Anda di halaman 1dari 84

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

KURANG ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL


DI PUSKESMAS KARANG ANYAR LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Nama : Ike Turlastri
NPM : 230107035P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


TERAPAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization)

melaporkan bahwa ibu hamil yang mengalami defisiensi besi

sekitar 35-37% serta semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian

ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada

kehamilan yang disebabkan oleh defisiensi besi dan

perdarahan akut. Prevalensi anemia pada ibu hamil tahun 2005

adalah 24,8% dari total penduduk dunia. Sekitar 2 milyar

orang atau 30% dari populasi dunia diketahui anemia terutama

anemia defisiensi besi. Sedangkan pada tahun 2012, WHO

melaporkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia

berkisar rata-rata 41,8% . Anemia dalam kehamilan merupakan

masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan


tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan

yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan sebesar

72,6%. WHO juga menunjukkan prevalensi 3 anemia pada ibu

hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %,

Amerika 24,1 % dan Eropa 25,1 %. prevalensi anemia di

negara berkembang relatif tinggi yaitu 33% sampai 75%

(Suyani, 2019).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

menunjukkan bahwa prevalensi risiko KEK pada ibu hamil

masih terbilang cukup tinggi yaitu sebesar 17,3% (Kemenkes

RI, 2021a). Tingginya prevalensi tersebut membuat

ditetapkannya penurunan persentase ibu hamil KEK menjadi

salah satu dari beberapa Sasaran Strategis Kementerian

Kesehatan tahun 2020-2024 dalam Renstra Kemenkes tahun

2020. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut diharapkan

presentase KEK pada ibu hamil di Indonesia dapat mengalami

penurunan yaitu menjadi 16%. Adapun untuk dapat


mengetahui seorang ibu hamil mengalami KEK atau tidak

dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah

dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA) ibu hamil.

Apabila LiLA ibu hamil berukuran <23,5cm maka ibu tersebut

memiliki potensi untuk KEK dan diprediksikan bayi yang akan

dilahirkan mengalami BBLR.

Berdasarkan sumber data laporan rutin tahun 2020

diketahui sebanyak 4.656.382 ibu hamil dari 34 provinsi di

Indonesia diukur lingkar lengan atasnya dan didapatkan

sebanyak 451.350 ibu hamil dengan LiLA <23,5cm

(mengalami resiko KEK) (Kemenkes RI, 2021a). Dari data

tersebut, diketahui bahwa persentase ibu hamil KEK di

Indonesia ialah sebesar 9,7% yang mana artinya bahwa

pencapaian tersebut sudah melampaui target. Meskipun target

penurunan persentase ibu hamil KEK sudah terlampaui,

ternyata masih terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang

tetap memiliki persentase ibu hamil KEK di atas 16%, yaitu


Maluku, Papua, dan NTT. Selain itu, prevalensi remaja putri

berusia 15-19 tahun yang mengalami KEK masih terbilang

tinggi, yaitu sebesar 36,3%. Remaja dengan kondisi KEK

memiliki risiko yang besar untuk mengalami KEK pada masa

kehamilan. Oleh karena itu, perlu adanya intervensi untuk

mencegah hal tersebut terjadi (Dimas, dkk 2022)

Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau

beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang

dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:

jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau

keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk

diserap dan digunakan untuk tubuh (Muhamad & Liputo,

2017).

Terjadinya KEK pada ibu hamil disebabkan oleh

berbagai faktor. Penelitian Harismayanti dan Syukur pada

tahun 2021 menunjukkan bahwa masalah KEK dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu faktor pola konsumsi, paritas,


asupan gizi, ekonomi, pengetahuan, konsumsi makanan

tambahan, serta konsumsi tablet FE. Selain itu juga, terdapat

faktor yang sangat berpengaruh terhadap kejadian KEK yakni

pola konsumsi ibu hamil dan Berat Badan (BB) ibu sebelum

hamil. Perubahan pola konsumsi pada ibu hamil dapat terjadi

karena menurunnya nafsu makan yang disebabkan oleh mual

sehingga menyebabkan perubahan pola konsumsi

(Harismayanti, 2021). Adapun berat badan ibu sebelum hamil

ratarata menunjukkan BB di bawah berat normal.

Faktor yang menyebabkan masalah KEK pada ibu hamil

diantaranya kekurangan zat besi atau anemia, usia pertama

yang terlalu muda atau masih remaja dan yang biasanya

memiliki status gizi lebih rendah apabila tidak di imbangi

dengan asupan makanan dalam jumlah yang cukup, jarak

kelahiran yang terlalu dekat menyebabkan buruknya status gizi

pada ibu hamil, usia kehamilan pada awal-awal kehamilan,

penggunaan kontrasepsi sebelumnya dan rendahnya


pendidikan (Ary dan Rusilanti, 2015)

Hasil Penelitian lilis suryani dkk 2021, Yang berjudul

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kekurangan

Energi Kronik pada Ibu Hamil . Hasil analisis menunjukkan

bahwa usia ibu jarak kehamilan (p value:0,000) dan paritas (p

vaue:0,000) memiliki hubungan signifikan dengan terjadinya

kekuarangan energi kronik, sedangkan usia ibu hamil ( p

value:0,147) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

terjadinya kekuarangan energi kronik. Berdasarkan model

akhir analisis multivariat variabel yang paling besar

pengaruhnya terhadap kekurangan energi kronik adalah

variabel jarak kehamilan. Diharapkan kepada ibu hamil agar

melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin minimal 4 kali

selama kehamilan untuk menmantau kesehatan ibu dan bayi

sehingga mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dan

persalinan.
Hasil Penelitian Novita Mansoben dan Maylar Gurning

Tahun 2022, Yang berjudul Pengetahuan dukungan suami dan

Pendapatan ekonomi dengan kejadian Kekurangan Energi

Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah kerja Puskesmas

Remu Kota Sorong, Ringkasan Permodelan Akhir Hasil Uji

Regresi Logistik Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Kekuarangan Energi Kronis pada Ibu Hamil hasil

penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan (p value 0,0037 dan dukungan

suami (0,006) dengan kejadian kekurangan energi kronis pada

ibu hamil.

Hasil penelitian krise tahun 2021, Ada hubungan antara

usia ibu, anemia dan emesisi gravidarum dengan dengan

kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil,

kategori hubungan erat, Tidak ada hubungan antara umur

kehamilan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK)

pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota


Bengkulu tahun 2020. Dari hasil regresi logistik diketahui

bahwa anemia dan emesis gravidarum secara bersamaan

memiliki pengaruh terhadap kejadian kekurangan energi kronik

pada ibu hamil di Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun

2020. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

kekurangan energi kronik (kek) pada ibu hamil di wilayah

kerja puskesmas kandang kota Bengkulu.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan bahwa

prevalensi ibu hamil yang menderita KEK berada pada

wilayah Puskesmas Karang Anyar pada tahun 2023 dari 421

ibu hamil yang melakukan pemeriksaan. 20% dari jumlah

keseluruhan ibu hamil yaitu 84 ibu hamil merupakan ibu hamil

dengan faktor resiko, 46 dianataranya merupakan ibu hamil

dengan faktor resiko kurang energi konik (KEK).

Prasurvey yang dilakukan peneliti di Puskesmas Karang

Anyar pada bulan Februari 2023 dengan di lakukan

pemeriksaan dan Pengisian Qusioner. Tujuan penelitian ini


yaitu mengetahui dan menganalisis Faktor usia, pendapatan

ekonomi, Pendidikan, pengetahuan dengan kejadian

kekurangan energi kronis pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Karang Anyar. Urgensi (Keutamaan) penelitian ini

dilakukan adalah karena masih tingginya angka kejadian KEK

pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Anyar.

Risiko KEK yang tidak diatasi dapat menimbulkan masalah

kesehatan bagi ibu dan janin. Salah satu masalah ibu dengan

KEK adalah melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

maupun yang lebih fatal adalah kematian neonatus.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan

penelitian “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) terhadap pada Ibu

Hamil di Puskesmas Karang Anyar Kabupaten Lampung

Selatan Tahun 2024.

B. Rumusan Masalah

1.Rumusan Masalah Umum


Berdasarkan latar belakang masalah di atas adakah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan kejadian Kurang

Energi Kronis (KEK) terhadap pada Ibu Hamil di

Puskesmas Karang Anyar Kabupaten Lampung Selatan

Tahun 2024?”

