Anda di halaman 1dari 54

FUNGSI

Misal : A dan B Himpunan tak kosong


Hasil kali kartesius dari A dan B
(product) adalah himpunan pasangan berurutan (a,b) dg a A dan b B
Ditulis A x B { (a,b),a A dan b B}
Contoh : A = {1,2,3}
B = { a,b,c}
A x B = {(1,a),(1,b),(1,c),(2,a),(2,b),(2,c),(3,a),(3,b),(3,c)}
Definisi :
Secara umum : Fungsi = aturan / kaidah yang memasangkan semua anggota domain tept satu
keanggota kodomain
Dalam Analisis : Fungsi Himpunan Baru
Misal A dan B gimpunan suatu fungsi dari A ke B adalah suatu himpunan f dari pasangan
berurutan di A x B yang memenuhi untuk setiap a A terdapat tunggal b B dengan (a,b)
f (dengan kata lain,jika (a,b) f dan (a,b) f,maka b = b’)
Fungsi satu – satu kardinalitasnya sama /banyak anggota himpunananya sama
Fungsi pada semua koordinatna dapat pasangan walaupun 2
Fungsi satu – satu pasti pada tapi fungsi pada belum tentu fungsi satu – satu .
Invers : f -1
Komposisi : mengerjakan 2 fungsi berturut – turut sekaligus

1. Diket : ( )

( )
2. Diket : ( )
( )
( ) ( )
Jawab

1.
( )

( )

2. ( ) ( )
( )

( )

3. Buktikan ( ) * + adalah fungsi satu – satu

( )

( )
( )

( )

( )
( )

Bukti : Andaikan f (X1) = f ( X2) akan dibuktikan bahwa X1 = X2


Yaitu f (X1) = f ( X2
( ) ( )

Ini menyatakan f (x) - adalah bukti satu – satu ∴Terbukti


SISTEM BILANGAN REAL

Pada himpunan bilangan real terdapat dua operasi biner yang dilambangkan dengan ( )
dan ( ) dan berturut-turut disebut penjumlahan dan perkalian. Operasi-operasi tersebut
mempunyai sifat-sifat yang disebut dengan sifat lapangan bilangan real.

Sifat Lapangan Bilangan Real


Sistem bilangan real dinotasikan dengan . Dalam struktur aljabar bilangan real dimulai
dengan mengenal dan memahami tentang sifat dasar atau sifat lapangan bilangan real di bawah
ini, yaitu:
1. Sifat Komutatif Penjumlahan
Untuk semua berlaku:

2. Sifat Asosiatif Penjumlahan


Untuk semua berlaku:
( ) ( )
3. Sifat Identitas Penjumlahan
Adanya unsur identitas penjumlahan yaitu ( ) nol, , sedemikian sehingga untuk semua
, berlaku:

4. Sifat Invers Penjumlahan


Adanya unsur invers atau unsur lawan terhadap penjumlahan, sehingga untuk semua
terdapat/ada , sedemikian sehingga
( )
5. Sifat Komutatif Perkalian
Untuk semua berlaku:

6. Sifat Asosiatif Perkalian


Untuk semua , berlaku:
( ) ( )
7. Sifat Identitas Perkalian
Adanya unsur identitas perkalian yaitu satu (1) ( ), sehingga untuk semua
berlaku:

8. Sifat Invers Perkalian


Adanya unsur invers atau unsur kebalikan terhadap perkalian, sehingga untuk semua
terdapat/ada dengan , sedemikian sehingga

9. Sifat Distributif
a. Perkalian Terhadap Penjumlahan
Untuk semua berlaku:
( )
b. Penjumlahan Terhadap Perkalian
Untuk semua berlaku:
( )

Empat sifat pertama berhubungan dengan penjumlahan. Empat sifat selanjutnya


berhubungan dengan perkalian dan 1 sifat terakhir berhubungan dengan dua operasi yaitu
penjumlahan dan perkalian. Tujuan utama dari sembilan daftar sifat-sifat di atas adalah dapat
membantu menurunkan operasi-operasi aljabar. Selain sifat-sifat di atas berikut juga diberikan
beberapa sifat bilangan real dalam teorema dan pembuktiannya.

