AGORA: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti ISSN 1411-9722 (Print)
Vol. 21 No. 1 Juli 2023: 20-28 ISSN 2622-S00X (Online)
DOI: https://doi.org/10.2510S/agora.v21i1 14925
PENERAPAN ARSITEKTUR SURYA PASIF PADA
BANGUNAN HUNIAN VERTIKAL
(Kasus Studi : Greenhost Boutique Hotel)
APPLICATION OF PASSIVE SOLAR ARCHITECTURE IN
VERTICAL RESIDENTIAL BUILDINGS
(Case Study: Greenhost Boutique Hotel)
Ahmad Riyan Budiman', Anisa Anisa*?
'2Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
e-mail: anisa@umj.ac.id
NGORA Val21 Not bul 3005
Ditevima: 07 092022 | “Direvsi: 1101 2023 | _Disetyjui: 2503 2023 | _Ditebian: 3007 2023,
ABSTRAK
Secara geografis, Indonesia merupakan salah satu negara yang dilintasi garis khatulistiwa.
Berdasarkan hal tersebut, Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun dengan
skala yang cukup tinggi. Sayangnya, Sinar matahari yang cukup tinggi di Indonesia seringkali
‘membuat penghuni bangunan merasa tidak nyaman. Hal ini disebabkan antara lain minimnya
bukaan sirkulasi udara dan sirkulasi cahaya, schingga berdampak pada penggunaan AC yang
berlebihan. Contoh di lingkungan sckitar adalah pada bangunan hunian vertikel. Banyek
solusi yang bisa mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya ialah dengan solusi hemat
energy dan menekankan desain surya pasif. Sistem Arsitektur Surya Pasif memanfaatkan
teknik energi surya pada bangunan melalui perancangan arsitektur. Penelitian menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Pendekatan dilakukan secara deduktif dengan memahami teori
surya pasif yang diaplikasiken pada suatu contoh kemudian didapatlah kesimpulan yang
bersifat komprehensif. Langkah yang dilakukan pada analisis adalah mengidentifikasi lalu
‘menganalisis dari kasus yaitu bangunan Greenhost Boutique Hotel. Hasil dari penelitian ini
adalah Tiga bagian konsep pada arsitektur surya pasif dapat di terapkan pada bangunan
hhunian vertical, dengan ketentuan yang memperhatikan beberapa hal yaitu : (1) orientasi
bbangunan; (2) penempatan bukaan; (3) pemakaian material; (4) desain bangunan yang bisa
mengatur pencahayaan alami dan sirkulasi udara pada bangunan, Tiga konsep yang
dimaksud, yaitu sistem pemanasan, sistem pencahayaan, dan sistem pendinginan dapat
diaplikasikan dengan memberikan elemen-elemen pada dinding, selubung, maupun sekitar
bangunan. Elemen-elemen yang dimaksud antara lain, pencahayaan dan penghawaan alami
dengan sistem silang, pembentukan daerah bayangan, dan penataan vegetasi
Kata Kunci: arsitektur surya pasif, sistem pemanasan, sistem pencahayaan, sistem
pendinginan
ABSTRACT
Geographically, Indonesia is one of the counties erossed by the equator. Based om tis,
Indonesia gets sunshine throughout the year on a fairly high scale. Unfortunately, the high
sunlight in indonesia often makes building occupants feel uncomfortable. Ths is due, among
‘other things, tothe lack of openings for air circulation and light circulation, which results
in excessive use of air conditioners. Examples inthe surrounding environment are vertical
residential buildings. Many solutions can overcome this problem. one of which is energy-
saving solutions and emphasizes passive solar design. Passive Solar Architecture Systems
20Agora: Jurnal Penelitian dan Karya lmiah Arsitektur Usakti,
Volume 21, Nomor 1, Juli 2023
ilize solar energy techniques in buildings through architectural design. Research using
descriptive qualitative method. The approach is carried out deduetively by understanding
the passive solar theory that is applied to an example and then a comprehensive conclusion
is obtained. The steps taken in the analysis are to identify and then analyze the case, namely
the collective hotel building. The results of this study are that three parts of the concept of
passive solar architecture can be applied to vertical residential buildings, with provisions
that pay attention to several things, namely: (1) building orientation: (2) placement of
‘openings; (3) use of materials; (4) building design that can regulate natural lighting and air
circulation in buildings. The three concepts in question, namely the heating system, lighting
system, and cooling system can be applied by adding elements to the walls, envelope, or
around the building. The elements in question include natural lighting and ventilation with
4 cross system, forming shadow areas, and arranging vegetation,
Keywords: passive solar architecture, heating system, lighting system, cooling system
A. PENDAHULUAN
Semakin tingginya kesadaran masyarakat
dunia akan pentingnya mendirikan hunian
atau bangunan lainnya yang ramah lingkungan
dan memanfaatkan cahaya matahari alami
semakin memperkaya ragam _arsitektur.
