Anda di halaman 1dari 14

2014 JURNAL FONDASI, Volume 3 Nomor 1

ANALISIS KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK


KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

Andi Maddeppungeng1), Irma Suryani2), Rohaesih Yuliatin3)


1) 2)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jenderal Sudirman Km.3 Cilegon 42435
E-mail : a94272_98342_77234782@yahoo.co.uk
3)
Alumni Program Studi S-1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRAK
Suatu proyek memiliki item pekerjaan yang banyak. Kompleksitas pekerjaan menyebabkan banyaknya
pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi konstruksi menyebabkan terjadinya fragmentasi. Maka
dilakukan penerapan konsep supply chain management untuk mengetahui pola jaringan supply chain dan
kinerja supply chain terhadap indikator–indikator penilaian kinerja yang mengandung konsep value,
conversion, dan flow.
Metode yang digunakan yaitu dengan mengolah data kualitatif yang selanjutnya dilakukan analisis
deskriptif dengan menggambarkan data yang didapat dan akan menghasilkan bentuk pola dari hasil
wawancara. Pada studi kasus diperoleh pola jaringan khusus dimana peran pengguna jasa sangat besar dalam
menentukan jaringan supply chain, yang dipengaruhi oleh metoda kontrak, lingkup bisnis pengguna jasa,
serta adanya strategi pengadaan yang dilakukan oleh kontraktor.
Dari 12 (dua belas) indikator penilaian kinerja, dengan lingkup pekerjaan arsitektur terlihat bahwa
terkait dengan konsep conversion, flow, dan value , diperoleh kinerja supply chain proyek studi kasus dapat
dikatakan baik terhadap pemahaman dan penerapan konsep conversion dengan adanya usaha penerapan
collaboration design. Konsep aliran (flow) juga telah diterapkan dengan melakukan suatu manajemen
pengadaan yang baik pada pelaksanaan pekerjaan. Untuk konsep nilai (value) pemahaman kontraktor masih
kepada kesesuaian antara perencanaan/ design dengan hasil pekerjaan yang dilaksanakan, hanya menyangkut
mutu dari pekerjaan. Indikator penilaian kinerja yang ada terlihat bahwa kontraktor telah memahami
pentingnya kinerja supply chain dan telah melakukan usaha-usaha perbaikan dan peningkatan untuk
tercapainya efektifitas dan efisien proyek konstruksi bangunan gedung.
Kata Kunci : supply chain, kinerja, bangunan gedung, konversi, aliran, nilai.

ABSTRACT
A project has many work items. Work complexities in production construction make many parties
involved in it fall into fragmentation. Because of that, the concept of Supply Chain Management is applied to
identify the supply chain network pattern and the performance of supply chain against the indicator -
performance-assessing indicator that consists of value, conversion, and flow.
The method used is a method which processes qualitative data that is then descriptively analyzed by
figuring out the data collected, which later produces a pattern form the interview. In the case study, I get
special network pattern where the role of service user is very big in determining supply chain network, which
is affected by the contract method, the business scope of the service user, and the existence of procurement
strategy committed by the contractor.
From the twelve performance-assessing indicators, with architectural work environment, it is obvious
that in connection with the concepts of conversion, flow, and value, the study case of supply chain
performance can be considered good towards the understanding and application of conversion concept with
the occurrence of collaboration design. Flow concept has also been applied by committing good
procurement management in the working process. For value concept, the contractor’s understanding is still
in the correlation between the plan/design and the work results achieved, only related to the work quality.
The performance-assessing indicator shows that the contractor has understood the importance of supply
chain performance and has done efforts to fix and make some improvement in order to gain effectiveness and
efficiency in the construction project of making a building.
Keywords: supply chain, performance, building, conversion, flow, value.
1. PENDAHULUAN lainnya. Proyek konstruksi gedung memiliki
Industri konstruksi yang beragam dengan item pekerjaan yang banyak dan beragam
tingkat spesialisasi yang tinggi mengakibatkan dengan kompleksitas jenis pekerjaan yang
industri ini memiliki karakteristik yang unik sangat tinggi dan juga membutuhkan keahlian
dan sangat berbeda dengan industri konstruksi yang khusus sesuai bidang pekerjaan dalam

Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 36


JURNAL FONDASI, Volume 4 Nomor 1 2015

proses produksinya. Hal ini yang dapat telah teridentifikasi dengan berbagai indikator
menyebabkan terjadinya pemecahan paket pengukuran yang telah dikembangkan pada
pekerjaan menjadi paket pekerjaan yang lebih penelitian sebelumnya, terutama pada kajian
kecil dimana masing – masing paket pekerjaan hubungan antara pihak yang terlibat dalam
akan melibatkan pihak – pihak tertentu. supply chain konstruksi bangunan gedung.
Supply Chain adalah Rumusan Masalah
perusahaan/organisasi yang terlibat dalam Pertama, Seperti apa bentuk pola jaringan
suatu rangkaian kegiatan perubahan material supply chain dan yang mempengaruhinya.
dimulai dari tahapan material alam hingga Kedua, gambaran kinerja dari supply chain
menjadi produk akhir (seperti jalan atau yang di pengaruhi bentuk pola jaringannya.
bangunan). Keterlibatan dan hubungan antar Ketiga, bagaimana solusi dari masalah dengan
pihak dalam proses produksi akan membentuk memproses dan menyimpulkan data yang
suatu pola hubungan Supply Chain, maka didapat.
dibutuhkan suatu pengembangan konsep Tujuan Penelitian
manajemen yang dapat mengelola hubungan Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui
antar rantai pasok yang dapat menghasilkan kinerja supply chain terhadap indikator –
produk konstruksi. indikator penilaian kinerja yang mengandung
Pengelolaan supply chain di industri konsep value, conversion, dan flow yang telah
konstruksi adalah salah satu usaha teridentifikasi, sebagai langkah awal
peningkatan kinerja. Pengelolaan supply chain pencapaian efisiensi pada industri konstruksi.
harus efektif dan efisien karena dapat
memberikan daya saing yang sangat tinggi 2. TINJAUAN PUSTAKA
pada perusahaan konstruksi. Supply chain a. Cut Zukhrina Oktaviani (Institut
konstruksi akan memberikan konstribusi Teknologi Bandung, 2008) “Kajian Kinerja
terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, Supply Chainpada Proyek Konstruksi
sehingga suatu supply chain konstruksi Bangunan Gedung”. bahwa upaya
memiliki potensi yang memungkinkan untuk meningkatkan kinerja supply chain dengan
dilakukannya peningkatan dalam industri menggunakan 10 (sepuluh) indikator
konstruksi. Peningkatan yang dapat dilakukan penilaian, bahwa memang kontraktor telah
adalah melalui hubungan manajemen terhadap memahami konsep conversion dan telah
organisasi yang terlibat dalam suatu jaringan merupakan bagian dari kegiatan produksinya
supply chain. secara khusus, Disisi lain indikator yang
Dari hasil penelitian susilawati (2005) menyangkut dengan implementasi konsep
telah teridentifikasi empat bentuk pola supply flowdan value masih memerlukan perhatian
chain yang biasa ditemui dalam proyek – untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan di
proyek konstruksi khususnya bangunan masa yang akan datang agar dicapai efektifitas
gedung, dimana empat pola ini tediri dari pola dan efisiensi supply chain proyek konstruksi
umum yang dibentuk berdasarkan metode bangunan gedung.
Kontrak Umum/General Contract Method dan b. Susilawati (Institut teknologi Bandung,
metode Kontrak Terpisah/Separate Contract 2005),Melakukan penelitian tentang “Studi
Method. Setelah diketahui pola supply chain, Supply Chain Konstruksi Pada Proyek
maka selanjutnya akan dilakukan pengukuran Konstruksi Bangunan Gedung”. peran owner
terhadap kinerja dari pola yang telah dalam penyusunan jaringan supply chain
teridentifikasi. Pengukuran dilakukan untuk konstruksi pada proyek konstruksi bangunan
mendapatkan gambaran kinerja dari pola gedung sangat besar karena terjadi proses
supply chain proyek konstruksi banguna konstruksi yang dimulai dari owner dan
gedung, terutama terhadap pengelolaan berakhir pada owner. Pola hubungan antara
hubungan para pihak yang terlibat dalam owner dengan pihak penyedia jasa lainnya
proses produksi proyek konstruksi bangunan selain kontraktor, sehingga terbentuk pola
gedung. hubungan yang setara antara kontraktor,
Berdasarkan uraian diatas, maka pada subkontraktor, dan spesialis sebagai organisasi
penelitian ini akan dilakukan analisis atau tingkat ke dua yang memiliki hubungan
pengukuran kinerja dari pola supply chain langsung dengan owner sebagai organisasi
proyek konstruksi bangunan gedung yang tingkat pertama.

Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 37


2015 JURNAL FONDASI, Volume 4 Nomor 1

Pola keterlibatan owner yang sangat intensif


dalam pengadaan material – material tertentu
yang memiliki potensi pengadaan yang besar,
baik ditinjau dari volume maupun nilai
pengadaannya. Pengadaan material langsung
oleh owner tersebut menunjukan adanya
hubungan langsung antara owner dengan
berbagai supplier.
c. A. Gunasekaran, et al (University Of
Illinois, 2004), Melakukan penelitian tentang
”A Framework For Supply Chain Performance
Measurement”. Dari penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa upaya untuk mengelola
rantai pasok dapat menghasilkan keuntungan
finansial bagi perusahaan, Supply chain
management yang efektif juga dapat Gambar 1. Alur Penelitian
membantu meningkatkan pelayanan Sumber : Analisa Penulis, 2013
pelanggan. Digunakan 4 (empat) pengukuran
kinerja rantai pasok yaitu, Rencana yang 1. Pengumpulan Data Primer
berkaitan dengan produktivitas dan waktu, Pengumpulan data primer merupakan data
sumber daya yang berkaitan dengan kinerja, yang diperoleh langsung berhubungan dengan
membuat produk yang berkaitan dengan responden, tanpa melalui perantara atau pihak
kualitas dan jadwal yang berkaitan dengan lain, misalnya dari suatu badan statistik atau
kepuasan pelanggan dan efektivitas jadwal referensi data lainnya.
perencanaan distribusi. Pada penelitian ini wawancara diadakan
d. Ashish Agarwal dan Ravi Shankar langsung dengan pihak yang diwawancarai
(Institut Teknologi India, 2005) tentang yaitu : project manager, site engeneering
“Modeling Supply Chain Performance manager, site operation manager, quality
Variables”. Dari penelitiannya dapat control dan divisi logisticperusahaan
disimpulkan bahwa pengurangan lead–time konstruksi. Wawancara ini telah disusun
dianggap sebagai salah satu variabel yang sedemikian sehingga dapat memudahkan
paling penting untuk meningkatkan supply responden untuk menjawab pertanyaan-
chain performance, pengurangan lead–time pertanyaan yang ada, daftar pertanyaan
membantu untuk membuat
Kajian
pengiriman cepat,
Pendahuluan
wawancara dibagikan kepada responden untuk
yang lebih lanjut meningkatkan tingkat dilihat terlebih dahulu materi wawancara
pelayanan. dengan mendatangi langsung pihak yang
Identifikasi Permasalah diwawancara.
dan
Tujuan Penelitian

2. Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder berupa data yang
diperoleh dari referensi tertentu atau
literature–literature yang berkaitan dengan
kinerja supply chain.Pengumpulan data
sekunder bertujuan untuk mendapatkan
3. METODOLOGI PENELITIAN informasi dan data mengenai teori-teori yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang
Penentuan indikator penilaian kinerja diperoleh dari berbagai penelitian yang
supply chain
berkaitan langsung dengan supply chain, baik
itu penelitian tugas akhir, tesis, maupun jurnal
Pengumpulan Data Primer dan
Sekunder
dan literatur-literatur bahan kuliah dari
berbagai perguruan tinggi yang berkaitan
Analisis Data Primer
Dan Hasil Wawancara
dengan pokok bahasan, media internet dan
media cetak lainnya.
Studi Literatur
Pengukuran Kinerja Supply Chain
Konstruksi Bangunan Gedung - Supply Chain Management
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa |
- Pengelolaan Supply Chain pada 38 Industri
Konstruksi
- Pola Supply Chain Konstruksi Bangunan Gedung
Kesimpulan - Penelitian Terdahulu
dan saran
JURNAL FONDASI, Volume 4 Nomor 1 2015

3. Teknik Analisis besar seperti paket pekerjaan struktur,


arsitektur, interior, dan mekanikal/elektrikal
Teknik analisis yang akan digunakan pada
yang dipecah dalam tender yang berbeda.
penelitian ini dilakukan melalui
Dengan adanya pemecahan paket
eksplorasi/mengkaji secara mendalam
pekerjaan oleh owner, membuat lingkup
terhadap kinerja pola supply chain oleh proyek
pekerjaan kontraktor akan semakin sempit.
konstruksi bangunan gedung yang sedang
Dalam lingkup yang sempit ini, maka material
dilaksanakan oleh satu kontraktor BUMN
utama yang menjadi fokus kontraktor pada
yang berada di kota Tangerang. Analisis ini
pekerjaan arsitektur, yaitu pintu besi di supply
dilakukan terhadap faktor-faktor yang
oleh owner. Dengan demikian, kontraktor
mempengaruhi kinerja pola supply chain yang
hanya mendapatkan pemasangan pintu kaca
ada berdasarkan indikator-indikator kinerja
untuk kamar mandi.
yang telah teridentifikasi melaluimetode
Kontraktor mendapat dua paket pekerjaan
penelitian kuantitatif dan kualitatif yang
yaitu pekerjaan struktur dan arsitektur. Dalam
nantinya akan dianalisis menggunakan analisis
penelitian ini yang akan dibahas yaitu paket
deskriptif. Analisis deskriptif yaitu analisis
pekerjaan arsitektur dengan jenis pekerjaan
dengan menggambarkan data yang telah
yaitu: pekerjaan dinding, lantai, dan plafond.
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
Dari proses penelitian terhadap pihak-pihak
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
yang terlibat, maka diperoleh pemetaan
untuk umum atau generalisasi
hubungan yang terjadi pada proyek studi kasus
(Sugiyono,2012, p. 147).
dengan adanya pemisahan paket pekerjaan
yang dilakukan oleh pemilik .