Teorema:

1. Jika dan , maka


Bukti:
Karena dan , adb
Perhatikan bahwa:
berdasarkan sifat lapangan bilangan real (4) maka terdapat , sedemikian
sehingga ( ) .
Jadi,

( ) ( )
∴ Terbukti
2. Jika dan sedemikian sehingga maka
Bukti:
adb: jika , , , maka
Perhatikan bahwa:
Karena dan , maka berdasarkan sifat lapangan bilangan real (8) terdapat
, sedemikian sehingga .

Jadi,

∴ Terbukti
3. Jika sehingga , maka
Bukti:
Karena , maka berdasarkan sifat lapangan bilangan real (4) terdapat
sedemikian sehingga ( ) .
Jadi,

( ) ( )

∴ Terbukti
4. Jika sehingga maka

Bukti:
Karena , , maka berdasarkan sifat lapangan bilangan real (8) terdapat

, sedemikian sehingga .

Jadi,

∴ Terbukti

Bilangan Rasional dan Irasional


Dalam himpunan bilangan real ada 2 jenis bilangan yang dikenal dengan bilangan rasional
dan irasional. Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk

dengan bilangan bulat dan .

atau dapat didefinisikan sebagai: { }.

Sebaliknya, bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk di atas disebut dengan bilangan
irasioal dinyatakan sebagai: * +.
Teorema: Tidak ada bilangan rasional yang memenuhi

Bukti:

Andaikan ada bilangan rasional yang memenuhi , namakan . Perhatikan


bahwa:

( )
Andaikan dan berbeda, tidak punya faktor Persekutuan selain 1. Diketahui adalah
genap, maka juga genap. Karena pengandaian 2 bukan faktor persekutuan dan , maka
haruslah ganjil. Karena genap, misalkan , maka:

( )

Diperoleh genap, yang berakibat juga genap. Hal ini bertentangan dengan ganjil. Jadi
haruslah tidak ada bilangan rasional yang memenuhi . ∴ Terbukti
SIFAT URUTAN BILANGAN REAL

Sifat urutan pada bilangan real didasarkan pada gagasan posisibilitas dan ketaksamaan dua
bilangan real. Pada himpunan bilangan real R terdapat himpunan bagian tak kosong P dari R, ya
itu bilangan positif, ditulis:
yang memenuhi sifat:
1. Jika maka
2. Jika maka
3. Jika maka tepat satu pernyataan berikut berlaku:

(dikenal dengan sifat trikotomi)

Defenisi:
1. Jika , maka dikatakan bilangan real positif murni (pure) ditulis
2. Jika * +, maka dikatakan bilangan real non negative ditulis
3. Jika , maka dikatakan bilangan real negative murni (pure), ditulis
4. Jika * +, maka dikatakan bilangan real non positif ditulis
Misalkan
1. Jika maka atau
2. Jika * + maka atau
Catatan: Untuk penulisan standar selanjutnya untuk 3 bilangan digunakan sebagai
jika dan dipenuhi secara serentak ( bersamaan).

Teorema:
Misalkan
1. Jika maka
2. Tepat satu dari 3 bentuk persmaan berlaku:

3. Jika dan , maka


Bukti: Premis awal
1. Jika maka
Perhatikan bahwa:
berarti bahwa atau
berarti bahwa atau
Karena dan , maka:

ini berarti atau



2. Dengan menggunakan sifat trikotomi, maka:
maka
( ) , maka atau maka atau
maka

3. Andaikan maka berarti atau ( ) selanjutnya ini
berarti atau
Hal ini bertentangan dengan dan , jadi haruslah

Teorema
1. Jika maka
2.
3. Untuk semua , maka
Bukti:
1. Jika maka
Berdasarkan sifat tikotomi

berarti selanjutnya
atau
Dengan cara yang sama:
( )( ) maka atau

2. Dengan menggunakan teorema (a), dengan mengambil maka berlaku:
berarti

3. , maka
a. Untuk benar (seusai bukti (b))
b. Untuk andaikan benar
c. Ditunjukkan benar juga untuk
Karena dan
Berdasarkan sifat bilangan positif
, , maka
Berarti
Jadi, disimpulkan untuk semua

