Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
mengamanatkan bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan
tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka perlu dibangun aparatur sipil negara
yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Aparatur Sipil Negara yang dimaksud adalah profesi bagi pegawai negeri
sipil yang bekerja pada instansi pemerintah, yang selanjutnya untuk membentuk
karakter profesionalisme ASN maka dilakukan pembinaan melalui jalur Pelatihan
Dasar (Latsar) sesuai dengan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12
tahun 2018 tentang Pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Kegiatan ini
dilaksanakan dalam rangka membentuk karakter yang mampu menerapkan nilai-nilai
dasar ASN yaitu Berorientasi terhadap pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif (BerAKHLAK) nilai-nilai dasar tersebut yang
menjadi jati diri setiap ASN dalam melaksanakan fungsi, tugas dan perannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Peran ASN di bidang kesehatan melalui kegiatan mewujudkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas prima di puskesmas meliputi pelayanan preventif, promotif,
kuratif, rehabilitatif. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, salah satunya upaya kesehatan di puskesmas yang melalui pelayanan gizi
masyarakat.
Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Gangguan pertumbuhan yang terjadi
akibat kondisi kekurangan gizi kronis merupakan indikator terjadinya stunting.
Indikator untuk menilai stunting didasarkan pada Indeks Tinggi Badan menuru Umur

1
(PB/U atau TB/U) dengan ambang batas (z-score) <-2 Standart Deviasi.
Menurut UNICEF (2013) menyatakan sekitar 165 juta (26%) balita dengan
stunting di seluruh dunia. Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan angka balita
stunting tertinggi yaitu ada 7,5 juta balita. Menurut Kemenkes (2016), dibandingkan
beberapa Negara tetangga, prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi
dibandingkan Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan
Singapura (4%).
Hasil Riskesdas 2018 sebesar 30.8% balita di Indonesia mengalami stunting.
Dan di Sulawesi Tenggara sebesar 28,7% balita mengalami stunting. Sedangkan hasil
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 sebesar 24,4% balita di Indonesia
mengalami stunting dan di Sulawesi Tenggara sebesar 30,2% balita sedangkan
tahun 2022 sebesar 27,7% balita mengalami stunting. Prevalensi tersebut masih lebih
tinggi dibandingkan dengan target RPJMN 2024 sebesar 14%, serta prevalensi stunting
harus terjadi secara konsisten sebesar 3% setiap tahun (Perbub No.17 Pasal 17 tahun
2020) dan harus mencapai 0% pada tahun 2024. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2022 sekitar 21,6% balita mengalami stunting dan
dari laporan gizi Puskesmas Oheo Tahun 2023 sebanyak 7,4% balita mengalami
stunting.
Dari data tersebut dapat diamati bahwa masih tingginya prevalensi balita
stunting. Yang diakbatkan kurangnya pengetahuan gizi ibu balita pada seribu hari
pertama kehidupan tentang nutrisi yang baik pada saat kehamilan sampai anak
berumur 2 tahun yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejadian balita
stunting dan apabila tidak ditangani akan menimbulkan masalah kasus stunting
meningkat, perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental
pada balita. Untuk itu, perlu adanya konseling gizi dalam meningkatkan pengetahuan
gizi ibu balita tentang stunting dengan harapan terjadi penurunan prevalensi balita
stunting.
Konseling gizi adalah interaksi antara klien (ibu balita) dan konselor untuk
mengidentifikasi permasalahan gizi yang terjadi dan mencari solusi untuk masalah
tersebut. Tujuan konseling gizi adalah meningkatkan pengetahuan individu atau
keluarga klien tentang gizi. Melalui konseling, klien mendapatkan informasi
pengetahuan tentang gizi, diet dan kesehatan (Persagi, 2016).
Pada dasarnya, klien yang datang ke konselor bertujuan agar masalah yang
mereka hadapi dapat dipecahkan secara tepat sesuai dengan kondisi klien. Proses
2
konseling akan bermanfaat dan bermakna apabila terjadi hubungan yang baik antara
konselor dan klien. Adapun manfaat konseling gizi yaitu membantu klien untuk
mengenali masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi, membantu klien memahami
penyebab terjadinya masalah, membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan
masalah, membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang paling sesuai
baginya, membantu proses penyembuhan penyakit mełalui perbaikan gizi klien
(Kemenkes, 2018).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis fokus mengangkat isu Rendahnya
Pengetahuan Gizi Ibu Balita tentang Stunting di Puskesmas Oheo Kabupaten
Konawe Utara
Untuk menyelesaikan isu tersebut penulis melakukan kegiatan aktualisasi
dengan judul ”Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu Balita Tentang Stunting
Melalui Gerakan Konseling Cegah Stunting (Genting) di Puskesmas Oheo
Kabupaten Konawe Utara”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Teraktualisasinya Nilai-nilai dasar ASN yaitu Nilai BerAKHLAK
(Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif), serta peran dan kedudukan ASN (Manajemen ASN dan Smart
ASN) Menuju Smart Governance dalam pelaksanaan tugas sebagai
Pelaksana/Terampil Nutrisionis pada Puskesmas Oheo Kabupaten Konawe
Utara
1.2.2 Khusus
Meningkatnya Pengetahuan Gizi Ibu Balita Tentang Stunting
Melalui Gerakan Konseling Gizi Cegah Stunting (Genting).
1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Untuk Penulis


Penulis mampu memahami dan mengamalkan nilai - nilai dasar
BerAKHLAK sebagai landasan dan menjalankan profesi dalam melakukan
tugas dan tanggung jawab pelayanan gizi kepada masyarakat.
1.3.2 Manfaat Untuk Organisasi

3
Meningkatkan kinerja dan pelayanan Puskesmas khususnya terkait
dengan pelayanan konseling gizi.

4
1.3.3 Manfaat Untuk Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat khususnya ibu balita mengenai


stunting melalui Gerakan Konseling Gizi Cegah Stunting (Genting) di wilayah
kerja Puskesmas Oheo Kabupaten Konawe Utara.
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi

Laporan kegiatan aktualisasi ini dengan judul Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu
Balita Tentang Stunting Melalui Gerakan Konseling Gizi Cegah Stunting (Genting),
diman kegiatan aktualisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan g i z i
ibu balita di wilayah kerja Pusksemas Oheo Kabupaten Konawe Utara. Adapun
pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini dimulai dari tanggal 14 November sampai dengan
tanggal 13 Desember Tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai