untuk selalu menyendiri, serta perilaku menunjukkan

hampa tujuan dan hampa perasaan.

d) Afek tidak wajar, sering dsertai cekikikan dan perasaan puas diri,

senyum-senyum sendiri, tertawa, dan lain-lain.

e) Proses berpikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan inkoheren.

9
3) Katatonik

Gangguan psikomotor terlihat menonjol, sering sekali muncul bergantian

antara mobilitas motorik dan aktivitas berlebihan. Satu atau lebih dari

perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:

a) Stupor : kehilangan semangat hidup dan senang diam dalam posisi kaku

tertentu sambil membisu dan menatap dengan pandangan kosong.

b) Gaduh gelisah : tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang

tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.

c) Menampilkan posisi tubuh tertentu : secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh.

d) Negativisme : tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah seperti menolak untuk membetulkan posisi badannya,

menolak untuk makan, mandi, dan lain-lain.

e) Rigiditas : mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan

upaya menggerakan dirinya.

f) Fleksibilitas area/waxy flexibility : mempertahankan anggota gerak dan

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar. Posisi pasien dapat

dibentuk, namun setelah itu, ia akan selalu mempertahankan posisi

tersebut.

g) Gejala-gejala lain seperti command automatism : lawan dari

negativisme, yaitu mematuhi semua perintah secara otomatis dan

kadang disertai dengan pengulangan kata-kata dan kalimat.

1
4) Skizofrenia Residual

Ciri-cirinya adalah :

a) Gejala negatif dari skizofrenia menonjol seperti perlambatan

psikomotorik, aktivitas menurun, afek tidak wajar, pembicaraan

inkoheren.

b) Ada riwayat psikotik yang jelas seperti waham dan halusinasi di masa

lampau (minimal telah berlalu 1 tahun) yang memenuhi kriteria untuk

diagnosis skizofrenia.

c) Tidak terdapat gangguan mental organik.

b. Gejala Skizofrenia

Terdapat beberapa gejala yang menunjukkan individu terkena skizofrenia.

Berikut tabel yang menunjukkan gejala skizofrenia.

Positif Negatif Kognitif

Hallucination Apathy Memory Impairment

Delusion Avolition Decrease in Attention

Disorganized Alogia Impaired Executive Functioning

Tabel 2.1
Gejala Skizofrenia

Berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ III, skizofrenia dapat didiagnosis jika

menunjukkan satu gejala berikut yang jelas (dan biasanya dua gejala atau

lebih jika gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas). Adapun gejala

yang muncul antara lain sebagai berikut:

1
1) Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang bergema dan berulang dalam

kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,

namun memiliki kualitas berbeda.

2) Thought insertion or withdrawal: isi pikiran asing dari luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (withdrawal).

3) Thought broadcasting: isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya.

4) Delution of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar.

5) Delution of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar.

6) Delution of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap kekuatan dari luar.

7) Delution of perception: pengalaman indrawi yang tidak wajar yang

bermakna khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

Selain gejala di atas, terdapat gejala lain yang menunjukkan bahwa

individu mengidap skizofrenia. Gejala tersebut adalah halusinasi auditorik.

Gejala ini menunjukkan hal yang terjadi pada individu seperti suara, meskipun

suara tersebut adalah suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus

tetang perilaku pasien. Jenis suara halusinasi juga muncul dari salah satu

bagian tubuh.

1
Selain suara-suara halusinasi, terdapat halusinasi yang secara jelas

muncul pada individu yang mengalami gejala skizofrenia. Gejala lain tersebut

berupa halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai

oleh waham yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan berkelanjutan. Sehingga, arus pikiran terputus (break) atau

mengalami sisipan (interpolatian), yang berakibat inkoherensi atau

pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

Gejala lain yang muncul yaitu perilaku katatonik. Perilaku katatonik

meliputi gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibilitas area,

negativisme, mutisme, dan stupor. Gejala negatif juga muncul dari sikap

sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau

tidak wajar. biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dan pergaulan sosial

dan menurunnya kinerja sosial, tetapi gejala tersebut harus jelas, bukan

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika Gejala tersebut harus

berlangsung minimal 1 bulan. Harus ada perubahan yang konsisten dan

bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek.

PPDG III menyebutkan bahwa diagnosis skizofrenia paranoid, harus

memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia dan memenuhi kriteria tambahannya

seperti halusinasi dan atau waham arus tampak menonjol, suara halusinasi

yang memberikan ancaman atau perintah kepada pasien, atau halusinasi

1
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling). mendengung

(humming) atau bunyi tawa (laughing). Halusinasi juga dapat berupa

pembauan atau pengecapan rasa, bersifat seksual, perasaan tubuh, halusinasi

visual.

c. Etiologi Skizofrenia

Faktor yang memengaruhi skizofrenia antara lain:

1) Faktor Prenatal

Penyebab skizofrenia dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor

nongenetik, endogen dan eksogen pada masa kehamilan dan kelahiran yang

berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya skizofrenia. Faktor endogen

berasal dari dalam tubuh ibu, uterus, dan fetus. Faktor eksogen berasal dari

luar tubuh ibu dan janin. Faktor endogen terdiri dari diabetes pada ibu,

inkompatibilitas rhesus, tumbuh kembang fetus yang abnormal, perdarahan

dan preklamasia, umur parental, dan komplikasi persalinan. Faktor eksogen

dapat berupa musim kelahiran, infeksi di masa kehamilan, gangguan

nutrisi, dan stress pada ibu.

a) Faktor Endogen

Faktor endogen ini bisa didapat melalui ibu dengan diabetes pada masa

kehamilannya, akan beresiko tujuh kali lebih sang bayi lahir sering

mengalami skizofrenia dikemudian hari, bila dibandingkan dengan anak

yang lahir dari ibu tanpa diabetes.

1
Hiperglikemia pada ibu menjadi predisposisi skizofrenia pada anak yang

dikandungnya di kemudian hari. Hal tersebut terjadi karena adanya tiga

mekanisme prenatal yang memengaruhi yaitu hipoksia. stres oksidatif,

dan inflamasi. Hiperglikemia dapat meningkatkan stres oksidatif,

mengubah metabolisme lipid, dan mempengarui struktur mitokondria,

menyebabkan kekacauan proses kerja dan arsitektur neuron, dan

akhirnya menyebabkan spesialisasi yang prematur sebelum neural tube

menutup.

Risiko skizofrenia berhubungan dengan penyakit inkompatibilitas

rhesus, terutama pada bayi laki-laki. Risiko skizofrenia ini berhubungan

dengan usia ayah saat konsepsi. Jika semakin tua usia ayah, makin

meningkat risiko kemungkinan sang anak akan berkembang memiliki

skizofrenia di kemudian hari. Risiko tersebut memungkinkan anak

terkena skizofrenia sekitar 0,2 % pada usia ayah 35 tahun, dan 5 % pada

usia ayah 55 tahun.

Psychosis-Like Symptoms (PLIKS) subklinis pada masa pubertas,

berkaitan dengan diabetes pada masa. kehamilan, infeksi meternal,

resusitasi, dan apgar score yang buruk pada lima menit pertama

kelahiran. Selain itu, komplikasi persalinan seperti pendarahan,

eklamsia, asfiksia, dan sectio caesaria darurat berkaitan dengan kondisi

hipoksia yang mengancam perkembangan otak janin.

1
b) Faktor Eksogen

Penurunan suhu antara bulan Desember hingga Maret, menunjukkan

bahwa bayi yang lahir pada musim dingin lebih rentan menderita

skizofrenia. Fenomena ini diperkirakan berkaitan dengan infeksi virus,

kurangnya paparan sinar matahari, dan vitamin D, suhu, atau kondisi

cuaca berat, dapat memengaruhi perkembangan otak janin. Namun,

pengamatan ini kurang konsisten di bumi selatan, dan tidak tampak pada

daerah ekuator.

Faktor lain yang dapat menyebabkan bayi rentan terkena skizofrenia

adalah depresi antenatal pada ibu. Penelitian menunjukkan bahwa

paparan stres berat bisa memengaruhi perkembangan neuron pada

sambungan fero-bacental maternal.

