Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

MAKALAH ARSITEKTUR YANG SEMPURNA

DISUSUN OLEH :

NUKU PRADANA MARSAOLY

NPM : 07262311046

KELAS : B

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKHIK

UNIVERSITAS KHAIRUN

2023
I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building didorong menjadi


tren dunia, terutama bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah
lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan
membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah
dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan.

Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup


keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung
juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik
bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan
vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya.

Green architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan


tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi
pembangunan berkesinambungan.

Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang


berkelanjutan) adalah praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh
siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
renovasi, dan dekonstruksi. Praktek ini memperluas dan melengkapi desain bangunan
klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan. Tujuan umumnya
adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari
lingkungan yang dibangun pada kesehatan manusia dan lingkungan alam oleh:
* Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lain
* Kesehatan penghuni Melindungi dan meningkatkan produktivitas karyawan
* Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk
industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep
pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan
air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain building interior, pembangunan,
hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan.
Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan
sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu
dan pengondisi udara pada siang hari.

Bentuk arsitek design bangunan yang baik dan ramah lingkungan adalah
bangunan yang memperhatikan lingkungan sekitarnya seperti membuat taman di
lingkungan rumah dan gedung selain itu kurangi jumlah penggunaan kaca pada rumah
atau bangunan gedung kantor. Untuk desain interior, menggunakan interior yang
ramah lingkungan dan mengurangi pengunaan listrik yang sangat berlebihan, selain
itu gunakan bahan bahan seperti kayu, dan kurangin penggunaan kaca dan lampu atau
interior lainnya yang menggandung bahan kaca. Sedangkan pada desain eksteriornya,
dengan menghindari penggunaan bahan bangunan yang berbahaya dan diganti dengan
yang ramah lingkungan, dengan memperbanyak taman hijau dan taman yang memang
di butuhkan untuk mengatur keseimbang lingkungan sekitar.

Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana,


ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah
lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden,
green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran
berkurang, ruang hijau bertambah).

Pemilihan material yang ramah lingkungan dapat dijabarkan menjadi dua hal
yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan
sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan
dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam
ataupun bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston. Sedangkan dari
sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan
lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan
yang praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu.

Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam


menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan
bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan
anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan
sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga
baik building interior maupun eksteriornya tetap berkualitas.Bahan baku building
interior design maupun eksteriornya yang ramah lingkungan berperan penting dalam
menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi
terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam.
Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan
bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.

Konstruksi design bangunan yang berkelanjutan dilakukan dengan


penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi
emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi
sebelumnya. Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam. Bahan bangunan
juga memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan
konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi yang dikonsumsi
selama masa hidup bangunan.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui seperti apa arsitektur yang
sempurna.

C. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penulisan artikel ini adalah :

1. Apa itu arsitektur yang sempurna?


Apa saja kriteria dari arsitektur yang sempurna itu?
II
PEMBAHASAN

A. Arsitektur Yang Sempurna

Arsitektur yang sempurna adalah design arsitektur yang aman, nyaman, dan
indah bagi bangunan arsitektur itu sendiri dan lingkungan sekitar. Design arsitektur
suatu bangunan yang sempurna mencakup fungsi dan bentuk yang ramah lingkungan.

B. Kriteria Arsitektur Yang Sempurna

1. Form Follow Function & Function Follow Form

- Form Follow Function : saat seseorang atau arsitek ingin mendesain sebuah
bangunan, ia harus tau fungsi (function) bangunan tersebut terlebih dahulu supaya
bisa disesuaikan dengan bentuk (form) bangunan lainnya
- Function Follow Form : bentuk bangunan sekitar harus disesuaikan dengan
fungsi sekitar site, agar saat bangunan di desain dan terealisasi maka bangunan
tersebut tidak terlihat berbeda dengan bangunan di sekitarnya

2. Peduli Lingkungan

Kampanye green technologi juga telah membuat para arsitektur mapun


teknokrat dibidang konstruksi untuk melakukan berbagai inovasi untuk merancang
konstruksi bangunan dan memilih material bangunan yang sesuai dengan prinsip
ramah lingkungan. Sebagai contoh, berbagai instansi telah banyak mengadakan lomba
desain rumah indah, sederhana, hemat, dan ramah lingkungan.

Terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan ketika merancang sebuah


rumah. Berikut ini adalah berbagai contoh yang telah ditawarkan/dicontohkan oleh
para arsitektur yang peduli akan lingkungannya. Pertama, kita bisa meniru konsep
rumah pangung. Dengan adanya jarak antara tanah dengan lantai, maka area tanah
dibawah lantai masih bisa berfungsi untuk penyerapan air. Hal ini bisa bermanfaat
untuk mengurangi banjir. Kedua, harus diperhatikan masalah pencahayaan. Jika
rumah mempunyai titik-titik masuknya cahaya yang cukup, maka akan mengurangi
penggunaan lampu pada siang hari. Selanjutnya yang ketiga adalah masalah ventilasi,
jika pertukaran udara di rumah cukup, maka akan mengurangi penggunaan AC
maupun kipas angin, ditambah lagi jika rumah mempunyai ruang terbuka hijau maka
udara yang keluar masuk rumah akan lebih bersih begitupun suhu udara akan menjadi
lebih rendah. Masalah sanitasi juga harus diperhatikan, misalnya perancangan saluran
pembuangan air dan penempatan tempat sampah organic maupun anorganik.

Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh


terhadap efek keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya
dikampanyekan. Pertama, gunakan sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya
yang bisa diperbarui misalnya material bangunan dari kayu, bebatuan dan
semacamnya yang pada umumnya adalah material alami yang banyak terdapat di
lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya kita bisa
menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah
limbah atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.
Berikut ini adalah contoh berbagai bahan yang bisa dipilih untuk
menghasilkan sebuah rumah yang ramah lingkungan. Low E-Glass, yang bisa
digunakan untuk kaca jendela yang akan menyerap panas sehingga ruangan tidak
akan terlalu panas dan berarti penggunaan AC juga bisa dihemat. Rain Harversting
yang memanfaatkan air hujan dengan cara menampungnya dan digunakan kembali
untuk kebutuhan sehari-hari seperti menyiram tanaman sampai untuk toilet. Storage
Heating adalah penyimpanan sumber panas yang nantinya akan digunakan untuk
menghangatkan ruangan pada saat suhu dingin tiba, sehingga penggunaan mesin
penghangat ruangan (heater) dapat dikurangi. Penggunaan bahan Photocatalytic pada
permukaan dinding bagian luar yang akan mengkonversi organik yang berbahaya
menjadi tidak berbahaya.

3. Peduli Jangka Panjang

Menurut Richard Meier, kualitas arsitektur terjadi ketika arsitektur dapat


digunakan dalam rentang waktu yang lama, yang menua secara alami, original,
berkesinambungan, dan mudah digunakan.

4. Hemat Energi

Arsitektur hemat energi (energy efficient architecture) adalah arsitektur


dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi
jumlah sumber daya yang masuk akal (Enno, 1994). Dengan demikian, arsitektur
hemat energi ini berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi
tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas
penggunanya. Konsep Arsitektur Hemat Energi ini mengoptimasikan sistem tata
cahaya dan tata udara, integrasi antara sistem tata udara buatan – alamiah dan sistem
tata cahaya buatan – alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan
material dan instrumen hemat energi.

Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena jika melihat
pada penggunaan energi secara global, sektor bangunan sendiri menyerap 45 % dari
kebutuhan energi keseluruhan. Pemanfaatan energi dalam bangunan ini khususnya
untuk pemanasan, pendinginan dan pencahayaan bangunan.

Konsumsi energi yang terbesar dalam bangunan baik dalam fungsinya sebagai
hunian maupun kantor adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang digunakan
untuk pencahayaan buatan, pendinginan dan pemanasan ruang (Mintorogo, 1999).
Komposisi konsumsi energi antara kedua fungsi ini berbeda (lihat Gambar 1.2) namun
secara umum yang terbesar adalah kebutuhan listrik. Konsumsi energi terbesar pada
sebuah hunian adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik sejumlah 67,5% dari
keseluruhan konsumsi energi. Ini menunjukkan bahwa dalam perencanaan bangunan
untuk tujuan efisiensi energi yang paling harus diperhatikan adalah pengaruhnya
terhadap penghematan penggunaan energi listrik yang termasuk sebagai purchased
energy.

Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, konsep konservasi energi pada


bangunan dimulai pada tahun 1985 saat diperkenalkannya program DOE
(Departement of Energy, USA) oleh Departemen Pekerjaan Umum. Dalam rangka
meningkatkan pemahaman akan konservasi energi pada bangunan maka disusun SNI
Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan dan Petunjuk Teknis Konservasi Energi
pada Sistem Pencahayaan. Menurut SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi Energi
pada Sistem Pencahayaan, penggunaan energi sehemat mungkin dengan mengurangi
daya terpasang melalui tiga metode yaitu :

- Pemilihan lampu yang memiliki efikasi lebih tinggi dan menghindari lampu yang
dengan efikasi rendah. Dianjurkan menggunakan lampu fluoresen dan lampu
pelepasan gas lainnya.

- Pemilihan armatur yang mempunyai karakteristik distribusi pencahayaan sesuai


dengan penggunaannya, mempunyai efisiensi yang tinggi dan tidak mengakibatkan
silau atau refleksi yang mengganggu.

- Pemanfaatan cahaya alami siang hari.

Sebagaimana disebutkan diatas salah satu cara dalam metode efisiensi energi
pada bangunan adalah pemanfaatan cahaya alami siang hari dan khususnya untuk
penghematan energi listrik. Jika dilakukan secara integral dalam tahap desain
bangunan, pencahayaan alami bisa meningkatkan kualitas bangunan dengan cara :
(Lyons and Lee, 1994)

- Penghematan energi listrik dan biaya operasional - Menyediakan cahaya langsung


dan cahaya difusi dengan karakteristik alami
- Bisa disesuaikan dengan keinginan setiap orang
- Menyediakan keterhubungan dengan dunia luar dan perubahannya.

5. Green Building

Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang
berkelanjutan) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-
bangunan: mulai dari penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi,
pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang
erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua tahapan proyek. Praktik
Green Building memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan
ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan.

Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan


terciptanya konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk
konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya,
serta berbiaya rendah. Gerakan konstruksi hijau ini juga identik dengan sustainbilitas
yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan jangka pendek terhadap
resiko jangka panjang,dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak kesehatan,
keamanan dan kesejahteraan masa depan.

Konsep pembangunan berkelanjutan dapat ditelusuri dengan energi (minyak


terutama fosil) krisis dan pencemaran berwawasan lingkungan pada tahun 1970.
Gerakan green building di Amerika Serikat berasal dari kebutuhan dan keinginan
untuk lebih hemat energi dan ramah lingkungan konstruksi praktek. Ada sejumlah
motif untuk membangun hijau, termasuk manfaat lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Namun, inisiatif keberlanjutan yang modern panggilan untuk desain terpadu dan
sinergis untuk kedua konstruksi baru dan dalam perkuatan struktur yang ada. Juga
dikenal sebagai desain yang berkelanjutan, pendekatan ini mengintegrasikan
membangun siklus hidup dengan setiap praktik hijau digunakan dengan tujuan desain-
untuk menciptakan sinergi antara praktek yang digunakan.

Green building menyatukan array yang luas dari praktek, teknik, dan
keterampilan untuk mengurangi dan akhirnya menghilangkan dampak bangunan
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini sering menekankan mengambil
keuntungan dari sumber daya terbarukan, misalnya, menggunakan sinar matahari
melalui solar pasif, surya aktif, dan fotovoltaik teknik dan menggunakan tanaman dan
pohon-pohon melalui atap hijau, taman hujan, dan pengurangan air hujan run-off.
Banyak teknik lain yang digunakan, seperti menggunakan kayu sebagai bahan
bangunan, atau menggunakan beton kerikil atau permeabel dikemas bukan beton atau
aspal konvensional untuk meningkatkan pengisian air tanah. Di sisi estetika arsitektur
hijau atau desain yang berkelanjutan adalah filosofi merancang bangunan yang
harmonis dengan fitur alam dan sumber daya sekitar situs. Ada beberapa langkah
kunci dalam merancang bangunan berkelanjutan: menentukan ‘hijau’ bahan bangunan
dari sumber-sumber lokal, mengurangi beban, sistem mengoptimalkan, dan
menghasilkan di tempat energi terbarukan.