2. Rumusan Masalah Khusus

a) Adakah hubungan antara tingkat Pendidikan Ibu hamil

dengan kejadian Kurang Energi kronik?.

b) Adakah hubungan antara tingkat paritas dengan

kejadian Kurang Energi kronik?.

c) Adakah hubungan antara tingkat Anemia pada ibu

hamil dengan kejadian Kurang Energi kronik?.

d) Adakah hubungan antara Riwayat Penyakit Infeksi

pada ibu hamil dengan kejadian Kurang Energi

kronik?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian Kurang

Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Karang

Anyar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2024.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat Pendidikan

ibu hamil dengan kejadian KEK pada ibu hamil di

Puskesmas Karang Anyar Kabupaten Lampung Selatan

Tahun 2024.

b) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat Paritas

dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas

Karang Anyar Kabupaten Lampung Selatan Tahun

2024.

c) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat Anemia

dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas

Karang Anyar Kabupaten Lampung Selatan Tahun

2024.
d) Untuk mengetahui hubungan antara Riwayat Penyakit

Infeksi pada ibu hamil dengan kejadian KEK pada ibu

hamil di Puskesmas Karang Anyar Kabupaten

Lampung Selatan Tahun 2024.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk

mendapatkan pengalaman dan pembelajaran untuk

mengembangkan asuhan ini kepada ibu hamil dalam

menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang

kesehatan khususnya Pada ibu hamil KEK ( Kurang

Energi Kronis).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Dapat menambah wawasan Kesehatan tentang


Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

Kurang Energi Kronis Pada Ibu hamil.

b. Bagi Puskesmas Karang anyar

Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi petugas

kesehatan dalam melakukan Asuhan Kebidan dan

Sebagai bahan informasi bagi Puskesmas Karang Anyar

Kabupaten Lampung Selatan di bidang pendidikan

kesehatan masyarakat khususnya dalam program

penanggulangan masalah Kurang Energi kronis (KEK)

pada ibu hamil.

c. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Diharapkan dari Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai informasi dan sarana pengetahuan bagi

mahasiswa di Universitas Aisyah Pringsewu

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan dasar

untuk penelitian selanjutnya.


E. Ruang Lingkup

Metode penelitian yang digunakan adalah Cross


Sectional merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan
mengambil waktu tertentu yang relatif pendek dan tempat
tertentu . Populasi penelitian ini adalah 46 ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Karang Anyar, Lampung Selatan.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara
menggunakan teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel yang
didapatkan adalah sebanyak 46 responden. Variabel independen
dari penelitian ini adalah Anemia, Paritas, pendidikan dan
Riwayat Penyakit Infeksi keluarga sedangkan variabel dependen
penelitian ini adalah Anemia yang berhubungan dengan
Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan Pengumpulan data, wawancara melalui lembar
pertanyaan yaitu kuesioner dan pengukuran menggunakan pita
Lingkar Lengan Atas (LILA). Data yang dikumpulkan dari data
primer dan data skunder. Data primer adalah data yang
didapatkan setelah responden mengisi kuesioner yang terdiri dari
Anemia, pendidikan, Paritas, dan Riwayat Penyakit infeksi dan
data sekunder nya adalah data jumlah Ibu Hamil dan ibu Hamil
Yang mengalami Anemia Melihat dari Hasil Pemeriksaan yang
sudah ada Pada buku KIA, dan ibu hamil yang mengalami kasus
KEK di Puskesmas Karang Anyar pada Tahun 2024.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teoritis

1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau

penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan luar

atau 9 bulan menurut kalender Internasional

(Wiknjasastro, 2018). Kehamilan adalah matarantai


yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

zigot. Nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai

aterm (Manuaba, 2012).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya lahir normal adalah 280 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3

triwulan, pertama dimulai dari konsepsi sampai 3

bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6

bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9

bulan (Eva, S. 2016).

Kehamilan yaitu pertumbuhan dan

perkembangan dari intrauterin mulai sejak konsepsi

sampai permulaan persalinan. Setiap bulan wanita

melepaskan satu sampai dua sel telur dari induk telur


(ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae)

dan masuk kedalam sel telur. Saat 8 9 melakukan

hubungan seksual, cairan sperma masuk ke dalam

vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki

rongga rahim lalu masuk ke dalam sel telur.

Pembuahan sel telur oleh sperma biasa terjadi dibagian

yang mengembang dari tuba falopii. Pada sekeliling sel

telur banyak berkumpul sperma kemudian pada tempat

yang paling mudah untuk dimasuki, masuklah 11 12

satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur.

Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah

dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak oleh

rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian

melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya

bersarang diruang rahim, Peristiwa ini disebut nidasi

(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan

waktu kira-kira 6-7 hari (Sumarmi, 2015)


1.2 Tanda-Tanda Kehamilan

Menurut Sibagariang (2016) perubahan fisiologis

yang timbul selama hamil dikenal sebagai tanda

kehamilan:

1) Tanda kehamilan belum pasti (Presumtive/Pr)

a) Pasien mengeluh tiba-tiba berhenti haid amenorhoe

b) Mual dan muntah

c) Sensasi meningkat, payudara tegang, ada benjolan

dan membesar.

d) Peningkatan frekuensi BAK

e) Fatique

f) Perubahan warna pada areola mamae, menjadi lebih

gelap

g) Suhu badan meningkat karena peningkatan

metabolisme

h) Keluar kolostrum, pada kehamilan 12 minggu 10

i) Sering meludah
j) Quickening: gerakan janin pertama sekali yang

dirasakan ibu

k) Pigmentasi pada kulit (cloasma, striae, linea nigra,

vaskuler spider, palmar erythema).

2) Tanda kehamilan mungkin (Possible/Pb)

a) Pengeluaran kolostrum bila puting susu dipencet.

b) Perubahan warna pada areola mamae

c) Terlihat adanya penonjolan kelenjar montgomery.

d) Perut membesar.

e) Pada palpasi teraba bagian-bagian janin.

f) Ballotement: Lenyingan janin.

g) Ada gerakan janin.

h) Meraba adanya pembesaran rahim.

i) Perubahan dari bentuk rahim.

j) Pelunakan dan pertumbuhan tidak merata pada

uterus s/d minggu ke-8.

k) Tanda Hegar: Isthmus melunak dan bisa dipegang


oleh dua tangan seolah bisa dipertemukan.

3) Tanda kehamilan pasti (Positive/Ps)

a) Dapat diraba: Pergerakan dan bagian janin.

b) Dapat dicatat (USG).

c) Dapat didengar (DJJ).

1.3. Komplikasi Kehamilan

Menurut Purwoastuti (2015) komplikasi yang dapat terjadi

pada saat kehamilan antara lain yaitu:

1) Kehamilan di luar kandungan yaitu kehamilan diluar

kandungan terjadi apabila sel telur yang sudah dibuahi tidak

menempel di rahim, namun pada tuba falopi.

2) Kehamilan dengan Diabetes. Pada saat hamil, tubuh

memproduksi beragam hormon yang terakadang dapat

menghentikan insulin hingga akhirnya terserang diabetes kala


kehamilan yang berdampak dengan melahirkan bayi besar.

3) Keguguran (abortus dan kematian bayi saat melahirkan.

Keguguran adalah kondisi kematian bayi pada usia di bawah 20

minggu kehamilan. Kematian bayi adalah kondisi kematian

bayi setelah berusia dua puluh minggu masa kehamilan.

4) Pembekuan darah. Pembekuan darah ditandai oleh rasa gatal

berlebih yang dialami oleh ibu hamil. Hal ini mendatangkan

dampak yang serius untuk kesehatan bayi.

5) Plasenta Previa. Plasenta previa adalah kelainan posisi

plasenta yang terletak di rahim bagian bawah.

1.4 Standar Asuhan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Ibu

Hamil

Menurut Wagiyo (2016) standar asuhan pelayanan pemeriksaan

Kesehatanibu hamil sebagai berikut:

1) Timbang berat badan (T1) Ukur berat badan dalam kilo

gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada


waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua atau tidak

melebihi 12 kg selama kehamilan.

2) Ukur tekanan darah (T2) Tekanan darah yang normal 110/80

– 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu

diwaspadai adanya preeklamsi.

3) Ukur tinggi fundus uteri atau TFU (T3) Hasil pengukuran

TFU harus sesuai dengan usia kehamilan

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan

(T4)

5) Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) (T5)

6) Pemeriksaan Hb (T6) Pemeriksaan VDRL (T7) merupakan

pemeriksaan untuk mendeteksi munculnya antibodi terhadap

bakteri Treponema pallidum, sering direkomendasikan dokter

bila seseorang memiliki gejala penyakit sifilis atau berisiko

tinggi terkena penyakit sifilis.

7) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan

payudara (T8), harus rutin dilakukan sejak masa kehamilan


untuk merangsang produksi ASI pada masa laktasi yang akan

datang.

8) Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil (T9),

bertujuan untuk meregangkan otot-otot ibu hamil yang tertarik

oleh berat janin serta melemaskan otot-otot reproduksi sebelum

persalinan agar lentur ketika tiba proses persalinan.

9) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)

10) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11) 11)

Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12) 12) Pemberian

terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13) 13)

Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

(T14)

2. Anemia dalam Kehamilan

2.1 Pengertian Anemia dalam Kehamilan

Menurut World Health Organization ( WHO ) anemia

pada ibu hamil adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin


(Hb) ibu dalam darahnya kurang dari 11,0 gr% sebagai akibat

ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah

(Erythropoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan

konsentrasi Hb pada tingkat normal.

Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan

kadar nilai hemoglobin kurang dari 11 gr% pada trimester satu

dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5gr% pada

trimester dua (Syaifuddin, 2002).

Anemia juga diartikan sebagai kekurangan salah satu zat,

yaitu zat besi, asam folat, vitamin B12, protein dan zat essensial

lainnya. Zat gizi yang paling berperan dan penyebab utama

anemia adalah zat besi (fe), itulah sebabnya anemia sering

diidentikkan dengan anemia defisiensi besi ( Maria, 2002 dalam

Takdir, 2017 ).

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah atau

hemoglobin menurun, sehingga kapasitas daya angkut oksigen

untuk kebutuhan organorgan vital pada ibu dan janin menjadi


berkurang. Selama kehamilan, indik asi anemia adalah jika

konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5 sampai dengan 11,0

gr/dl (Varney, 2006).

Anemia dapat terjadi bila keluarnya eritrosit dari sirkulasi

maupun penghancuran eritrosit meningkat tanpa diimbangi

dengan peningkatan kadar produksi, atau bila pelepasan

eritrosit kedalam sirkulasi 12 menurun. Demikian pula bila

kedua proses tersebut terjadi bersamaan ( Saidin, 2001).

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan

zat besi.Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang

dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan

pertumbuhan janin masih lambat. Setelah memasuki trimester

kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan

meningkat sampai 35%, ekuivalen dengan 450 gr zat besi untuk

memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus

mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin.Sedangkan saat

melahirkan, perlu tambahan besi 300-350 gr akibat kehilangan


darah.Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi

sekitar 40 gr per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak

hamil (Chareunnisa, 2008). Zat gizi yang paling berperan dan

merupakan penyebab utama anemia yaitu zat besi, itulah

sebabnya anemia sering diidentikkan dengan anemia defisiensi

besi (Maria, 2002 dalam Takdir, 2017).

Dari kebanyakan ibu hamil, anemia defisiensi besi

disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak memenuhi

syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat.Selain itu, kehamilan

berulang dalam waktu yang singkat dimana cadangan zat besi

ibu belum pulih akhirnya terkuras kembali untuk keperluan

janin yang dikandung berikutnya.Kebutuhan zat besi untuk tiap

wanita berbeda-beda sesuai siklus hidupnya.Wanita dewasa

tidak hamil kebutuhannya sekitar 26 gr perhari, sedangkan

wanita hamil perlu tambahan zat besi sekitar 20 gr pehari

(Chaerunnisa, 2008).
2.2 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan klsifikasi WHO tahun 1972 kadar

hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 3 kategori

seba gai berikut :

1. Anemia berat : < 8 gr%

2. Anemia ringan : 8 – 10 gr%

3. Normal : ≥ 11 gr% (Manuaba, 2010)

klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo

( 2002 ) dan (Tarwoto,dkk,2007) adalah sebagai berikut :

1. Anemia defisiensi besi

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan

adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya

asupan unsur besi dalam makanan, gangguan penyerapan,

peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau

banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya

perdarahan. Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran sel darah

merah lebih dari ukuran normal dan warna coklat, yang


disebabkan kekurangan ion Fe komponen hemoglobin dan

disertai dengan penurunan kuantatif pada sintesa hemoglobin.

Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun,

dengan gejala timbul karena jumlah hemoglobin tidak adekuat

untuk mengangkat oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi

klinik pucat, fertigo, keletihan, sakit kepala, depresi, takhikardi

dan amenorhe.

2. Anemia haemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau

pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari

pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-

kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala

komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita

dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil

maka anemianya bias anya menjadi berat.

3. Anemia megaloblastic

Anemia megaloblastik adalah sekelompok anemia yang


ditandai oleh adanya eritroblas yang besar yang terjadi akibat

gangguan maturasi inti sel yang dinamakan megaloblas.

Anemia megaloblas disebabkan oleh defisiensi B12, asam folat,

gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat, gangguan

sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim kongenital dan

didapat setelah pemberian obat sitostatik tertentu.

Patofisiloginya defiseinsi asam folat dan vitamin B12 jelas akan

menggangu sintesis DNA hingga terjadi gangguan maturasi inti

sel dengan akibat timbulnya sel – sel megaloblas.

4. Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena

sumsum tulang tidak mampu membuat sel-sel darah baru.

Penyebab anemia hipoplastik hingga kini belum diketahui 15

dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar

rontgen, racun dan obat-obatan.

2.3 Penyebab Anemia Dalam Kehamilan


Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah

kurangnya kadar Fe yang diperlukan untuk pembentukan Hb

sehingga disebut anemia defisiensi Fe. Penyebab terjadinya

anemia defisiensi Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor,

yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Secara langsung anemia

disebabkan oleh seringnya mengkomsumsi zat penghambat absorsi

Fe, kurangnya mengkomsumsi promoter absorbsi non hem Fe

serta ada infeksi parasit. Sedangkan faktor yang tidak langsung

yaitu faktor-faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi

kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi ketersediaan Fe dalam

makanan seperti ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya

pendidikan dan pengetahuan ( Tarwoto,dkk,2007) dan ( Purnawan,

2002 ). Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh :

1. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin

2. Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil

3. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan

4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi ( Fe ) pada


wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

(Prawirohardjo, 2002 ).

Menurut Julien Parise yang di kutip oleh Syarif ( 2002 )

menyebutkan status gizi dalam hal ini adalah anemia gizi dapat

dipengaruhi 16 oleh faktor-faktor internal dan eksternal sebagai

berikut :

1. Faktor internal meliputi antara lain umur, jarak kehamilan, berat

badan, jumlah anak, status kesehatan dan lain-lain.

2. Faktor eksternal meliputi antara lain besarnya keluarga,

pendapatan pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, produksi dan

faktor lingkungan lain.

2.4 Patofisiologi

Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena

selama kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dengan

adanya perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Pertambahan

volume darah selama kehamilan di sebut dengan hipervolemia.

Akan tetapi bertambahnya sel darah merah lebih sedikit


dibandingkan dengan bertambahnya plasma darah sehingga terjadi

pengenceran darah. Pertambahan berbanding sebagai berikut :

plasma darah 30%, sel darah merah 80%, dan hemoglobin 19%

( Hanifa, 2005).

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian

fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi ibu karena

pengenceran itu meringankan beban kerja jantung yang harus

bekerja lebih berat selama masa kehamilan yang disebabkan

peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung

akan menjadi ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi

perifer juga berkurang sehingga tekanan darah naik, dan pada

perdarahan selama persalinan banyaknya unsur zat besi lebih

sedikit hilang dibandingkan apabila darah itu tetap kental

(Manuaba, 2007 ). Hemodilusi ini menyebabkan pseudoanemia

atau anemia fisiologis.

Hemodilusi dimulai pada trimester pertama kehamilan

yaitu pada minggu 12 – 20 dan hemodilusi maksimal terjadi pada


umur kehamilan 20 – 36 minggu.Akibat hemodilusi saja kadar

hemoglobin darah ibu dapat menurun sampai 10 gr%, umumnya

kondisi ini karena turunnya cadangan zat besi (Sarimawar, 2003).

Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil menurut ( Sohimah, 2006

) dan ( Proverawati, 2011 ) adalah:

1. lemah, letih, lesu, mudah lelah dan lalai

2. Wajah tampak pucat

3. Sering pusing

4. Sulit konsentrasi dan mudah lupa

5. Mata berkunang-kunang

6. Sering sakit

7. Napsu makan berkurang

8. Napas pendek ( pada anemia berat )

9. Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda

2.5 Diagnosa Anemia

Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan :


1. Anamnesa Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, keluhan mual

muntah, lebih berat pada hamil muda (Sohimah, 2006 ). Bila

terdapat keluhan lemah, 18 nampak pucat, mudah pingsan

sementara tensi dalam batas normal, maka perlu dicurigai

anemia defisiensi besi. (Saifuddin, 2002 ).

2. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik didapatkan ibu

tampak lemah , kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi

masih dalam batas normal, pucat pada membran mukosa dan

konjuntiva karena kurangnya sel darah merah pada pembuluh

kapiler dan pucat pada kuku serta jari ( Saifuddin, 2002 ).

3. Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2

kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan

melihat hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnose

dapat dipastikan dengan pemeriksaan kadar Hb. Ada beberapa

metode untuk menentukan kadar Hb yaitu : a. Metode kertas

lakmus
Metode ini praktis dan sederhana serta tidak memerlukan

pereaksi ataupun peralatan tertentu, karena yang digunakan

adalah kertas yang di sebut kertas lakmus yang khusus untuk

menentukan kadar Hb. Caranya, setelah darah diteteskan di atas

permukaan kertas lakmus, kemudian didiamkan sebentar ± 5

menit pada suhu ruangan hingga darah menjadi kering. Setelah

kering, warna darah yang terbentuk 19 dibandingkan secara

visual di tempat yang cukup terang dengan sederet warna

standar yang disediakan. Deretan warna yang ada pada standar

sudah dikalibrasi sedemikian rupa secara kualitatif sehingga

setiap warna menunjukkan nilai kadar Hb. Dengan demikian

warna standar yang dibandingkan dengan darah yang di uji

menunjukkan kadar Hb darah ( Sihadi dkk, 2002).

b. Metode Sahli

Prinsipnya membandingkan warna darah secara visual akan

tetapi memerlukan peralatan dan pereaksi tertentu. Peralatan

yang digunakan sangat sederhana dan ringan sehingga


memungkinkan di bawa ke lapangan. Cara kerjanya, kira-0kira

5 tetes HCL 0,1 N dimasukkan ke dalam tabung khusus yang di

sebut tabung hemometer. Darah yang akan ditentukan kadar

Hbnya di pipet sebanyak ± 20 mikroliter dan dimasukkan ke

dalam tabung hemometer tadi lalu ditempatkan dalam alat

hemometer. Pada alat tersebut terdapat dua tabung. Tabung

pertama berisikan contoh darah yang akan ditentukan kadar

Hbnya dan tabung kedua berisikian larutan standar. Posisi

kedua tabung itu berdampingan dan sisi kedua tabung bisa

dilihat dari sisi yang sama. Kemudian tabung yang berisikan

contoh darah ditambah aquades secara perlahan sehingga warna

larutan menyamai warna larutan standar yang 20 ada pada

tabung sebelahnya.Setelah persamaan warna tercapai kadar Hb

dapat diketahui dengan membaca batas permukaan larutan yang

berimpit dengan skala yang tertera pada alat hemometer dekat

dengan tabung contoh darahtadi. Metode Sahli ini masih

dianggap subyektif karena perbandingan warna dilakukan


secara visual ( Sihadi dkk, 2002 ).

c. Metode Sianmethemoglobin

Berbeda dengan metode kertas lakmus, metode ini

memerlukan peralatan dan pereaksi khusus, tetapi hasil yang

diperoleh lebih teliti. Caranyadarah di pipet dengan

menggunakan pipet mikro sebanyak 20 mikroliter kemudian

dilarutkan dalam 5,0 ml larutan drabkin ( 1g NaHC03, 0,05 g

KCN, 0,2G KF ( CN ) dalam satu liter aquades yang sudah

disediakan sebelumnya di dalam suatu tabung reaksi. Larutan

drabkin di kocok untuk menyempurnakan kelarutan darah

sehingga diperoleh warna larutan yang homogen. Kepekaan

warna larutan di baca menggunakan alat spectrophotometer

pada panjang gelombang 540 nm. Hasil pembacaan

menunjukkan kadar Hb, di hitung berdasarkan hasil pembacaan

alat pada larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya.

Metode ini sangat dianjurkan WHO (1968 ) karena sampai saat

ini dinilai dapat menghasilkan data yang paling teliti ( Sihadi


dkk, 2002 ) 21

2.7 Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan, Nifas dan

Janin ( Manuaba, 2002 )

1. Gangguan selama hamil dapat berupa :

a. Mengurangi rasa yang menyenangkan dalam masa

kehamilan karena kelelahan

b. Mengurangi memungkinkan terjadinya infeksi

c.Meningkatkan resiko terjadinya persalinan daya

Tahan ibu sehingga prematur karena kurangnya suplay

darah ke uterus

d. Perdarahan ante partum

e. Abortus

f. Hambatan tumbuh kembang janin

2. Gangguan yang dapat terjadi selama persalinan

a. Partus lama akibat kontraksi uterus yang tidak kuat oleh

karena hipoksia jaringan


b. Kurangnya kemampuan dan kekuatan ibu untuk

menghadapipersalinan sehingga menyebabkan maternal

distress,selanjutnya dapat terjadi syok

c. Dapat mengakibatkan atonia uteri dalam semua kala

persalinan dan terjadi perdarahan post partum

d. Mudah terjadi infeksi selama persalinan

e. Retensio plasenta

3. Gangguan dalam masa nifas

a. Mudah terjadi infeksi karena kondisi yang lemah dan daya

tahan 22 menurun

b. Terjadinya subinvolusio uteri menyebabkan perdarahan post

partum

c. Pengeluaran ASI berkurang

d. Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah

persalinan

e. Anemia masa nifas

4. Pengaruh anemia terhadap janin


a. Intelegensia rendahAbortus

b. Terjadinya kematian intrauterine

c. Persalinan prematuritas tinggi

d. Bayi berat lahir rendah

e. Kelahiran dengan anemia

f. Dapat terjadi cacat bawaan

g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal h.

Intelegensi rendah

2.6 Pencegahan Anemia Dalam Kehamilan

Upaya pe ncegahan dan penanggulangan anemia

pada dasarnya adalah mengatasi penyebabnya. Pada anemia

berat

( kadar Hb 8 < gr/dl ) biasanya ada penyakit yang melatar

belakangi yaitu antara lain infeksi cacing atau malaria, sehingga

selain penanggulangan pada anemia, harus dilakukan

pengobatan terhadap penyakit - penyakit tersebut. Upaya yang


dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia

gizi akibat kekurangan komsumsi besi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan

Mengkonsumsi pangan hewani seperti daging, hati, ikan, telur

dan gizi yang cukup dapat mencegah anemia gizi besi.Sayur

hijau dan buah- buahan di tambah kacang-kacangan dan padi-

padian yang cukup mengandung zat besi. Vitamin C diperlukan

untuk meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh,

peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 20 mg, 50 mg, 100

mg, dan 250 mg dapat memperbesar penyerapan zat besi

sebesar 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali (Murtini, 2004).

2. Konsumsi bahan pangan zat-zat penghambat absorbsi besi

harus dikurangi. Zat inhibitor seperti filtrat, kostat, tannin dan

beberapa jenis serat makanan harus dihindari karena zat ini

bersama zat besi membentuk senyawa yang tidak dapat larut di

dalam air sehingga tidak dapat di absorbsi. The mengandung

tannin, jika dikonsumsi bersama-sama pada saat makan akan


mengurangi penyerapan zat besi sampai 50%. Bahan makanan

lain yang mengandung penghambat absorbsi besi diantaranya

kopi, fosvitin dalam kuning telur, protein, fitat dan fosfat yang

banyak terdapat pada serealia, kalsium dan serat dalam bahan

makanan ( Almatsier, 2001)

3. Kebutuhan zat besi tubuh tergantung pada jumlah zat besi

yang hilang dari tubuh dan jumlah yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan termasuk kehamilan dan masa menyusui (husaini,

2002 ). Selama trimester I kehamilan, kebutuhan zat besi ibu

hamil lebih rendah karena tidak menstruasi dan zat besi yang

digunakan janin minimal. Mulai dari trimester II terdapat

pertambahan sel - sel darah merah.Ini dapat mencapai 30 %.

Kebutuhan zat besi untuk memenuhi pertambahan sel darah

merah tersebut kira - kira sama dengan penambahan sebesar

450 mg besi ( Proverawati, Atikah, 2011).

Kebutuhan zat besi pada ibu hamil Sebagian besar

wanita dalam usia siap hamil mempunyai kadar zat besi yang
rendah. Itu sebabnya cadangan zat besi (hemoglobin) selalu

diukur selama kehamilan. Jika ditemukan ibu hamil dengan

kadar zat besi rendah, dia dikatakan menderita anemia. Untuk

mengatasinya dokter/bidan yang memeriksa akan memberikan

tambahan zat besi agar tidak kekurangan zat besi, ada baiknya

mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi (Maulana,

2008, p.158). Bahan-bahan makanan yang kaya akan zat besi

seperti daging berwarna merah, hati, ikan, telur, sayuran

berdaun hijau, kacang- kacangan, tempe, roti dan serealia

(Musbikin, 2008). Meningkatnya volume darah berarti bahwa

kandungan ekstra besi dibutuhkan untuk membuat hemoglobin

guna memperbanyak jumlah sel darah merah. Semakin banyak

hemoglobin dalam darah, semakin banyak oksigen yang dapat

dialirkan ke berbagai jaringan, termasuk plasenta. Kandungan

besi dalam tubuh juga akan diserap oleh janin untuk cadangan

karena setelah kelahiran bayi hanya mendapat sedikit besi dari

ASI (Stoppard, 2007). Sehubungan dengan hal itu, melalui


makanan yang dikonsumsi, ibu hamil memenuhi kebutuhan

tubuhnya akan zat besi, yaitu sekitar 15 mg sehari (Musbikin,

2008). Zat besi diperlukan untuk memproduksi sel darah merah

yang berkualitas baik. Inilah sebabnya wanita hamil secara

tradisional diberi tablet ekstra besi untuk mempertahankan

persediaan zat ini (Tiran, 2007). Pemberian zat besi dimulai

setelah rasa mual dan muntah hilang, satu tablet sehari selama

minimal 90 hari. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat

besi 60 mg dan asam folat 500 mg) (Saifuddin, 2006, p. 91).