2) Faktor Non-Prenatal

Terdapat beberapa faktor yang berasal dari luar yang dapat menyebabkan

terjadinya skizofrenia Faktor yang berasal dari luar kehamilan, kelahiran,

antara lain faktor genetik, faktor biologis, dan fiktor psikologi.

a) Faktor Genetik

Faktor genetik dihubungkan dengan anggota keluarga lain yang juga

menderita skizofrenia. Kemungkinan ini semakin besar jika keluarga

lain yang mengidap skizofrenia memiliki hubungan persaudaraan yang

dekat. Fenomena ini berdasarkan penelitian klasik awal tentang genetika

dari skizofrenia yang dilakukan pada rahun 1930-an. Kembar

monozigotik memiliki angka kesesuaian tertinggi. Penelitian pada

1
kembar monozigotik yang diadopsi menunjukkan bahwa kembar yang

diasuh orang tua angka mempunyai skizofrenia dengan kemungkinan

yang sama besarnya seperti saudara kandungnya.

Tingkat keparahan keluarga yang memilik hubungan darah terdekat

dapat mempengaruh kemungkinan saudara lain mengidap skizofrenia

Misalnya jika orang tua menderita skizofrenia maka kemungkinan besar

anaknya dapat mengidap skizofrenia. Semakin parah skizofrenia yang

diidap orang tua, maka semakin besar kemungkinan anaknya mengalami

skizofrenia.

b) Faktor Biologis

Dapat diketahui dari perubahan pada sistem transmisi sinyal penghantar

saraf (neurotransmiter) dan reseptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan

interaksi zat neurokimia seperti dopamine dan serotonin, yang ternyata

memengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan), dan

psikomotor (perilaku) yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif

maupun negatif skizofrenia. Abnormalitas otak yang terjadi dapat

menyebabkan respons neurobiologik yang maladaptif dan baru mulai

dipahami, yang mencakup hal-hal berikut:

- Dalam perkembangan skizofrenia, penelitian pencitraan otak mulai

menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas. Fenomena ini

meliputi lesi pada area frontal, temporal dan limbik paling

berhubungan dengan perilaku psikotik.

1
- Kimia dalam otak yang dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dopamin neurotransmiter yang

berlebihan. Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmiter

lain, serta masalah pada sistem reseptor dopamine.

c) Faktor Psikososial

Faktor psikososial disebabkan oleh perubahan dalam kehidupan

seseorang anak, remaja, hingga dewasa, sehingga setiap individu

beradaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbullah

keluhan-keluhan di bidang kejiwaan berupa gangguan jiwa dari yang

ringan hingga besar.

Pada sebagian orang, perubahan sosial yang serba cepat dapat menjadi

stresor psikologis, antara lain.

- Pola kehidupan masyarakat yang semula sosial-religius cenderung

berubah ke arah pola hidup mewah dan konsumtif .

- Struktur keluarga yang semula keluarga besar, cenderung ke arah

keluarga inti bahkan sampai pada pola orang tua tunggal.

- Hubungan kekeluargaan (silaturahmi) yang semula erat dan kuat

cenderung menjadi longgar dan rapuh. Masing-masing anggota

keluarga hidup sendiri-sendiri, sehingga antara anggota keluarga

yang satu dengan yang lain menjadi asing.

- Nilai moral etika agama dan tradisional masyarakar cenderung

berubah menjadi masyarakar sekuler dan modern.

1
- Lembaga perkawinan mulai diragukan dan pasangan cenderung

untuk memilih hidup bersama tanpa menikah.

- Ambisi karier dan materi yang tak terkendali mengganggu hubungan

interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat

Selain hal yang telah dikemukakan di atas, faktor psikososial yang

memicu terjadinya skizofrenia yaitu stres. Stres yang menumpuk

terhadap banyak hal dapat menunjang terjadinya skizofrenia dan

gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama

gangguan.

d. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala skizofrenia menurut keliat (2011) adalah sebagai berikut:

Seseorang yang mempunyai gejala penyakit skizofrenia biasanya mengalami

keyakinan yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan seperti waham

curiga, waham kejar, waham kebesaran dan klien juga mengalami halusinasi

seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan,

pasien skizofrenia mengalami arus pikir terputus mgkoheren, neologisme,

perubahan prilaku, seperti hiperaktif. agitasi, iritabilitas, dan pasien

skizofrenia cenderung bersikap masa bodoh menarik diri dari pergaulan sosial

dan menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari-hari.

Fase skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu fase akut yang di tandai

munculnya gejala sampai dengan sebelum 6 bulan ditandai degan gejala

positif dan negatif, sedangkan pasien yang didiagnosis skizofrenia kronik

1
ditandai dengan gejala akut yang sudah berlangsung selama 6 bulan atau lebih

disertai tidak memperhatikan kebersihan diri dan gangguan atau pergerakan.

e. Patofisiologi

Patofisiologi skizofrenia disebabkan adanya ketidakseimbangan

neurotransmitter di otak, terutama norepinefrin, serotonin, dan dopamine.

Namun, proses patofisiologi skizofrenia masih belum diketahui secara pasti

(Kaplan dan Sadock, 2014). Secara umum penelitian telah mendapatkan

bahwa skizofrenia dikaitkan dengan penurunan volume otak, terutama bagian

temporal (termasuk mediotemporal), bagian frontal, termasuk substansia alba

dan grisea. Dari sejumlah penelitian ini, daerah otak yang secara konsisten

menunjukkan kelainan yaitu daerah hipokampus dan parahipokampus

(Abrams, DJ., Rojas, DC., Arciniegas, 2018).

Pada penelitian neuroimaging penderita dengan skizofrenia, ditemukan

penurunan volume talamus dan deformitas thalamus, abnormalitas pada

nukleus ventrolateral (Smith, et.al., 2011).

f. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah dan skrining ada

tidaknya kecanduan obat bius yang sering memberikan gejala yang sama

dengan skizofrenia. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan CT Scan dan

MRI otak, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan di otak.

2) Pemeriksaan psikologis, Dokter akan menanyakan tentang pikiran,

perasaan, ada tidaknya waham (delusion), sikap/perilaku, keinginan untuk

bunuh diri atau melakukan kekerasan.

2
g. Penatalaksanaan Umum

Penanganan klinis untuk pasien dengan skizofrenia termasuk pemberian

obat-obatan antipsikotik dengan tambahan terapi psikososial, terapi perilaku,

keluarga, kelompok, individual dan keterampilan sosial serta rehabilitasi baik

di rumah sakit maupun rawat jalan. Indikasi untuk rawat inap di rumah sakit

dapat berupa pembahayaan terhadap orang lain, potensi bunuh diri, gejala-

gejala parah yang menuju pada perawatan diri yang buruk atau risiko untuk

cedera sekunder karena kekacauan perilaku, evaluasi diagnostik, respon yang

gagal terhadap terapi, komorbiditas yang memberi komplikasi, dan kebutuhan

untuk mengubah pengobatan yang kompleks (Sadock, B., Sadock, V., Ruiz,

2017). Ada beberapa jenis psikoterapi yang bisa diberikan pada pasien

Skizofrenia antara lain:

1) Psikoanalisis.

Bertujuan untuk menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarinya

dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan

kecemasanya.

2) Terapi perilaku (Behavioristik).

Terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik dan operan,

karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata.

3) Terapi humanistic.

Terapi kelompok dan terapi keluarga (Kaplan dan Sadock, 2014).

2
2. Kepatuhan Minum Obat.

Secara umum, kepatuhan (adherence atau compliance) didenifisikan sebagai

tindakan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan

melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan

kesehatan (WHO dalam Hardiyatmi, 2016).

Sarafino (Smet, 1994) menambahkan kepatuhan adalah sebagai suatu tingkat

pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya atau oleh tim medis lainnya.

Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan merujuk kepada situasi

ketika perilaku individu sesuai dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat

yang direkomendasikan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang

diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan

dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Ian

& Marcus, 2011).

Compliance dan adherence merupakan dua istilah yang umumnya digunakan

secara bergantian untuk menggambarkan kepatuhan minum obat. Menurut

Sarafino & Smith (2012), kepatuhan (compliance ataupun adherence) merupakan

istilah yang mengacu pada sejauh mana pasien melaksanakan tindakan dan

pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter atau orang lain. Namun Brown

& Bussell (2011) menyebutkan bahwa konotasi keduanya sedikit berbeda.

Adherence melibatkan persetujuan pasien terhadap anjuran pengobatan, hal ini

secara implisit menunjukkan keaktifan pasien bekerjasama dalam proses

2
pengobatan, sedangkan compliance mengindikasikan bahwa pasien secara pasif

mengikuti petunjuk dokter.