TINGKATAN
ORGANISAS
I
PEMILIK PROYEK
MK Profesional
ORGANISASI
TINGKAT 1

ORGANISAS
I TINGKAT 2
KONSULTAN
KONSULTAN KONTRAKTOR
KONTRAKTOR
KONTRAKTOR A
A MANAJEMEN
PERENCANA PEKERJAAN LAIN
KONSTRUKSI

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Pola Supply Chain Konstruksi pada PEKERJAAN
PEKERJAAN
ARSITEKTUR
PEKERJAAN
ARSITEKTUR STRUKTUR
Proyek.
Proyek studi kasus adalah proyek
konstruksi bangunan gedung yang berfungsi
sebagai hotel.Proyek ini terdiri dari 18
lantai.Pemilik
ORGANISASproyek adalah lembaga swasta
I TINGKAT 3
yang bergerak dalam bisnis SUBKONTRAKTOR
properti.Metoda
(MANDOR) PEK. SUBKONTRAKTOR SUBKONTRAKTOR Material
utama
kontrak yang dilakukan pada proyek ini adalah
DINDING PEK. PLAFOND PEK. LANTAI

metode kontrak terpisah (separate contract


method),ORGANISAS
dengan menempatkan manajemen
konstruksi profesional
I TINGKAT 4 sebagai wakil pemilik.
Pada proyek pekerja ini ownerAlat
melakukan
material pekerja Alat material material Alat pekerja
pemecahan kontrak yang dimulai dari
POLA 2 POLA 1’
POLA 11
pemecahan kontrak paket–paket pekerjaan
11’1’
HUBUNGAN KONTRAK
(ALIRAN PASOKAN
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa |
MATERIAL,ALATDAN
PEKERJA)
39

HUBUNGAN KOORDINASI
DALAM
PROSESPRODUKSI
2015 JURNAL FONDASI, Volume 4 Nomor 1

Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 40


Gambar 2. Merupakan pola hubungan jaringan supply chain yang terjadi pada proyek studi kasus
dan terdapat 3 (tiga) pola hubungan supply chain yang teridentifikasi
Pola 1 (satu), terjadi pada pekerjaan dinding memungkinkan kontraktor memiliki hubungan
yang disubkontrakkan oleh kontraktor kepada dengan penyedia material pada tingkatan hulu,
subkontraktor, berupa pengadaan pekerja dan hal ini terjadi mungkin karena pengadaan
alat, namun material diadakan sendiri oleh volume yang sangat besar.
kontraktor (berupa pengadaan material bata Jenis material bata ringan,M-U, alumunium
ringan dan semen instan). composite panel dan kolom praktis yang
a. Pola 1’ (satu), terjadi pada pekerjaan diadakan langsung oleh kontraktor pada
lantai yang disubkontrakkan oleh proyek ini.
kontraktor kepada subkontraktor, berupa Pengadaan jasa pada pekerjaan-pekerjaan yang
pengadaan pekerja dan alat, namun pengadaannya cukup besar akan dilakukan
material diadakan sendiri oleh langsung oleh owner. Hal ini dilakukan karena
kontraktor(berupa material M-U),untuk pekerjaan tersebut memilki nilai kontrak yang
lantai dasar, dan lantai atas menggunakan cukup besar yaitu pada pekerjaan interior,
material karpet yang pengadaannya pintu utama dan karpet. Sehingga akan dapat
dilakukan oleh kontraktor lain yang mengurangi biaya material namun untuk
berkontrak langsung dengan owner. pekerjaan pemasangannya diserahkan kepada
c. Pola 2 (dua), terjadi pada pekerjaan kontraktor atau subkontraktor.
plafond yang disubkontrakkan oleh Adanya jenis pekerjaan yang menuntut
kontraktor kepada subkontraktor dengan spesialisasi diluar kompetensi kontraktor,
alat, pekerja, dan material diadakan sendiri maka pekerjaan tersebut akan disubkontrakkan
oleh subkontraktor tersebut. Sedangkan untuk pengadaan material langsung
Kontraktor menerapkan pengadaan secara oleh kontraktor, pekerjaan pemasangan akan
terpusat, sehingga sebagian besar pengadaan dikerjakan oleh subkontraktor, sehingga
material yang dibutuhkan proyek dilakukan hubungan yang terjadi antara supplier dengan
oleh kantor pusat. Dengan demikian, maka subkontraktor hanyalah hubungan koordinasi
potensi dalam pengadaan yang dilakukan pada dalam proses produksi.
tingkat pusat secara kolektif, hal ini

