Analisis Kinerja Supply Chain Pada Proyek Gedung
Analisis Kinerja Supply Chain Pada Proyek Gedung
ABSTRAK
Suatu proyek memiliki item pekerjaan yang banyak. Kompleksitas pekerjaan menyebabkan banyaknya
pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi konstruksi menyebabkan terjadinya fragmentasi. Maka
dilakukan penerapan konsep supply chain management untuk mengetahui pola jaringan supply chain dan
kinerja supply chain terhadap indikator–indikator penilaian kinerja yang mengandung konsep value,
conversion, dan flow.
Metode yang digunakan yaitu dengan mengolah data kualitatif yang selanjutnya dilakukan analisis
deskriptif dengan menggambarkan data yang didapat dan akan menghasilkan bentuk pola dari hasil
wawancara. Pada studi kasus diperoleh pola jaringan khusus dimana peran pengguna jasa sangat besar dalam
menentukan jaringan supply chain, yang dipengaruhi oleh metoda kontrak, lingkup bisnis pengguna jasa,
serta adanya strategi pengadaan yang dilakukan oleh kontraktor.
Dari 12 (dua belas) indikator penilaian kinerja, dengan lingkup pekerjaan arsitektur terlihat bahwa
terkait dengan konsep conversion, flow, dan value , diperoleh kinerja supply chain proyek studi kasus dapat
dikatakan baik terhadap pemahaman dan penerapan konsep conversion dengan adanya usaha penerapan
collaboration design. Konsep aliran (flow) juga telah diterapkan dengan melakukan suatu manajemen
pengadaan yang baik pada pelaksanaan pekerjaan. Untuk konsep nilai (value) pemahaman kontraktor masih
kepada kesesuaian antara perencanaan/ design dengan hasil pekerjaan yang dilaksanakan, hanya menyangkut
mutu dari pekerjaan. Indikator penilaian kinerja yang ada terlihat bahwa kontraktor telah memahami
pentingnya kinerja supply chain dan telah melakukan usaha-usaha perbaikan dan peningkatan untuk
tercapainya efektifitas dan efisien proyek konstruksi bangunan gedung.
Kata Kunci : supply chain, kinerja, bangunan gedung, konversi, aliran, nilai.
ABSTRACT
A project has many work items. Work complexities in production construction make many parties
involved in it fall into fragmentation. Because of that, the concept of Supply Chain Management is applied to
identify the supply chain network pattern and the performance of supply chain against the indicator -
performance-assessing indicator that consists of value, conversion, and flow.
The method used is a method which processes qualitative data that is then descriptively analyzed by
figuring out the data collected, which later produces a pattern form the interview. In the case study, I get
special network pattern where the role of service user is very big in determining supply chain network, which
is affected by the contract method, the business scope of the service user, and the existence of procurement
strategy committed by the contractor.
From the twelve performance-assessing indicators, with architectural work environment, it is obvious
that in connection with the concepts of conversion, flow, and value, the study case of supply chain
performance can be considered good towards the understanding and application of conversion concept with
the occurrence of collaboration design. Flow concept has also been applied by committing good
procurement management in the working process. For value concept, the contractor’s understanding is still
in the correlation between the plan/design and the work results achieved, only related to the work quality.
The performance-assessing indicator shows that the contractor has understood the importance of supply
chain performance and has done efforts to fix and make some improvement in order to gain effectiveness and
efficiency in the construction project of making a building.
Keywords: supply chain, performance, building, conversion, flow, value.
1. PENDAHULUAN lainnya. Proyek konstruksi gedung memiliki
Industri konstruksi yang beragam dengan item pekerjaan yang banyak dan beragam
tingkat spesialisasi yang tinggi mengakibatkan dengan kompleksitas jenis pekerjaan yang
industri ini memiliki karakteristik yang unik sangat tinggi dan juga membutuhkan keahlian
dan sangat berbeda dengan industri konstruksi yang khusus sesuai bidang pekerjaan dalam
proses produksinya. Hal ini yang dapat telah teridentifikasi dengan berbagai indikator
menyebabkan terjadinya pemecahan paket pengukuran yang telah dikembangkan pada
pekerjaan menjadi paket pekerjaan yang lebih penelitian sebelumnya, terutama pada kajian
kecil dimana masing – masing paket pekerjaan hubungan antara pihak yang terlibat dalam
akan melibatkan pihak – pihak tertentu. supply chain konstruksi bangunan gedung.