Kepatuhan minum obat adalah perilaku pasien yang mentaati semua nasehat

dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga medis dalam mengkonsumsi obat,

meliputi keteraturan, waktu dan cara minum obat. Penilaian terhadap kepatuhan

diperoleh dari total skor keteraturan, waktu dan cara minum obat (Oktaviani,

2011). Untuk kesembuhan dan mencegah kekambuhan pada pasien skizofrenia

diharuskan untuk patuh minum obat. Kepatuhan minum obat meliputi ketepatan

perilaku seorang individu dengan nasihat medis, penggunaan obat sesuai dengan

petunjuk serta mencakup penggunaan pada waktu yang benar (Arisandy, 2014).

a. Indikator Kepatuhan Minum Obat

Menurut Kusmarjathi (2009), menyatakan bahwa prinsip benar dalam pemberian

obat, sebagai berikut:

1) Benar Pasien

Obat diberikan kepada pasien yang benar. Mengidentifikasi pasien dengan

tepat, perawat memeriksa kartu, format atau laporan pemberian obat yang

dicocokan dengan gelang identifikasi pasien dan meminta pasien

menyebutkan namanya. Benar pasien pada pasien skizofrenia yaitu

memastikan bahwa obat yang diberikan benar-benar untuk pasien sesuai

identitasnya.

2) Benar Obat

Cek ulang antara format pencatatan dengan instruksi yang ditulis dokter

hingga 3 kali. Saat membaca obat dan mengambil obat dari tempat

2
penyimpanan, bandingkan label atau etiket obat dengan permintaan yang ada

di medication chart sebelum obat di ambil, sebelum memberikan ke pasien

dan saat akan dikembalikan kembali ke tempat penyimpanan. Perawat hanya

memberikan obat yang dipersiapkannya dan melakukan double check oleh

dua orang. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat

bertanggung jawab terhadap efek obat. Benar obat pada pasien Skizofrenia

adalah memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan yang diberikan

dari rumah sakit. Untuk orang dengan gangguan jiwa biasanya diberikan obat

golongan antipsikotik tipikal (Haloperidol, chlorpromazine, dll) dan atipikal

(Risperidon, clozapine) untuk mengatasi gejala pada pasien seperti

halusinasi, waham dan delusi.

3) Benar Dosis

Dosis obat yang akan diberikan harus sesuai dengan kondisi dan dalam batas

yang direkomendasikan, atau sesuai resep dokter. Perawat harus dengan teliti

dan akurat dalam menghitung jumlah dosis yang akan diberikan, lakukan

double check. Benar dosis pada pasien skizofrenia adalah dosis yang

diberikan pada pasien tertentu sesuai dengan penyakit dan kebutuhan

penyembuhan.

4) Benar Cara / Rute

Perawat hanya diperbolehkan untuk memberikan obat pada rute yang telah

diresepkan atau diinstruksikan, sebelumnya perawat harus memahami

perbedaan antara rute seperti tingkat penyerapan, sehingga apabila rute yang

diinstruksikan tidak sesuai dengan cara yang direkomendasikan, perawat

2
dapat mengingatkan dokter, selain itu apabila terdapat instruksi obat yang

tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengkonsultasikannya

kepada dokter. Benar cara pemberian obat pada pasien skizofrenia adalah

disesuaikan dengan obat yang telah diresepkan apakah peroral atau

disuntikan.

5) Benar Waktu

Pemberian obat pada pasien skizofrenia disesuaikan dengan waktu yang telah

ditentukan, baik waktu paruh obat, atau waktu diberikan obat. Perhatikan

diberikan sebelum makan, setelah makan, atau bersamaan dengan makan.

Kontraindikasi juga harus diperhatikan misalnya, jadwal pemeriksaan lab,

puasa, dan sebagainya. Pemberian pada waktu yang salah juga dapat

dikategorikan kesalahan dalam pemberian obat. Benar waktu pada pasien

skizofrenia adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan pada

waktu yang telah dianjurkan untuk diminum oleh pasien.

6) Benar Dokumentasi

Dalam mendokumentasikan, perawat dengan tepat menuliskan nama pasien,

dosis yang diberikan, rute, waktu, dan respon pasien terhadap obat dan efek

samping obat, menuliskan nama pemberi obat, waktu pemberian obat, dan

tanda tangan perawat.

2
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Niven (2008), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan sebagai

berikut:

1) Pendidikan

Usaha sadar dan terancam untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta

ketrampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2) Dukungan Keluarga

Faktor yang berpengaruh dalam menentukan keyainan dan nilai kesehatan

individu, dapat juga menentukan program pengobatan yang dapat mereka

jalani dan terima.

3) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil atau terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu dari pengalaman dan penelitian

serta pendidikan. Menurut fungsinya pengetahuan adalah dorongan dasar

untuk ingin tahu, mencari penalaran dan mengorganisasikan pengalamannya

sehingga menemukan konsistensi.

4) Modifikasi Faktor Lingkungan Sosial

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman, serta kelompok

pendukung dapat dibentuk agar tercipta kepatuhan dalam program

penngobatan.

5) Perubahan Model Terapi

2
Program pengobatan atau terapi dapat dibuat menjadi sederhana dan

penderita akan terlihat aktif dalam program pengobatan

6) Meningkatkan Interaksi Professional Kesehatan dengan Pasien

Hal untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah menerima informasi

tentang diagnosis. Merupakan penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana

pengobatan atau terapi yang dapat meningkatkan kepatuhan.

7) Usia

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja. Masyarakat yang lebih dewasa atau

memiliki kedewasaan akan dipercaya daripada seseorang yang belum cukup

tinggi tingkatan kedewasaannya.

3. Konsep Pengetahuan Keluarga

a. Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan

darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi

satu sama yang lain (Harmoko, 2012). Keluarga merupakan suatu ikatan atau

persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan

jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang

sudah sendiri dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan

tinggal dalam sebuah rumah tangga (Dion dan Betan, 2013). Keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang

bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan

2
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga

(Friedman, 2013).

2
Keluarga memiliki tipe dan bentuk keluarga, diantaranya adalah:

1) Keluarga inti (Nuclear Family)

2) Keluarga Besar (Extended Family)

3) Keluarga bcrantai (Serial Family)

4) Keluarga duda / janda (Single Family)

5) Keluarga berkomposisi (Composite Family)

6) Keluarga kabitas (Cahabitation Family)

Keluarga mempunyai fungsi yang penting untuk setiap anggota keluarganya.

Fungsi keluarga menurut Dion dan Betan (2013), sebagai berikut:

1) Fungsi Afektif

Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan keberlangsungan unit

keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikologis

anggota keluarga

2) Fungsi Sosialisasi

Merupakan fungsi yang melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.

3) Fungsi Ekonomi

Kebutuhan dalam keluarga mencakup kebutuhan makan, pakaian, tempat

berlindung yang aman dan nyaman (rumah). Keluarga dalam menjalani

fungsinya dengan mencari sumber penghasilan, serta menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang seperti pendidikan

anak dan jaminan hari tua.

2
4) Fungsi Reproduktif

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga,

dan keberlangsungan masyarakat. Komponennya adalah meneruskan

keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi

keluarga, merawat keluarga.

5) Fungsi Perawatan Keluarga

Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar

tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Selain itu, Harmoko (2012), menyatakan ada lima pokok tugas kesehatan

keluarga yaitu sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau

kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam

Nurroh 2017). Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah

hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

3
indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan

adalah berbagai macam hal yangdiperoleh oleh seseorang melalui panca indera.

Enam tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif. (Notoatmodjo, 2014),

yakni:

1) Tahu (know)

Tahu atau mengetahui adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tingkat ini adalah pengetahuan tingkat mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

2) Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang hal atau obyek

yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar.

Seseorang dalam tingkatan ini dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, memperkirakan, dan sebagainya terhadap obyek yang

dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Kemampuan untuk menggunkan materi yang telah dipelajari pada kondisi dan

situasi yang sebenarnya atau nyata. Seseorang dapat menggunakan hukum-

hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.

3
4) Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materiatau suatu obyek ke dalam komponen

– komponen, akan tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu dengan yang lain.

5) Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan atau meletakkan bagian didalamsuatu

bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu bentuk kemampuan

menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau obyek. Penentuan penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan, antara lain:

1) Faktor Internal

a) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berpikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang

belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).

3
b) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best teacher),

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang

dihadapai pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

c) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang

akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai

yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).

d) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Menurut Thomas

2007, dalam Nursalam 2011). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan

berulang dan banyak tantangan (Frich 1996 dalam Nursalam, 2011).