Bangunan modem yang menjadikan faktor ini
sebagai pertimbangan dikenal dengan sebutan
Arsitektur Surya, Jika arsitektur gaya lama
‘mengandalkan banyak modifikasi_ untuk
‘melindungi diri dari berbagai faktor iklim
seperti hujan, terik matshari, angin, Arsitektur
Surya yang memanfaatkan tenaga matahari
untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik
‘yang efisien (lebih hemat energi), kencang dan
uudara panas tropis, arsitektur surya dibuat
dengan mengintegrasikan pemanfaatan energi
surya dengan teknik bangunan modern yang
‘mengarah ke matahari, memiliki ruang
sirkulasi udara yang baik, serta memiliki
tipologi arsitektur yang mendukung,
konservasi energi.
Konsep bangunan ramah lingkungan tercipta
‘melalui konstruksi dari tahap pelaksanaan,
perencanaan, dan penggunaan —produk
konstruksi ramah lingkungan, efisien dalam
penggunaan sumber daya dan energi, biaya
yang rendah, serta mencermati kesehatan dan
kenyamanan penghuninya yang
bersinambungan. (Karuniastuti, 2015). Salah
satu konsep yang dapat mewujudkan
bangunan ramah lingkungan yaitu dengan
‘menerapkan arsitektur surya pasif. Arsitektur
surya pasif akan berdampak positif pada
efisiensi energi
Secara umum efisiensi energi dapat dilihat
‘melalui 3 hal yaitu : (1) arah hadap bangunan
terhadap lintasan matahari; (2) optimalisasi
bukaan untuk pencahayaan (kenyamanan
visual) dan penghawaan (kenyamanan.
termal); (3) elemen pada bangunan yang
mengalirkan kalor serta ventilasi_silang.
(Anisa, 2022)
Lintasan matahari di lokasi yang ditalui garis
khatulistiwa tepat simetris diantara sisi yang
‘menghadap selatan dan utara. Hal ini berarti
bangunan yang tepat berada di garis
khatulistiva akan memperoleh sinar matahari
dengan jumlah yang tepat sama dalam 12
bulan pada sisi utara dan sisi selatannya
Semakin ke selatan lokasi suatu tempat
relative tethadap aris __‘hatulistiwa,
penyinaran matahari di sisi utara bangunan
akan lebih besar dibandingkan sisi selatannya.
Bangunan yang berada di sekitar khatulistiwa
hharus diusahakan untuk menerima kalor dari
‘matahari seminimal mungkin dan melepaskan
kalor dari. matahari semaksimal_mungkin
(Karyono, 2016).
Ketika sinar matahari mengenai bangunan,
materianya dapat memantulkan,
meneruskan, atau mengabsorbsi radiasi
matahari karena sifat morfologi, lokasi dan
21Ahmad Riyan Budiman: Penerapan Arsitektur Surya Pasif Pada Bangunan Hunian Vertikal (Kasus Studi
Greenhost Boutique Hotel) (20-28)
fisik bahan material. Panas yang dihasilkan
oleh matahari menyebabkan pergerakan
udara yang dapat diprediksi pada ruang
yang dirancang (Bilgic, 2003).