Supply Chain adalah Rumusan Masalah
perusahaan/organisasi yang terlibat dalam Pertama, Seperti apa bentuk pola jaringan
suatu rangkaian kegiatan perubahan material supply chain dan yang mempengaruhinya.
dimulai dari tahapan material alam hingga Kedua, gambaran kinerja dari supply chain
menjadi produk akhir (seperti jalan atau yang di pengaruhi bentuk pola jaringannya.
bangunan). Keterlibatan dan hubungan antar Ketiga, bagaimana solusi dari masalah dengan
pihak dalam proses produksi akan membentuk memproses dan menyimpulkan data yang
suatu pola hubungan Supply Chain, maka didapat.
dibutuhkan suatu pengembangan konsep Tujuan Penelitian
manajemen yang dapat mengelola hubungan Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui
antar rantai pasok yang dapat menghasilkan kinerja supply chain terhadap indikator –
produk konstruksi. indikator penilaian kinerja yang mengandung
Pengelolaan supply chain di industri konsep value, conversion, dan flow yang telah
konstruksi adalah salah satu usaha teridentifikasi, sebagai langkah awal
peningkatan kinerja. Pengelolaan supply chain pencapaian efisiensi pada industri konstruksi.
harus efektif dan efisien karena dapat
memberikan daya saing yang sangat tinggi 2. TINJAUAN PUSTAKA
pada perusahaan konstruksi. Supply chain a. Cut Zukhrina Oktaviani (Institut
konstruksi akan memberikan konstribusi Teknologi Bandung, 2008) “Kajian Kinerja
terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, Supply Chainpada Proyek Konstruksi
sehingga suatu supply chain konstruksi Bangunan Gedung”. bahwa upaya
memiliki potensi yang memungkinkan untuk meningkatkan kinerja supply chain dengan
dilakukannya peningkatan dalam industri menggunakan 10 (sepuluh) indikator
konstruksi. Peningkatan yang dapat dilakukan penilaian, bahwa memang kontraktor telah
adalah melalui hubungan manajemen terhadap memahami konsep conversion dan telah
organisasi yang terlibat dalam suatu jaringan merupakan bagian dari kegiatan produksinya
supply chain. secara khusus, Disisi lain indikator yang
Dari hasil penelitian susilawati (2005) menyangkut dengan implementasi konsep
telah teridentifikasi empat bentuk pola supply flowdan value masih memerlukan perhatian
chain yang biasa ditemui dalam proyek – untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan di
proyek konstruksi khususnya bangunan masa yang akan datang agar dicapai efektifitas
gedung, dimana empat pola ini tediri dari pola dan efisiensi supply chain proyek konstruksi
umum yang dibentuk berdasarkan metode bangunan gedung.
Kontrak Umum/General Contract Method dan b. Susilawati (Institut teknologi Bandung,
metode Kontrak Terpisah/Separate Contract 2005),Melakukan penelitian tentang “Studi
Method. Setelah diketahui pola supply chain, Supply Chain Konstruksi Pada Proyek
maka selanjutnya akan dilakukan pengukuran Konstruksi Bangunan Gedung”. peran owner
terhadap kinerja dari pola yang telah dalam penyusunan jaringan supply chain
teridentifikasi. Pengukuran dilakukan untuk konstruksi pada proyek konstruksi bangunan
mendapatkan gambaran kinerja dari pola gedung sangat besar karena terjadi proses
supply chain proyek konstruksi banguna konstruksi yang dimulai dari owner dan
gedung, terutama terhadap pengelolaan berakhir pada owner. Pola hubungan antara
hubungan para pihak yang terlibat dalam owner dengan pihak penyedia jasa lainnya
proses produksi proyek konstruksi bangunan selain kontraktor, sehingga terbentuk pola
gedung. hubungan yang setara antara kontraktor,
Berdasarkan uraian diatas, maka pada subkontraktor, dan spesialis sebagai organisasi
penelitian ini akan dilakukan analisis atau tingkat ke dua yang memiliki hubungan
pengukuran kinerja dari pola supply chain langsung dengan owner sebagai organisasi
proyek konstruksi bangunan gedung yang tingkat pertama.
