Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM KLASIK DAN MODERN

PENDIDIKAN ISLAM DI SPANYOL

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M.A.

Disusun:

Yusril Ihza Mahendra

(09221001009)

PASCASARJANA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS TEKNOLOGI DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG

TAHUN AJARAN

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assala>mu ‘alaykum warohmatulla>hi wabaroka>tuh. Puji syukur


kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang diberikan oleh Gurutta’ dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah


Pendidikan Islam Klasik Dan Modern. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Motif prilaku dalam Al-Qur’an baik dari segi
definisi, dan motifnya, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Gurutta’ Prof. Dr. H. Abd. Rahim
Yunus, M.A. selaku Dosen Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam Klasik Dan
Modern. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Sengkang, 15 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .........................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................3
C. Tujuan .........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.......................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................5

A. Masuknya Islam di Andalusia ....................................................5


B. Perkembangan Pendidikan di Spanyol........................................7
C. Komponen-komponen Pendidikan Islam di Spanyol..................8

BAB III PENUTUP ..............................................................................12

A. Simpulan .....................................................................................12
B. Saran ...........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedatangan Islam di Spanyol telah membawa perubahan yang sangat besar,

terutama dibidang sosial dan ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Perkembangan

peradapan Spanyol Islam terbentuk bukan hanya karena sentuhan dari tradisi Arab-
Islam dengan kebudayaan masyarakat multibudaya inilah yang akhirnya terikat

menjadi satu dan membentuk kebudayaan Islam yang tinggi waktu itu. Semua ini

tidak terlepas dari kepiawaian dan dukungan dari penguasa dalam memajukan ilmu

pengetahuan dan motivasi umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan

kebudayaan, sehingga dalam waktu singkat spanyol berubah menjadi pusat

pengembangan ilmu pengetahuan Islam di belahan Barat.1

Perkembangan ilmu pengetahuan juga tidak lepas atas toleransi dan

persahabatan yang ditawarkan Islam pada penduduk pribumi yakni penduduk

Andalusia atau Spanyol. Untuk lebih jelasnya makalah ini akan membahas sekilas

masuknya Islam di Spanyol dan pengembangan pendidikan Islam pada awal

masuknya Islam sampai periode ke 3.

B. Rumusan Masalah

1
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.78.

1
1. Bagaimana Masuknya Islam di Spanyol (Andalusia) ?

2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan di Spanyol ?

3. Bagaimana Komponen-komponen Pendidikan Islam di Spanyol ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui masuknya Islam di Spanyol (Andalusia) ?

2. Untuk mengetahui Perkembangan Pendidikan di Spanyol ?

3. Untuk mengetahui Komponen-komponen Pendidikan Islam di Spanyol ?

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi kepentingan penulis sendiri untuk memberikan tambahan pengetahuan dan


wawasan secara teoritis mengenai Pendidikan Islam di Spanyol

2. Sebagai bahan informasi dan bahan kajian dasar bagi para mahasiswa didalam
mengadakan penelitian lebih lanjut.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam di Spanyol (Andalusia)

Spanyol lebih lebih banyak di kenal dengan nama Andalusia, yang diambil dari
sebutan tanah semenanjung Iberia. Julukan Andalusia ini dari kata Vandalusia yang
artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan semenanjung ini pernah dikuasai
oleh bangsa vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Gothia Barat pada abad ke
V.2

Spanyol merupakan pusat peradapan Islam selain Baghdad. Masuknya Islam di


Spanyol terjadi pada masa Khalifah Al-WalidAksiologi Ilmu Psikologi Dari Sudut
Pandang Islam

(705-715 M), salah seorang khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus.3 Ada tiga nama yang sering disebut berjasa dalam penaklukkan Spanyol,
yaitu Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair.4