Desain arsitektur surya pasif terbagi
menjadi akses masuk sinar matahari,
ventilasi silang, hingga penerapan shading
yang efektif yang diintegrasikan dengan
sistem energi tambahan terbarukan dan
ramah lingkungan, Konstruksi arsitektur
pasif di Indonesia ummumnya
‘mengusahakan susunan bangunan yang
didesain untuk menanggulangi paparan
sinar matahari langsung —_tanpa
‘mengesampingkan kebutuhan penerangan
alami, Manfaat cahaya matahari tetap
terserap, namun radiasi panasnya yang
‘membahayakan dapat diminimalisir.
Pertambahan penduduk terus meningkat
dalam kehidupan perkotaan, sedangkan
lahan untuk perumahan di perkotaan
mahal, semakin sulit, dan terbatas,
sehingga penduduk perkotaan mau tidak
‘mau tinggal di kawasan perumahan yang
padat (Suhaeni, 2011). Jika kepadatan
pada suatu kota sudah —semakin
‘meningkat, maka hunian landed house
tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan
akan perumahan (Horianto dan Atmoko,
2014), Perumahan vertikal memiliki
kapasitas tinggi dan dapat merealisasikan
ruang terbuka hijau di lingkungan vertikal
(Tania dan Fermanto, 2022). Sehingga
keberadaan hunian vertikal menjadi solusi
keterbatasan Iahan perumahan. Hunian
vertikal (Vertical Dwellings). termasuk
dalam arsitektur vertikal yang bersifat
‘parasit” dimana bukan hanya soal bentuk,
ketinggian, ataupun tipologi namun juga
menekankan konteks dimana arsitektur
tersebut tumbuh (Carten, 2014),
Indonesia yang merupakan negara dengann
kepadatan penduduk tinggi dan beriklim
tropis menciptakan korelasi antara hunian
vertikal dengan penerapan desain surya
pasif pada bangunannya. Hal inilah yang
melatarbelakangi pentingnya karena itu
perlu adanya penelitian “Kajian konsep
arsitektur surya pasif pada bangunan
hhunian vertikal”
B, STUDI PUSTAKA
Desain surya pasif merupakan pendekatan
yang penting dengan cara memanfaatkan
‘material bangunan dan efek pencahayzan
matahari alam untuk — mewujudkan
lingkungan yang nyaman bagi penghuni
(Kachadorian, 1997). Penerapan konsep
arsitektur surya pasif memprioritaskan
penggunaan energi udara dan matahari
yang bisa diterapkan pada bangunan
dengan menerapkan bukean yang tepat dan
material yang dapat menyimpan dan
‘membaurkan panas dalam bangunan serta
‘memberikan suasana sejuk pada bangunan
(Bumi dan Satwikasari, 2021). Dalam
penerapannya, desain surya pasif meliputi
desain jendela, dinding, dan lantai untuk
‘membalas reaksi energi panas matahari dan
penghawaan angin, Sistem surya pasif ini
tidak melibatkan sistem mekanik dan listrik
lainnya (Niles, 1980),
Terdapat tiga cara dasar sistem
pencahayaan alami: a) Sidelighting,
Elemen bukaan berupa jendela; b)
Toplighting, Elemen bukaan yang berada
i atas bangunan; c) Peneahayaan inti,
Elemen bukaan yang berada di atas
bangunan 2 atau lebih lantai. Desain
pencahayaan ini menjadi suatu cara untuk
‘menanggulangi kurangnya pencahayaan
alami pada bangunan (Gunawan dan
Satwikasari, 2021),
Arsitektur surya pasif berkaitan juga
dengan arsitektur bioklimatik. Prinsip
desain arsitektur bioklimatik tidak lain
adalah memperhatikan kondisi iklim,
hemat energi, dan peduli lingkungan,
22Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Imiah Arsitektur Usakti,
Prinsip-prinsip desain bioklimatik harus
‘memperhatikan 5 aspek, diantaranya
adalah penentuan orientasi bangunan,
‘membuat ruang transisi, desain pada
dinding, hubungan dengan lanskap, dan
penggunaan alat bayang pasif. (Fahri dan
Satwikasari, 2022)
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif atau
kuasi kualitatif merupakan penelitian dengan
bantuan teori atau pustaka di awal proses
hingga pengumpulan data, Sedangkan analisis,
dilakukan secara kualitatif. Teori_ yang
digunakan pada penelitian ini adalah teori
tentang arsitektur surya pasif, yaitu sistem
pemanasan (Kenyamanan termal), sistem
pencahayaan (kenyamanan visual), dan sistem
pendinginan (kenyamanan penghawaan). Tiga
sistem tersebut digunakan sebagai alat dalam
‘mendeskripsikan data secara kualitatif.