Teorema:
Jika maka:
1. Jika maka
2. Jika dan maka
3. Jika dan maka
dan maka
4. Jika maka

maka

Bukti:
1. Karena berarti atau
Dapat ditulis:
( ) ( )
Dapat ditulis: ( ) ( )


2. berarti
berarti
Berdasarkan sifat dari bilangan positif maka:

( ) ( )
Berarti ( ) ( ) atau

3. berarti atau
berarti
dapat ditulis


berarti atau
berarti berlaku:
( )( )

atau

atau

4. berarti , maka sehingga

Andaikan maka mengakibatkan:

( )

(ini bertentangan dengan sifat Bilangan positif).


Jadi, haruslah jika

• , maka andaikan maka mengakibatkan , hal ini

kontradiksi dengan jadi haruslah jika


∴ terbukti

Nilai Mutlak
Misalkan , nilai mutlak dari adalah bilangan positif yang besar atau . Ditulis. Jarak dari satu titik
ke titik asal.

Sebagai contohnya, |−3| = |3| dan |−9| = |9|. Dapat dilihat dari definisi di atas bahwa a ≥ 0 untuk
semua ℝ , dan bahwa = 0 jika dan hanya jika = 0 . Juga bahwa |− | = untuk semua
ℝ . Berikut ini diberikan beberapa sifat nilai mutlak.

Teorema
1. | untuk semua ℝ
2. untuk semua ℝ
3. Jika , maka
4. untuk semua ℝ
Bukti:
1. Jika , maka
Jika , maka , sehingga ( )
Jika , maka , sehingga
∴ terbukti
2. Adb ℝ
• Jika , maka
• Jika , maka
, maka ( ) ( )
, maka ( ) ( )
, maka ( )( ) ( )( )
∴ terbukti
3. Misalkan , maka dan , karena . Jadi, diperoleh
, sebaliknya jika berarti dan , sehingga untuk
, jadi diperoleh
∴ terbukti
4. Berdasarkan teorema 3 diatas! Diambil

∴ terbukti

Teorema Ketaksamaan Segitiga


Untuk semua ℝ, berlaku:

Bukti:
Berdasarkan teorema sebelumnya: ℝ berlaku − dan ℝ berlaku
dengan menjumlahkan diperoleh:

atau
( ) , berarti:

∴ terbukti

Carolari (Teorema Akibat)


Untuk semua ℝ berlaku:
1. | |
2.
Bukti:
1. Tulis ( ) , dengan menggunakan ketaksamaan segitiga diperoleh:
( )
Jadi, .............(1)
Tulis ( )
( )
atau
Perhatikan bahwa:
.............(2)
Dari (1) dan (2) berlaku:

Sehingga: | |
∴ terbukti
2. Perhatikan bahwa
( ) ( ) ( )
( ) ( )
Sehingga diperoleh:

∴ terbukti
Contoh
1. Tentukan himpunan penyelesaian dari
Penyelesaian :
Berdasarkan teorema jika , maka . Jadi

Maka Hp * +

Garis Bilangan
Secara geometri, pemahaman yang mudah untuk semua bilangan real adalah garis bilangan. Nilai
mutlak di ℝ dianggap sebagai jarak dari ke titik nol, secara umum untuk jarak dan di ℝ
dinyatakan .
Definisi
Misalkan ℝ, ε , lingkungan ε (epsilon) dari Vε( ) ditulis didefinisikan sebagai:
Vε ( ) * +
Untuk ℝ, pernyataan berada Vε ( ) di ekivalen dengan:
( )

Ilustrasi:

Teorema
Misalkan dan ( ) untuk semua maka
Bukti:
Karena ( ) untuk semua , akibat dan berdasarkan teorema ℝ,
terdapat untuk semua maka , jadi:
Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak

Persamaan Nilai Mutlak


Jika x adalah suatu bentuk aljabar dan k adalah bilangan real positif maka = k dan
mengimplikasikan x = -k atau x = k
Contoh dan pembahasan soal:
1. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari persamaan berikut = 5 adalah
Jawab:
=5