TINGKATAN
ORGANISAS
I
PEMILIK PROYEK
MK Profesional
ORGANISASI
TINGKAT 1
ORGANISAS
I TINGKAT 2
KONSULTAN
KONSULTAN KONTRAKTOR
KONTRAKTOR
KONTRAKTOR A
A MANAJEMEN
PERENCANA PEKERJAAN LAIN
KONSTRUKSI
HUBUNGAN KOORDINASI
DALAM
PROSESPRODUKSI
2015 JURNAL FONDASI, Volume 4 Nomor 1
Metode kontrak terpisah yang dilakukan pada yang mengarah pada kontrol dan optimalisasi
proyek studi kasus, membuat pola hubungan sumber daya sudah dilakukan.
langsung pemilik dengan beberapa pihak yang Hal ini mungkin karena perusahaan kontraktor
terlibat dalam proses produksi. Adanya merupakan perusahaan BUMN yang telah
keterlibatan beberapa pihak sudah menjadi berpengalaman dalam menangani berbagai
pertimbangan kemampuan pemilik dalam jenis proyek bangunan gedung, meskipun
mengelola hubungan yang terjadi, ini terlihat proyek tersebut memiliki tingkat kompleksitas
dengan adanya manajemen konstruksi dan lingkungan yang berbeda, sehingga
professional yang ditempatkan sebagai wakil kontraktor sangat konsisten dalam
dari pemilik proyek. melaksanakan prosedur pelaksanaan
konstruksi.
2. Indikator Pengukuran Kinerja Supply Perusahaan konstruksi telah mulai menerapkan
Chain konsep partnering, artinya sudah ada usaha
Pengelolaan supply chain di tingkat untuk melakukan hubungan kerjasama jangka
proyek, merupakan usaha yang sangat penting panjang mengingat produksi proyek konstruksi
dalam membentuk suatu jaringan hubungan yang sangat singkat dan terbatas,
kerjasama yang efektif dan efisien antar pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu jaringan
supply chain pada pelaksanaan
pekerjaankonstruksi demi terwujudnya tujuan
bersama, yaitu dapat tercapainya value yang
maksimal yang pada akhirnya dapat memberi
kepuasan terhadap pihak pengguna jasa
konstruksi, denganwaste minimal bagi
customer (Cut Zukhrina, 2008).
Maka dari itu dengan melakukan
pengelolaan yang baik terhadap ke 3 (tiga)
prinsip utama yang terkandung didalam
konsep pada penelitian ini, yaitu conversion,
flow, dan value, merupakan suatu hal yang
penting didalam pengelolaan industri
konstruksi.
3. Kinerja Supply Chain pada Proyek
Studi Kasus
a. Konsep konversi
Pengontrolaan dan pengelolaan conversion
adalah bentuk optimalisasi penggunaan
sumber daya yang yang terlibat dalam suatu
jaringan supply chain. Menurut Cut Zukhrina
(2008), bahwa pengelolaan conversion di
industri konstruksi diharapkan dapat
meningkatkan efektifitas pelaksanaan proses
produksi di proyek konstruksi dapat berjalan
dengan baik.
Dari Tabel 2. terlihat bahwa kinerja proyek
studi kasus terhadap pemahaman indikator
Tabel 2. Kinerja Supply Chain pada Proyek Studi Kasus
Proyek A
Kontraktor A
No. Indikator Konsep
Pola-4
Swasta
1 Intensitas Perubahan/ Revisi Terhadap Rencana Kerja. Flow 3 kali
2 Intensitas Constraint Selama Pelaksanaan Pekerjaan. Flow 1 Kali
3a Intensitas rapat rutin harian intern kontraktor Flow 62.5 %
3b Intensitas rapat rutin mingguan ekstern Flow 100 %
3c Intensitas rapat rutin mingguan dengan owner flow 100 %
3d Intensitas rapat rutin mingguan manajemen review flow 100 %
3e Intensitas rapat koordinasi khusus 100 %
4 Intensitas Defect Pekerjaan Value, conversion 9,5 %
5 Kinerja Supplier dalam Memenuhi Jadwal Pengiriman Material. Value, conversion 100 %
6 Waktu Tenggang (Lead Time) antara Pemesanan (Order) dan flow
0%
Pengiriman (Deliver).
