Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG

KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA


SEBELUM DAN SAAT COVID-19

Hany Aimania1, Ni Ketut Surasni2, Siti Aisyah Hidayati3

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Mataram
E-mail: hanyputri.sina@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan
analisis Altman Z-Score sebelum dan saat covid-19 pada sektor industri barang konsumsi serta
mengetahui perbedaan signifikan nilai kebangkrutan perusahaan menggunakan analisis Altman Z-
Score saat covid-19 dengan sebelum adanya covid-19 pada sektor industri barang konsumsi. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan yang berasal dari annual report
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-
2021. Alat analisis yang digunakan adalah uji bedaWilcoxon Rank Test menggunakan SPSS versi
26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kebangkrutan menggunakan Altman Z-Score
tahun 2018-2019 sebelum adanya pandemi covid-19 menunjukkan angka 0,92 atau secara rata-rata
perusahaan sektor industri barang konsumsi mengalami kebangkrutan. Sedangkan pada tahun
2020-2021 saat adanya pandemi covid-19 menunjukkan angka 0,80 atau secara rata-rata
perusahaan sektor industri barang konsumsi dalam kategori bangkrut. Secara statistik, perubahan
nilai kebangkrutan tersebut dinyatakan signifikan dengan arah perubahan negatif yaitu mengalami
penurunan nilai saat pandemi covid-19.

Kata Kunci: Kebangkrutan, Altman Z-Score, Sektor Industri Barang Konsumsi

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the prediction of company bankruptcy using Altman Z-
Score analysis before and during covid-19 in the consumer goods industry sector and find out the
significant difference in the company's bankruptcy value using Altman Z-Score analysis during
covid-19 and before covid-19 in the consumer goods industry sector.The data used in this study
was financial data derived from the annual reports of companies in the consumer goods industry
sector listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018-2021. The analytical tool used was the
Wilcoxon Rank Test using SPSS version 26. The results showed that the bankruptcy assessment
using the Altman Z-Score in 2018-2019 before the covid-19 pandemic showed 0,92 meaning that
the consumer goods industry sector company bankrupt. Meanwhile, in 2020-2021, during the
Covid-19 pandemic, the figure was 0,80 exhibiting that the consumer goods industrial sector
companies were in the category bankruptcy. Statistically, the change in the value of the bankruptcy
was declared significant with a negative direction of change with experiencing a decrease in value
during the covid-19 pandemic.

Keywords: Bankruptcy, Altman Z-Score, Consumer Goods Industry Sector

19
PENDAHULUAN Tabel 1 Data Laba Bersih
Keberlangsungan usaha (going concern) Perusahaan-perusahaan Industri Barang
sangat penting bagi perusahaan jika ingin Konsumsi yang mengalami penurunan
tetap menjadikan perusahaan tersebut dapat tahun 2018-2021
bersaing atau eksis di pasar lokal, nasional,
maupun internasional. Perusahaan yang tidak
mampu mempertahankan going concern
(kelangsungan usahanya) akan tergusur
darilingkungan usahanya yang pada akhirnya
perusahaan berada pada kondisi financial
distress atau bahkan kebangkrutan.
Kebangkrutan adalah suatuperusahaan
mengalami kondisi masalah keuangan yang
sangat kronis dimana hal tersebut berdampak
pada ketidakmampuan perusahaan
melaksanakan aktivitas operasionalnya
dengan baik lagi (Nugroho & Mawardi,
2012).
Pada tahun 2020 kuartal I pandemi
covid-19 melanda hampir semua negara. Pada
akhir tahun 2019, pandemi ini bermula di
kota Wuhan-China dan secara bertahap
tersebar ke seluruh penjuru dunia. Selama
pandemi covid-19 memberikan dampak bagi
perkembangan perusahaan, salah satunya
karena diberlakukannya pembatasan
perjalanan atau Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). Dengan diberlakukannya
PSBB berpengaruh pada aktivitas ekonomi
yang mengalami kelambatan. Hampir semua
sektor merasakan dampaknya salah satunya
pada pertumbuhan sektor industri barang
konsumsi (Ofeser & Susbiyantoro, 2021).
Menurut informasi yang disajikan oleh
Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi
perusahaan sektor industri barang konsumsi
pada kuartal pertama tahun 2019 sebesar 5,02
persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi
kuartal pertama tahun 2020 hanya sebesar
Tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa
2,83 persen. Penurunan ekonomi yang
data laba bersih perusahaan-perusahaan
signifikan dapat mengindikasikan kinerja
sektor industri barang konsumsi tahun 2018-
perusahaan berada pada kondisi buruk
2021 mengalami penurunan laba yang
(Hilman & Laturette, 2021).
terhitung besar hingga mengalami kerugian.
Menurut Wardhani (2017) dalam Hadi
Hal ini dibuktikan oleh emiten pada sub
(2019), indikator yang dapat digunakan untuk
sektor kosmetik yaitu PT. Mandom Indonesia
melihat perusahaan akan mampu betahan
(TCID) tahun 2018-2019 yang mencatatkan
lama, tumbuh dan berkembang atau bahkan
penurunan laba sebesar 16,12% (yoy) dan
mengalami kebangkrutan salah satunya
tahun 2020-2021 yang mencatatkan kerugian
dengan melihat laba bersih dari perusahaan
sebesar 23,85% (yoy), PT. Martina Berto
tersebut. Berikut data laba atau rugi bersih
(MBTO) tahun 2018-2019 yang mencatatkan
sejumlah emiten yang bergerak pada sektor
kerugian sebesar 41,32% (yoy) dan tahun
industri barang konsumsi yang terdaftar di
2020-2021 mencatatkan kerugian sebesar
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2021.
26,79% (yoy), PT. Mustika Ratu (MRAT)
tahun 2018-2019 mencatatkan kerugian