5
=
-5

 =5
( 3x + 2 ) = 5
3x + 2 – 2 = 5 – 2
3x = 3

x=1
 = –5
( 3x + 2 ) = –5
3x + 2 – 2 = –5 – 2
3x = –7

x=

Jadi, HP { }

2. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut | |=1

Jawab:

| |=| |
(2x – 1) = (4x + 3)

4x + 3
2x – 1 =
-4x + 3

 (2x – 1) = (4x + 3)
2x – 1 + 1 = 4x + 3 + 1
2x = 4x + 4
2x – 4x = 4
– 2x = 4

2
 (2x – 1) = (4x + 3)
2x – 1 + 1 = 4x 3+1
2x = 4x 2
2x + 4x = 2
6x = 2

Jadi, HP { }

3. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut +


Jawab:
Penyederhanaan
+
p2 + p – 2 = 0
(p+1)(p-1)=0
p +2 = 0
p= TM
p-1 =0
p = 1 Memenuhi
=1

1
=
-1

 =1
( 3x + 2 ) = 1
3x + 2 – 2 = 1 – 2
3x = – 1

x=

 = –1
( 3x + 2 ) = –1
3x + 2 – 2 = –1 – 2
3x = –3

x=

Jadi, HP { }

4. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut + 2x = 5


Jawab:
+ 2x = 5
Syarat
a. a
( 4x + 2 ) 0

b. a
( 4x + 2 ) 0

+ 2x = 5 + 2x = -5
( 4x + 2 ) + 2x = 5 ( 4x + 2 ) + 2x = -5
6x + 2 = 5 6x + 2 = -5
6x + 2 – 2 = 5 – 2 6x + 2 – 2 = -5 – 2
6x = 3 6x = -7

x = Memenuhi x= Memenuhi

Jadi, HP { }

5. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut + 10 = 5


Jawab:
+ 10 = 5
+ 10 = 5 0

=
= + = -5
( 5x + 2 ) = ( 5x + 2 ) = -5
5x + 2 2= 2 5x + 2 2 = -5 2
5x = 5x = -5 – 2

x= x=

Jadi, HP { }

Pertidaksamaan Nilai Mutlak


Suatu pertidaksamaan ditandai dengan lambang , yang diselesaikan dengan syarat
b dan b atau
1. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan
Jawab:

+7

Jadi, HP * +
2. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan
Jawab:

Jadi, HP { | }

3. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan adalah


Jawab:
Menggunakan sifat =√ atau dikuadratkan
( ) ( )
( ) ( )

( 3x + 3 ) ( x + 3 )

x
Jadi, HP * +
4. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan adalah
Jawab:
Menggunakan sifat =√ atau dikuadratkan
( ) ( )
( ) ( )
(( ) ( )) (( ) ( ))
( )( )
( )
2x + 5

Jadi, HP { | }

5. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan


Jawab:

 , untuk 0, x

( ), untuk 0, x

 , untuk 0, x
( ), untuk 0, x
 Kasus 1
( ) ( )
15
15
x

Garis bilangan
 Kasus 2
( ) ( )
15
15

Garis bilangan

 Kasus 3
( ) ( ( ))
15
15

Tidak punya solusi

Garis bilangan

Jadi, HP { | }
Pertidaksamaan Kuadrat Nilai Mutlak
1. Tentukanlah himpunan penyelesaian dari persamaan
Jawab:
Penyederhanaan

w2 – 2w – 15 = 0
(w–5)(w+3)=0
w–5=0
w= Memenuhi
w+3=0
w = – 3 TM
=5

5
=
-5

 =5
( )=5
x+7–7=5–7
x=–2
 = –5
( ) = –5
x + 7 – 7 = –5 – 7
x = –12 Jadi, HP * +
2. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan
Penyederhanaan