2. Suplementasi zat besi

Tablet besi yang umum digunakan dalam

suplementasi zat besi adalah ferrous sulfat. Senyawa ini

tergolong murah, dapat diabsorbsi sampai 20%.Dosis yang

digunakan beragam tergantung pada status besi seseorang

yang mengkonsumsinya. Biasanya ibu hamil yang rawan

anemia di beri dosis yang lebih tinggi di banding dengan

wanita biasa (Emma, 2001 ). Pada wanita hamil biasanya


tablet besi diberikan mulai pada trimester II, berlangsung

setiap hari sampai melahirkan. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa wanita hamil yang mendapatkan

tablet besi tambahan asam folat dan vitamin B12, kadar Hb

nya naik lebih tinggi dibandingkan wanita hamil yang

mendapat tablet besi saja dalam konsentrasi yang sama.

3. Fortifikasi zat besi

Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis gizi

kedalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas

pangan suatu kelompok masyarakat. Keuntungan

fortifikasi diantaranya, dapat ditempatkan pada populasi

yang besar dan biasanya relatif murah ( Emma, 2001 )

3. Kurang Energi Kronis (KEK)

3.1 Pengertian KEK


Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu
keadaan malnutrisi. Dimana keadaan remaja menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik)
yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada
remaja secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi.
Menurut Depkes RI dalam Program Perbaikan Gizi Makro
menyatakan bahwa Kurang Energi Kronik merupakan
keadaan dimana penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang
dapat ditimbulkan KEK jika diderita oleh remaja putri
adalah kekurangan zat besi dengan dampak anemia,
kekurangan kalsium dengan dampak osteoporosis, dan
kekurangan gizi dengan dampak terganggunya proses
pertumbuhan remaja (Muhamad & Liputo, 2017).
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu
atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal
yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara
lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya
rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga
mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh
(Muhamad & Liputo, 2017).
3.2 Penyebab Kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil
KEK penyebabnya adalah dari ketidakseimbangan antara
asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain
dari kurang energi protein (KEP) yang diperuntukkan untuk
wanita yang kurus dan lemah akibat kekurangan energi yang
kronik. KEK pada remaja putri ditandai dengan lingkar lengan
atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. Pada umumnya, hal tersebut
disebabkan karena remaja putri makan terlalu sedikit karena
keinginan untuk menurunkan berat badan. Wanita yang
menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya
dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya
atau dipandang lawan jenis kurang seksi (Muhamad &
Liputo,
2017).
Kurang energi kronis mengacu pada lebih rendahnya
masukan energi, dibandingkan besarnya energi yang dibutuhkan
yang berlangsung pada periode tertentu, bulan hingga tahun.
Pola makanan adalah salah satu faktor yang berperan penting
dalam terjadinya KEK. Pola makanan masyarakat Indonesia
pada umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang
rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu
makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang
merupakan faktor penghambat penyerapan besi. Kebiasaan dan
pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita
lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan
anak-anaknya (Muhamad & Liputo, 2017).

3.3 Akibat Kekurangan Energi Kronis (KEK)


Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun
janin yang dikandungnya yaitu meliputi:
a. Akibat KEK pada ibu hamil
Akibat KEK pada ibu hamil yaitu terus menerus merasa
letih, kesemutan, muka tampak pucat, kesulitan sewaktu
melahirkan, air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi, sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu
pada waktu menyusui.
b) Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung
Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang
dikandung antara lain keguguran, pertumbuhan janin terganggu
hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR),
perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan
nantinya kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya
(Prematur), kematian bayi (Helena, 2013).

3.4 Patofisiologi
Kebutuhan nutrisi meningkat selama hamil. Masukan gizi
pada ibu hamil sangat menentukan kesehatannya dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan berbeda
dengan masa sebelum hamil, peningkatan kebutuhan gizi hamil
sebesar 15%, karena dibutuhkan untuk pertumbuhan
rahim,payudara, volume darah, plasenta, air ketuban,dan
pertumbuhan janin (Lubis Z., 2003).
Di dalam kehamilan kebutuhan akan zat-zat makanan
bertambah dan terjadi perubahan-perubahan anatomi fisiologi.
Tambahan zat besi diperlukan sekitar 800 mg untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah danpembentukan sel
darah merah pada janin dan plasenta (Wiknjosastro, 2002).
Cakupan gizi pada ibu hamil dapat di ukur dari kenaikan
berat badan ibu hamil tersebut. Kenaikan berat badan ibu hamil
antara 6,5 kg sampai 16,5 kg, rata-rata 12,5 kg. Terutama terjadi
dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Winknjosastro, 2002).

3.5 Tanda dan Gejala KEK pada Ibu Hamil


a. Tanda-tanda KEK menurut Sediaoetomo, (2002), meliputi:
Lingkar Lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm, badan
kurus, rambut kusam, turgor kulit kering, conjungtiva pucat,
tensi kurang dari 100 mmHg, Hb kurang dari normal (<11 gr
%).
b. Gejala KEK menurut Winkjosastro, (2002), meliputi:
Nafsu makan kurang, mual, badan lemas, mata berkunang-
kunang.

3.6 Dampak Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu


Hamil
Lubis Z., (2003) bahwa dampak yang akan ditimbulkan
dari ibu KEK, antara lain :
a. Dampak pada Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan angka
kematian ibu.
b. Dampak pada Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalian
premature atau sebelum waktunya, perdarahan post partum,
serta persalinan dengan tindakan operasi caesar cenderung
meningkat.
c. Dampak pada Janin
Kurang gizi dada ibu hamil dapat menyebabkan proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan
lahir dan BBLR(.

4.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Kekurangan Energi
2.6.1 Kronis (KEK) pada Ibu Hamil TM II
1. Pendidikan
a. Pengertian
Pendidikan adalah suatu kejadian atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu
dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang diperoleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula
pengetahuannya.
Ahmadi, (2008) menyatakan bahwa pendidikan
pada hakekatnya yaitu suatu kegiatan yang secara sadar
dan disengaja, serta tanggung jawab yang dilakukan oleh
orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari
keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang
dicita-citakan dan berlangsung terus-menerus. Uraian di
atas dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan yang
sangat terkait dengan masa atau keadaan suatu zaman, dari
abad ke abad yang dilakukan lingkungan sekolah,
lembaga-lembaga pendidikan, dan sebagainya sebagai
suatu sistem usaha pelatihan dan pengajaran yang
dilakukan tersebut, terdiri dari beberapa komponen yang
saling berkaitan dan teratur. Setiap komponen yang ada
hendaknya dapat berkaitan antara satu dan yang lainnya
guna menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam
proses pendidikan.

b) Indikator-Indikator Tingkat Pendidikan


Menurut Undang-Undang Negara Republik
Indonesia No. 3 (2011) tentang Sistem Pendidikan
Nasional, indikator tingkat pendidikan terdiri dari
Pendidikan dasar/rendah (SD,SMP/MTs). Pendidikan
Menengah (SMA/SMK). Pendidikan Tinggi (D3, S1 ,
magister, dokter, dan spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Mayasari (2014), menunjukkan bahwa ibu hamil
dengan KEK mayoritas berpendidikan dasar. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin mudah menerima informasi sehingga semakin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki mengenai gizi
selama hamil. Pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru diperkenalkan termasuk mengenai gizi selama hamil.
Notoatmojo, (2003) menyebutkan pendidikan adalah
upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan-perubahan perilaku positif yang meningkat
(Handayani, S. 2010).
Mulyaningrum, (2009) menyatakan bahwa
semakin tinggi pendidikan akan semakin rendah kejadian
KEK pada ibu hamil dengan asumsi bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan suami biasanya diikuti meningkatnya
pendapatan keluarga termasuk kesehatan dan gizi ibu
hamil pada perhatian terhadap istri yang hamil semakin
meningkat.
Mahirawati, (2014) menyatakan, perubahan sikap
dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
yang lebih tinggi sehingga mudah menyerap informasi
dengan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya
hidup sehat, khususnya dalam hal kesehatan gizi.
Anggraini, Y. (2013) menunjukkan ada pengaruh
pendidikan pada kejadian KEK pada ibu hamil. Ibu hamil
KEK sebagian besar dengan latar belakang SD, dimana
latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu
unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya
karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang
dimiliki menjadi lebih baik. Pendidikan merupakan salah
satu ukuran yang digunakan dalam status sosial ekonomi.
Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih
berorientasi pada tindakan preventif, tahu lebih banyak
tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan
lebih baik. Pada perempuan semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan ibu
(Timmreck, 2005). Seseorang dengan pendidikan rendah
belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang
memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang
lain yang pendidikannya lebih tinggi. Sekalipun
berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin
mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi,
bukan mustahil pengetahuan gizinya akan menjadi lebih
baik. Perlu dipertimbangkan bahwa faktor tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi
yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan
untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dalam
kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan
agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah
gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan
secepatnya (Syafiq, 2007).
Pendidikan itu tidak segera membawa manfaat
bagi masyarakat, dan yang mudah dilihat atau diukur.
Dalam waktu yang pendek, pendidikan hanya
menghasilkanperubahan atau peningkatan pengetahuan
individu dan masyarakat. Sedangkan peningkatan
pengatahuan saja belum akan berpengaruh langsung
terhadap berbagai indikator dalam kehidupan
(Notoatmodjo, 2007).

