Anda di halaman 1dari 17

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PPASIEN

DENGAN END STAGE HEART DISEASE

OLEH KELOMPOK 5

NAMA – NAMA
1. SONYA J.N OTEMUSU
2. IVAN SERAN
3. YOSSI BANOET
4. MARIO F.M PUTERA
KELAS : D/ V
PRODI ; S1 KEPERAWATAN

SEKOLAAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan karunia-Nya sehingga laporan dengan judul “ end stage heart disease ”ini dapat
diselesaikan. Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman penulis
maupun pembaca mengenai end stage heart disease.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi
laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada pembimbing yang telah membimbing dalam melakukan
laporan.

Penulis

Kupang, Oktober 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi ................................................................................................................................5
2.2 Etiologi .................................................................................................................................5
2.3 Patofisiologi..........................................................................................................................6
2.4 Pathway ................................................................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................................................8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan ...................................................................................................................9
2.8 Komplikasi .........................................................................................................................10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan ....................................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................................................14
3.3 Intervensi Keperawatan ......................................................................................................14
3.4 Implementasi Keperawatan ................................................................................................15
3.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................................15
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................16
4.2 Saran ...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jantung merupakan organ tubuh manusia yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan manusia dan pastinya sangat berbahaya jika jantung kita mempunyai masalah
mengingat bahwa banyak kematian disebabkan oleh penyakit jantung (Nugroho, 2018).
Penyakit Jantung adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan
pembuluh darah. Ada banyak macam penyakit jantung, tetapi yang paling umum adalah
penyakit jantung koroner dan stroke,namun pada beberapa kasus ditemukan adanya
penyakit kegagalan pada sistem kardiovaskuler ( Homenta, 2014).
Kegagalan sistem kardiovaskuler atau yang umumnya dikenal dengan istilah gagal
jantung adalah kondisi medis di mana jantung tidak dapat memompa cukup darah ke
seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh membutuhkan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi
dengan baik. Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung
kanan (Mahananto & Djunaidy, 2017).
Data tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 persen kematian di dunia disebabkan oleh
penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta kematian. Dariseluruh
kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% disebabkan oleh penyakit
jantung dan pembuluhdarah dengan total 17,7 juta dari 39,5 juta kematian (WHO,2015).
Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung yang
mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri yaitu : penyakit jantung iskemik,
penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis,
kardiomiopati, amioloidosis jantung, keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula
arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri, penyakit paru
kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit jantung kongenital
(VSD,PDA), hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif (chandrasoma,2006) di dalam
(Aspani, 2016).
Pada gagal jantung kanan akan timbul masalah seperti : edema, anorexia, mual, dan
sakit didaerah perut. Sementara itu gagal jantung kiri menimbulkan gejala cepat lelah,
berdebar-debar, sesak nafas, batuk, dan penurunan fungsi ginjal. Bila jantung bagian
kanan dan kiri sama-sama mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan
adanya bendungan, maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi sitemik dan
sirkulasi paru (Aspani, 2016).
Pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan menunjukkan
masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan
kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, pola
nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi aktivitas, hipervolemia, nyeri,
ansietas, defisit nutrisi, dan resiko gangguan integritas kulit (Aspani, 2016).
Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan
yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki kontraktilitas atau perfusisistemik,
istirahat total dalam posisi semi fowler, memberikan terapi oksigen sesuai dengan
kebutuhan, menurunkan volume cairan yang berlebih dengan mencatat asupan dan
haluaran (Aspani, 2016).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik
fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit
pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan
paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan
penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan
perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun,
dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6%.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam laporan tugas ini
yaitu : Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan end stage heart disease ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penulisaan asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui bagaiamana
asuhan keperawatan pada pasien dengan end stage renal disease diberikan.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Sebagai bahan masukan dan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penanganan end stage renal disease serta meningkatkan peranannya dalam
meningkatkan pemahaman mahasiswa.
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 DEFINISI
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahatatau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang
menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan
atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam
(nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolismejaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).