Tabel 1. Jenis Indikator dan Rumus Penilaian Kinerja


No Indikator Rumus Penilaian Kinerja Konsep Indikator
Intensitas Perubahan/ Revisi
1. # revisi flow
Terhadap Rencana Kerja.
Intensitas Constraint Selama
2. # kendala flow
Pelaksanaan Pekerjaan.
Intensitas Rapat Koordinasi # Rapat /
3. flow
Antar Pihak yang Terlibat.
4. IntensitasDefect Pekerjaan Value, Conversion

Kinerja Supplier dalam


Flow,
5. Memenuhi Jadwal Pengiriman
Conversion
Material.

Waktu Tenggang (Lead Time)


6. antara Pemesanan (Order) dan Flow
Pengiriman (Deliver).

Intensitas Kejadian Reject Flow,


7.
Material Conversion
8. Inventory Material. flow
Keikutsertaan Subkontraktor
9. didalam Perencanaan Ada/Tidak ada Conversion
Pelaksanaan.
10. Intensitas Complaints dari # complaint Value
Owner Kepada Kontraktor dan
dari Kontraktor Kepada
Supplier.
11. Keterlambatan Owner dalam
# keterlambatan Value
Pembayaran Proyek.
12 Keikutsertaan Owner dalam
Ada/Tidak ada Conversion
Menentukan Supplier.