2. Paritas
a. Pengertian
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang
dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas
dapat dibedakan menjadi primipara, multipara, dan
grandemultipara (Saifuddin, 2009). Makin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin
banyak kehilangan zat besi (Irianto, 2014).
b. Klasifikasi
1) Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang
anak, yang cukup besar untuk hidup didunia luar (Varney
et al, 2006).
2) Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang
anak lebih dari satu kali (Saifuddin, 2009). Multipara
adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih
(Varney et al, 2006).
3) Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5
orang anak atau lebih (Varney et al, 2006).

c. Hubungan Paritas dengan Kejadian Kekurangan Energi


Kronis (KEK)
Ibu primipara beresiko mengalami Kurang Energi
Kronik dimana ibu primipara pengetahuan tentang
pentingnya nutrisi saat hamil kurang serta pada ibu
primipara belum mempunyai pengalaman hamil.
Pengetahuan yang baik pada gizi seseorang membuat
orang tersebut akan semakin memperhitungkan jumlah
dan jenis makanan yang dipilihnya untuk dikonsumsi.
Orang yang berpengetahuan gizinya rendah akan
berperilaku memilih makanan yang menarik panca indra
dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi
makanan tersebut. Sebaliknya mereka yang memiliki
pengetahuan tinggi cenderung lebih banyak menggunakan
pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi
makanan tersebut (Wachidah dkk, 2016).
Ada hubungan antara paritas dengan kejadian
kekurangan energi kronis jika ibu terlalu sering hamil dan
melahirkan maka ibu akan memiliki anak yang banyak,
sehingga ketika ibu memiliki anak yang banyak maka
kebutuhan hidup semakin banyak terutama dalam
halkebutuhan nutrisi. Ibu yang memiliki anak banyak
dengan ekonomi kurang akan memiliki kesulitan
memperhatikan dirinya sendiri, ditambah jika ibu hamil
bisa saja kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi karena
kesibukan yang dilakukan seperti mengurus rumah tangga
dan harus berbagi makanan dengan anggota keluarga
sementara ibu hamil harus membutuhkan lebih banyak
nutrisi (Irianto, 2014)
Makin sering seorang wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan maka makin banyak kehilangan
zat besi dan menjadi semakin anemia. Paritas > 4
merupakan paritas yang beresiko mengalami anemia
dalam kehamilan ( Murtini, 2004 ). Anemia bisa terjadi
pada ibu dengan paritas tinggi terkait dengan keadaan
biologis ibu dan asupan zat besi.Paritas lebih beresiko bila
terkait dengan jarak kehamilan yang pendek. Anemia
dalam hal ini akan terkait dengan kehamilan sebelumnya
dimana apabila cadangan besi di dalam tubuh berkurang
maka kehamilan akan menguras persediaan besi di dalam
tubuh dan akan menimbulkan anemia pada kehamilan
berikutnya.
Edmundson ( 1997 ), menyatakan bila wanita
membatasi jumlah anak, maka bukan saja dapat
meningkatkan gizi keluarganya melainkan juga dapat
mengurangi resiko terjadinya anemia pada ibu.
Anemia disebut sebagai tidak terpenuhinya
kebutuhan sel darah merah (eritrosit) di tubuh akibat
pendarahan sehingga sel darah merah berkurang banyak
atau eritrosit lama terbentuk (Prawirohardjo S., 2014).
Sedangkan menurut (Kemenkes, 2013) anemia disebut
sebagai kondisi eritrosit atau bagian untuk menghantarkan
oksigen ke dalam tubuh (hemoglobin) tidak terpenuhi
cukup.
Menurut (Ani, 2016), anemia merupakan
rendahnya volume eritrosit dalam setiap millimeter kubik
darah dalam tubuh manusia sehingga kadar hemoglobin
juga berkurang. Apabila terjadi anemia maka sistem
peredaran dalam tubuh akan mengalami gangguan yang
berdampak pada tubuh, seperti warna tubuh berubah
pucat, kerja fisik tubuh menurun, dan juga daya tahan
tubuh berkurang (Diana Irdayani, 2018).

3.Anemia
a. Pengertian
Anemia disebut sebagai tidak terpenuhinya
kebutuhan sel darah merah (eritrosit) di tubuh akibat
pendarahan sehingga sel darah merah berkurang banyak
atau eritrosit lama terbentuk (Prawirohardjo S., 2014).
Sedangkan menurut (Kemenkes, 2013) anemia disebut
sebagai kondisi eritrosit atau bagian untuk
menghantarkan oksigen ke dalam tubuh (hemoglobin)
tidak terpenuhi cukup.
Menurut (Ani, 2016), anemia merupakan
rendahnya volume eritrosit dalam setiap millimeter kubik
darah dalam tubuh manusia sehingga kadar hemoglobin
juga berkurang. Apabila terjadi anemia maka sistem
peredaran dalam tubuh akan mengalami gangguan yang
berdampak pada tubuh, seperti warna tubuh berubah
pucat, kerja fisik tubuh menurun, dan juga daya tahan
tubuh berkurang (Andini Elsa Dara Puspita 2022).

b. Dampak anemia
dalam kehamilan dapat terjadi pada periode
kehamilan, proses melahirkan, saat nifas, dan berdampak
juga bagi janin, yaitu:
1) Ketika hamil dapat terjadi keguguran janin, bayi lahir
premature, janin gagal tumbuh dengan baik, mudah kena
infeksi, perdarahan hebat, ketuban pecah dini (KPD),
persalinan tidak normal (Manuaba, 2017). Terjadinya
anemia pada ibu hamil dikarenakan adanya janin yang
membutuhkan lebih banyak zat besi lebih dari 1000mg
selama hamil. Pembagian zat besi tersebut adalah sekitar
200mg akan tetap diabsorbsi oleh tubuh namun 800mg
sisanya akan hilang bersamaan dengan proses persalinan.
Janin akan menerima sebanyak 300mg zat besi untuk
pertumbuhan seperti untuk membentuk plasenta serta
untuk mencukupi beberapa kebutuhan hemoglobin ibu
dan janin. Maka dari itu, anemia sangat beresiko 17
terjadi pada ibu hamil. Ibu hamil yang terkena anemia
akan mengakibatkan kemampuan darah untuk
menyalurkan oksigen bertambah. Apabila jantung dipacu
terlalu sering akan menyebabkan gagal jantung serta
penyakit lainnya pada masa kehamilan. Infeksi pada saat
hamil juga dapat terjadi dan beresiko kekebalan atau
daya tahan tubuh menjadi rendah. Bila didapati sitokin
pada cairan amnion dapat menyebabkan bayi lahir
premature serta ketuban pecah dini (Wasnidar, 2013).
2) Pada saat persalinan berdampak tidak kuat mengejan
dan menimbulkan beberapa kendala dalam proses
persalinan. Proses kala I akan berlangsung lama dan
terjadi partus terlantar, proses kala II akan sangat
melelahkan dan bisa dilakukan operasi kebidanan jika
dibutuhkan, proses kala III akan terjadi perdarahan
postpartum akibat atonia uteri, lalu pada proses kala IV
menyebabkan perdarahan post partum sekunder dan
atonia uteri (Manuaba, 2017). Semua itu dapat terjadi
jika ibu hamil mengalami anemia karena tubuh
kekurangan asupan zat besi. Padahal asupan zat besi
sangat penting bagi tubuh khususnya pada saat
kehamilan. Zat besi berfungsi untuk pembentukan darah,
yaitu dalam sintesa hemoglobin. Bentuk konjugasi besi
darah salah satunya adalah myoglobulin yang terdapat
dalam sel-sel otot. Fungsi myoglobulin ialah dalam
proses kontraksi otot. Apabila tubuh kekurangan besi
dalam darah maka konjugasi besi berupa myoglobulin
dalam otot juga akan berkurang, sehingga akan
menghambat kontraksi otot. 18 3) Resiko pada saat nifas
akan mengalami perdarahan, memudahkan infeksi
postpartum, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi
kordis (jantung gagal memompa darah) mendadak
setelah persalinan (Manuaba, 2017). 4) Janin yang lahir
dari ibu hamil yang terkena anemia akan berdampak
langsung terhadap janin. Akibat anemia pada janin antara
lain keguguran janin, bayi lahir premature, janin gagal
tumbuh dengan baik, mudah kena infeksi, perdarahan
hebat, persalinan tidak normal, dan intelegensia rendah
(Andini Elsa Dara Puspita 2022).