Aplikasi dari konstruksi hijau pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa
desain konstruksi yang memperoleh award sebagai desain bangunan yang hemat
energi, dimana sistem bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik
untuk pencahayaan dan tata udara.Selain itu berbagai terobosan baru dalam dunia
konstruksi juga memperkenalkan berbagai material struktur yang saat ini
menggunakan limbah sebagai salah satu komponennya, seperti pemakaian flyash,
silica fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain itu terobosan sistem
pelaksanaankonstruksi juga memperkenalkan material yang mengurangi
ketergantungan dunia konstruksi pada pemakaian material kayu sebagai perancah.

Pemakaian material/bahan bangunan yang banyak digunakan seperti kaca,


beton, kayu, asphalt, baja dan jenis metal lainnya ditengarai dapat menimbulkan efek
pemanasan global yang signifikan dan menyebabkan perubahan iklim di dunia. Ingat
kan penggunaan kaca gelap/ kaca yag dapat memantulkan cahaya matahari yang
biasanya digunkan pada gedung-gedung tinggi/bertingkat yang biasa disebut dengan
kaca film ribben. Jelas-jelas itu sangat merugikan karena menghantarkan cahaya
matahari kembali ke atmosfer bumi dan terjadilah penumpukan sehingga suhu bumi
semakin panas. Empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun
green building yaitu:

- Material

Material yang digunakan untuk membangun haruslah diperoleh dari alam,


merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, atau bahan
bangunan yang didapat secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan
material bangunan yang layak sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur
bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau
didaur ulang.
- Energi

Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan.


Selain itu, bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat
penggunaan energi (terutama untuk lampu serta AC). Untuk siang hari, jendela
sebaiknya dibuka untuk mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat
meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green building juga harus
menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi lain, serta teknologi
energi terbarukan seperti turbin angin dan panel surya.

- Air

Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan.
Cara ini akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram
tanaman atau menyiram toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air
beraliran rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet
flush hemat air atau toilet kompos tanpa air, dan memasang sistim pemanas air tanpa
listrik.

- Kesehatan

Gunakan bahan-bahan bagunan dan furnitur yang tidak beracun serta produk
dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, untuk mengurangi risiko asma,
alergi, dan penyakit lainnya. Bahan-bahan yang dimaksud adalah bahan bebas emisi,
rendah atau non-VOC, dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba
lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi
dan alat-alat pengatur kelembaban udara.

III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Arsitektur yang sempurna adalah design arsitektur yang ramah bagi lingkungan sekitar

2. Ada beberapa kriteria arsitektur yang sempurna yaitu : form follow function, function
follow form, peduli lingkunga, peduli jangka panjang, hemat energi, dan green building.
DAFTAR PUSTAKA

HTTP://DIGILIB.ITS.AC.ID/PUBLIC/ITS-MASTER-12525-CHAPTER1.PDF

HTTP://WWW.SCRIBD.COM/DOC/21749163/TEORI-ARSITEKTUR-FORM-FOLLOWS-
FUNCTION

HTTPS://ISMIY.WORDPRESS.COM/2010/10/20/BANGUNAN-ARSITEKTUR-RAMAH-
LINGKUNGAN-4/

HTTPS://FARHADTHLB.WORDPRESS.COM/2014/10/02/BANGUNAN-HEMAT-ENERGI/

HTTPS://ELSYARA15.WORDPRESS.COM/2014/02/04/MAKALAH-TENTANG-KONSEP-
PEMBANGUNAN-YANG-BERKELANJUTAN-GREEN-BUILDING/

Anda mungkin juga menyukai