Analisis pada penelitian ini menggunakan
‘metode penelitian kualitatif dengan beberapa
tahapan analisis. Data yang didapatkan baik
berupa gambar, foto, maupun hasil wawancara
hharus ditranskrip dalam bentuk deskriptif
sebelum dianalisis. Hal ini sesuai dengan
analisis data kualitatif secara manual
(MDAP),
Dalam proses menganalisis dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut : (1).
Mengkaji dan memahami teori-teori tentang
arsitektur surya pasif, (2). Mengumpulkan
konsep Arsitektur Surya Pasif yang akan
digunakan sebagai landasan—_ untuk
menganalisis objek studi asus; (3)
Mengidentifikasi dan mendeskripsikan studi
asus, hal-hal yang berkaitan dengan konsep
arsitektur surya pasif, (4). Menafsirkan
temuan dari deskripsi penerapan konsep
Arsitektur Surya Pasif
Volume 21, Nomor 1, Juli 2023
Hasil penelitian ini berupa interpretasi atau
penafsiran terhadap data tentang penerapan
prinsip arsitektur surya pasif yang diterapkan
pada bangunan greenhost Boutique Hotel
Penelitian dimulai dengan mengkaji teori
arsitektur surya pasif dan hunian vertikal
Selanjutnya melakukan observasi untuk
‘mendapatkan analisa penerapan desain surya
pasif dengan parameter sistem pemanasan,
sistem pencahayaan, dan sistem pendinginen.
Kemudian hasil akhir berupa penerapan
konsep surya pasif pada kasus.
D. HASIL PENELITIAN
Greenhost Boutique Hotel merupakan
bangunan hotel lima lantai yang terletak di
Kota Yogyakarta, Hotel ini tergolong dalam
bangunan yang ramah lingkungan terlihat dari
penerapan efisiensi, efektivitas. dan
optimalisasi menjadi kunci dasar perencanaan
perancangannya. Greenhost Boutique Hotel
berlokasi pada daerah-—Prawirotaman
Yogyakarta, yang dikenal sebagai kawasan
berkumpulnya komunitas seni serta kominitas
kreatif. Greenhost Boutique Hotel dirancang
senyaman mungkin agar para tamu merasakan
ketenangan, dapat dilihat dari sistem
pengoptimalan pada sirkulasi udara dan
pencahayaan alami. Selain itu, Greenhost
Boutique Hotel mengangkat tema khusus
vaitu city farming, dengan cara mengandalkan
pertanian kota di dalam bangunan,
Parkir area pada Greenhost Boutique Hotel
berada langsung di depan lobby bangunan,
sehingga menutupi fasade dan main entrance
lobby hotel. Terjadi_perbedaan evel
ketinggian antara area parkir dan area lobby.
Lobby hotel didesain semi outdoor dengan
tidak menggunakan penghawaan buatan dan
hanya menggunakan sedikit pencahayaan
buatan di malam hari, Pada area lobby
lantainnya tidak menggunakan keramik hanya
menggunakan acian semen. —Plafond
‘menggunakan konsep industrialis dengan cara
23Ahmad Riyan Budiman: Penerapan Arsitektur Surya Pasif Pada Bangunan Hunian Vertikal (Kasus Studi
Greenhost Boutique Hotel) (20-28)
‘mengeksposnya, schingga penggunjung dapat
‘melihat langsung cara kerja dari instalasi air.
Selain itu, agar terlihat menarik pada plafond
yang terekspos diberikan tanaman gantung
‘menggunakan bahan bekas yang sulit terurai
dijadikan sebagai wadahnya. Dinding lobby
menggunakan material batu yang disusun
secaravertikal maupun horizontal agar
terkesan artistik.
Gambar 1. Greenhost Boutique Hotel
D1, Sistem pemanasan (Kenyamanan
Thermal) Arsitektur Surya Pasif’ pada
bangunan Greenhost Boutique Hotel,
Sistem pemanasan (Kenyamanan Termal)
Kenyamanan termal adalah sebuah kondisi di
‘mana secara psikologis, fisiologis, dan pola
perilaku sescorang merasa nyaman untuk
‘melakukan aktivitas dengan subu tertentu di
sebuah lingkungan.Secara teori, manusia
‘memiliki kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan termal, Dimana system pemanasan
(Kenyamanan Termal) pada bangunan
Greenhost Boutique Hotel ialah sebagai
berikeut:
D.L1, Masa Termal Pada bangunan
Greenhost Boutique Hotel system pemanasan
(kenyamanan termal) nya menggunakan dari
salah satu prinsip arsitektur surya pasif, yaitu
Masa Termal, dimana masa termal ini
berfungsi sebagai menyimpan hawa panas
dari matahari untuk menghangatkan suhu di
dalam ruangan, yang mana penyimpanan
panas matahari itu di realisasikan pada elemen
dinding pada bangunan Greenhost Boutique
Hotel. Jadi pada saat siang hari dinding akan
‘menyimpan hawa panas dari matahari untuk
‘menghangatkan suhu di dalam ruangan, dan
pada saat malam hari suhu menurun panas
akan di lepaskan secara bertahap,
D.1.2. Penghawaan Alami Pada bangunan
Greenhost Boutique Hotel
system pemanasan yang di hasilkan dari Masa
Termal yang mana di realisasikan pada
elemen dinding berfungsi menyimpan hawa
panas matahari pada saat siang hari agar
menghangatkan suhu di dalam ruangan,
Untuk mengantisipasi suhu panas dalam
tuangan yang berlebihan, maka di gunakan
salah satu prinsip dari arsitektur surya pasif,
yaitu penghawaan alami yang di realisasikan
oleh bukaan, Bukaan berfungsi untuk
‘menyejukkan serta mengontrol suhu panas di
dalam ruangan agar tidak berlebihan. Jadi
‘masa termal yang di realisasikan pada dinding
bangunan yang berfungsi untuk menyimpan
hawa panas dari matahari di kontrol dengan
system penghawaan lami yang di
realisasikan pada bukaan agar subu di dalam
ruangan tetap sejuk, tidak terlalu panas, dan
tetap di suhu normal.
Gambar 2. Bukaan, Ventilasi, dan Vegetasi
D.1.3. Shading
Salah satu prinsip arsitektur surya pasif ialah
Shading, berfungsi untuk menepis panas dari
‘matahari yang berlebihan masuk ke dalam
bangunan, schingga suhu di dalam bangunan
tidak terlalu panas, Terdapat shading pada
bangunan Greenhost Boutique Hotel untuk
24Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Imiah Arsitektur Usakti,
‘manghalangi panas dari matahari masuk ke
dalam bangunan, sehingga suhu di dalam
ruangan tetap terkontrol dengan baik.