4. Riwayat Penyakit Infeksi


a. Pengertian
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh agen biologi (seperti virus, bakteria atau
parasite), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka
bakar) atau kimia (seperti keracunan).Penyakit infeksi
merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan ibu terhadap resiko terjadinya infeksi, dan
sebaliknya infeksi dapat meningkatkan resiko kurang gizi
(Achadi, E. L, 2007).
b. Hubungan Penyakit Infeksi dengan Kejadian
Kekurangan EnergiKronis
Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula
terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu
makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran
pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh
adanya penyakit. Penyakit infeksi dapat mempermudah
infeksi, penyakit infeksi yang terkait infeksi adalah TBC,
diare dan malaria (Supriasa, 2002). Mekanisme patologis
infeksi dengan malnutrisi yaitu :
1) Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan,
menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi
makanan pada saat sakit.
2) Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat diare,
mual/muntah dan perdarahan yang terus menerus.
Dalam jurnal Malnutrition and Infection: Complex
Mechanism and Global Impacts oleh Schaible, et al (2007)
disebutkan sebuah penelitian di Kenya yang menemukan
hubungan signifikan antara penyakit infeksi dengan
lingkar lengan atas dan serum albumin. Infeksi
menyebabkan hilangnya energi pada bagian individu,
yang dapat mengurangi produktivitas pada tingkat
masyarakat dan mengakibatkan kekurangan gizi.
Contoh bagaimana infeksi dapat berkontribusi untuk gizi
buruk adalah:
(1) infeksi pencernaan menyebabkan diare,
(2) HIV/AIDS, TBC, malaria, dan infeksi kronis
lainnyadapat menyebabkan cachexia dan anemia.
(3) parasit usus dapat menyebabkan anemia gizi buruk.
Selain itu dalam jurnal Malnutrition and Pregnancy
Wastage In Zambia oleh Warnie, data survey status gizi
FAO menunjukkan 90,5% ibu hamil menderita infeksi.
Marlenywati (2010) mengemukakan bahwa disamping
asupan makanan yang inadekuat, KEK pada seseorang
juga
disebabkan oleh penyakit infeksi yang dideritanya.
Penyakit infeksi ini menyebabkan meningkatnya angka
kesakitan akibat menurunnya imunitas tubuh. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mulyaningrum
(2009) di daerah Jakarta yang menunjukkan bahwa ibu
hamil yang memiliki penyakit infeksi beresiko terkena
KEK sebesar 30% dan penelitian Surasih (2005) di
Banjarnegara diperoleh proporsi ibu hamil yang menderita
penyakit infeksi (diare, TBC, dll) sebesar 36,10%.
Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan
kebutuhan akibat sakit (human host) dan parasit yang
terdapat dalam tubuh. Ada lima tahapan pathogenesis gizi
kurang, yang pertama ketidakcukupan gizi. Apabila
ketidakcukupan gizi berlangsung lama maka
persediaan/cadangan jaringan akan digunakan untuk
memenuhi ketidakcukupan. Kedua, apabila berlangsung
lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan yang
ditandai penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan
biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang
ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi
perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya
tanda yang klasik (Supriasa, 2002).
1) Tuberculosis (TB)
Infeksi pernafasan seperti tuberculosis, pneumonia,
asma berhubungan dengan tingginya kesakitan pada ibu
hamil dan harus ditindaklanjuti dengan segera. Infeksi
perafasan banyak terjadi pada ibu hamil khususnya
trimester II dan III. Perempuan dengan infeksi pernafasan
seharusnya menerima konseling sebelum hamil dan
pendidikan tentang risiko dari kehamilan dan pengobatan
yang berkelanjutan. Tuberculosis biasanya ditunjukkan
dengan gejala batuk, penurunan berat badan (Stone, S.
2009).
Tuberculosis merupakan suatu penyakit infeksi
kronis yang disebabkan oleh bakteri Micobacterium
tuberculosis, biasanya terdapat pada paru tetapi mungkin
juga terdapat pada organ lainnya. Reaksi pertama akibat
penyakit tuberculosis adalah batuk, demam, berat badan
menurun dan badan lemah. Hal ini menyebabkan
metabolisme dalam tubuh meningkat, sehingga tubuh
membutuhkan energ lebih yang diperoleh dari makanan.
Badan yang lemah biasanya dipengaruhi oleh nafsu makan
yan menurun sehingga asupan makanan yang
seharusnyadiberikan lebih, tidak dapat tercukupi sehingga
menyebabkan berat badan menurun, efek TB pada
kehamilan akan berpengaruh terhadap status nutrisi yang
buruk yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
maternal. Dalam jurnal Tuberculosis and Pregnancy oleh
Arora, et.al (2003) menyatakan bahwa dampak TB pada
kehamilan diantaranya akan mengakibatkan kekebalan
tubuh menurun, stres kehamilan dan akan berpengaruh
terhadap status gizi ibu hamil. Untuk diketahuinya tentang
penderita TB dengan baik harus dikenali tanda dan
gejaanya. Seseorang ditetapkan sebagai tersangka
penderita TB paru apabila ditemukan gejala klinis utama
(carsinal symptom) pada dirinya. Gejala utana pada TB
adalah batuk berdahak lebih dari tiga minggu, batuk
berdarah, sesak nafas, nyeri dada.
Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam
hari, demam tidak tinggi/meriang, dan penurunan berat
badan. Dengan strategi DOTS (directly observed
treatment shourtcourse), gejala utamanya adalah batuk
berdahak dan/atau terus menerus selama 3 minggu atau
lebih.
Berdasarkan keluhan tersebut seseorang dapat ditetapkan
tuberculosis (Widoyono, 2008).
2) Diare
Diare menyebabkan kurangnya nafsu makan
sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare dapat
mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan.
Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan yang
mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap
serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi.
Beberapa ggejala dan tanda diare antara lain : BAB cair
atau lembek dan sering adalah gejala khas diare, muntah
dan gejala dehidrasi (Widoyono, 2008).
Gejala dan tanda dari diare yaitu buang air besar
lembek atau cair bahkan dapat berupa cairan saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali
atau lebih dalam sehari) (Sarjana, dkk. 2007). Banyak
infeksi mengganggu absorbsi lemak dari makanan hanya
5% dari keadaan normalnya, dan arbsobsi dari makanan
44% dari keadaan normalnya. Karena hal inilah, absorbsi
energi dari makanan hanya sekitar 71% dari keadaan
normalnya (Gibney, et al. 2008).

3) Malaria
Malaria merupakan infeksi parasit yang
disebabkan oleh empat spesies plasmodium yang
mengenai manusia, vivax, ovale, malariae dan falciparum.
Plasmodium falciparum yang paling mematikan.
Penularannya melalui nyamuk anopheles betina, oleh
sebab itu ada beberapa faktor yang berperan terhadap
perkembangan nyamuk, seperti suhu udara, kelembaban
serta musim hujan yang berpengaruh terhadap insiden
malaria. Di Amerika Serikat malaria telah di eradikasi
sejak tahun 1940 setelah dilakukan penyemprotan secara
luas dengan menggunakan dikhlorodiphenil-trikhloroethan
(DDT).
Gejala malaria biasanya berlangsung antara hari ke
tujuh sampai hari ke lima belas setelah terjadi inokulasi
oleh nyamuk. Tanda dan gejala malaria bervariasi, akan
tetapi sebagian besar pasien akan menderita demam.
Biasanya ditandari dengan serangan yang berulang dari
menggigil, demam tingi dan berkeringat pada saat
turunnya demam, perasaan tidak nyaman. Tanda dan
gejala lainnya adalah sakit kepala, mual, muntah dan
diare. Malaria dan malnutrisi saling mempengaruhi,
malaria dapat mempengaruhi status nutrisi dan nutrisi
yang menurun dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi (Schantz-Dunn, Nour. 2009).
Supriasa (2002) menyatakan bahwa ada hubungan
yang erat antara interaksi (bakteri, virus, dan parasit)
dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang
sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan
juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan
mempercepat malnutrisi. Hamid, et al. 2014 menyatakan
bahwa ada hubungan antara penyakit dengan kejadian
kekurangan energi kronis. Jenis penyakit infeksi yang
paling sering dialami oleh responden adalah diare,
kecacingan dan ISPA(Diana Irdayani, 2018).
D. Kerangka Teori

Kejadian kek Pada ibu hamil


Faktor lain: Riwayat
1. Pendapatan
2. Usia
Penyakit
3. Ketersediaan Pendidikan
Pangan
Paritas Anemia
Penurunan
nafsu makan,
Terlalu sering kurangnya adanya
Hamil dan Tingkat gangguan
asupan
Melahirkan Pendidikan penyerapan
tablet Fe dalam saluran
kebutuhan yang rendah
pada masa pencernaan,
Nutrisi semakin kehamilan. peningkatan
banyak. kebutuhan zat
gizi oleh adanya
penyakit
Ibu yang memiliki anak Tidak
banyak dengan ekonomi mengkonsumsi
kurang akan memiliki Kurangnya
Tablet Fe Secara ilmu
kesulitan memperhatikan teratur atau tidak
dirinya sendiri. pengetahuan
mengkonsumsi tentang gizi
Kebutuhan Gizinya tidak sama sekali
terpenuhi. ibu hamil
sehingga Kadar
Hb <11gl/dl.