20
sebesar 94,15% (yoy) dan tahun 2020-2021 kondisi kebangkrutan. Model prediksi yang
mencatatkan rugi bersih sebesar 94,72% akan digunakan dalam penelitian ini adalah
(yoy), kemudian PT. Unilever Indonesia model Altman Z-Score.
(UNVR) tahun 2018-2019 mencatatkan
kerugian sebesar 18,59% (yoy) dan tahun KAJIAN PUSTAKA
2020-2021 mencatatkan rugi bersih sebesar Kebangkrutan
19,62% (yoy) Memiliki prediksi yang baik akan
Dilanjutkan oleh emiten yang bergerak kontinuitas perusahaan sangat penting untuk
pada sektor makanan dan minuman yaitu PT. manajemen perusahaan dan pemilik
Prasidha Aneka Niaga (PSDN) tahun 2018- perusahaan agar mengantisipasi kemungkinan
2019 mencatatkan rugi bersih sebesar 44,71% adanya potensi kebangkrutan. Kebangkrutan
(yoy) dan tahun 2020-2021 yang mencatat merupakan kondisi keuangan perusahaan
rugi bersih sebesar 55,21% (yoy), PT. Tri yang mengalami kesulitan keuangan dalam
Banyan Tirta (ALTO) tahun 2018-2019 jangka pendek yang sering disebut dengan
mencatatkan rugi bersih sebesar 76,26% likuiditas atau technical solvency kemudian
(yoy) dan tahun 2020-2021 yang mencatat mengalami insolvency (total debts>total
rugi bersih sebesar 14,99% (yoy), dan PT. assets) (Halim & Hanafi, 2009).
Bumi Teknokul Tura Unggul (BTEK) tahun Metode Analisis Prediksi Kebangkrutan
2018-2019 mencatatkan rugi bersih sebesar Analisis prediksi kebangkrutan
10,32% (yoy) dan tahun 2020-2021 yang merupakan analisis yang dapat membantu
mencatat rugi bersih sebesar 79,10% perusahaan dalammengantisipasi
(yoy).Disusul oleh sub sektor peralatan rumah kemungkinan bahwaperusahaan akan
tangga yaitu PT. Langgeng Makmur Industri mengalami kebangkrutan yang diakibatkan
(LMPI) tahun 2018-2019 mencatat rugi oleh masalah-masalah keuangan (Effendi,
bersih sebesar 10,18% (yoy) dan tahun 2020- 2018). Untuk mengatasi dan mencegah
2021 mencatat rugi sebesar 65,25% (yoy). adanya potensi kebangkrutan perusahaan
Kemudian perusahaan pada sub sektor dapat menganalisa kondisi keuangannya
farmasi yaitu Indofarma Tbk. (INAF) yang dengan menggunakan metode atau model
mengalami kerugian. Bukan hanya di tahun analisis kebangkrutan. Berikut beberapa
2018-2020, INAF mencatatkan rugi bersih metode atau model analisis kebangkrutan
dan ekuitas negatif sejak tahun 2016. Secara yang pernah dikembangkan dan cukup
keseluruhan, laba tahun berjalan INAF di populer dalam memprediksi kebangkrutan:
tahun 2018-2019 mencatat rugi sebesar 1. Model Altman Z-Score
75,68% (yoy) dan tahun 2020-2021 mencatat 2. Model Springate
rugi sebesar 125,87%, dan PT. Phapros 3. Model Zmijewski
(PEHA) tahun 2018-2019 mencatat 4. Model Grover
penurunan laba sebesar 23,24% (yoy) dan Keterkaitan Rasio Keuangan dengan
tahun 2020-2021 sebesar 76,79% (yoy). Model Altman Z-Score
Sedangkan kemampuan perusahaan seperti; Seorang penganalisa pada sebuah
ADES, ICBP, INDF, CLEO, ULTJ, SIDO perusahaan dalam mengadakan interpretasi
dan TSPC berfluktuasi dalam menghasilkan dan analisis laporan keuangan memerlukan
keuntungan. adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu.
Dari pemaparan di atas menunjukkan Dalam analisis keuangan ukuran yang sering
fakta bahwa pandemi covid-19 memiliki digunakan adalah “rasio”. Sedangkan
konsekuensi besar bagi dunia usaha sehingga pengertian dari rasio itu sendiri adalah alat
menarik untuk diteliti apakah pandemi covid- yang dinyatakan dalam “arithmetical terms”
19 sampai membuat perusahaan berisiko yang dapat digunakan untuk menjelaskan
mengalami kerugian besar sehingga terjadi hubungan antara dua macam data Keuangan
financial distress yang mengarah kepada perusahaan(Widyaningrum & Suryono,
kebangkrutan. Dengan menggunakan model 2017).
prediksi yang dapat memberikan peringatan Dalam mengukur kinerja keuangan dan
dini, indikasi awal potensi kebangkrutan kondisi suatu perusahaan untuk kemudian
dapat diidentifikasi. Model-model prediksi mendeteksi kemungkinan terjadinya
telah dikembangkan oleh beberapa ilmuwan kebangkrutan dapat menggunakan analisis
untuk membantu dalam upaya mengantisipasi perhitungan rasio-rasio keuangan. Hubungan

21
antara rasio keuangan dengan prediksi
kegagalan bisnis atau kebangkrutan suatu
perusahaan dituangkan dalam sebuah model
matematis atau model peramalan
kebangkrutan.
Pada model Altman Z-Score
memfokuskan pada 5 variabel yang mewakili
3 rasio keuangan yaitu rasio likuiditas yang
terdiri dari X1, rasio profitabilitas yang terdiri
dari X2 dan X3, dan rasio aktivitas yang
terdiri dari X4 dan X5 (Riyanto, 2010).