Seseorang berkerja dengan bidang yang berbeda ini akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan tiap individu.

3
e) Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-

laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun

kultural. Pemahaman pengetahuan dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin,

karena persepsi laki-laki dan perempuan sering berbeda.

2) Faktor Eksternal

a) Informasi

Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2010) informasi

merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.

Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat

pengetahuan terhadap suatu hal.

b) Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa pengalaman dan hasil

observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat) bahwa perilaku seseorang

termasuk terjadinya perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-

pengalaman seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan

non fisik)

c) Sosial Budaya.

Tingkat pengetahuan akan semakin tinggi apabila seseorang semakin tinggi

tingkat pendidikan dan status sosialnya

3
B. Tinjauan Islami

1. Skizofrenia

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan

yang tercermin dalam bentuk perilaku, baik perilaku yang tampak maupun yang

tidak tampak. Meneguhkan eksistensi jiwa dalam muatan aktivitasnya, Allah

SWT berfirman dalam QS. Asy-Syams [91]: 7-10:

)01(‫خاب م سا َ ها‬ )9(‫)َقذْ أ ْ َّ ها‬8(‫)َفأَ ْل َه جى وتَ ْق ها‬7(‫ونَْ ف َ َّ ها‬


‫ْن د‬ ‫َوقَذ‬ ‫ْفلَح ن كا‬ ‫َم َها ف َسها َىا‬ ‫ٍس م ىا‬
‫ص‬ ‫ا س‬
‫م‬ ‫و‬
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah Swt.,

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Maka

sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya

merugilah orang yang mengotori jiwanya”.

Ayat tersebut menyatakan bahwa dalam penciptaan jiwa, Allah SWT,

telahmngilhamkan jalan kefasikan dan ketakwaan kepada-Nya. Dengan adanya

kefasikan dan ketakwaan memunculkan sikap, perilaku, dan penampilan manusia

yang bisa dilihat secara kasat mata. Ketika manusia dengan ketakwaan diri,

dirinya akan beruntung karena pancaran ketakwaan ini. Namun sebaliknya,

ketika kefasikan mendominasi, maka manusia akan merugi karena tidak mau

menjaga dan membina jiwanya, membiarkan, dan mengotorinya.

Sehat secara mental dan spiritual, terbebas dari penyakit rohani adalah

keinginan setiap orang, karena dengan jiwa yang sehat seseorang dapat menjalani

kehidupan dengan baik. Sedangkan Al-Qur‟an diturunkan Allah SWT kepada

3
Nabi Muhammad SAW., untuk segenap umat manusia. Dalam Al-Qur‟an

termaktub ayat-ayat yang mengupas sifat penciptaan manusia, menerangkan

3
tentang jiwa manusia, penyakit jiwa, menerangkan penyebab-penyebab

penyimpangan penyakit jiwa serta metode pendidikan dan penyembuhan jiwa.

Sehingga al-Qur‟an bisa sebagai petunjuk untuk memahami tabiat manusia

sekaligus sebagai pengobat atau terapi jiwa manusia (Muhammad Utsman Najati,

2005: 19)

2. Pengetahuan dan Keluarga.

Keluarga merupakan wahana yang menyediakan kebutuhan biologis anak,

dan memberikan pendidikannya sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang

dapat hidup dalam masyarakat sambil menerima dan mengolah serta mewariskan

kebudayaannya. Keluarga merupakan pendidikan pertama dan bersifat alamiah.

Karenanya keluarga harus diselamatkan dan terjaga kesakinahannya guna

menjaga keberlangsungan pendidikan anak-anak, dan masa depan semua anggota

keluarga. Sebagaimana firman Allah dalam surah at-Tahrim ayat 6 yang

berbunyi:
‫َك‬ َ‫واَ ْ ه ِل ْي وُق ْىدُ َ ها وا ْل جا عل‬ ُ ‫يٰٓاَ ُّي َها ال ن ٰ ا َمنُ ْىا ق‬
َ ‫دذ َ ي ُ وْ ى‬ ‫ل‬
‫غ‬
‫اد ْص‬ ‫َظا‬ ‫النَّا ِح س َسة ْي‬ ‫ُك ْم َ نا ًسا‬ ‫ْٰٓىا َا ْنف ك‬ ‫ِز ْي‬
‫غ‬ ˜ ‫َها‬ ‫ْم‬
‫مٰ ل‬
‫َِٕكى‬ ‫س‬

َ ‫ما ُي ْؤ َم ُشْ و‬
ُ‫َ صل‬ ‫مآٰ َا َم‬ ‫َلّٰال‬
‫ْى و‬ ُ ‫َش‬
‫ه ْم‬
‫َي ْ ف‬

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang


3
diperintahkan.”

3
Keluarga sebaiknya selalu mendampingi antar anggotanya dan jangan

meninggalkan yang lemah karena satu dan lain hal, sesuai dengan firman Allah

pada Q.S An-Nisa‟ Ayat 9 :

9 ‫سِ ذ ْيذًا‬
‫ْ ل َ ّٰ و ْلَ يقُ ْىلُ ْىا َ ق‬ ْ‫ض خاُف علَي‬ ‫ َو ْلَ يخ ش تَ َش ُك ْ خ ْل ِف ِه ْم‬.
ًَ ‫ْى‬ ‫َيتَ ّقُىا لال‬ ‫ْىا ِه ْْۖ م‬ ‫ٰصًفا‬ ً ‫الَِّ ز ْىا ن لَ ْى ن ُر ِ ّ سَّ ي‬
‫ْي‬
‫م‬

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka

meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir

terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa

kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."

3. Kepatuhan Minum Obat.

Islam adalah agama yang lengkap. Islam tidak hanya menjelaskan tentang

cara bertauhid dan bersosial belaka, tetapi lebih dari itu, juga memperhatikan

aspek-aspek kesehatan dan pengobatan. Pada dasarnya al-Qur‟an yang

merupakan sumber segala hukum dan pengetahuan dalam Islam, sebenarnya

adalah obat segala macam penyakit. Islam telah menetapkan etika dalam dunia

kedokteran. Di antaranya: dokter harus menguasai penyebab penyakit dan jenis-

jenisnya, memperhatikan kondisi pasien, tidak hanya menghilangkan penyakit si

pasien, mencegah penyakit si pasien, juga mencegah penyakit lain yang muncul

karena pengobatan, mengobati dengan cara yang lebih ringan terlebih dahulu,

memperhatikan tingkat kekuatan obat dan sebagainya. Rasulullah Saw adalah

orang pertama dalam sejarah yang menyeru melakukan penelitian ilmiah. Ini

3
dapat dilihat dari banyaknya hadith Rasulullah yang meletakkan dasar-dasar

penting bagi ilmu kedokteran modern.

4
Rasulullah SAW bersabda:

›¹´ ˚‫ﻪ‬ :˚ ´ '´ ˚ :˚ ´


t !¸ › t ¹
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan

penawarnya.” (HR Bukhari).

Hadist ini menegaskan adanya obat bagi setiap macam penyakit. Ini berarti

bahwa manusia apabila ingin mencari pengobatan, pasti akan menemukan obat

atau penawarnya.

4
C. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, untuk penelitian ini dibuat

kerangka konsep yaitu:

1. Variabel bebas: Pengetahuan Keluarga

2. Variabel terikat: Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia.

Di bawah ini dijelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti, sehingga

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor – Faktor Yang Pengetahuan keluarga dengan indikator kepatuhan minum obat:
Mempengaruhi Kepatuhan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia :
: Benar Pasien
Benar Obat Patuh
1. Pendidikan Benar Dosis Tidak Patuh
2. Dukungan Keluarga Benar Cara/Rute
3. Benar Waktu
3. Pengetahuan Benar Dokumentasi
Keterangan :
4. Modifikasi
Lingkunga
n
5. Perubahan: Diteliti
Model Terapi
6. Meningkatkan
: Tidak Diteliti
Interaksi Profesional
Kesehatan dengan
Pasien
: Berhubungan
7. Pendidikan

: Berpengaruh

4
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Strategi Pencarian Literature

1. Analisis Masalah

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOST, yang terdiri

dari:

a. Population/Problem yaitu keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita

skizofrenia

b. Intervention dalam study ini tidak ada

c. Comparation yaitu tidak ada faktor pembanding

d. Outcom yaitu kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia

e. Study design yaitu cross sectional

f. Time yaitu rentang waktu antara 1 Januari 2016 sampai 31 Desember 2021

4
PICOST JENIS DATA
Population Keluarga pada pasien skizofrenia
Intervention -
Comparation -
Output Kepatuhan Minum Obat
Study Cross Sectional
Time 1 Januari 2016 sampai 31 Desember 2021
Tabel 3. 1
Format PICOST dalam Literature Review

2. Kata kunci dan database

Dalam pencarian jurnal menggunakan kata kunci (AND, OR NOT or AND

NOT) yang dipakai untuk lebih detail lagi dalam pencarian jurnal dan dapat

mempermudah pencarian jurnal yang diinginkan. Kata kunci yang digunakan

adalah dalam bahasa Inggris “Family Knowledge and Medication Compliance and

Schizophrenic”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia “Pengetahuan Keluarga dan

Kepatuhan Minum Obat dan Skizofrenia”

Database merupakan data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini.