3a2 – a – 4 = 0
( a + 1 ) ( 3a – 4 ) = 0
a + 1 –1 = 0 –1
a = –1 Tidak Memenuhi
3a – 4 + 4 = 0 + 4
3a = 4

a= Memenuhi

 =

( )=

x–5+5 = +5

x=

 =–

( )=–

x–5+5 =– +5

x=

Jadi, HP { }

3. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut 3


adalah
Jawab:
Penyederhanaan
+
p2 3p – 10 = 0
(p+2)(p-5)=0
p +2 = 0
p= TM
p-5 =0
p = 5 Memenuhi
=5

5
=
-5

 =5
( 3x + 2 ) = 5
3x + 2 – 2 = 5 – 2
3x = 3

x=
 = –5
( 3x + 2 ) = –5
3x + 2 – 2 = –5 – 2
3x = –7

x=

Jadi, HP { }

4. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan


Penyederhanaan

6a2 –5a – 4 = 0
( 3a - 4 ) ( 2a + 1 ) = 0
3a –4+ 4 = 0 + 4
a=–

2a + 1 - 1 = 0 – 1
2a = -1
a= Tidak Memenuhi

 =

( )=

2x + 1- 1 = -1

x=

 =–

( )=–

2x + 1- 1 = -1

x=

Jadi, HP { }

5. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut 15


Jawab:
Penyederhanaan
15
2
p 15p + 50 = 0
( p - 10 ) ( p - 5 ) = 0
p -10 = 0
p= Memenuhi
p-5 =0
p = 5 Memenuhi
= 10
 = 10
( x + 2 ) = 10
x + 2 – 2 = 10 – 2
x=8
 = –10
( x + 2 ) = –10
x + 2 – 2 = –10 – 2
x = –12

5
=
-5

 =5
( 3x + 2 ) = 5
x+2–2=5–2
x=3
 = –5
( x + 2 ) = –5
x + 2 – 2 = –5 – 2
x = –7
Jadi, HP * +
SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN REAL

Batas Atas dan Batas Bawah


Def : Misalkan S adalah himpunan bagian tak kosong dari bilanga real.
1. Suatu bilangan 4 R dikatakan batas atas dari S jika S 4 untuk semua S s
2. Suatu bilangan w R dikatakan batas bawah dari S jika w S untuk semua S s
Contoh:
a. Misalkan: * +

b. Misalkan: * +

c. Misalkan: * +

Selanjutnya dari definisi di atas dapat dikatakan suatu v R bukan batas atas dari S jika
dan hanya jika terdapat S’ S sehingga . Demikian juga suatu bilangan Z R
dikatakan bukan batas bawah S jika dan hanya jika batas bawah dan batas atas suatu himpunan
bagian tak kosong S dari R memiliki tak berhingga batas bawah dan batas atas pada R.
Himpunan bagian tak kosong S dari R dikatakan terbatas jika dan hanya jika memiliki
batas atas sekaligus batas bawah. Apakah himpunan kosong mempunyai batas atas dan batas
bawah? jawabannya bisa dibuktikan dengan kontradiksi: Andaikan himpunan kosong tak punya
batas atas, akibatnya untuk semua 4 R, 4 bukan batas atas himpunan kosong artinya terdapat x
anggota himpunan kosong sedemikian sehingga 4 < x. Tetapi x tidak mungkin ada, jadi haruslah
himpunan kosong punya batas atas, dengan cara yang sama diperoleh himpunan kosong punya
batas bawah jadi disimpulkan himpunan kosong terbatas S.

Supremum dan infimum


Definisi: misalkan S adalah himpunan bagian tak kosong dari bilangan R
a. Jika S terbatas di atas, maka suatu batas 4 dikatakan supremum (batas atas terkecil dari S
jika U lebih kecil dari setiap batas atas yang lain di S.
b. Jika S terbatas di bawah, maka suatu batas bawah V dikatakan infimum (batas bawah
terbesar dari S jika V lebih besar dari semua batas bawah yang lain di S.
Contoh:
1. Himpunan * +
Batas atas S: 1,2,3, ....
Supremum dari S = 1
Batas bawah S = 0, -1, -2, ....
Infimum dari S = 0

2. Diketahui himpunan S = * + adalah himpunan terbatas


Batas atas S = 2,3,4,5, ....
Supremum S = 2
Jika supremum suatu himpunan berada dalam himpunan tersebut maka suplemen tersebut
disebut maksimum batas bawah S = 1,0,-1,-2, .... , Infimum S =1
jika infimum suatu himpunan berada dalam himpunan tersebut maka infimum tersebut
disebut minimum.
Setiap bilangan R merupakan batas atas dan juga batas bawah dari himpunan kosong
sehingga dapat disimpulkan bahwa himpunan kosong tidak punya infi mum dan
Supremum.