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian komparatif. Berdasarkan hasil perhitungan statistik
Karena penelitian ini bersifat deskriptif pada tabel 2 diatas, diketahui untuk
membandingkan dua variabel atau lebih, variabel working capital to total asset
untuk mendapatkan jawaban atau fakta atas sebelum covid-19 nilai minimum-0,18 dan
peristiwa pandemi covid-19 apakah ada nilai maksimum 0,51. Sementara itu, standar
perbandingan sebelum dan saat covid-19 deviasi sebesar 0,21865 dan rata-rata sebesar
dari objek yang sedang diteliti. 0,129. Karena menampilkan nilai positif,
Populasi dan Sampel yang menandakan bahwa nilai aset lancar
Populasi dalam penelitian ini adalah lebih besar dari nilai hutang lancar, maka
perusahaan-perusahaan industri barang angka 0,129 dapat dikatakan cukup baik
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek secara rata-rata. Selain itu, nilai ini
Indonesia periode 2018 sampai periode 2021 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
yaitu sebanyak 47 perusahaan. Penentuan 12,9% dari total nilai aset dalam bentuk
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan modal kerja.
menggunakan metode purposivesampling, Pada saat covid-19 terjadi, variabel
dengan kriteria yang ditetapkan yaitu: working capital to total asset memiliki nilai
perusahaan tersebut adalah perusahaan minimum sebesar -0,24 dan nilai maksimum
industri barang konsumsi yang terdaftar di sebesar 0,54. Sedangkan standar deviasi
Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021, sebesar 0,25121 dan rata-ratanya sebesar
perusahaan industri barang konsumsi yang 0,068. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-
menerbitkan laporan keuangannya secara rata sebesar 0,068 cukup positif yang
berturut-turut (audited) pada periode 2018- mengindikasikan bahwa nilai aktiva lancar
2021, perusahaan industri barang konsumsi lebih besar dibandingkan dengan nilai hutang
yang menampilkan data dan informasi yang lancar. Selain itu, nilai ini menunjukkan
lengkap yang dibutuhkan pada variabel bahwa perusahaan memiliki 6,8% dari total
penelitian ini periode 2018-2021, dan nilai aset dalam modal kerja. Penggunaan aset
perusahaan yang mengalami kesulitan lancar yang diminimalisir untuk
keuangan (penurunan laba bersih atau laba mengantisipasi kemungkinan terburuk dari
negatif) selama tahun 2018-2021. pandemi covid-19 dapat menyebabkan
penurunan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada variabel retained earnings to total
Statistik Deskriptif asset sebelum covid-19 memiliki nilai
minimum -0,26 dan nilai maksimum 0,68.
Tabel 2 Sedangkan standar deviasi sebesar 0,30701
Analisis Deskriptif dan rata-rata sebesar 0,069. Hal ini
mengindikasikan bahwa rata-rata perusahaan
sampel menggunakan 6,9% dari total asetnya
untuk menghasilkan jumlah laba ditahan yang
dibutuhkan untuk kepentingan ekspansi.
Nilai ini terbilang rendah yang dimana
perusahaan menandakan kurangnya

22
pendapatan dari waktu ke waktu dan kondisi standar deviasi sebesar 1,11901 dan rata-
kecilnya laba ditahan ini bisa disebabkan ratanya berada pada angka 1,006. Hal ini
karena banyaknya hutang atau dividen. mengindikasikan bahwa secara rata-rata
Pada saat covid-19 terjadi, rasio variabel perusahaan sampel memiliki nilai 101% nilai
laba ditahan terhadap total aset memiliki nilai pasar saham untuk menutupi total hutang
minimum sebesar -0,41 dan nilai maksimum perusahaan. Nilai ini turun dari nilai kondisi
sebesar 0,67. Sedangkan standar deviasi sebelum covid-19 dimana hal ini dapat
sebesar 0,34626 dan rata-ratanya sebesar - disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya
0,024. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata - pelemahan pasar modal di Indonesia saat
2,4% dari total aset perusahaan digunakan pandemi covid-19.
untuk menghasilkan laba ditahan pada Pada variabel sales to Total Asset
perusahaan sampel. Jika dibandingkan sebelum covid-19 memiliki nilai minimum
dengan kondisi sebelum pandemi Covid-19, sebesar 0,16 dan nilai maksimum sebesar
terlihat bahwa rasio laba ditahan terhadap 2,11. Sedangkan standar deviasinya sebesar
total aset mengalami penurunan. Kondisi ini 0,62201 dan rata-ratanya berada pada angka
dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti 0,90. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
kondisi perusahaan yang belum mampu penjualan perusahaan sampel secara rata-rata
menghasilkan laba besar pada periode sebesar 90,5% dari total aset perusahaan.
berjalan atau perubahan kebijakan dividen Nilai ini juga bermakna bahwa penjualan
terkait jumlah laba ditahan yang diputuskan perusahaan dihasilkan dari 90,5% total aset
dalam RUPS. tersebut.
Untuk variabel earnings before interst Rasio sales to Total Asset saat covid-19
and tax to total asset sebelum covid-19 memiliki nilai minimunnya sebesar -0,14 dan
memiliki nilai minimum sebesar -0,16 dan nilai maksimumnya sebesar 2,08. Sedangkan
nilai maksimum sebesar 0,56. Sedangkan rata-ratanya berada pada angka 0,794 dan
standar deviasi sebesar 0,18865 dan rata-rata standar deviasi sebesar 0,57943. Hal ini
sebesar 0,059. Hal ini mengindikasikan mengindikasikan bahwa, secara rata-rata,
bahwa rata-rata 5,9% dari nilai total aset nilai penjualan perusahaan sampel adalah
perusahaan digunakan untuk menghasilkan 79,4% dari total aset perusahaan. Selain itu,
laba bersih sebelum bunga dan pajak pada nilai ini mengindikasikan bahwa 79,4% aset
perusahaan sampel. perusahaan digunakan untuk menghasilkan
Variabel earnings before interst and tax penjualan. Karena dampak pandemi covid-19
to total asset saat covid-19 memiliki nilai terhadap penjualan perusahaan, angka ini
minimum sebesar -0,16 dan nilai maksimum mengalami penurunan setelah adanya
sebesar 0,43. Sedangkan standar deviasi pandemi covid-19.
sebesar 0,15526 dan rata-rata sebesar 0,018. Sebelum covid-19, variabel Altman Z-
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata laba Score memiliki nilai minimum sebesar 0,16
bersih sebelum bunga dan pajak perusahaan dan nilai maksimum sebesar 2,13. Sedangkan
sampel berasal dari 1,8% total aset standar deviasi sebesar 0,62514 dan rata-
perusahaan. Angka ini mengalami penurunan ratanya sebesar 0,915. Hal ini
karena perusahaan juga mengalami kesulitan mengindikasikan bahwa nilai Altman Z-Score
untuk menghasilkan laba tahun berjalan sebesar 0,915 secara rata-rata masuk dalam
karena pandemi covid-19. kategori bangkrut.
Diketahui variabel market value of Pada saat covid-19 untuk variabel
equity to book value of debt sebelum covid- Altman Z-Scorememiliki nilai minimum
19 memiliki nilai minimum sebesar 0,42 dan sebesar 0,14 dengan nilai maksimum sebesar
nilai maksimum sebesar 3,99. Sedangkan 2,10. Sedangkan rata-ratanya berada pada
rata-ratanya berada pada angka 1,131 dan angka 0,804 dan standar deviasi sebesar
standar deviasi sebesar 1,15806. Artinya, 0,58155. Artinya, secara rata-rata angka
secara rata-rata perusahaan sampel memiliki tersebut menunjukkan penurunan nilai pada
nilai 113% nilai pasar sahamnya untuk saat terjadinya covid-19 yang dimana
menutupi total hutang perusahaan. perusahaan sampel berada pada kategori
Diketahui pada variabel market value of bangkrut.
equity to book value of debt saat covid-19
memiliki nilai minimum sebesar 0,13 dengan
nilai maksimumnya sebesar 3,88. Sedangkan