Metode kontrak terpisah yang dilakukan pada yang mengarah pada kontrol dan optimalisasi
proyek studi kasus, membuat pola hubungan sumber daya sudah dilakukan.
langsung pemilik dengan beberapa pihak yang Hal ini mungkin karena perusahaan kontraktor
terlibat dalam proses produksi. Adanya merupakan perusahaan BUMN yang telah
keterlibatan beberapa pihak sudah menjadi berpengalaman dalam menangani berbagai
pertimbangan kemampuan pemilik dalam jenis proyek bangunan gedung, meskipun
mengelola hubungan yang terjadi, ini terlihat proyek tersebut memiliki tingkat kompleksitas
dengan adanya manajemen konstruksi dan lingkungan yang berbeda, sehingga
professional yang ditempatkan sebagai wakil kontraktor sangat konsisten dalam
dari pemilik proyek. melaksanakan prosedur pelaksanaan
konstruksi.
2. Indikator Pengukuran Kinerja Supply Perusahaan konstruksi telah mulai menerapkan
Chain konsep partnering, artinya sudah ada usaha
Pengelolaan supply chain di tingkat untuk melakukan hubungan kerjasama jangka
proyek, merupakan usaha yang sangat penting panjang mengingat produksi proyek konstruksi
dalam membentuk suatu jaringan hubungan yang sangat singkat dan terbatas,
kerjasama yang efektif dan efisien antar pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu jaringan
supply chain pada pelaksanaan
pekerjaankonstruksi demi terwujudnya tujuan
bersama, yaitu dapat tercapainya value yang
maksimal yang pada akhirnya dapat memberi
kepuasan terhadap pihak pengguna jasa
konstruksi, denganwaste minimal bagi
customer (Cut Zukhrina, 2008).
Maka dari itu dengan melakukan
pengelolaan yang baik terhadap ke 3 (tiga)
prinsip utama yang terkandung didalam
konsep pada penelitian ini, yaitu conversion,
flow, dan value, merupakan suatu hal yang
penting didalam pengelolaan industri
konstruksi.
3. Kinerja Supply Chain pada Proyek
Studi Kasus
a. Konsep konversi
Pengontrolaan dan pengelolaan conversion
adalah bentuk optimalisasi penggunaan
sumber daya yang yang terlibat dalam suatu
jaringan supply chain. Menurut Cut Zukhrina
(2008), bahwa pengelolaan conversion di
industri konstruksi diharapkan dapat
meningkatkan efektifitas pelaksanaan proses
produksi di proyek konstruksi dapat berjalan
dengan baik.
Dari Tabel 2. terlihat bahwa kinerja proyek
studi kasus terhadap pemahaman indikator
Tabel 2. Kinerja Supply Chain pada Proyek Studi Kasus
Proyek A
Kontraktor A
No. Indikator Konsep
Pola-4
Swasta
1 Intensitas Perubahan/ Revisi Terhadap Rencana Kerja. Flow 3 kali
2 Intensitas Constraint Selama Pelaksanaan Pekerjaan. Flow 1 Kali
3a Intensitas rapat rutin harian intern kontraktor Flow 62.5 %
3b Intensitas rapat rutin mingguan ekstern Flow 100 %
3c Intensitas rapat rutin mingguan dengan owner flow 100 %
3d Intensitas rapat rutin mingguan manajemen review flow 100 %
3e Intensitas rapat koordinasi khusus 100 %
4 Intensitas Defect Pekerjaan Value, conversion 9,5 %
5 Kinerja Supplier dalam Memenuhi Jadwal Pengiriman Material. Value, conversion 100 %
6 Waktu Tenggang (Lead Time) antara Pemesanan (Order) dan flow
0%
Pengiriman (Deliver).
7 Intensitas Kejadian Reject Material Value, conversion 0%
8 Inventory Material. flow <2%
9 Keikutsertaan Subkontraktor didalam Perencanaan Pelaksanaan. conversion Ada
10a Intensitas complaint dari owner-kontraktor value 1 kali
10b Intensitas complaint dari kontraktor-supplier value 5 Kali
11 Keterlambatan Owner dalam Pembayaran Proyek. value Ada
12 Keikutsertaan Owner dalam Menentukan Supplier. conversion Ada
Sumber : Analisis Penulis, 2013
maka menerapkan konsep partnering adalah telah ditentukan.Dari ke tiga indikator terlihat
salah satu usaha untuk memperlancar aliran bahwa kegiatan dalam pengendalian defect
pasokan yang dirasa strategis untuk proses (pekerjaan yang tidak sesuai secara kualitas
produksi pada industri konstruksi dan standar dan kuantitas) telah biasa dilakukan dengan
mutu yang telah ditetapkan perusahaan akan baik oleh kontraktor, setiap adanya defect yang
tercapai sesuai dengan hasil pekerjaan, ditemukan dalam pelaksanaan pemeriksaan
tentunya hal ini dapat terwujud dengan biasanya akan langsung ditangani. Penanganan
melakukan kerjasama dengan pihak-pihak defect yang terjadi sangat bergantung kepada
yang mempunyai kinerja yang baik dan kebijakan dari manajemen proyek sendiri
terseleksi. maupun dari pemilik. Pada proyek swasta,
a. Konsep flow biasanya pencatatan defect melalui
Sistem perencanaan dan pengendalian pemeriksaan secara terpadu yang dilakukan
proyek merupakan salah satu bentuk pada saat akan melakukan serah terima
pengelolaan flowdalam pelaksanaan produksi. pekerjaan, sedangkan selama proses
Pemesanan material yang baik dengan pelaksanaan pekerjaan pencatatan defect hanya
lead time yang cukup, merupakan salah dilakukan secara intern kontraktor dan
satu cara terciptanya kelancaran pasokan biasanya tidak ada catatan khusus tentang
material, sehingga supplier akan melakukan adanya defect yang terjadi namun hanya
pemenuhan jadwal pengiriman material berupa pemberitahuan langsung kepada pihak