D.14. Vegetasi
Vegetasi merupakan salah satu prinsip dari
arsitektur surya pasif, yang bertujuan untuk
‘menciptakan keteduhan di luar bangunan serta
bisa juga memberikan keteduban di dalam
bbangunan, selain itu vegetasi juga bisa
berfungsi untuk meneduhi dinding, dan
jendela dari paparan sinar matahari. Pada
gambar di bawah ini ialah contoh vegetasi di
uar bangunan yang bertujuan untuk menedubi
dinding, jendela agar terhindari dari paparan
panas matahari schingga suhu di dalam
ruangan tetap terkontrol dengan baik, serta
untuk menyejukan bagian luar bangunan,
D2. Sistem Pencahayaan (Kenyamanan
Visual) Arsitektur Surya Pasif pada Greenhost
Boutique Hotel.
Dalam arsitektur surya pasif pencahayaan
sinar matahari adalah bentuk pemanfaatan
dalam mendesain sebuah bangunan dimana
akan —memberikan pencahyaan —_alami,
pencahyaan alami dari sinar matahari dapat
‘masuk ke dalam bangunan melalui dati
bukaan,
2.1. Bukaan Pada bangunan Greenhost
Boutique Hotel memiliki bukaan pada bagian
toplighting yang berada di tengah tengah atap
bangunan serta memiliki bukaan di sekeliling
bangunannya untuk memasukan pencahayaan
alami ke dalam bangunan, schingga bangunan
tersebut tidak mengandalkan pencahayaan
dari energy listrik tetapi hanya memanfaatkan
sinar matahari untuk penerangannya pada saat
siang hari.
Gambar 3, Letak Bukaan
D.2.2.Shading
Volume 21, Nomor 1, Juli 2023
Pada bangunan Greenhost Boutique Hotel
untuk system pencahayaannya menggunakan
salah satu prinsip dari arsitektur surya pasif
yaitu Shading, yang bertujuan untuk menepis,
panas yang di hasitkan dari sinar matahari
tetapi hanya mengambil keuntungan cahaya
dari matahari untuk pencahayaan alaminya di
Gambar 4, Shading pada bangunan
D23. Vegetasi
System pencahayaan dari Greenhost Boutique
Hotel menggunakan salah satu prinsip dari
arsitektur surya pasif, yaitu Vegetasi yang
selain berfimgsi untuk —-memberikan
‘memberikan keteduhan di dalam dan di luar
bangunan, vegetasi juga berfungsi untuk
memberikan kenyamanan visual. Di dalam
bangunan Greenhost Boutique Hotel tepatnya
berada di bawah toplighting terdapat vegetasi
yang sengaja di tanami bertujuan untuk
‘memberikan kenyamanan visual dari nuansa
ala
Gambar 5. Vegetasi di dalam bangunan
25Ahmad Riyan Budiman: Penerapan Arsitektur Surya Pasif Pada Bangunan Hunian Vertikal (Kasus Studi
Greenhost Boutique Hotel) (20-28)
D3. Sistem Pendinginan (Penghawaan
Udara) Arsitektur Surya Pasif pada Greenhost
Boutique Hotel.
Pada sebuah —bangunan _penghawaan
‘merupakan item yang penting untuk
diperhatikan seperti halnya di bangunan
Greenhost Boutique Hotel, karena untuk
‘merencanakan kenyaman di musim dingin dan
pada musim panas ketika mendesain surya
pasif pertimbangan yang harus di ambil ialah
kondisi iklim local, shading dan kondisi
angin, Bentuk yang paling sederhana pada
elemen pendinginan surya pasif dapat
‘mencakup peneduh atau overhang pada
jendela, pohon peneduh, massa termal dan
juga strategi ventilasi. Berikut ialah System
Pendinginan (Penghawaan Udara) pada
bangunan Greenhost Boutique Hotel:
D.3.1. Shading
Perangkat peneduh (shading) pada bangunan
Greenhost Boutique Hotel dapat memberikan
perlingdungan pada area bukaan untuk
‘mengurangi cahaya yang menyilaukan dan
panas matahari yang berlebih pada musim
panas, tapi masih memungkinkan matahari
‘menembus bangunan pada musim dingin.