23
Uji Normalitas Shapiro Wilk 2. Retained Earnings to Total Asset (X2)
Tabel 3 Tabel 5 Retained Earnings to Total
Uji Normalitas Shapiro Wilk Asset Periode Sebelum dan Saat
Covid-19
Sig.
Variabel Shapiro Kriteria Keterangan
X2 Retained Earning
Wilk Keterangan
to Total Asset
Altman Z- Sig. > 0,05 Data tidak Sebelum Covid-
Score Normal berdistribusi 0,07
19
Sebelum 0,023 Sig. < 0,05 normal
Covid-19 Tidak Saat Covid-19 -0,02
Normal Hasil dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat
Altman Z- Sig. > 0,05 Data
Score Saat Normal berdistribusi secara rata-rata bahwa ada perbedaan nilai
Covid-19 0,110 Sig. < 0,05 normal untuk variabel retained eanings to total asset
Tidak periode sebelum covid-19 yang memiliki nilai
Normal sebesar 0,07 lebih besar dibanding periode
Terlihat dari data tabel 3 diatas, saat covid-19 yang nilainya sebesar -0,02.
diketahui nilai Sig. untuk data Altman Z- Disimpulkan bahwa secara rata-rata
Score sebelum covid-19 sebesar 0,023. perusahaan sampel memiliki rasio laba
Sedangkan nilai Sig. untuk data Altman Z- ditahan terhadap total asset yang tinggi
Score saat covid-19 sebesar 0,110. Artinya, sebelum adanya covid-19 dibandingkan
bahwa data kedua kelompok ini belum dengan saat adanya covid-19.
berdistribusi normal, karena nilai Sig. untuk
kelompok data Altman Z-Score sebelum 3. Earning Before Interest and Tax to
covid-19 lebih kecil dari kriteria yakni Sig. Total Asset (X3)
0,023 < 0,05. Dengan asumsi ini, pengujian Tabel 6 Earning Before Interest and
hipotesis akanmenggunakan pendekatan non- Tax to Total Asset Periode Sebelum
parametrik, yakni teknik uji Wilcoxon Rank- dan Saat Covid-19
test.
X3 Earning Before
Uji Wilcoxon Rank Test Keterangan Interest and Tax to
1. Working Capital to Total Asset (X1) Total Asset
Tabel 4 Working Capital to Total Asset Sebelum Covid-
Periode Sebelum dan Saat Covid-19 0,06
19
Saat Covid-19 0,02
X1 Working Capital
Keterangan Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dilihat
to Total Asset
Sebelum Covid-19 0,13 secara rata-rata bahwa ada perbedaan nilai
untuk variabel earnings before interest and tax
Saat Covid-19 0,07 to total asset periode sebelum covid-19 yang
Hasil dari Tabel 4 diatas dapat dilihat memiliki nilai sebesar 0,06 lebih besar
secara rata-rata memiliki perbedaan nilai dibanding periode saat covid-19 yang nilainya
untuk variabel working capital to total asset sebesar 0,02. Angka tersebut mengindikasikan
periode sebelum covid-19 yang memiliki nilai secara rata-rata perusahaan sampel memiliki
sebesar 0,13 lebih besar dibanding periode rasio laba bersih sebelum bunga dan pajak
saat covid-19 yang nilainya sebesar 0,07. terhadap total asset yang tinggi sebelum adanya
Dimana secara rata-rata perusahaan sampel covid-19 dibandingkan dengan saat adanya
memiliki rasio modal kerja terhadap total covid-19.
asset yang tinggi sebelum adanya covid-19
dibandingkan dengan saat adanya covid-19.