Lemma Supremum
Suatu bilangan u R adalah supremum dari suatu himpunan bagian tak kosong dari R jika
dan hanya jika memenuhi dua kondisi
1.
2.
Bukti:
Misalkan u = sup S, maka u batas atas S, artinya S ≤ s, Karena u = Sup S , maka V < u,
Berarti V bukan bukan batas atas S yang berarti lagi bahwa terdapat S’ S sedemikian
sehingga V < S’.
Misalkan u memenuhi 2 syarat diatas akan dibuktikan u = sup S. Syarat(1) menyatakan u
batas atas S. Syarat (2) menyatakan V bukan batas S. Jadi u = sup S. Terbukti!!!
Lemma Infimum
Suatu bilangan t R jika dan hanya jika memenuhi 2 kondisi:
1. s ≥ t, untuk semua s S
2. w > t, untuk terdapat s’ s sedemikian sehingga w > s’.
Berdasarkan 2 lemma diatas diketahui bahwa jika suatu himpunan bagian tak kosong dari R
yang memiliki supremum dan infimum, maka supremum dan infimum tersebut tunggal.

Lemma: misalkan S suatu himpunan tak kosong di R suatu bilangan real u adalah supremum
dari S jika dan hanya jika untuk setiap terdapat sehingga u -
Bukti:
Misalkan u = sup S, ambil sebatang maka u - , akibatnya u - bukan batas
atas S, Jadi terdapat sedemikian sehingga u - < s_
Misalkan u batas atas S, akan ditunjukkan sebarang dan V batas
atas, sehingga V < u, ambil menurut premis terdapat sedemikian
sehingga bahwa:
( )

Hal ini bertentangan dengan V batas atas. Jadi haruslah yang berarti u batas atas
terkecil s atau . Terbukti!!!

Sifat Supremum dan Infimum pada R


Contoh: Misalkan S adalah himpunan bagian tak kosong di R, S terbatas. Misalkan juga
himpunan bagian tak kosong dari S, tunjukkan bahwa: Infimum S ≤ Infimum
Supremum
Bukti: Misalkan

Perhatikan bahwa:
1. Jelas bahwa inf Infimum Supremum
2. Karena inf S menjadi batas bawah S0 maka inf
3. Karena sup S menjadi batas atas dari
Berdasarkan 3 pernyataan diatas diperoleh:
Terbukti!!!
Sifat Archimedes pada bilangan R
Akibat penting sifat supremum adalah himpunan semua bilangan asli tidak terbatas di R ini
berarti untuk setiap bilangan real x terdapat bilangan asli n (bergantung pada x) sehingga x < nn

Teorema Archimedes:
Jika

Akibat: Misalkan y dan z, 2 bilangan real positif maka:


1. Terdapat sehingga
2. Terdapat sehingga

3. Terdapat sehingga
Bukti:
1. Misalkan terdapat sehingga dan diperoleh

2. Tetapkan z = 1 pada (1) yang akan memberikan 1 dan akibatnya

3. Sifat Archimedes menjamin subhimpunan * + dari N tak kosong.


Misalkan n unsur terkecil dari himpunan ini maka n – 1 bukan unsur himpunan
tersebut akibatnya . Terbukti!!!
BARISAN BILANGAN REAL

Barisan Bilangan Real adalah fungsi dari suatu fungsi dengan domain himpunan bilangan
asli N dengan domain yang tertera didalam R. Jadi, barisan merupakan fungsi X : N->R , dimana
setiap n € N nilai fungsi X(n) biasa ditulis sebagai:
X(n) := Xn

Contoh :
X := (2,4,6,8,...) merupakan bentuk barisan bilangan genap yang apat ditulis sebagai X:=
(2n : n € N).
Barisan bilangan real adalah suatu fungsi dengan domain bilngan asli dan range bilangan real.
X : NR
x1 , x2 , x3 ,.....
u1 , u2 , u3 ,.... (2 ,4, 6,.....)
Lambang barisan : (Xn , n € N )
X = (1, , , ,.....)