dengan baik. Hal ini dimungkinkan juga yang bersangkutan untuk selanjutnya
dengan adanya penerapan sistem kontrak diadakannya perbaikan.
payung terhadap beberapa material, sehingga Adanya ketidaksesuaian pekerjaan membuat
kontraktor dapat memastikan kualitas material pemilik akan menyampaikan complaint
nomor satu, dengan demikian tidak akan ada kepada pihak kontraktor, dengan adanya
material reject, jika pun ada kejadian reject personil intern kontraktor yang bertugas
material ini terjadi hanya terbatas pada sebagai Quality Control, yang salah satu
kesalahan supplier dalam mengirim material tugasnya yaitu mengawasi jalannya proses
dan perubahan jenis dan ukuran yang produksi agar produk yang dihasilkan adalah
digunakan, dimana hal tersebut dapat produk yang memiliki kualitas sesuai dengan
digolongkan sebagai reject material tetapi keinginan owner. Kontraktor telah
hanya besifat return. memperhatikan aspek complaint tersebut dan
Manajemen inventory yang dilakukan cukup telah menunjukan bahwa pemahaman terkait
baik, dan pengelolaannya pun berbeda untuk definisi value yang harus disampaikan kepada
tiap – tiap kontraktor. Pada proyek studi kasus pemilik sangat besar, namun pemahamannya
dimana setiap kedatangan material di site akan hanya terbatas pada value yang harus
dilakukan pemeriksaan dan pencatatan, setelah disampaikan kepada pemilik hanya sebatas
selesai divisi logistik akan langsung pada nilai kesesuaian hasil kerja dengan
menyerahkan material kepada para mandor spesifikasi dan volume yang tercantum di
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan dalam kontrak kerja.
produksi. Hal ini dilakukan supaya pihak
mandor merasa bertanggung jawab terhadap 5. KESIMPULAN DAN SARAN
material yang di supply langsung oleh a. Kesimpulan
kontraktor. 1) Bentuk jaringan pola supply chain
b. Konsep value dipengaruhi oleh :
Penciptaan value yang sesuai dengan a) Metoda Kontrak yang Digunakan
keinginan konsumen yang artinya memberikan Adanya peran owner yang sangat besar
kepuasan terhadap konsumen, merupakan dalam pembentukan jaringan pihak-pihak
prinsip dasar dari semua tahapan proses yang terlibat dalam proses produksi
produksi suatu produk konstruksi. Menurut konstruksi. Metoda kontrak yang akan
Cut Zukhrina (2008), Value merupakan nilai dilakukan oleh owner, yang akan
yang ditentukan oleh konsumen, merupakan menentukan jaringan supply chain dan
kebutuhan yang harus diterima secara siapa saja yang akan berkontrak langsung
spesifikasi, waktu, tempat, dan biaya yang dengan owner. Pada proyek studi kasus
owner melakukan metoda kontrak
terpisah, sehingga akan banyak pihak b. Penerapan konsep aliran (flow) sudah
yang terlibat. Maka untuk mengatasi dilakukan dengan adanya usaha-usaha
keterlibatan banyak pihak owner harus yang dilakukan dalam produksi
mempunyai suatu manajemen konstruksi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
professional yang dapat mengelola dan Terkait dengan kelancaran pasokan
mengkoordinasi pihak-pihak yang material yang merupakan kebutuhan
terlibat. utama pada proses pelaksanaan pekerjaan
b) Lingkup Bisnis Owner di lapangan. Pengelolaan yang dilakukan
Adanya lingkup bisnis properti owner dengan cara meminimalkan pemborosan
yang akan dihasilkan memiliki tujuan material yang mungkin terjadi, pihak
investasi.Pola hubungan yang terjadi kontraktor menerapkan sistem potongan
antara owner dengan pihak penyedia jasa harga untuk material yang di supply
lainnya selain kontraktor, mengakibatkan sendiri oleh kontraktor yang akan
terbentuknya hubungan yang setara antara digunakan oleh subkontraktor. Hal ini
kontraktor, subkontraktor, dan spesialis dilakukan untuk meminimalisir waste
sebagai organisasi tingkat ke dua yang yang bisa terjadi.
memiliki hubungan langsung dengan c. Penerapan konsep value pada proyek
owner sebagai organisasi tingkat pertama. sudah mulai dilakukan, hal ini dapat
Pola tersebut menunjukkan adanya tujuan dilihat dengan pemahaman pihak yang
investasi, maka owner akan terlibat untuk dapat menyampaikan nilai
memanfaatkan segala cara yang ada sesuai dengan spesifikasi yang
dalam usaha untuk menekan biaya yang disyaratkan oleh pengguna jasa
ditimbulkan termasuk biaya dalam konstruksi. Namun pencapaian nilai yang
tahapan produksi, untuk mempercepat dihasilkan hanya berdasarkan kesesuaian
pengembalian modalnya. hasil design yang menyangkut dengan
c) Strategi pengadaan oleh kontraktor mutu.
Kontraktor akan menentukan pihak-pihak 3) Rekomendasi yang ditawarkan yaitu
yang terlibat dalam proses produksi. dengan menerapkan sistem informasi
Pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dan koordinasi yang baik antar pihak-
kontraktor selanjutnya akan dibagi pihak yang terlibat dalam proses
kedalam jenis pekerjaan yang akan produksi dengan cara pembentukan
dikerjakan sendiri dan pekerjaan yang hubungan kerjasama jangka panjang
akan disubkontrakkan. Maka kontraktor antar pihak kontraktor,