24
4. Market Value of Equity to Book Value yang memiliki nilai sebesar 0,92 lebih besar
of Debt (X4) dibanding periode saat covid-19 yang
Tabel 7 Market Value of Equity to nilainya sebesar 0,80. Secara rata-rata angka
Book Value of Debt Periode Sebelum tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
dan Saat Covid-19 sampel memiliki nilai Z-Score yang tinggi
sebelum adanya covid-19 dibandingkan
Market Value of Equity to dengan saat adanya covid-19. Jika dikaitkan
Keterangan
Book Value of Debt dengan kriteria kebangkrutan perusahaan
Sebelum berdasarkan Halim dan Hanafi (2009), maka
1,13
Covid-19 untuk periode sebelum covid-19 perusahaan
Saat Covid-19 1,01 termasuk dalam kategori bangkrut dimana
nilai Altman Z-Score 0,92 < 1,81 dan untuk
Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat
periode saat covid-19, perusahaan sampel
secara rata-rata bahwa ada perbedaan nilai
secara rata-rata termasuk dalam kategori
untuk variabel market value of equity to book
bangkrut dimana nilai Altman Z-Score
value of debt periode sebelum covid-19 yang
semakin mengalami penurunan yaitu sebesar
memiliki nilai sebesar 1,13 lebih besar
0,80 < 1,81. Sedangkan hasi luji beda untuk
dibanding periode saat covid-19 yang
nilai kebangkrutsn Altman Z-Score yaitu
nilainya sebesar 1,01. Yang dimana bahwa
sebagai berikut:
secara rata-rata perusahaan sampel memiliki
rasio modal kerja terhadap total hutang yang Tabel 10 Uji Wilcoxon Ranks Test
tinggi sebelum adanya covid-19 dibandingkan
dengan saat adanya covid-19. Sig.
Wilcoxon
5. Sales to Total Asset (X5) Kriteria Keterangan
Rank
Tabel 8 Sales to Total Asset Periode Test
Sebelum dan Saat Covid-19 Hipotesis
diterima, bahwa
Keterangan Sales to Total Asset ada perbedaan
Sebelum Covid- Sig. > 0,05
0,91 yang signifikan
19 hipotesis
nilai
tidak
Saat Covid-19 0,79 0,005 kebangkrutan
diterima
perusahaan
Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat dilihat Sig. < 0,05
secara rata-rata bahwa ada perbedaan nilai menggunakan
hipotesis
Altman Z-Score
untuk variabel sales to total asset periode diterima
disaat covid-19
sebelum covid-19 yang memiliki nilai sebesar
dengan sebelum
0,91 lebih besar dibanding periode saat covid-
adanya covid-19
19 yang nilainya sebesar 0,79. Angka tersebut
secara rata-ratamenandakan bahwa Dilihat dari data tabel di atas, maka
perusahaan sampel memiliki rasio modal diketahui nilai Zhitung adalah sebesar -2,085
kerja terhadap total hutang yang tinggi dan nilai Sig. sebesar 0,005.
sebelum adanya covid-19 dibandingkan Berdasarkan output tabel diatas dapat
dengan saat adanya covid-19. dilihat nilai Sig. sebesar 0,005 < 0,05. Sesuai
6. Altman Z-Score dengan kritria, maka hipotesis diterima, ada
Tabel 9 Nilai Altman Z-Score Periode perbedaan yang signifikan nilai kebangkrutan
Sebelum dan Saat Covid-19 perusahaan menggunakan Altman Z-Score
disaat covid-19 dengan sebelum adanya
covid-19 pada sektor industri barang
Keterangan Altman Z-Score
konsumsi. Untuk menggambarkan bagaimana
Sebelum Covid- bentuk perbedaan tersebut maka dapat dilihat
0,92
19 pada output ranks pengujian yaitu sebagai
Saat Covid-19 0,80 berikut:
Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat dilihat
secara rata-rata bahwa ada perbedaan nilai
Altman Z-Score periode sebelum covid-19