7 Intensitas Kejadian Reject Material Value, conversion 0%
8 Inventory Material. flow <2%
9 Keikutsertaan Subkontraktor didalam Perencanaan Pelaksanaan. conversion Ada
10a Intensitas complaint dari owner-kontraktor value 1 kali
10b Intensitas complaint dari kontraktor-supplier value 5 Kali
11 Keterlambatan Owner dalam Pembayaran Proyek. value Ada
12 Keikutsertaan Owner dalam Menentukan Supplier. conversion Ada
Sumber : Analisis Penulis, 2013
maka menerapkan konsep partnering adalah telah ditentukan.Dari ke tiga indikator terlihat
salah satu usaha untuk memperlancar aliran bahwa kegiatan dalam pengendalian defect
pasokan yang dirasa strategis untuk proses (pekerjaan yang tidak sesuai secara kualitas
produksi pada industri konstruksi dan standar dan kuantitas) telah biasa dilakukan dengan
mutu yang telah ditetapkan perusahaan akan baik oleh kontraktor, setiap adanya defect yang
tercapai sesuai dengan hasil pekerjaan, ditemukan dalam pelaksanaan pemeriksaan
tentunya hal ini dapat terwujud dengan biasanya akan langsung ditangani. Penanganan
melakukan kerjasama dengan pihak-pihak defect yang terjadi sangat bergantung kepada
yang mempunyai kinerja yang baik dan kebijakan dari manajemen proyek sendiri
terseleksi. maupun dari pemilik. Pada proyek swasta,
a. Konsep flow biasanya pencatatan defect melalui
Sistem perencanaan dan pengendalian pemeriksaan secara terpadu yang dilakukan
proyek merupakan salah satu bentuk pada saat akan melakukan serah terima
pengelolaan flowdalam pelaksanaan produksi. pekerjaan, sedangkan selama proses
Pemesanan material yang baik dengan pelaksanaan pekerjaan pencatatan defect hanya
lead time yang cukup, merupakan salah dilakukan secara intern kontraktor dan
satu cara terciptanya kelancaran pasokan biasanya tidak ada catatan khusus tentang
material, sehingga supplier akan melakukan adanya defect yang terjadi namun hanya
pemenuhan jadwal pengiriman material berupa pemberitahuan langsung kepada pihak
dengan baik. Hal ini dimungkinkan juga yang bersangkutan untuk selanjutnya
dengan adanya penerapan sistem kontrak diadakannya perbaikan.
payung terhadap beberapa material, sehingga Adanya ketidaksesuaian pekerjaan membuat
kontraktor dapat memastikan kualitas material pemilik akan menyampaikan complaint
nomor satu, dengan demikian tidak akan ada kepada pihak kontraktor, dengan adanya
material reject, jika pun ada kejadian reject personil intern kontraktor yang bertugas
material ini terjadi hanya terbatas pada sebagai Quality Control, yang salah satu
kesalahan supplier dalam mengirim material tugasnya yaitu mengawasi jalannya proses
dan perubahan jenis dan ukuran yang produksi agar produk yang dihasilkan adalah
digunakan, dimana hal tersebut dapat produk yang memiliki kualitas sesuai dengan
digolongkan sebagai reject material tetapi keinginan owner. Kontraktor telah
hanya besifat return. memperhatikan aspek complaint tersebut dan
Manajemen inventory yang dilakukan cukup telah menunjukan bahwa pemahaman terkait
baik, dan pengelolaannya pun berbeda untuk definisi value yang harus disampaikan kepada
tiap – tiap kontraktor. Pada proyek studi kasus pemilik sangat besar, namun pemahamannya
dimana setiap kedatangan material di site akan hanya terbatas pada value yang harus
dilakukan pemeriksaan dan pencatatan, setelah disampaikan kepada pemilik hanya sebatas
selesai divisi logistik akan langsung pada nilai kesesuaian hasil kerja dengan
menyerahkan material kepada para mandor spesifikasi dan volume yang tercantum di
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan dalam kontrak kerja.