D.3.2. Masa Termal
Masa termal dapat digunakan dalam
pendingan surya pasif untuk menyerap panas
hhingga suhu dalam ruangan menjadi sedang
selama musim panas yang di realisasikan oleh
dinding. Massa termal akan menyerap panas
‘matahari di siang hari dan mendinginkannya
pada malam hari menggunakan ventilasi
D.3.3. Ventilasi
Pada iklim dimana suhu dalam ruangan lebih
tinggi dari pada suhu luar ruangan, ventilasi
udara teknik pendinginan yang paling cocok.
Ventilasi pada dinding di posisikan
‘menghadap angin yang berhembus, serta pada
ventilasi yang berlawanan untuk meneiptakan
pergantian udara agar bisa keluar_masuk
secara bergantian.
Layout bangunan dibuat mengelilingi void
yang besar untuk menjadi sirkulasi udara dan
pencahayaan lami, Bangunan di buat
berjarak dengan tembok pagar agar
‘meminimalisit gangguan terhadap tetangga
yang berdekatan, ini juga untuk menjamin
semua ruang —mendapatkan cross
ventilation Ketinggian level dasar bangunan
ditentukan berdasarkan keinginan untuk tidak
membuang tanah galian keluar site. Air
limbah dilakukan filterisasi dikelola dalam
site digunakan untuk penyiraman tanaman,
Selain itu dilakukan pengelolaan energi listrik
secara efisien dan optimal (memanfaatkan
energi gravitasi untuk distribusi air secara
vertikal, mengurangi/menurunkan spesifikasi
beberapa pemakaian alat clcktonik dalam
interior kamar hotel seperti reftigenerator dan
AC), Selain itu secara umum material yang
digunakan dalam bangunan ini (eksterior dan
interior) di upayakan secara_ optimal
‘memanfaatkan material reuse, recycle, reduce
juga material reject.
34. Vegetasi Vegetasi merupakan salah
satu prinsip dari arsitektur surya pasif, yang
bertujuan untuk menciptakan keteduhan di
war bangunan serta bisa juga memberikan
keteduhan di dalam bangunan, selain itu
vegetasi juga bisa berfungsi untuk meneduhi
dinding, dan jendela dari paparan_ sinar
matahari, sehingga udara di dalam ruangan
dan luar bangunan tetap sejuk.
Gambar 6. vegetasi di luar bangunan
26Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Imiah Arsitektur Usakti,
E. KESIMPULAN
Sistim Arsitektur Surya Pasif (passive solar
system) merupakan suatu teknik pemanfaatan
cenergi surya secara langsung dalam bangunan
tanpa atau seminimal mungkin menggunakan
peralatan mekanis, melalui perancangan
elemen elemen arsitektur (lantai, dinding,
‘tap, langit langit, aksesoris bangunan)
bertujuan untuk kenyamanan manusia
(mengatur sirkulasi udara alamiah, pengaturan
temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi
‘matahari, penggunaan insulasi termal).
Arsitektur surya pasif memiliki konsep yang
di bagi menjadi tiga bagian, yaitu pertama
pemanasan, ke dua pendinginan, ke tiga
pencahayaan, Tiga bagian konsep tersebut
dapat di terapkan pada bangunan hunian
vertical, dengan ketentuan yang
‘memperhatikan beberapa hal yaitu : (1)
orientasi bangunan; (2) penempatan bukaan;
(3) pemakaian material; (4) desain bangunan
yang bisa mengatur pencahayaan alami dan
sirkulasi udara pada bangunan,
Sistem Pemanasan pada arsitektur surya pasif’
ditujukan untuk memberikan kenyamanan
termal, pada kasus penelitian hal ini
ditunjukkan dengan masa termal pada bagian
atap bangunan, penggunaan penghawaan
lami pada sclubung bangunan, memberikan
shading sebagai daerah pembayangan dan
penataan vegetasi di sekitar bangunan.