2.2 ETIOLOGI
Gagal jantung kongestif adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongenital maupun didapat. Menurut Bachrudin & Najib (2016).
1. Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada pasien kelainan
otot jantung, ini dikarenakan menurunnya kemampuan pompa/kontrktilitas
jantung.
2. Aterosklerosis/sumbatan coroner mengakibatkan disfungsi/gangguan
miokardium dalam memompa karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung, biasanya mendahului terjadinya gagal jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
3. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung
yang menyebabkan menurunnya kemampuan pompa dari jantung.
4. Faktor sistemik, sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism (mis: demam,
hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen sistemik).
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari gagal jantung kongestif adalah
sebagai berikut :
1. Ortopnea
yaitu sesak saat berbaring. Gagal jantung pada umumnya akan
mengalami sesak nafas saat melakukan aktivitas, saat istirahat atau
bahkan saat tidur dan hal ini terjadi secara tiba-tiba dan membuat
penderita terbangun dari tidurnya. Penderita gagal jantung biasanya sesak
nafas menjadi semakin berat saat penderita berada pada posisi
terlentang/supine, sehingga penderita gagal jantung seringkali lebih
nyaman dalam posisi kepala lebih tinggi dari ekstremitas atau penderita
terkadang menggunakan dua bantalsaat tidur.
2. Dypsnea on effort (DOE)
yaitu sesak bila melakukan aktivitas. Sesak nafas terjadi karena jantung
tidak mampu memompa darah yang berasal dari vena pulmonalis
sehingga akan terjadi bendungan cairan di dalam paru-paru. Adanya
bendungan cairan di paru-paru ini akan mengganggu terjadinya
pertukaran gas sehingga penderita akan menjadi sesak nafas.
3. Paroximal Nocturnal Dyspnea (PND)
yaitu sesak napas tiba tiba pada malam hari disertai batuk. Batuk yang
muncul pada penderita gagal jantung disertai dengan produksi mucus
yang berwarna putih atau pink. Hal ini terjadi karena penderita gagal
jantung juga mengalami penumpukan cairan di paruparu.
4. Edema
Edema penderita gagal jantung biasanya terjadi di kaki maupun
abdomen. Terjadinya edema ini akan menyebabkan berat badan penderita
menjadi meningkat drastic karena terjadi penumpukan cairan di dalam
tubuhnya.
5. Fatigue
Penderita seringkali merasakan mudah lelah saat melakukan aktivitas
seharihari. Hal ini terjadi karena jantung tidak mampu memompa darah
secara maksimal sehingga kebutuhan darah yang mengandung oksigen
dan zat-zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh menjadi berkurang.
6. Nausea
Nausea / tidak nafsu makan merupakan gejala yang dapat muncul pada
penderita gagal jantung. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena saluran
pencernaan mengalami penurunan kebutuhan aliran darah sehingga akan
menyebabkan gangguan dalam pencernaan.
7. Konfusi
Penderita gagal jantung dapat muncul kurang perhatian/penurunan
daya konsentrasi dan disorientasi. Perubahan ini dapat terjadi karena
perubahan kandungan elektrolit seperti natrium dalam tubuh yang akan
menyebabkan seseorang menjadi konfusi.
8. Takikardia
Penderita gagal jantung seringkali mengalami palpitasi. Hal ini karena
jantung berusaha memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan

2.4 PATOFISIOLOGI
Kekuatan jantung untuk merespon stres tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai organ
pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal disfungsi
komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal
mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah
jantung.
Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ
vital normal. Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon
primer yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal
akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah
jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan
norma Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup
yang harus menyesuaikan.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah yang mengisi jantung),
kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan
afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah
satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun. Kelainan fungsi otot
jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu
alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan
asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena
akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan
kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan
edema paru akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan
salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal
jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial..
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelummnya.
c. Ekokardiografi
1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume
balik dan kelainan regional, model M paling sering diapakai dan
ditanyakan bersama EKG)
2) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal
f. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal terapi diuretic
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir)
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
merupakan indikasi
j. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan
hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung
2.7 PENATALAKSANAAN
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :
1) Terapi farmakologi :
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin
converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker
(ARB), glikosida jantung, antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia
pada pasien dengan keluhan konstipasi.
2) Terapi non farmakologi :
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya
hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat- obatan serta
pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
2.8 KOMPLIKASI
Darah yang tidak maksimal keseluruh tubuh dapat megakibatkan komplikasi berupa :
1. Gagal ginjal, kerusakan hati
2. Penumppukan cairan pada paru-paru
3. Tinginya tekanan darah pada arteri di paru-paru ( hipertensi pulmonal )
4. Serangan jantung
5. Kegagalan fungsi pada banyak organ tubuh
6. Stroke
7. Kematian mendadak
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
1) Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang.
Riwayat ini berisikan mengenai penyakit yang sedang diderita
klien saat ini.
b. Riwayat kesehatan dahulu.
Yaitu berisikan mengenai keadaan pasien di masa lalu, apakah
sudah pernah opname di rumah sakit untuk penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga pasien.
Riwayat ini berisikan data apakah anggota keluarga sudah
pernah menderita penyakit yang sama dengan yang klien alami saat ini.
2) Prinsip dan konsep dalam etika keperawatan, budaya, norma, dalam mengkaji
pasien terminal. Beberapa perubahan fisik yang mungkin terjadi saat
menjelang kematian :
a. pasien cenderung kurang respon terhadap keadaan
b. Melambatnya fungsi tubuh
c. pasien mulai tidak sengaja berkemih atau defekasi
d. Jatuhnya rahang pasien
e. Pernafasan pasien mulai terdengar dangkal, dan tidak teratur
f. Peredaran darah mulai terasa perlambatannya, dan teraba dingin pada
bagian ekstermitas, nadi semakin lemah namun cepat
g. pernafasan mulai tidak teratur dan terdengar dangkal
h. Warna pucat pada kulit i. mata membelalak serta mulai tidak
menunjukkan respon terhadap rangsangan cahaya.
3) Kesadaran pasien terminal. Strause et all dalam Milia dan Wijayanti (2018),
mengkategorikan kesadaran ini dalam 3 kategori:
a. Closed Awareness/Tidak Mengerti.
Dalam keadaan ini, biasanya dokter lebih memilih agar tidak
menyampaikan prognose dan diagnose pada keluarga atau klien.
Namun, beda untuk perawat, hal ini akan sangat menyulitkan lantaran
perawat berkontak dengan pasien lebih dekat daripada dokter, dan
acapkali ditanya oleh pasien terkait hal tersebut. Perawat kerap
disodorkan berbagai pertanyaan seperti kapan pasien akan sembuh,
atau kapan bisa pulang, dsb.
b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Dalam keadaan ini, bisa dikatakan klien diberikan kesempatan
agar bisa membuat keputusan tentang semua hal yang sifatnya pribadi
meskipun itu menjadi hal yang berat baginya.
c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan terbuka.
Dalam tahap ini, pasien dan orang di sekitarnya sudah tahu
bahwa ajala sudah menjelang bagi pasien, dan mereka berusaha untuk
menerima serta mendiskusikannya walaupun tetap merasa getir (Milia
& Wijayanti, 2018).
4) Faktor-faktor yang perlu dikaji
a. Kebersihan diri
Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan dirinya akan
kebersihan diri meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan
kebersihan mulut, kuku serta pemenuhan kebersihan setelah buang air
besar/kecil.
b. Rasa nyeri
Tingkat nyeri yang dirasakan, durasi nyeri, lokal, waktu nyeri,
penyebaran nyeri.
c. Jalan nafas
Perlu diperhatikan pola nafas, frekuensi nafas, bunyi nafas.
Seringkali bila didapatkan pasien dengan sesak nafas, perlu dilihat juga
apakah menggunakan otot-otot pernafasan.
d. Aktifitas
Perlu diperhatikan apakah pasien masih bisa beraktifitas untuk
keperluan diri sendiri atau sudah bergantung dengan orang lain
e. Nutrisi
Pasien mengalami nausea dan anorexia karena adanya
penurunan gerakan peristaltic dalam tubuhnya.
f. Eleminasi
Adanya penurunan, atau bahkan kehilangan tonus otot bisa
membuat pasien mengalami konstipasi, inkontinen feses dan urin.
g. Perubahan sensori
Klien dengan penyakit terminal stadium lanjut, sering terjadi
penurunan sensori terutama apabila penglihatan klien berubah menjadi
kabur, biasanya pasien mulai menghindari atau menolak untuk
menghadapkan kepala ke arah lampu / tempat terang.
h. Kebutuhan sosial
Terkadang pasien dalam keadaan terminal perlu ditempatkan
pada ruang tersendiri, terutama klien dengan penyakit khusus, serta
dalam upaya memenuhi seluruh kebutuhan hubungan sosial dan
keluarganya.
i. Kebutuhan spiritual
Bertanya kepada klien mengenai harapan hidupnya, apakah
klien ingin didatangkan pemuka agama untuk memenuhi kebutuhan
spiritualnya.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan pada pasien yang menderita penyakit terminal bisa muncul
secara bersamaan. Perumusan diagnosa pasien terminal mengacu pada hasil
pengkajian. Berikut ini kondisi yang sering terjadi pada pasien terminal, namun tidak
menutup kemungkinan masalah lain yang mungkin muncul.
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan aliran balik vena
ditandai dengan edema ansarka dan atau edema perifer ( D.0022) .
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama dan frekuensi
jantung ditandai dengan perubahan irama jantung ( D.0008 ) .
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler ( D.0003).
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan inervasi diafragma
ditandai dengan pola napas abnormal ( D.0005) .