Dimana data yang didapatkan tidak langsung terjun pengawasan, tetapi mengambil

data penelitian terdahulu yang telah terlaksana. Sumber data yang digunakan

menggunakan database Google Scholar dan PubMed yang berupa artikel atau

jurnal.

4
Kata Kunci

Pengetahuan Keluarga Kepatuhan Minum Obat Skizofrenia

Family Knowledge Medication Compliance Schizophrenia

Tabel 3.2
Kata Kunci dalam Pencarian Literature Review

B. Kriteria Literature

Kriteria artikel yang akan dicari dan digunakan sebagai sumber literature review

disusun dalam bentuk kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dan eksklusi yang

disusun untuk mendapatkan artikel yang dipilih adalah:

1. Kriteria Inklusi

a. Diakses dari search engine Google Scholar dan PubMed.

b. Subjek keluarga pada pasien Skizofrenia.

c. Naskah fulltext.

d. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

e. Tahun terbit 1 Januari 2016 sampai 31 Desember 2021.

f. Terakreditasi National atau International.

2. Kriteria Ekslusi

a. Naskah dalam bentuk abstrak atau tidak dapat diakses.

b. Artikel tidak sesuai topik penelitian.

c. Artikel dengan bentuk naskah publikasi.

d. Artikel yang dikunci atau menggunakan password dan berbayar.

4
3. Penilaian Kualitas/Kelayakan

Penilaian kualitas literature menggunakan JBI Critical Appraisal (Penggunaan

alat menyesuauikan jenis study yang digunakan). Analisis kualitas atau kelayakan

menggunakan checklist daftar penilaian penelitian Cross Sectional dengan

beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi. Setidaknya literature yang

dapat digunakan adalah literature yang memiliki nilai minimal 50% untuk

memenuhi kriteria yang telah disepakati. Hasil studi literatur dari 2 database

dilakukan screening judul menyeluruh dengan menggunakan keyword

teridentifikasi, didapatkan beberapa artikel yang dianggap peneliti bisa

memberikan kontribusi data artikel terkait hasil yang ingin dicapai peneliti, berikut

rincian perolehan artikel dari 2 database.

a. Google Scholar ada 809 artikel

b. PubMed ada 22 artikel

4
C. Seleksi Literature (PRISMA)

1. Hasil Pencarian Artikel

Jumlah
Jumlah Artikel
Artikeldari
Skrining yangSearch Engine: Artikel Jumlah
Jumlah Google ScholarArtikel
(n= 809)dari database PubMed (n=22)
duplikat
Identifikasi setelah ceking
duplikasi (n=33)
(n=798)

Jumlah Artikel setelah Jumlah Artikel yang


Kelayakan diskrining (inklusi) dieliminasi

(n= 21) (n=12)

Jumlah Artikel sesuai uji Jumlah Artikel yang


Diterima kelayakan dieliminasi
Gambar 3.1
(n= 7) (n=14)

Diagram PRISMA
Jumlah Artikel sesuai
uji kelayakan
(n=7)

4
2. Proses Pengumpulan Data Literature Review

Penelitian ini proses pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut:

a. Penyusunan Literature Review sesuai topik yang telah disetujui antara

pembimbing dan mahasiswa.

b. Menentukan kata kunci dan kriteria literature yang digunakan menggunakan

PICOST.

c. Menentukan database yang akan digunakan.

d. Melakukan pennyisiraan literature menggunakan guideline PRISMA dan

penilaian kelayakan menggunakan JBI Critical appraisal.

e. Melakukan analisis literature dan pelaporan hasil literature review.

4
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pada penelitian ini dilakukan seleksi artikel dengan kata kunci yang
digunakan adalah dalam Bahasa Inggris “Family Knowledge AND Medication
Compliance AND Schizophrenic”. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia
“Pengetahuan Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat dan Skizofrenia”.
Pengumpulan jurnal menggunakan database Google berjumlah 809 jurnal dan
menggunakan database PubMed berjumlah 22 jurnal, jumlah jurnal dari kedua
database adalah 831 jurnal. Kemudian jurnal yang dapat diunduh dilakukan
ceking duplicate menggunakan mendeley terdapat 798 jurnal yang duplikasi, lalu
dilakukan skrining menggunakan kriteria inklusi terdapat 21 jurnal yang sesuai.
Seluruh jurnal yang telah lolos skrining inklusi, kemudian masuk ke tahap
kelayakan. Pada tahap ini jurnal dilakukan uji kelayakan menggunakan JBI
Critical Appraisal Checklist For Analytical Cross Sectional Studies. Setelah
melakukan uji kelayakan, peniliti mendapatkan 7 artikel yang relevan dengan
topik penelitian ini. Jumlah rata-rata peserta adalah 50-65 responden. Setelah
dilakukan seleksi, artikel dikumpulkan dan dibuat ringkasan artikel yang meliputi
judul, nama penulis, tahun terbit, negara, bahasa, tujuan penelitian, jenis
penelitian, pengumpulan data, populasi atau jumlah sampel dan hasil.

4
1. Hasil Literature Review

Metode
Tujuan Jumlah Sampel
No Judul/Penulis/Tahun Negara Bahasa Jenis Penelitian Pengumpulan Populasi
Penelitian Hasil
Data

1. a. Hubungan Tingkat Indonesia Indonesia Untuk Penelitian ini Pengumpulan Populasi dalam Hasil penelitian ini
Pengetahuan mengetahui menggunakan data penelitian menunjukkan
Keluarga dengan tingkat metode menggunakan adalah semua bahwa responden
Kepatuhan Minum pengetahuan penelitian kuesioner dan keluarga pasien yang memiliki
Obat Pasien keluarga deskriptif dianalisa skizofrenia yang pengetahuan baik
Skizofrenia Di Poli dengan analitik dengan menggunakan datang berjumlah 23
Jiwa RSUD kepatuhan rancangan cross chi-square. berkunjung di responden, dimana
Salewangan Maros. minum obat sectional study. Poli Jiwa RSUD terdapat 95,7%
b. Fausia, Hasanuddin, pasien Salewangan yang mengatakan
Darwis. skizofrenia di Maros sebanyak pasien patuh minum
c. 2020 Poli Jiwa 168 keluarga obat. Hasil uji
RSUD dengan jumlah statistik dengan
Salewangan sampel Chi-square
Maros sebanyak 63 diperoleh nilai
keluarga. ρ=0,017, maka ada
hubungan tingkat
pengetahuan
keluarga dengan
kepatuhan minum
obat.

Metode
Tujuan Jumlah Sampel
No Judul/Penulis/Tahun Negara Bahasa Jenis Penelitian Pengumpulan Populasi
Penelitian Hasil
Data
2. a. Pengetahuan Indonesia Indonesia Penelitian ini Desain Alat Populasi dalam Hasil penelitian ini
Keluarga Tentang bertujuan penelitian yang pengumpulan penelitian ini diperoleh,
Halusinasi untuk digunakan data dengan adalah seluruh pengetahuan
Berhubungan mengetahui adalah deskriptif menggunakan keluarga yang responden tentang

5
dengan Kepatuhan hubungan korelasi dengan kuesioner yang membawa skizofrenia
Minum Obat Pasien pengetahuan pendekatan sudah di uji pasien mayoritas baik
Skizofrenia. keluarga cross–sectional. validitas dan skizofrenia sebanyak 69 orang
b. Jek Amidos tentang reabilitas. berobat ke (59,5 %), tingkat
Pardede. skizofrenia poliklinik kepatuhan pasien
c. 2019 dengan Rumah Sakit minum obat
kepatuhan Jiwa Medan. halusinasi
minum obat Sampel mayoritas patuh 72
pasien sebanyak 116 orang (62,1 %) dan
halusinasi. orang dan uji statistik Chi–
pengambilan square
sampel dengan menunjukkan
purposive (ρ=0,001;ρ <0,005).
sampling. Maka ada hubungan
yang signifikan
antara pengetahuan
keluarga tentang
skizofrenia dengan
kepatuhan pasien
minum obat pasien
halusinasi.

Metode
Tujuan Jumlah Sampel
No Judul/Penulis/Tahun Negara Bahasa Jenis Penelitian Pengumpulan Populasi
Penelitian Hasil
Data
3. a. Hubungan Indonesia Indonesia Untuk Jenis penelitian Pengumpulan Populasi dalam Ada hubungan
Pengetahuan dan mengetahui yang digunakan data dilakukan penelitian ini pengetahuan
Dukungan Keluarga hubungan adalah dengan adalah 47 orang dengan tingkat
Dengan Tingkat pengetahuan kuantitatif, wawancara yang mengalami kepatuhan minum
Kepatuhan Minum dan dukungan dengan metode kepada gangguan jiwa obat pada pasien
Obat Pada Pasien keluarga Deskriptif responden dan di Puskesmas jiwa dengan Uji
Jiwa dengan tingkat Analitik dengan dengan Bilokka Fishers Exact Test
b. Syamson, M M, kepatuhan menggunakan menggunakan Kabupaten dengan tingkat
Rahman, R minum obat desain daftar Sidenreng kemaknaan ρ<α
c. 2018 pada pasien penelitian Cross pernyataan Rappang. (0,05) didapatkan
jiwa sectional (kuesioner) yaitu 0,012 < 0,05

5
dan ada hubungan
dukungan keluarga
dengan tingkat
kepatuhan minum
obat pada pasien
jiwa dengan uji
fishers exact test
dengan tingkat
kemaknaan ρ<α
(0,05) yaitu 0,016
<0,05.
Metode
Tujuan Jumlah Sampel
No Judul/Penulis/Tahun Negara Bahasa Jenis Penelitian Pengumpulan Populasi
Penelitian Data Hasil
4. a. Pengaruh Terapi Indonesia Indonesia Penelitian ini Penelitian ini Instrumen Terdapat 84 Hasil uji terapi
Psikoedukasi bertujuan menggunakan penelitian responden pada menunjukkan
Keluarga untuk studi kuantitatif menggunakan penelitian ini, kepatuhan minum
Skizofrenia mengetahui yang check list jadwal dan terbagi obat ODS paranoid
Paranoid Terhadap pengaruh menggunakan minum obat menjadi 42 pada kelompok
Kepatuhan Minum terapi desain sesuai dosis. responden intervensi dan
Obat Pasien psikoedukasi eksperimental dalam kelompok kontrol setelah
b. Mubin, Dkk keluarga dengan intervensi dan diberi terapi
c. 2019 skizofrenia randomized pre 42 responden psikoedukasi
paranoid post control dalam kelompok keluarga skizofrenia
terhadap group design. kontrol paranoid,
peningkatan kepatuhan minum
kepatuhan obat kelompok
minum obat intervensi lebih
ODS paranoid. baik dan
berpengaruh secara
bermakna
dibanding
kelompok kontrol
(ρ=0,00).

5
Metode
Tujuan Jumlah Sampel
No Judul/Penulis/Tahun Negara Bahasa Jenis Penelitian Pengumpulan Populasi
Penelitian Data Hasil
5. a. Families And USA Inggris Studi ini Cross Sectional Purposive 34 peserta – 14 Temuan dari
Edication Use And mengeksplora- sampling diad (14 pasien penelitian ini lebih
Adherence Among si persepsi Dengan dan 14 anggota lanjut
Latinos with pengobatan wawancara keluarga kunci), menggambarkan
Schizophrenia dan kepatuhan selain itu 6 pentingnya
b. Hernandez, di antara orang anggota keterlibatan
Mercedes & Barrio, Latin dengan keluarga kunci keluarga dalam
Concepción skizofrenia diwawancarai penggunaan obat.
c. 2017 dan anggota meskipun pasien Manajemen
keluargadekat. tidak ada. pengobatan dan
pengambilan
keputusan bersama
harus didiskusikan
secara terbuka
dengan keluarga
dan pasien dengan
cara yang sesuai
secara budaya
dalam hubungannya
dengan pengobatan
berbasis bukti.
Metode
Tujuan Jumlah Sampel
No Judul/Penulis/Tahun Negara Bahasa Jenis Penelitian Pengumpulan Populasi
Penelitian Data Hasil
6. a. Hubungan Indonesia Indonesia Penelitian ini Jenis penelitian Pengumpulan Penelitian ini 286 responden
Dukungan Keluarga bertujuan yang digunakan data adalah menggunakan menunjukkan
dengan Tingkat untuk adalah pedoman teknik non secara statistik di
Kepatuhan Minum mengetahui penelitian kuesioner yang probality dapatkan nilai p
Obat Pada Pasien pengaruh Descriptif telah berisi sampling yaitu value sebesar 0,008
Skizofrenia dukungan Corelation sejumlah teknik yang karena ρ<α yaitu
b. Adianta, I Ketut keluarga dengan metode pernyataan tidak memberi 0,05 maka Ha
Alit & Putra, I terhadap pendekatan tertutup (closed kesempatan diterima yaitu ada
Made Sedana tingkat Cross Sectional ended question). yang sama bagi hubungan

5
c. 2018 kepatuhan anggota dukungan keluarga
minum pasien populasi untuk dengan tingkat
dengan dipilih menjadi kepatuhan minum
Skizofrenia sampel. Maka obat pasien
terdapat 286 skizofrenia di
responden pada Rumah Sakit Jiwa
penelitian ini provinsi Bali Tahun
2015.
Metode
Tujuan Jumlah Sampel
No Judul/Penulis/Tahun Negara Bahasa Jenis Penelitian Pengumpulan Populasi
Penelitian Hasil
Data
7. a. Hubungan Faktor- Indonesia Bahasa Tujuan Penelitian ini Tehnik Untuk Responden
Faktor Yang Indonesia penelitian ini menggunakan pengambilan populasinya pengetahuan rendah
Memengaruhi untuk mencari desain deskriptif sampel pasien yang dengan tidak patuh
Kepatuhan Minum hubungan korelatif. Desain menggunakan bersedia minum obat
Obat Dengan faktor-faktor deskriptif metode menjadi sebanyak 2 orang
Kepatuhan Pasien yang korelatif adalah accidental responden, (50%), pengetahuan
Skizofrenia Yang memengaruhi menguji sampling pasien rendah dengan
Mengalami kepatuhan hubungan antara dengan total skizofrenia patuh minum obat
Halusinasi Di Rs minum obat variabel dalam sampel 24 mengalami sebanyak 2 orang
Husada dengan sebuah orang. halusinasi pada (50%), responden
b. Setyaningsih, Tri kepatuhan kelompok Alat tahap pengetahuan sedang
dkk pasien dengan tujuan pengumpulan comforting, dengan tidak patuh
c. 2018 skizofrenia untuk data dengan pasien dirawat minum obat
yang mendeskripsi- menggunakan di ruang Nusa sebanyak 3 orang
mengalami kan variabel- kuesioner yang Indah RS (42,9%), responden
halusinasi di variabel sudah di uji Husada Jakarta, pengetahuan sedang
RS Husada validitas dan kooperatif saat dengan
reabilitas. dilakukan patuhminum obat
penelitian. sebanyak 4 orang
Lokasi (57,1%), responden
penelitian pada yang pengetahuan
penelitian ini tinggi dengan tidak
yaitu di Ruang patuh minum obat
Nusa Indah sebanyak 1 orang
Rumah Sakit (7,7%), dan

5
Husada. responden
Penelitian pengetahuan tinggi
dengan patuh
minum obat
sebanyak 12 orang
(92,3%). Dari hasil
uji diperoleh nilai
p-value adalah
0,035 (p < 0,05),
maka ada hubungan
signifikan antara
pengetahuan
terhadap kepatuhan
minum obat pasien
skizofrenia yang
mengalami
halusinasi.
Tabel 4.1
Hasil Literature Review

5
B. Pembahasan

Literature review ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia. Berdasarkan 7

jurnal yang telah dianalisis, berikut pembahasan mengenai hubungan atau

pengaruh pengetahuan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia:

1. Analisis hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pasien skizofrenia

Berdasarkan hasil dari analisis artikel penelitian yang telah direview

hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien

skizofrenia. Menurut hasil penelitian (Syamson & Rahman, 2018), terdapat

hubungan bermakna antara pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan

minum obat pasien halusinasi, dan terdapat bahwa hubungan pengetahuan

keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien halusinasi memiliki

hubungan yang signifikan. Hasil penelitian dari (Jek Amidos P., 2019)

Pengetahuan keluarga dalam menangani dan merawat pasien skizofrenia

yang mengalami halusinasi sangat berpengaruh terhadap kesembuhan

pasien. Keluarga sebagai orang terdekat sekaligus sebagai pengawas minum

obat pasien harus mengetahui prinsip lima benar dalam minum obat yaitu

pasien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara/rute pemberian

yang benar dan waktu pemberian obat yang benar, jika hal tersebut

dilakukan oleh keluarga maupun pasien tentu harapan untuk sembuh

semakin besar. Semakin baik pengetahuan responden tentang skizofrenia

5
maka anggota keluarga semakin patuh minum obat tentunya dengan

dukungan dari keluarga.