25
Tabel 11 Output Ranks Uji Wilcoxon tahun 2020-2021 saat adanya pandemi
covid-19 perusahaan sektor industri barang
Rata- konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Arah Jumlah Jumlah
Rata Indonesia berada pada kategori bangkrut
perbedaan Data Ranks
Rank dengan nilai 0,80 < 1,81.
Negative KESIMPULAN
10 5,50 55,00
Ranks Hasil analisis penelitian mengenai
Positive analisis perbandingan kebangkrutan
0 0,00 0,00 perusahaan yang diukur menggunakan
Ranks
Altman Z-Score periode sebelum dan saat
Ties 0 0 0 covid-19 pada sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Data pada tabel di atas menunjukkan Indonesia menunjukkan hasil penelitian
bahwa nilai negative ranks lebih tinggi sebagai berikut:
daripada nilai positive ranks dan nilai ties. 1. Pada tahun 2018-2019 sebelum adanya
Dengan menggunakan Altman Z-Score saat pandemi covid-19 di Indonesia, secara
covid-19, nilai kebangkrutan perusahaan rata-rata perusahaan sektor industri
cenderung lebih rendah dibandingkan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya Efek Indonesia berada pada kategori
perbedaan yang signifikan. bangkrut dengan nilai Altman Z-Score
sebesar 0,92. Sedangkan pada tahun
Pembahasan 2020-2021, secara rata-rata perusahaan
Diketahui data hasil uji statistik, sektor industri barang konsumsi yang
dimana pada penelitian ini menggunakan terdaftar di Bursa Efek Indonesia masuk
sampel sebanyak sepuluh perusahaan pada kategori bangkrut dengan
industri barang konsumsi dengan terjadinya penurunan nilai Altman Z-
menganalisis kemungkinan kebangkrutan Score yang semakin besar yaitu 0,80.
melalui pendakatan Altman Z-Score yang Hal ini menunjukkan bahwa memang
datanya digunakan dari hasil perhitungan terjadi perubahan kinerja keuangan
kelima variabel yaitu rasio working capital perusahaan pada sektor industri barang
to total asset, retained earnings to total konsumsi yang mengakibatkan naiknya
assets, earning before interest and tax to peluang kecenderungan kebangkrutan
total asset, market value of equity to book akibat adanya pandemi covid-19,
value of debt serta sales to total asset didukung dengan fakta bahwa
menandakan bahwa secara rata-rata pemerintah mengeluarkan kebijakan
keseluruhan variabel yang digunakan untuk pembatasan sosial berskala besar yang
mengukur Altman Z-Score mengalami kemudian terjadinya penurunan daya
penurunan nilai pada saat terjadinya beli masyarakat sehingga menimbulkan
pandemi covid-19. pendapatan perusahaan yang terus
Dari nilai Altman Z-Score yang menurun.
dianalisis pada tahun 2018-2019 dimana 2. Secara statistik, perubahan nilai
tahun ini merupakan tahun sebelum adanya kecenderungan kebangkrutan
pandemi covid-19, nilai rata-ratanya sebesar perusahaan sektor industri barang
0,92. Sedangkan di tahun 2020-2021 konsumsi tersebut signifikan, dengan
dimana yang menjadi tahun saat adanya arah perubahan yaitu negatif. Artinya,
pandemi covid-19, nilai rata-rata Altman Z- perbedaan nilai kebangkrutan
Score adalah sebesar 0,80. Apabila perusahaan menggunakan pendekatan
diklasifikasikan dengan kriteria batas titik Altman Z-Score tersebut lebih mengarah
cut-off prediksi kebangkrutan perusahaan pada terjadinya kebangkrutan di tahun
oleh (Halim dan Hanafi, 2009), yang masuk 2020-2021 saat adanya pandemi covid-
dalam kategori tidak bangkrut jika nilai Z > 19.
2,99, yang mengalami bangkrut jika nilai Z
< 1,81, dan yang berada pada daerah rawan
jika nilai Z berada pada range 1,81 < Z <
2,99, maka dapat dikatakan bahwa pada

26
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, R. (2018). Analisis Prediksi
Kebangkrutan Dengan Metode Altman,
Springate, Zmijewski, Foster, Dan
Grover Pada Emiten Jasa Transportasi.
Parsimonia-Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis, 4(3), 307–319.
Hadi, I. (2019). Analisis Tingkat
Kebangkrutan Model Altman Z-Score
pada Perusahaan Telekomunikasi Go
Public di Bursa Efek
Indonesia.Universitas Mataram.
Halim, A., & Hanafi, M. M. (2009). Analisis
Laporan Keuangan Edisi 4. UPP STIM
YKPN. Yogyakarta.
Hilman, C., & Laturette, K. (2021). Analisis
Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum
Dan Saat Pandemi Covid-19.
BALANCE: Jurnal Akuntansi, Auditing
Dan Keuangan, 18(1), 91–109.
Nugroho, M. I. D., & Mawardi, W. (2012).
Analisis prediksi financial distress
dengan menggunakan model altman z-
score modifikasi 1995 (studi kasus pada
perusahaan manufaktur yang go public
di indonesia tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010). Fakultas Ekonomika dan
Bisnis.
Ofeser, F., & Susbiyantoro, S. (2021).
ANALISIS DAMPAK COVID-19
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
SEKTOR INDUSTRI BARANG
KONSUMSI. JURNAL LENTERA
BISNIS, 10(1), 36–48.
Riyanto, B. (2010). Dasar dasar
pembelanjaan perusahaan.
Widyaningrum, C., & Suryono, B. (2017).
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan
Total Perputaran Aset Terhadap Harga
Saham. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi (JIRA), 6(10).

27

Anda mungkin juga menyukai