Sukses Thariq bin Ziyad di masa Al-Walid (Daulat Umayyah- Damaskus) diikuti
oleh Abd Al-Rahman Al-Dakhil (penguasa pertama Daulat Umayyah-Spanyol), yang
berusaha menata sistem pemerintahan. Ia melihat masyarakat Spanyol adalah
masyarakat heterogen, baik berdasarkan strata sosial, suku, ras, maupun agama. 5 Dia
memiliki tentara yang terorganisir dengan baik yang jumlahnya tidak kurang dari
40.000 tentara bayaran Barbar dan juga membangun angkatan laut yang kuat. Gebrakan

2
Siti Maryam, dkk. Sejarah Peradapan Islam: Dari Masa Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, 2004), hlm.
69
3
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradapan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 107.
4
Tharif bin Malik: Perintis dan penyidik. Ia hanya membawa 500 tentara namun dapat membawa ghanimah
yang tidak sedikit jumlahnya. Thariq bin Ziyad Penakluk Spanyol, mampu menguasai Gibraltar yang merupakan
pintu masuk ke Spanyol. Sejarah mecatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan selesai mendarat di
wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah
„ Musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu suka”. Lihat Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradapan Islam,…., hlm. 162. Dari ketiga nama tersebut, nama terakhirlah yang sering disebut
paling terkenal, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian suku
Barbar (Muslim dari Afrika Utara) yang didukung Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim
Al-Walid. Pasukannya yang berjumlah 700 orang menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. (Carl
Brockelmann, 1980: 83 dalam Abudin Nata, 2010). Pengintaian pertama dilakukan oleh pada bulan juli 710
ketika Thariq orang kepercayaan Musa bin Nushair, gubernur terkemuka Afrika Utara. Tentara Spanyol di
bawah pimpinan Raja Roderick dapat ditaklukkan. Cordova jatuh pada tahun 711 M. Dari sana, wilayah-
wilayah Spanyol, seperti Toledo, Sevilla, Malaga dan Granada dapat dikuasai dengan mudah.
5
Siti Maryam, dkk. Sejarah Peradapan Islam: Dari Masa Klasik hingga Moder. hlm. 83

3
lain yang dilakukannya adalah mendirikan masjid agung Cordova dan sekolah di kota-
kota besar di Spanyol.6

Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi
enam periode, tetapi dalam makalah ini diberi batasan hanya sampai periode ke 3,
yaitu:

a. Periode Pertama (711-755)

Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat
oleh Khalifah bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum terkendali gangguan keamanan masih banyak terjadi di
beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakan dasar, asas dan tujuan
invansi Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak
yang tidak senang terhadap terhadap Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah
Daulah Umayyah di Damaskus.7

Pada periode ini terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik menyebabkan seringnya
terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama,
antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua
golongan yang terus- menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab
Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik,
terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol
pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk
jangka waktu yang agak lama. Oleh karena itu dalam periode ini Islam
Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang pendidikan, peradaban
dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnyaAbdurrahman al-Dakhil ke
Spanyol pada tahun 138 H/755 M.8

b. Periode Kedua (755-912 M),

6
Khambali, ,Pendidikan Pada Masa Daulah Umayah di Damaskus (661- 750 M) dan Daulah Umayah di Spanyol
(Abad Ke 7-10M), http://wacana-pendidikan-islam-indonesia.blogspot.com/2012/04/ppendidikan-islam.html,
diakses tanggal 25 Juni 2023 pkl. 16.16
7
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 111.
8
Wikepedia, Kekhalifahan Umayyah Al-Andalus dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Umayyah_Al-
Andalus, diakses tanggal 25 Juni 2023.

4
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan

Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi
gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang
berhasil lolos dari kejaran bani Abbas, ketika Bani Abbas berhasil menaklukkan Bani
Umayyah di Spanyol.9

Penguasa Spanyol periode ini:

1) Abdurrahman al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-


sekolah.

2) Hisyam I, berhasil menegakkan hukum Islam.

3) Hakam I, sebagai pembaharu bidang militer.

4) Abdurrahman al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu.