Frekuensi ANC

Lila <23.5cm

Ibu hamil KEK

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi L.Green dalam Notoatmojo, (2007), Djamilah, (2008),

Saifuddin, (2009), Supriasa, (2002)


E. Kerangka Konsep

Paritas

Anemia KEK Pada Ibu


hamil
Pendidikan

Riwayat
Penyakit

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis
Ha : Ada hubungan pendidikan, Anemia, paritas dan riwayat penyakit
infeksi dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu
hamil
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendeketan dengan cross sectional. penelitian cross-sectional adalah penelitian dimana peneliti

mengukur/mengobservasi data variabel independen dan dependen hanya sekali pada satu waktu (Nursalam.2013). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan Anemia, Paritas, Pendidikan dan Riwayat penyakit infeksi dengan kejadian Kurang

Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar, Lampung selatan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2024

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah Wilayah Kerja Puskesmas Karang Anyar Lampung Selatan

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

a) Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang digunakan pada penelitian ini adalah


b) Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian ini yang digunakan adalah Cross-sectional Dimana pengukuran Variabel-variabelnya dilakukan

hanya satu kali, pada satu waktu (Nursalam.2013).

Gambar 3.1
Rancangan penelitian

Pretest Intervensi Posttest

Pengetahuan Ibu Hamil Penyuluhan Pengetahuan Ibu


TM I sebelum tentang 1000 Hamil TM I sesudah
Penyuluhan tentang HPK Penyuluhan tentang
1000 HPK (Golden 1000 HPK
(Golden period) period) (Golden period)

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Anyar Lampung yang berjumlah 46 Ibu hamil.
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2013). Sampel pada penilitian ini adalah Ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Karang Anyar Lampung Selatan dengan jumlah 46 ibu hamil.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cross sectional. Cross sectional didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah ditentukan.

(Notoadmodjo, 2018)

4. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu hamil Trimester I, II dan III.

2) Ibu yang bersedia menjadi responden

3) Ibu yang memiliki HP android

4) Ibu yang biasa membaca, menulis dan mendengar.

b. Kriteria eksklusi

1) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

2) Ibu yang tidak memiliki HP android


3) Ibu yang tidak bisa membaca, menulis dan mendengar

E. Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan

yang dimiliki oleh kelompok lain. (Notoatmojo, 2018).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

1. Variabel independen : Penyuluhan

2. Variabel dependen : Pengetahuan

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang

bersangkutan. (Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

Pemyuluhan Suatu usaha 1. Laptop Ceramah - -


tentang 1000 menyebarluaskan 2. SAP Diskusi
HPK (Golden hal-hal yang baru
period) agar masyarakat
tertarik tentang
1000 HPK (Golden
period)
Pengetahuan Hasil dari tahu, Kuisioner Mengisi
ibu hamil TM I dan ini terjadi kuisioner 0-100%
Rasio
setelah orang ibu
hamil melakukan
pengindraan
terhadap suatu
objek tertentu

G. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data yaitu menggunakan data primer yaitu penelitian langsung kepada
subjek penelitian
2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan wawancara atau mengisi lembar kuesioner melalui via WhatsApp,

sebelum dan sesudah ibu mendapatkan penyuluhan via online dengan aplikasi Zoom.

3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di olah (Arikunto, 2013).

Instrumen yang digunakan berupa kuisioner. Kuisioner pada penelitian ini berupa variabel pengetahuan yang mengutip dari

penelitian Wahyuni, 2015.

4. Prosedur Penelitian

a. Melakukan informed consent kepada calon responden melalui chat pribadi dari data nomor telepon yang diperoleh dari

register ibu hamil di Puskesmas Way Kandis.

b. Menggabungkan responden yang bersedia di grup Whatsapp.

c. Menjelaskan kepada responden tentang penelitian ini.

d. Membagikan link googleform kepada responden sebagai pre-test pada H-1 sebelum dilakukan intervensi penelitian

(penyuluhan).

e. Melakukan intervensi penelitian berupa penyuluhan via aplikasi zoom.

f. Membagikan link googleform kepada responden sebagai post-test setelah dilakukan intervensi penelitian (penyuluhan).

H. Pengolahan Data

1. Editing
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari semua pertanyaan harus dilakukan penyutingan (editing) terlebih dahulu.

Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut :

a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah diisi

b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca

c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan yang lainnya. (Notoatmodjo, 2018)

2. Processing

Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan

kedalam program atau “software” computer. Software computer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah program

SPSS for window. (Notoatmodjo, 2018)

3. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau korelasi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning) (Notoatmodjo, 2018).

J. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menejelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data nemerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar

deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2018). Analisa yang digunakan untuk memperoleh rata-rata pengetahuan ibu hami1 trimester I.

2. Analisi bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis

bivariat ini dilakukan beberapa tahap, antara lain:

a. Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi silang antara dua variabel yang bersngkutan.

b. Analisa dari uji statistik (Chi square test, Z test, T test dan sebagainya). Melihat dari hasil uji statistik ini akan dapat

disimpulkan adanya hubungan 2 variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna. Dari hasil uji statistik ini dapat terjadi,

misalnya antara dua variabel tersebut secar presentase berhubungan tetapi secara statistik hubungan tersebut tidak

bermakna. (Notoatmodjo, 2018)

Analisa uji statistik yang digunakan dalam analisa ini adalah uji normalitas data dengan jenis pra-syarat analisis

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh bahwa data berdistribusi normal (p value>0,05). Dalam menjawab

tujuan penelitian serta membuktikan hipotesis, digunakan analisis uji statistik yaitu dependent T-test dengan nilai

probabilitas p-value < 0,05.


DAFTAR PUSTAKA

Dimas Heryunanto1 , Sabrina Putri2 , dkk, 2022. Gambaran Kondisi Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Indonesia, Faktor
Penyebabnya, Serta Dampaknya
File:///C:/Users/A%20s%20u%20s/Downloads/Gambaran_Kondisi_Kekurangan_Energi_Kronis_Pada_Ibu.Pdf

Riskesdas. (20018). Riset Kesehatan Dasar Indonesia.

Iin Prima Fitriah1 , Faridah BD2 , Yuliva, dkk,2023. Anemia Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil,
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.
https://jik.stikesalifah.ac.id/index.php/jurnalkes/article/view/704/pdf

Uli Rosita, Rusmimpong, 2022. Hubungan Paritas Dan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik Di Desa
Simpang Limbur Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limbur

Fakhriyah, S.Si.T., M.KM Dr., dr. Meitria Syahadatina Noor, M.Kes., 2021. Buku Ajar Kekurangan Energi Kronik (Kek) Cetakan
Ke-1 Tahun 2021, Cv Mine Perum Sbi F153 Rt 11 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta- 55182
Diana Irdayani, 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Tm II
Di Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes
BengkuluProgram Studi Diploma Iv Kebidanan Jurusan Kebidanan.

Nur Idayu, 2021 Faktor Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Cina Kabupaten Bone. Departemen
Biostatistik/Kkb Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/10930/2/K011171548_skripsi%20bab%201-2.pdf

Andini Elsa Dara Puspita,2022. Hubungan Tingkat Pengetahuan Anemia, Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe, Dan Status Kekurangan
Energi Kronis (Kek) Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kelurahan Semper Barat Jakarta Utara . Program Studi
Gizi Fakultas Psikologi Dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/20474/1/1807026059_ANDINI%20ELSA%20D%20P_LENGKAP%20TUGAS%20AKHIR
%20-%20Andini%20Elsa.pdf

Anda mungkin juga menyukai