produksi. Hal ini dilakukan supaya pihak
mandor merasa bertanggung jawab terhadap 5. KESIMPULAN DAN SARAN
material yang di supply langsung oleh a. Kesimpulan
kontraktor. 1) Bentuk jaringan pola supply chain
b. Konsep value dipengaruhi oleh :
Penciptaan value yang sesuai dengan a) Metoda Kontrak yang Digunakan
keinginan konsumen yang artinya memberikan Adanya peran owner yang sangat besar
kepuasan terhadap konsumen, merupakan dalam pembentukan jaringan pihak-pihak
prinsip dasar dari semua tahapan proses yang terlibat dalam proses produksi
produksi suatu produk konstruksi. Menurut konstruksi. Metoda kontrak yang akan
Cut Zukhrina (2008), Value merupakan nilai dilakukan oleh owner, yang akan
yang ditentukan oleh konsumen, merupakan menentukan jaringan supply chain dan
kebutuhan yang harus diterima secara siapa saja yang akan berkontrak langsung
spesifikasi, waktu, tempat, dan biaya yang dengan owner. Pada proyek studi kasus
owner melakukan metoda kontrak
terpisah, sehingga akan banyak pihak b. Penerapan konsep aliran (flow) sudah
yang terlibat. Maka untuk mengatasi dilakukan dengan adanya usaha-usaha
keterlibatan banyak pihak owner harus yang dilakukan dalam produksi
mempunyai suatu manajemen konstruksi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
professional yang dapat mengelola dan Terkait dengan kelancaran pasokan
mengkoordinasi pihak-pihak yang material yang merupakan kebutuhan
terlibat. utama pada proses pelaksanaan pekerjaan
b) Lingkup Bisnis Owner di lapangan. Pengelolaan yang dilakukan
Adanya lingkup bisnis properti owner dengan cara meminimalkan pemborosan
yang akan dihasilkan memiliki tujuan material yang mungkin terjadi, pihak
investasi.Pola hubungan yang terjadi kontraktor menerapkan sistem potongan
antara owner dengan pihak penyedia jasa harga untuk material yang di supply
lainnya selain kontraktor, mengakibatkan sendiri oleh kontraktor yang akan
terbentuknya hubungan yang setara antara digunakan oleh subkontraktor. Hal ini
kontraktor, subkontraktor, dan spesialis dilakukan untuk meminimalisir waste
sebagai organisasi tingkat ke dua yang yang bisa terjadi.
memiliki hubungan langsung dengan c. Penerapan konsep value pada proyek
owner sebagai organisasi tingkat pertama. sudah mulai dilakukan, hal ini dapat
Pola tersebut menunjukkan adanya tujuan dilihat dengan pemahaman pihak yang
investasi, maka owner akan terlibat untuk dapat menyampaikan nilai
memanfaatkan segala cara yang ada sesuai dengan spesifikasi yang
dalam usaha untuk menekan biaya yang disyaratkan oleh pengguna jasa
ditimbulkan termasuk biaya dalam konstruksi. Namun pencapaian nilai yang
tahapan produksi, untuk mempercepat dihasilkan hanya berdasarkan kesesuaian
pengembalian modalnya. hasil design yang menyangkut dengan
c) Strategi pengadaan oleh kontraktor mutu.
Kontraktor akan menentukan pihak-pihak 3) Rekomendasi yang ditawarkan yaitu
yang terlibat dalam proses produksi. dengan menerapkan sistem informasi
Pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dan koordinasi yang baik antar pihak-
kontraktor selanjutnya akan dibagi pihak yang terlibat dalam proses
kedalam jenis pekerjaan yang akan produksi dengan cara pembentukan
dikerjakan sendiri dan pekerjaan yang hubungan kerjasama jangka panjang
akan disubkontrakkan. Maka kontraktor antar pihak kontraktor,
memiliki peran dalam pembentukkan
subkontraktor, dan supplier.
jaringan supply chain pada proyek
b. Saran
konstruksi yang sedang dikerjakan.
Kekurangan yang ada dalam penelitian ini
2) Kinerja supply chain pada proyek studi
diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi
kasus dapat dikatakan baik terhadap
penelitian selanjutnya dalam melakukan kajian
konsep conversion, flow, dan value :
secara lebih mendalam untuk memperoleh
a. Konsep conversion, dimana pemahaman
pemahaman tehadap pola jaringan dan kinerja
dan penerapan yang dilakukan dilapangan
dari supply chain proyek konstruksi bangunan
sudah sangat baik, hal ini terlihat dengan
gedung. Rekomendasi yang dapat disampaikan
telah dilakukannya hubungan jangka
menyangkut hal-hal kinerja supply chain
panjang (partnering) yang sudah
sejalan dengan kesimpulan dan keterbatasan
dilakukan kontraktor dengan pihak
penelitian sebagai berikut:
subkontraktor dan supplier, sehingga
1. Perlu dilakukan penelusuran secara lebih
pengadaan material-material dilakukan
mendalam kepada pihak-pihak yang
secara terpusat untuk memenuhi
terlibat dalam proses produksi seperti
kebutuhaan proyek-proyek yang sedang
supplier, subkontraktor, nominated
di tangani. Kontraktor juga telah
subcontractor, dan owner. Sehingga
memahami pentingnya collaborative
diharapkan akan dapat memberikan
design, hal ini terlihat sudah adanya
gambaran bagaimana pihak-pihak yang
keikutsertaan subkontraktor dalam
terlibat memberikan kontribusinya untuk
perencanaan pelaksanaan pekerjaan.