5) Muhammad bin Abdurrahman

6) Munzir bin Muhammad

7) Abdullah bin Muhammad Pada abad ke-9, stabilitas negara terganggu akibat
gerakan Martyrdom Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun pihak Gereja
tidak mendukung gerakan itu karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan
beragama. Pemerintah menyediakan peradilan hukum khusus Kristen dan tidak
dihalangi untuk bekerja sebagai pegawai pada instansi militer. Gangguan juga timbul
akibat pemberontak di Toledo, percobaan revolusi yang dipimpin Hafshun yang
berpusat di pegunungan dekat Malaga, serta perselisihan orang Barbar dan Arab.

c. Periode Ketiga (912-1013 M),

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III yang
bergelar “An-Nasir” sampai munculnya Muluk al-Tawaif (raja-raja kelompok). Pada
periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar “Khalifah”. Pada periode ini

9
Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 95.

5
juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat
Abbasiyah di Baghdad.

Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu
Abdurrahman al- Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-
1009M). Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika
Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di
tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai
pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil
menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan
menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-
keberhasilannya, ia mendapat gelar al- Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M
dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan
keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh
adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja,
negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total.

Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba
untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya
pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan
jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil
yang berpusat di kota-kota tertentu.

B. Perkembangan Pendidikan di Spanyol

Sebagai kelanjutan sebuah imperium yang kuat dengan daerahnya yang luas,
maka diperlukan setidaknya penataan politik yang mapan dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang tinggi. Menurut keterangan Amir Ali, bahwa ketika umat Islam
berkuasa di Spanyol telah mendirikan madrasah-madrasah yang tidak sedikit jumlahnya
guna menopang pengembangan pendidikannya. Madrasah- madrasah itu tersebar di
seluruh daerah kekuasaan Islam.

Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih lanjut, Khalifah


Abdurrahman III mencoba merintisnya dengan mendirikan Universitas Cordova
sebagai pusat ilmu pengetahuan. Universitas ini mengambil tempat di sebuah masjid.
Pada masa pemerintahan Al-Hakam II (961-976), universitas tersebut diperluas

6
lokasinya, dan bahkan mendatangkan para professor dati Timur (Al-Azhar dan
Nizhamiyah) sebagai dosen undangan untuk memberikan perkuliahan di sana. 10 Untuk
melaksanankan upayanya ini, ia menyediakan berbagai fasilitas yang dapat menunjang
kelancaran proses pendidikan, terutama dari berbagai guru yang didatangkan dengan
menyediakan berbagai hadiah untuk gaji. Langkah yang diambil oleh Al-Hakam II
dalam memajukan pendidikan di Spanyol Islam, kemudian diikuti oleh para penguasa
sesudahnya. Bahkan diantara para penguasa ada yang menyiapkan istananya sebagai
pesat pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Dari fenomena tersebut betapa besar perhatian para penguasa terhadap


pendidikan Islam di spanyol. Dengan kondisi ini tidak heran jika dikatakan bahwa
pertumbuhan lembaga pendidikan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan
tumbuh laksana jamur dimusim penghujan.

Berdasarkan literatur-literatur yang membahas sejarah pendidikan dan sejarah


peradaban Islam secara garis besar pendidikan Islam di Spanyol terbagi pada dua
bagian atau tingkatan, yaitu kuttab dan pendidikan tinggi yang penulis akan jelaskan,
sebagai berikut:

a. Kuttab

Pada lembaga ini, para siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu
pengetahuan, seperti fikih, bahasa dan sastra, musik dan kesenian. 11 Pada lembaga ini
siswa- siswanya mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan diantaranya adalah:

1) Fiqih

Pemeluk Islam di Andalusia menganut mazhab Maliki, maka para ulama


memperkenalkan materi- materi fikih dari mazhab Imam Malik. Santri pada
kuttab mendapatkan pelajaran yang cukup lengkap dari ulama-ulama yang ahli
dibidang ilmunya, sehingga para siswanya lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan
yang dipelajarinya, sehingga menumbuhkan minat belajar dikala itu.

2) Bahasa dan Sastra

10
Philip K.Hitti, History of the Arabs (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), hlm. 675.
11
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 263.

7
Dengan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa administrasi
dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Oleh karena itu, bahasa Arab diajarkan kepada
murid-murid dan para pelajar, baik yang Islam, maupun yang non-Islam. Dan hal ini
dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mereka rela menomor duakan bahasa asli
mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka
terampil dalam berbicara maupun dalam tata bahasa.

Mengungkapkan bahwa sudah dijelaskan mengenai sifat dinasti Umayah di


Damaskus, bahwa salah satu ciri dinasti Umayah adalah Arabisasi (Arabize atau
pengaraban). Ahmad Syalabi diantaranya menginformasikan bahwa bahasa resmi di
Spanyol adalah Arab. Oleh karena itu, pada abad IX, seorang pendeta dari Sivilia
menerjemahkan Taurat ke dalam bahasa Arab, karena hanya bahasa Arab yang dapat
dimengerti oleh murid-muridnya; dan di antara mereka hampir tidak ada yang mampu
membaca kitab suci mereka yang ditulis dalam bahasa Latin. Al-Siba‟I beragama
Kristen lebih fasih berbahasa Arab daripada orang Arab sendiri.

Beberapa aktifitas kesastraan yang lainnya juga berkembang di bawah dukungan


khilafah. Beberapa ilmuan filologi berpindah ke Spanyol, sehingga sejumlah
perpustakaan kerajaan berkembang pesat. Ilmu tata bahasa dan filologi dating dari Iraq.
Adab, atau seni menulis halus dalam gaya timur, merupakan karya pertama dalam
bahasa Spanyol oleh Ibn al- Rabbih (w. 940).

3) Musik dan kesenian

Syair merupakan ekspresi utama dari peradaban Spanyol. Pada dasarnya sya‟ir
Spanyol didasarkan pada model-model sya‟ir Arab yang membangkitkan sentiment
prajurit dan interes faksional para penakluk Arab.22Dalam bidang musik dan seni,
Spanyol Islam memiliki tokoh seniman yang sangat terkenal, yaitu Al- Hasan bn Nafi
dikenal dengan julukan Ziryab (789- 857). Setiap kali ada pertemuan dan perjamuan di
Cordova, Ziryab selalu mempertunjukkannya kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai
penggubah lagu, ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada anak- anaknya, baik lelaki
maupun perempuan dan juga kepada para budak-budak sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.

b. Pendidikan Tinggi

8
Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam di Spanyol merupakan tonggak sejarah
peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketiga
belas. Universitas Cardova berdiri megah dan menjadi ikon Spanyol, sehingga Spanyol
termasyhur keseluruh dunia. Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid
Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi
yang terkenal yang setara dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas
Nizamiyah di Baghdad. Perguruan tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi
muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika, dan
belahan dunia lainnya.

Banyak yang pantas dilirik didaerah ini, khususnya dalam bidang pendidikan.
Perpustakaannya saat itu tiada tandingannya, yang menampung kurang lebih empat juta
buku yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Buku-buku ini dikonsumtifkan untuk
seribu lebih mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Selain itu, terdapat juga
Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada perguruan tinggi ini diajarkan ilmu
kedokteran, astronomi, teologi, hukum islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga ini
terdapat para pengajar yang cukup dikenal antaranya, Abu Ali Qali yang ahli dibidang
biologi.