3.3 INTERVENSI
1. Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan aliran balik vena ditandai dengan edema ansarka dan atau edema perifer
( D.0022)
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 1x24
jam, maka kriteria hasil yang diharapkan adalah :
 Edema anaskara menurun ( 5)
 Edema perifer menurun (5)
 Membran mukosa membaik ( 5)
 Pengisian vena meningkat (5)
Intervensi ( SIKI )
Observasi
 Monitor status hidrasi ( mis :frekuensi nadi,kekuatan nadi dan akral )
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium ( hemotokrit,Na,CI,berat jenis
urin dan BUN )
Terapeutik
 Mencatat intake – output dan hitung balance cairan selam 24 jam
 Berikan asupan cairan jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik,jika perlu
2. Diagnosa keperawatan : Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan irama dan frekuensi jantung ditandai dengan perubahan irama jantung
( D.0008 ) .
Tujuan dan kriteria hasil :setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 1x24
jam, maka kriteria hasil yang diharapkan adalah :
 Kekuatan nadi perifer meningkaat (5)
 Palpitasi menurun (5)
 Bradikaardia menurun (5)
 Takikardia menurun (5)
Intervensi ( SIKI )
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri ( meliputi faktor pemicu dan pereda )
 Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor enzim jantung ( mis: CK,CK-MB,Troponin T, dan crusade)
Teraapeutik
 Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk menguraangi ansietas dan stresss
Edukasi
 Anjurkan segera melaporkan nyeri dadaa
 Anjurkan menghindari manuver valsava
 Jelaskan indikasi yang dijalani pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi emberian antiplatelet, jika perlu
3. Diagnosa keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolus-kapiler ( D.0003).
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 1x24
jam, maka kriteria hasil yang diharapkan adalah :
 Tingkat kesadaran meningkat (5)
 Takikardia membaik (5)
 Pola napas membaik (5)
Intervensi ( SIKI )
Observasi
 Monitor kecepaatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor tanda – tanda hipoventilasi
 Monitor tingkat kecemasan akibat teraapi oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Berikan oksigen tambahan ,jika perlu
 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
 Kolaboraasi penentuan dosis oksigen

4. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan


inervasi diafragma ditandai dengan pola napas abnormal ( D.0005)
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 1x24
jam, maka kriteria hasil yang diharapkan adalah :
 Ventilasi semenit meningkat (5)
 Kapasitas vital meningkat (5)
 Frekuensi napas membaik (5)
 Kedalaman napas membaik (5)
Intervensi ( SIKI )
Observasi
 Monitor frekuensi,irama,kedalaman,dan upaya napas
 Monitor pola napas
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor hasil X-Ray thoraks
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan rosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi keperawatan adalah pengetahuan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2018).
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2018).

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2018).
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Keadaan terminal adalah keadaan dimana pasien sedang menjalani
sakit, yang sudah tidak memiliki harapan bisa sembuh dari kesakitan
tersebut, hingga dirinya sangat dekat dengan ajal atau kematian. Reaksi
yang diberikan pasien dalam keadaan seperti itu bersifat sangat individual,
bergantung pada berbagai aspek dalam diri apsien itu sendiri. Seorang
individu yang tengah menghadapi kematian atau kondisi terminal akan
menjalani hidup, memberikan respon terhadap kejadian-kejadian dan
orang di sekitarnya, hingga kematian itu tiba mendatanginya.
Umumnya, perhatian utama pasien kerap kali tidak tertuju pada
kematian yang dialaminya, melainkan lebih pada kehilangan kendali
fungsi tubuh, merasakan nyeri yang teramat sangat, adanya tekanan dalam
psikologis yang mendalam karena akan mengalami perpisahan, serta
kehilangan orang yang mereka cintai. Perawat perlu memahami apa yang
tengah dialami pasien saat menjalani kondisi terminal, tujuannya untuk
bisa mempersiapkan dukungan dan dan menyediakan bantuan bagi klien
sehingga pada saatsaat terakhirnya bisa lebih bermakna dan akhirnya bisa
meninggal dengan damai dan tenang.

4.2 SARAN
Asuhan perawatan terminal memang tidak mudah. Dalam hal ini,
perawat akan berusaha memberikan bantuan pada klien untuk kembali
mendapatkan martabatnya. Perawat bisa menjadi dapat berbagi
penderitaan bagi klien pada masa terakhinrnya, saat dan melakukan
intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, klien perlu
mendapatkan perawatan penghormatan dan perhatian secara holistic dan
penuh.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadani, F. N. (2020). Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gagal
Jantung Kongestif (CHF) yang di Rawat di Rumah Sakit. Rinawati, S. A. (2021). Asuhan
Keperawatan Terminal. Yogyakarta: Poltek Usaha Mandiri.
WAHYUNI, S., SHADIYANTO, A., ALAWIYAH, Y., APRILIANI, W., FARHAN, M. A., &
TRIANA, H. (2018). PERWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL. "PERAWATAN
PALIATIF PADA PENDERITA GAGAL JANTUNG KONGESTIF".
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/7802/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pus taka.pdf

Anda mungkin juga menyukai