terciptanya efektifitas dan efisiensi Rahmadi, Arif. (2008).Kajian Penerapan
kinerja supply chain. Manajemen Supply Chain pada Proyek
2. Pengukuran kinerja dilakukan terhadap Konstruksi. Tesis Magister Bidang Ilmu
keseluruhan waktupelaksanaan Teknik. Universitas Indonesia.
pekerjaan, dan keseluruhan jenis Sidarto.(2008). Konsep Pengukuran Kinerja
pekerjaan supaya kinerja proyek Supply Chain Management pada System
konstruksi dapat diketahui secara Manufactur dengan model performance
mendalam. of Activity dan Supply Chain Operations
3. Perlu pengembangan indikator penilaian reference. Jurnal Teknologi Industri Vol.
yang mengandung konsep value, agar 1. 2008: 68-77.
dapat diketahui kinerja dari jaringan Soeharto, Imam. (1997). Manajemen Proyek.
supply chain yang ada pada proyek Jakarta: Erlangga.
konstruksi Soepiyandi, Sutoyo. dkk. (2011). Pengaruh
Rantai Pasok Terhadap Kinerja
6. DAFTAR PUSTAKA Kontraktor Bangunan Gedung di Jember.
Agarwal, Ashish. & Shankar, Ravi. (2005). Penelitian. Institut Teknologi Sepuluh
Modeling Supply Chain Performance November.
Variables. Asian Academy of Sugiyono. (2012).Metode Penelitian
Management Journal, Vol. 10, No. 2, 47- Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
68. Yogyakarta: Alfabeta.
Anggraeni, Widya. (2009). Pengukuran Suhartati, Titi. (2012). Pengaruh Strategi
Kinerja Pengelolaan Rantai Pasokan bersaing Terhadap Hubungan antara
pada Pt. Crown Closures Indonesia. Supply Chain Management dan Kinerja
Jurusan Teknik Industri Universitas (Studi Pada Perusahaan Manufactur
Gunadarma. yang Terdaftar Di BEI).
Ariani, Desi. (2013). Analisis Pengaruh Susilawati. (2005),Studi Supply Chain pada
Supply Chain Management Terhadap Proyek Konstruksi Bangunan Gedung,
Kinerja Perusahaan. Tugas Akhir Tesis Magister Manajemen dan Rekayasa
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.
Diponegoro. Vrijhoef, Ruben. & Koskela, Lauri. (1999,
Delfebriyadi. (2013).Materi Ajar Manajemen July 26-28). Roles of Supply Chain
konstruksi. Universitas Andalas. Management in Construction.
Fibra, Reelianto., Façade Arsitektur Proceedings IGLC-7 , University of
Curtain Wall-01. 25 Agustus 2008. California, Berkeley, CA, USA.
Gunasekaran, A., et al. (2004). A Framework Wirahardikusumah, Reini D, dan Susilawati.
For Supply Chain Performance (2006). Pola Supply Chain pada Proyek
Measurement. International Journal of Konstruksi Bangunan Gedung. Jurnal
Productions Economics 87 (2004) 333- Teknik Sipil Vol. 13 No. 3.
347. Yudoko, Gatot. (2010). Strategi Operasi Tim
Mutia, Nila. (2009) Usulan Rancangan Supply Chain Management dengan
Kinerja Perusahaan. Universitas Pendekatan Value-Based Management:
Indonesia. Studi Kasus Perusahaan Minyak dan Gas
Oktaviani, Cut. Zukhrina. (2008).Kajian Bumi. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.
Kinerja Supply Chain pada Proyek 9 No.1.
Konstruksi Bangunan Gedung, Tesis Yullianti. (2008). Pengembangan Indikator
Magister Manajemen dan Rekayasa Penilaian Kinerja Supply Chain Pada
Konstruksi, Institut Teknologi Bandung. Proyek Konstruksi Bangunan Gedung.
Pengertian Efisiensi. Tesis Magister Manajemen dan Rekayasa
http://kamusbahasaindonesia.org Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.
Pengertian HPL. http://www.blogger.com
Prasetya, Hery. dan Lukiastuti, Fitri. (2011).
Manajemen Operasi. Yogyakarta: CAPS.
Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain
Management. Surabaya: Guna Widya.