Di antara para ulama yang bertugas di Universitas Cordova adalah Ibn Qutaibah
yang dikenal sebagai ahli tata bahasa dan Abu Ali Qali yang dikenal sebagai pakar
filologi. Universitas ini memiliki perpustakaan yang menampung koleksi sekitar empat
juta buku. Universitas ini mencakup jurusan yang meliputi astronomi, matematika,
kedokteran, teologi dan hukum. Jumlah muridnya mencapai seribu orang. Selain itu
juga di Spanyol terdapat Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Mata kuliah yang
diberikan di Universitas- universitas tersebut meliputi teologi, hukum Islam,
kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi. Sebagai prasasti pada pintu gerbang
Universitas yang disebutkan diakhir ditulis sebagai berikut: “Dunia ini ditopang oleh
empat hal, yaitu pengajaran tentang kebijaksanaan, keadilan dari penguasa, ibadah dari
orang-orang yang shalih, dan keberanian yang pantang menyerah”.

Namun, secara garis besar perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi
ilmu pengetahuan, yaitu:

1) Filsafat

9
Perkembangan filsafat di Spanyol dimulai sejak abad ke-8 hingga abad ke-10.
Manuskrip- manuskrip Yunani telah diteliti dan diterjemahkan dalam bahasa Arab.
Universitas Cardova mampu menyaingi Baghdad, salah satu diantaranya, karena
mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan Timur dalam jumlah besar, sekalipun
Baghdad termasuk pusat ilmu pengetahuan islam. Sehingga beberapa waktu
sesudahnya melahirkan filosof-filosof besar dengan karya-karya emasnya. Ibnu Bajjah
adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilasafatan di Andalus.
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu Al-Sha‟ig, yang
lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Orang Barat menyebutnya Avenpace. Ia
dilahirkan di Saragossa (Spanyol) pada akhir abad ke-5 H/ abad ke- 11 M.

2) Bidang Sains

Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika astronomi, kima dan lain-lain juga


berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan
astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. 12
Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan
waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil
membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tat surya dan bintang-
bintang Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat- obatan. Pada abad
IV/ X M, para pelajar Andalusia banyak yang pergi ke Baghdad untuk belajar filsafat.
Di antara mereka adalah Abu al-Qasim maslamah Ibn Ahmad al-Majriti (w. 397 H/
1007 M). Ia mempelajari manuskrip-manuskrip Arab dan Yunani, kemudian
mengembangkan ilmu yang diperoleh di Andalusia. Ia berjasa dalam bidang ilmu
matematika, astronomi, kedokteran dan kimia; dan ia merupakan ulama pertama yang
memperkenalkan ajaran Rasaa’il Ikhwaan al-Shafaa di Eropa.

C. Komponen Pendidikan di Spanyol

Kondisi masyarakat yang kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan,


Spanyol Islam sangat gemar menuntut Ilmu. Mereka sangat malu untuk
menggantungkan nasibnya pada orang lain. Untuk itu mereka tidak segan-segan
mengeluarkan biaya besar untuk menuntut ilmu. Dengan ilmu pengetahuan, mereka
bisa dipandang mulia. Mereka sangat menghormato orang alim (guru), baik guru
khusus (istana), maupun guru masyarakat awam. Mereka menuntut ilmu karena
12
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 88.

10
dorongan jiwa, bukan karena orang lain, sehingga mereka mampu menghayati ilmu
tersebut dengan sebaik-baiknya.13

Semangat tinggi yang ditunjukan oleh masyarakat dalam menuntut ilmu tidak
pernah kendur, meskipun untuk memperkuat eksistensi lembaga pendidikan para
penguasa spanyol Islam memperlakukan peraturan yang berbeda dengan penguasa
Abbasiyah di Bagdad. Peraturan tersebut adalah dengan memungut biaya bagi para
siswanya. Hal ini dilakukan bagi terlaksananya penyelenggaraan pendidikan yang
diinginkan. Semangat untuk menuntut ilmu yang diperkenalkan Spanyol, bukan hanya
terbatas bagi para pelajar nonmuslim. Sikap toleran yang ditawarkan, membuat para
pelajar non muslim berlomba-lomba untuk menuntut ilmu di Spanyol. Mereka
diperlakukan sama dan sederajat.14 Fenomena ini merupakan satu faktor penarik
perhatian para pelajar untuk datang ke Spanyol.

Untuk mengembangkan pendidikan pastinya dipengarui oleh keadaan ekonomi


masyarakat pada waktu itu. Para penguasa tidak akan memungut biaya kepada para
siswa kalau melihat masyarakatnya dalam keadaan ekonomi yang terpuruk. Di Spanyol
pada abad sembilan dan abad kesepuluh ekonomi di Spanyol sudah dikatakan makmur.
Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri Timur
mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual
belikan. Pada fase yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah lantaran
hancurnya penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah barat laut Tengah.
Beberapa kota seperti Seville dan Cordova mengalami kemakmuran lantaran
melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan internasional.

Dalam menunjang pendidikannya, pendidikan Spanyol Islam memberlakukan


kurikulum universal dan komprehensif. Artinya, menawarkan materi pendidikan agama
dan umum secara integral pada setiap tingkatan pendidikannya, khususnya pendidikan
tinggi. Indikasi dari kedalaman dan keluasan kurikulum Spanyol Islam waktu itu boleh
jadi ditentukan konsekuensi-konsekuensi pratikal yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, sehingga pola kurikulum yang diterapkan bersifat fleksibel dan adaptik.15

13
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,…., hlm. 82
14
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Terj. H Bustami, et-al (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),
hlm. 205
15
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. hlm. 83.

11
Sedangkan metode yang diterapkan, dapat dibagi menjadi dua. Pertama, metode
bagi pendidikan formal. Pada pendidikan ini guru (dosen) duduk di atas podium. Ia
memberikan materi pelajaran khususnya pendidikan tinggi dengan membacakan
manuskrip-manuskrip. Setelah itu, guru menerangkan secara jelas. Kemudian materi itu
didiskusikan bersama-sama. Para pelajar diberikan kebebasan untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat, bahkan diperkenankan untuk berbeda pendapat dengan
statemen yang diberikan gurunya, asal mereka dapat mengajukan bukti-bukti yang
mendukung kebenarannya. Kedua, metode pendidikan bagi pendidikan nonformal, baik
di istana maupun luar istana. Model pendidikan ini menggunakan metode halaqah.
Posisi guru berada di antara para pengunjung. Guru mendiktekan sejumlah buku, dan
kemudian menjelaskannya secara rinci. Diskusi seperti ini merupakan metode
pengajaran yang telah membumi di Spanyol Islam.

Kelancaran proses pendidikan pastinya juga harus didukung oleh sarana dan
prasarana, Diantaranya adalah fasilitas perpustakaan. Untuk itu khalifah-khalifah
umayah di Spanyol telah berupaya menyisihkan dana dari khas Negara untuk
membangun berbagai sarana pendukung pendidikan. Ini dapat dilihat dari upaya
khlafah Abdurrahman III (912- 961 M) membangun perpustakaan di kota Granada
hingga mencapai 600.000 jilid buku. Upaya yang sama juga dilakukan oleh khalifah
Al-Hakam II (961-976 M) tak mau kalah dengan upaya yang dirintis oleh bapaknya. Ia
juga membangun perpustakaan yang terbesar diseluruh Eropa pada masa itu dan pada
masa-masa sesudahnya.

Ambisi untuk mendirikan perpustakaan, bukan hanya dilakukan oleh para


khalifah saja. Akan tetapi, ambisi tersebut juga telah dimiliki oleh setiap masyarakat
Spanyol Islam. Mereka mengoleksi berbagai buku bukan untuk kepentingan dirinya
saja, akan tetapi ia wakafkan untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Besarnya perhatian umat Islam di Spanyol dalam penyedian perpustakaan perlu rasanya
diacungi jempol dan ditiru oleh umat Islam di daerah lainnya. Ini dapat dilihat dengan
berdirinya perpustakaan Khazanatul Humits-Tsani di Andalusia. Perpustakaan ini
memiliki buku sebanyak 400.000 jilid.