Penelitian ini sesuai dengan teori dari Kusmarjathi (2009), mengenai

indikator kepatuhan minum obat dengan prinsip benar pasien, benar obat,

bennar dosis, benar cara/rute, benar waktu, dan benar dokumentasi. Apabila

pasien dapat memenuhi indikator tersebut maka dapat dikatakan patuh.

Untuk terpenuhinya indikator tersebut maka ada beberapa faktor yang

mempengaruhi baik internal ataupun eksternal. Teori dari Niven (2008),

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain,

pendidikan, dukungan keluarga, pengetahuan, modifikasi faktor lingkungan

sosial, perubahan model terapi, meningkatkan interaksi professional

kesehatan dengan pasien, dan usia. Dari teori tersebut sejalan dengan

penelitian dari (Fausia et al., 2020) Menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan yang baik, hal ini ada hubungan tingkat

pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia

karena keluarga dengan pengetahuan baik lebih cenderung pasiennya patuh

minum obat sedangkan keluarga dengan pengetahuan kurang lebih

cenderung pasiennya tidak patuh minum obat. Jadi dapat disimpulkan bahwa

semakin baik pengetahuan keluarga maka semakin patuh pula pasien dalam

meminum obat. Karena untuk pengetahuan sendiri menurut penelitian dari

(Fausia et al., 2020) Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan mental

merupakan awal usaha memberikan iklim kondusif bagi anggota keluarga.

Sebab keluarga adalah orang yang sangat dekat dengan pasien serta

5
dianggap paling banyak memberikan pengaruh pada kehidupan individu

pasien. Sehingga keluarga menjadi sangat penting artinya dalam membantu

perawatan dan penyembuhan pasien. Maka hal tersebut sejalan dengan

penelitian yang telah diteliti oleh (Syamson & Rahman, 2018), pengetahuan

keluarga yang baik dan tingkat kepatuhan minum obat yang teratur lebih

banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan yang

kurang, sehingga pengetahuan keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan minum obat pasien, tanpa adanya pengetahuan keluarga, keluarga

pasien gangguan jiwa tidak bisa mengontrol pasien gangguan jiwa dalam

kepatuhan minum obat, oleh karna itu di perlukan peran keluarga untuk

selalu memonitor pasien dalam mengkomsumsi obat secara teratur dan rutin

sehingga pasien patuh dalam mengkomsumsi obatnya.

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka sebagian besar artikel

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan keluarga terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia, apabila pengetahuan

keluarga baik maka kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia menjadi

patuh, sedangkan sebaliknya jika pengetahuan keluarga kurang maka

kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia menjadi kurang atau tidak

patuh.

5
C. Keterbatasan Literature Review

Dalam penelitian ini masih memiliki keterbatasan diantaranya:

1. Kurangnya literature yang diperoleh dalam Bahasa Inggris.

2. Artikel yang ditemukan rata-rata tidak sesuai dengan topik penelitian.

3. Studi tidak dilakukan dibanyak negara.

4. Banyak literature yang tidak mencantumkan variabel perancu atau

pengganggu.

5
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya

penyimpangan sangat dasar, dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan

adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. Pengetahuan pada keluarga pasien

skizofrenia adalah pemahaman bagaimana keluarga tahu mengenai skizofrenia

baik tanda gejala dan cara pengobatannya, serta pengetahuan keluarga sebagai

pengawas patuh minum obat pada pasien adalah bagaimana keluarga dapat

menerapkan prinsip benar dalam pemberian atau perawatan pada pasien

skizofrenia.

B. Saran

Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini

dengan meneliti pengaruh lain atau keterikatan hubungan terhadap kepatuhan

minum obat pada pasien skizofrenia.

6
DAFTAR PUSTAKA

Adianta, I. K. A., & Putra, I. M. S. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Riset Kesehatan

Nasional, 1(1), 1–7. https://doi.org/10.37294/jrkn.v1i1.24

Alam Putra, F., & Sukmonowati, W. (n.d.). HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT

DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA.

Fatin, N., Diniari, N. K. S., & Wahyuni, A. A. S. (2020). Gambaran stigma terhadap

penderita skizofrenia pada mahasiswa Universitas Udayana. Jurnal Medika

Udayana, 9(7), 75–79.

Fausia, Hasanuddin, & Darwis. (2020). Di Poli Jiwa Rsud Salewangan Maros. Jurnal

Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(eISSN : 2302-2531), 321–326.

Hernandez, M., & Barrio, C. (2017). Families and medication use and adherence among

Latinos with schizophrenia. Journal of Mental Health, 26(1), 14–20.

https://doi.org/10.1080/09638237.2016.1222061

Mubin, D. (2019). PENGARUH TERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA SKIZOFRENIA

PARANOID INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel INFLUENCE OF FAMILY

PSYCHOEDUCATION THERAPY SKIZOFRENIA PARANOID AGAINST

COMPLIANCE OF DRUG PATIENTS. 11(2).

Nani Hasanuddin Makassar, S. (n.d.). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN

KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN

6
SKIZOFRENIA DI POLI JIWA RSUD SALEWANGAN MAROS. In Jurnal

Ilmiah Kesehatan Diagnosis (Vol. 15).

Nomor, V., Kepatuhan, D., Obat, M., & Skizofrenia, P. (2019). Family Knowledge

about Hallucination Related to Drinking Medication Adherence on Schizophrenia

Patient. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(4), 399–408.

https://doi.org/10.37287/jppp.v2i4.183

Setyaningsih, T., Fitria, D., & Supriyanah, S. (2019). Hubungan Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Kepatuhan Minum Obat Dengan Kepatuhan Pasien Skizofrenia

Yang Mengalami Halusinasi Di Rs Husada. Jurnal Kesehatan Holistic, 2(1), 13–

29. https://doi.org/10.33377/jkh.v2i1.60

Syamson, M. M., & Rahman, R. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan

Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Jiwa. JIKP Jurnal

Ilmiah …, 7. https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/view/34

Gasril, P., & Akbar, M. G. (2021). Jurnal Kesehatan As-Shiha Hubungan Peran

Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Klien Jurnal Kesehatan As-Shiha.

Sahriana. (2021). Hubungan Peran Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien

Dengan Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Jati Baru. Jurnal Pedagogos:

Jurnal Pendidikan STKIP Bima, 3(2), 128–136.

Afconneri, Y., Khatijah, L., & Erwina, I. (2020). Faktor-Faktor Kekambuhan pada Klien

Skizofrenia. Jurnal Endurance :Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 5(2), 321–330.