memiliki peran dalam pembentukkan
subkontraktor, dan supplier.
jaringan supply chain pada proyek
b. Saran
konstruksi yang sedang dikerjakan.
Kekurangan yang ada dalam penelitian ini
2) Kinerja supply chain pada proyek studi
diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi
kasus dapat dikatakan baik terhadap
penelitian selanjutnya dalam melakukan kajian
konsep conversion, flow, dan value :
secara lebih mendalam untuk memperoleh
a. Konsep conversion, dimana pemahaman
pemahaman tehadap pola jaringan dan kinerja
dan penerapan yang dilakukan dilapangan
dari supply chain proyek konstruksi bangunan
sudah sangat baik, hal ini terlihat dengan
gedung. Rekomendasi yang dapat disampaikan
telah dilakukannya hubungan jangka
menyangkut hal-hal kinerja supply chain
panjang (partnering) yang sudah
sejalan dengan kesimpulan dan keterbatasan
dilakukan kontraktor dengan pihak
penelitian sebagai berikut:
subkontraktor dan supplier, sehingga
1. Perlu dilakukan penelusuran secara lebih
pengadaan material-material dilakukan
mendalam kepada pihak-pihak yang
secara terpusat untuk memenuhi
terlibat dalam proses produksi seperti
kebutuhaan proyek-proyek yang sedang
supplier, subkontraktor, nominated
di tangani. Kontraktor juga telah
subcontractor, dan owner. Sehingga
memahami pentingnya collaborative
diharapkan akan dapat memberikan
design, hal ini terlihat sudah adanya
gambaran bagaimana pihak-pihak yang
keikutsertaan subkontraktor dalam
terlibat memberikan kontribusinya untuk
perencanaan pelaksanaan pekerjaan.
terciptanya efektifitas dan efisiensi Rahmadi, Arif. (2008).Kajian Penerapan
kinerja supply chain. Manajemen Supply Chain pada Proyek
2. Pengukuran kinerja dilakukan terhadap Konstruksi. Tesis Magister Bidang Ilmu
keseluruhan waktupelaksanaan Teknik. Universitas Indonesia.
pekerjaan, dan keseluruhan jenis Sidarto.(2008). Konsep Pengukuran Kinerja
pekerjaan supaya kinerja proyek Supply Chain Management pada System
konstruksi dapat diketahui secara Manufactur dengan model performance
mendalam. of Activity dan Supply Chain Operations
3. Perlu pengembangan indikator penilaian reference. Jurnal Teknologi Industri Vol.
yang mengandung konsep value, agar 1. 2008: 68-77.
dapat diketahui kinerja dari jaringan Soeharto, Imam. (1997). Manajemen Proyek.
supply chain yang ada pada proyek Jakarta: Erlangga.
konstruksi Soepiyandi, Sutoyo. dkk. (2011). Pengaruh
Rantai Pasok Terhadap Kinerja
6. DAFTAR PUSTAKA Kontraktor Bangunan Gedung di Jember.
Agarwal, Ashish. & Shankar, Ravi. (2005). Penelitian. Institut Teknologi Sepuluh
Modeling Supply Chain Performance November.
Variables. Asian Academy of Sugiyono. (2012).Metode Penelitian
Management Journal, Vol. 10, No. 2, 47- Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
68. Yogyakarta: Alfabeta.
Anggraeni, Widya. (2009). Pengukuran Suhartati, Titi. (2012). Pengaruh Strategi
Kinerja Pengelolaan Rantai Pasokan bersaing Terhadap Hubungan antara
pada Pt. Crown Closures Indonesia. Supply Chain Management dan Kinerja
Jurusan Teknik Industri Universitas (Studi Pada Perusahaan Manufactur
Gunadarma. yang Terdaftar Di BEI).
Ariani, Desi. (2013). Analisis Pengaruh Susilawati. (2005),Studi Supply Chain pada
Supply Chain Management Terhadap Proyek Konstruksi Bangunan Gedung,
Kinerja Perusahaan. Tugas Akhir Tesis Magister Manajemen dan Rekayasa
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.
Diponegoro. Vrijhoef, Ruben. & Koskela, Lauri. (1999,
Delfebriyadi. (2013).Materi Ajar Manajemen July 26-28). Roles of Supply Chain
konstruksi. Universitas Andalas. Management in Construction.
Fibra, Reelianto., Façade Arsitektur Proceedings IGLC-7 , University of
Curtain Wall-01. 25 Agustus 2008. California, Berkeley, CA, USA.
Gunasekaran, A., et al. (2004). A Framework Wirahardikusumah, Reini D, dan Susilawati.
For Supply Chain Performance (2006). Pola Supply Chain pada Proyek
Measurement. International Journal of Konstruksi Bangunan Gedung. Jurnal
Productions Economics 87 (2004) 333- Teknik Sipil Vol. 13 No. 3.
347. Yudoko, Gatot. (2010). Strategi Operasi Tim
Mutia, Nila. (2009) Usulan Rancangan Supply Chain Management dengan
Kinerja Perusahaan. Universitas Pendekatan Value-Based Management:
Indonesia. Studi Kasus Perusahaan Minyak dan Gas
Oktaviani, Cut. Zukhrina. (2008).Kajian Bumi. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.
Kinerja Supply Chain pada Proyek 9 No.1.
Konstruksi Bangunan Gedung, Tesis Yullianti. (2008). Pengembangan Indikator
Magister Manajemen dan Rekayasa Penilaian Kinerja Supply Chain Pada
Konstruksi, Institut Teknologi Bandung. Proyek Konstruksi Bangunan Gedung.
Pengertian Efisiensi. Tesis Magister Manajemen dan Rekayasa
http://kamusbahasaindonesia.org Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.
Pengertian HPL. http://www.blogger.com
Prasetya, Hery. dan Lukiastuti, Fitri. (2011).
Manajemen Operasi. Yogyakarta: CAPS.
Pujawan, I Nyoman. (2005). Supply Chain
Management. Surabaya: Guna Widya.

Anda mungkin juga menyukai