Selain itu dalam pembangunan Spanyol juga menghasilkan karya yang luar biasa
diantaranya:

1) Al-Qashr al-Kabir , kota satelit yang didalamnya terdapat gedung-gedung

12
istana megah.

2) Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat laut
Cordova.

3) Masjid jami‟ Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini
masih tegak.

4) Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325
H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan
air mengalir ditengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah,
taman hewan (margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan.

13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Islam masuk ke Spanyol pada masa Khalifah Al-Walid (705- 715 M), salah
seorang khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sikap Islam
yang begitu toleransi sangat didukung dan disukai oleh masyarakat Spanyol, mereka
menginginkan pemimpin yang adil, bijaksana, tidak kejam. Bangsa Spanyol sebelum
Islam datang merasa sangat menderita akibat kekejaman penguasa sehingga upaya
Islam dalam memasuki tanah Spanyol mengalami kemenangan. Seiring perluasan
wilayah Islam, pendidikan Islam juga didirikan di Spanyol dan dapat menyaingi
peradapan yang ada di Baghdad serta pusat peradapan dan ilmu pengetahuan yang
digandrungi oleh para pelajar nonmuslim pada waktu itu.

Secara garis besar pendidikan Islam di Spanyol terbagi pada dua bagian atau
tingkatan, yakni:

1. Kutab

Pada lembaga ini, para siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu
pengetahuan, seperti fikih, bahasa dan sastra, musik dan kesenian.

2. Pendidikan Tinggi

Namun, secara garis besar perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi
ilmu pengetahuan, yaitu: Filsafat dan Sains.

Kondisi masyarakat yang kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan,


Spanyol Islam sangat gemar menuntut Ilmu. Mereka sangat malu untuk
menggantungkan nasibnya pada orang lain. Untuk itu mereka tidak segan-segan
mengeluarkan biaya besar untuk menuntut ilmu. Dengan ilmu pengetahuan, mereka
bisa dipandang mulia. Mereka sangat menghormato orang alim (guru), baik guru
khusus (istana), maupun guru masyarakat awam. Mereka menuntut ilmu karena
dorongan jiwa, bukan karena orang lain, sehingga mereka mampu menghayati ilmu
tersebut dengan sebaik-baiknya.

14
B. Saran

Karena keterbatasan referensi , penulis berharap kepada pembaca masukan


yang membangun. Demi berkembangnya materi yang dibahas pada kali ini.

15
DAFTAR ISI

Abu Bakar, Istianah. 2008. Sejarah Peradapan Islam. Malang: UIN Malang Press.
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradapan Islam. Jakarta: Amzah. Fahmi, Asma
Hasan. T.th. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
Khambali, Pendidikan Pada Masa Daulah Umayah di Damaskus (661-750 M) dan
Daulah Umayah di Spanyol (Abad Ke 7-10 M), http://wacana-pendidikan-
islam- indonesia.blogspot.com/2012/04/ppendidikan-islam.html, diakses tanggal
18 April 2013 pukul 02.55.
K. Hitti, Philip. 2006. History of the Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Maryam, Siti, dkk. 2004. Sejarah Peradapan Islam: Dari Masa Klasik hingga Modern
Yogyakarta: LESFI.
M. Lapidus, Ira. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Nata, Abuddin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Perpustakaan Nasional :
Katalog Dalam Terbitan(KDT). 1996. Ensiklopedi
Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu,
Jakarta 1996.
Sirajuddin, Zar. 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sonyb, Josoef. 1977. Sejarah Daulat Umayah di Cordova, jilid II. Jakarta: Bulan Bintang:
1977.
STAIN Samarinda, Pendidikan Islam Spanyol, http://ki-
stainsamarinda.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false- en-us-x-
none_10.html, diakses tanggal 24 April 2013.
Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Penada Media. Suwito. 2005.
Sejarah Sosial Pendidikan. Jakarta: Kencana.
W. Arnold, Thomas. 1985. The Preaching of Islam. Jakarta: Wijaya.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradapan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

16

Anda mungkin juga menyukai