6
Hatami, F., Tahmasbi, F., & Hatami Shahmir, E. (2017). 3 ¹~3i α œ¹ p p 3i
¹ ' ¹ 2 ، ¹~ ‫ ط‬œ i 3 1 ، ¹ 3 ¹ 3 * 3 ':‫ ' ﻪ‬t¹ pi i 3 p 3~
3. Neuropsychology, 3(8), 85–102. 3i α¹
http://clpsy.journals.pnu.ac.ir/article_3887.html

Rasmun, SKp (2013). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan

Keluarga. Buku dari Perpustakaan Daerah DIY

Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J . Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip dan Praktik Asuhan

Keperawatan Jiwa, Yogyakarta:Pustaka Baru Press

Yosep I & Titin Sutini. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung:Refika Aditama

6
LAMPIRAN

6
Lampiran 1 : Tool Critical Appraisal: Penelitian Cross Sectional

Reviewer : Laili Miftakhul Jannah Tanggal : 10 Februari


Penulis : Fausia, Hasanuddin, Darwis Tahun 2022

Nomor 1

JAWABAN
NO PERTANYAAN TIDA TIDAK TIDAK
YA
K JELAS ADA
Apakah terdapat kriteria inklusi
1. √
pada artikel tersebut?
Apakah pengaturan dan pemilihan
2. √
responden dijelaskan secara rinci?
Apakah terdapat penjelasan cara
3. melakukan uji validasi dan √
reliabilitas?
Apakah terdapat penjelasan
4. tentang penentuan kriteria dalam √
uji validitas reliablitas?
Apakah terdapat penjelasan
5. tentang faktor atau variabel √
perancu?
Apakah terdapat penjelasan
6. tentang cara mengatasi faktor atau √
variable perancu?
Apakah hasil diukur dengan cara
7. √
yang valid dan dapat diandalkan?
Apakah terdapat penjelasan uji
8. statistik yang digunakan dan √
sesuai?
Kesimpulan: ✓: Diterima

: Ditolak

Keterangan : Diterima

6
Lampiran 2 : Tool Critical Appraisal Penelitian: Cross Sectional

Reviewer : Laili Miftakhul Jannah Tanggal : 10 Februari


Penulis : Jek Amidos Pardede Tahun 2022

Nomor 2

JAWABAN
NO PERTANYAAN TIDAK TIDAK
YA TIDAK
JELAS ADA
Apakah terdapat kriteria inklusi
1. √
pada artikel tersebut?
Apakah pengaturan dan pemilihan
2. √
responden dijelaskan secara rinci?
Apakah terdapat penjelasan cara
3. melakukan uji validasi dan √
reliabilitas?
Apakah terdapat penjelasan tentang
4. penentuan kriteria dalam uji √
validitas reliablitas?
Apakah terdapat penjelasan tentang
5. √
faktor atau variable perancu?
Apakah terdapat penjelasan tentang
6. cara mengatasi faktor atau variable √
perancu?
Apakah hasil diukur dengan cara
7. √
yang valid dan dapat diandalkan?
Apakah terdapat penjelasan uji
8. statistik yang digunakan dan √
sesuai?
Kesimpulan: ✓: Diterima

: Ditolak

Keterangan : Diterima

6
Lampiran 3 : Tool Critical Appraisal: Penelitian Cross Sectional

Reviewer : Laili Miftakhul Jannah Tanggal : 10 Februari


Penulis : Syamson, M M & Rahman, R Tahun 2022

Nomor 4

JAWABAN
NO PERTANYAAN TIDAK TIDAK
YA TIDAK
JELAS ADA
Apakah terdapat kriteria inklusi
1. √
pada artikel tersebut?
Apakah pengaturan dan pemilihan
2. √
responden dijelaskan secara rinci?
Apakah terdapat penjelasan cara
3. melakukan uji validasi dan √
reliabilitas?
Apakah terdapat penjelasan
4. tentang penentuan kriteria dalam √
uji validitas reliablitas?
Apakah terdapat penjelasan
5. tentang faktor atau variabel √
perancu?
Apakah terdapat penjelasan
6. tentang cara mengatasi faktor atau √
variable perancu?
Apakah hasil diukur dengan cara
7. √
yang valid dan dapat diandalkan?
Apakah terdapat penjelasan uji
8. statistik yang digunakan dan √
sesuai?
Kesimpulan: ✓:: Diterima

: Ditolak

Keterangan : Diterima

6
Lampiran 4 : Tool Critical Appraisal: Penelitian Cross Sectional

Reviewer : Laili Miftakhul Jannah Tanggal : 11 Februari


Penulis : Mubin, dkk Tahun 2022

Nomor 8

JAWABAN
NO PERTANYAAN TIDAK TIDAK
YA TIDAK
JELAS ADA
Apakah terdapat kriteria inklusi
1. √
pada artikel tersebut?
Apakah pengaturan dan pemilihan
2. √
responden dijelaskan secara rinci?
Apakah terdapat penjelasan cara
3. melakukan uji validasi dan √
reliabilitas?
Apakah terdapat penjelasan
4. tentang penentuan kriteria dalam √
uji validitas reliablitas?
Apakah terdapat penjelasan
5. tentang faktor atau variabel √
perancu?
Apakah terdapat penjelasan
6. tentang cara mengatasi faktor atau √
variable perancu?
Apakah hasil diukur dengan cara
7. √
yang valid dan dapat diandalkan?
Apakah terdapat penjelasan uji
8. statistik yang digunakan dan √
sesuai?
Kesimpulan: ✓: Diterima

: Ditolak

Keterangan : Diterima

6
Lampiran 5: Tool Critical Appraisal: Penelitian Cross Sectional

Reviewer : Laili Miftakhul Jannah Tanggal : 27 Maret


Penulis : Hernandez, Mercedes & Tahun 2022
Barrio, Concepción
Nomor 9

JAWABAN
NO PERTANYAAN TIDAK TIDAK
YA TIDAK
JELAS ADA
Apakah terdapat kriteria inklusi
1. pada √
artikel tersebut?
Apakah pengaturan dan pemilihan
2. √
responden dijelaskan secara rinci?
Apakah terdapat penjelasan cara
3. melakukan uji validasi dan √
reliabilitas?
Apakah terdapat penjelasan
tentang
4. penentuan kriteria dalam uji √
validitas
reliablitas?
Apakah terdapat penjelasan
5. tentang √
faktor atau variabel perancu?
Apakah terdapat penjelasan
tentang cara mengatasi faktor atau
6. √
variabel
perancu?
Apakah hasil diukur dengan cara
7. √
yang valid dan dapat diandalkan?
Apakah terdapat penjelasan uji
8. statistik yang digunakan dan √
sesuai?
Kesimpulan: ✓: Diterima

: Ditolak

Keterangan: Diterima

6
Lampiran 6 : Tool Critical Appraisal: Penelitian Cross Sectional

Reviewer : Laili Miftakhul Jannah Tanggal : 27 Maret


Penulis : Adianta, I Ketut Alit & Putra, Tahun 2022
I Made Sedana
Nomor 10

JAWABAN
NO PERTANYAAN TIDAK TIDAK
YA TIDAK
JELAS ADA
Apakah terdapat kriteria inklusi
1. pada √
artikel tersebut?
Apakah pengaturan dan pemilihan
2. √
responden dijelaskan secara rinci?
Apakah terdapat penjelasan cara
3. melakukan uji validasi dan √
reliabilitas?
Apakah terdapat penjelasan
tentang
4. penentuan kriteria dalam uji √
validitas
reliablitas?
Apakah terdapat penjelasan
5. tentang √
faktor atau variabel perancu?
Apakah terdapat penjelasan
tentang cara mengatasi faktor atau
6. √
variabel
perancu?
Apakah hasil diukur dengan cara
7. √
yang valid dan dapat diandalkan?
Apakah terdapat penjelasan uji
8. statistik yang digunakan dan √
sesuai?
Kesimpulan: ✓: Diterima

: Ditolak

Keterangan: Diterima

7
Lampiran 7: Tool Critical Appraisal: Penelitian Cross Sectional

Reviewer : Laili Miftakhul Jannah Tanggal : 27 Maret


Penulis : Setyaningsih, Tri dkk Tahun 2022

Nomor 10

JAWABAN
NO PERTANYAAN TIDAK TIDAK
YA TIDAK
JELAS ADA
Apakah terdapat kriteria inklusi
1. pada √
artikel tersebut?
Apakah pengaturan dan pemilihan
2. √
responden dijelaskan secara rinci?
Apakah terdapat penjelasan cara
3. melakukan uji validasi dan √
reliabilitas?
Apakah terdapat penjelasan
tentang
4. penentuan kriteria dalam uji √
validitas
reliablitas?
Apakah terdapat penjelasan
5. tentang √
faktor atau variabel perancu?
Apakah terdapat penjelasan
tentang cara mengatasi faktor atau
6. √
variabel
perancu?
Apakah hasil diukur dengan cara
7. √
yang valid dan dapat diandalkan?
Apakah terdapat penjelasan uji
8. statistik yang digunakan dan √
sesuai?
Kesimpulan: ✓: Diterima

: Ditolak

Keterangan: Diterima

7
GOOGLE SCHOLAR

PUBMED

Anda mungkin juga menyukai