Sistem pencahayaan pada arsitektur surya
pasif berkaitan dengan kenyamanan visual,
antara lain pada kasus terlihat pada bukaan
pada bagian atas dan samping bangunan yang
berguna untuk ~~ memasukkan —cahaya,
pengaturan cahaya dengan menyediakan
daerah bayangan yang terbentuk dari adanya
shading pada selubung bangunan, dan
vegetasi di sekitar bangunan,
Sistem pendinginan berkaitan dengan
penghawaan udara pada bangunan. Beberapa
Volume 21, Nomor 1, Juli 2023
elemen pada kasus penelitian menunjukkan
integrasi antara ketiga sistem ini pada desain
bangunan sehingga arsitektur surya pasif
dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, A, “The Kudus Traditional House
as a Potential Tropical Building
Design for Climate Action.” Journal
Sustainability Science and
Resources, Vol 3 (2022).
Alexander Carlen, M. G," —Fertical
Dwellings,” Swedia: Lund School of
Architecture, 2014.
Bilgic, S. "Passive Solar Design Strategies
For Buildings”, 2003
Bumi, BR, Satwikasari, A,F, "Kajian
Konsep Arsitektur Surya Pasif Pada
Bangunan Mall K11 Art Mashanghai /
Kokaistudio,” Seminar Nasional Sains
dan Teknologi 2021, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17
November 2021
Fabri, M dan Satwikasari, A,F., “Kajian
Konsep Arsitektur Bioklimatik pada
Bangunan Punggol Waterway Terrace,
Singapura. Agora Vol 20 No 2
Desember 2022
Gunawan, W, and Satwikasari, A,F, . Wawan,
and S Anggana,” Konsep Arsitektur
Surya Pasif pada Bangunan Masjid Raja
Haji Fisabilillah di Malaysia,” Jurnal
LINEARS, Maret, 2021 Vol. 4, No. 1,
Hal. 43-49
Horianto, N, L., Atmoko, T, U., “Hubungan
Antara Kepadatan Manusia dengan
Kehidupan di Rumah Susun,.” Laporan
Tugas Akhir Teori Perumahan Kota.
2014. Program Studi Arsitektur,
Departemen Arsitektur, Fakultas
Teknik,Universitas Indonesia,
Karyono, T, H, “Arsitektur Tropis : Bentuk,
teknologi, kenyamanan dan Penggunaan
Energi.” Penerbit Erlangga, 2016
Karuniastut, N, " Bangunan Ramah
Lingkungan," Swara Patra, Majalah
Imiah PPSDM Migas, 5(1), 2015.
27Ahmad Riyan Budiman: Penerapan Arsitektur Surya Pasif Pada Bangunan Hunian Vertikal (Kasus Studi
Greenhost Boutique Hotel) (20-28)
Kachadorian, J” The Passive Solar House:
Using Solar Design to Cool and Heat
Your Home,” Chelsea Green,
Publishing, 2006.
P. W. Niles and K. L,"Passive Solar
California Energy
Commission, Sacramento (USA), Tech.
Rep., 1980.
Suhaeni,H., “Kepadatan Penduduk dan
Hunian —Berpengaruh —_Terhadap
Kemampuan Adaptasi Penduduk di
Lingkungan Perumahan Padat,” Jurnal
Permukiman, Vol. 6 No. 2 Agustus 2011
£93-99,
Tania, C, K,. dan Fermanto,L,, "Perancangan
Hunian Vertikal Sebagai_Tempat
Tinggal, Berkreasi, dan Berinspirasi,”
Jurnal Stupa Vol. 4, No. 1, April 2022.
hhlm: 257-270