X = (Xn = , n € N )

X = (Xn = (-1)n , n € N ) = (-1,1,-1,1,-1,...)

Operasi Hitung Barisan :


Mis : X= (Xn , n € N )

Y= (Yn , n € N )
Maka :
1. x + y = (xn + yn , n € N )
x = ( 1,3,5,7,9,...)
y = (2,4,6,8,10,...)
x + y = (1+2, 3+4, 5+6, 7+8,....)
= (3,7,11,15,19,....)

2. x – y = (xn yn, n € N)
Contoh : x – y = (-1, -1, -1, -1,....)
3. xy = (xn yn, n € N )
c€N
cx = (cxn, n € N )

Contoh :

Xy = (2,12,30,56,....)

2x = (2,6,10,14,...)

4. =( , n € N , z≠ 0).
LIMIT BARISAN

Adalah bilangan dikatakan limit (batas) dari barisan ( ) yang ditulis ( )


. Jika untuk setiap terdapat ( ) sedemikian sehingga untuk semua ( ) dari
( ) terletak dalam ligkungan
( ) ( )

Misal:
x

Jika suatu barisan mempunyai limit atau batar maka barisan tersebut dikatakan konvergen,
dan sebaliknya jika dia tidak mempunyai limit maka dia dikatakan divergen

Contoh : Buktikan !
1.

Penyelesaian:
Bukti:
Ambil sebarang, akan dicari ( ) ( ) maka

| |

| |

Pilih ( ) sehingga

| |

Terbukti!
Sebagai ilustrasi
| |

| |

Terbukti

2. | |

| ( )
|

Pilih ( )

Sehingga berlaku : | | yang berarti

| |

| |

| |
Pilih ( )

Sehingga berlaku : | |

Yang berarti : (terbukti)

3.

| |

| ( )
|

| |

Teorema Ketunggalan Limit Barisan Bilangan Riil

Teorema :
Jika suatu barisan memiliki limit, maka limit barisan tersebut tunggal.
Bukti :
Andaikan limit tersebut tidak tunggal, maka terdapat sedemikian sehingga :
( ) ( ) akibatnya untuk

Berlaku : lingkunann dari dan lingkungan dari tidak memiliki daerah persekutuan
atau ditulis :
( ) ( )
Perhatikan bahwa :
1. ( ) berarti terdapat ( ) sedemikian sehingga untuk ( )
berlaku : jika maka ( ).
2. ( ) berarti terdapat ( ) sedemikian sehingga untuk ( )
berlaku : jika maka ( ).

Berdasarkan 1 dan 2 ( ) dan ( ) sehingga ( ) dan ( ) memiliki


daerah persekutuan. Hal ini bertentangan dengan ( ) ( ) .
Jadi haruslah yang menyatakan tunggal.

Teorema:
Misalkan dan ( ) barisan bilangan riil dan ℝ jika terdapat suatu dan
suatu dengan , dan ( ) , maka ( )
Bukti:
Ambil , karena ( ) , maka terdapat , sehingga jika maka

Hal ini mengakibatkan jika dan , maka:

( )

Karena sebarang ini berarti ( ) konvergen ke atau ( )

Teorema:
Misalkan barisan bilangan real ℝ, maka pernyataan berikut ekuivalen
1. konvergen ke
2. Untuk setiap terdapat ( ) sehingga jika ( ), maka ( )
3. Untuk setiap ( ) terdapat ( ) sedemikian sehingga jika ( ) maka
( )
4. Untuk setiap terdapat ( ) sehingga jika ( ) maka
Salah satu cara memahami kekonvergenan atau kedivergenan adalah dengan memperhatikan
perilaku dari suku-suku terakhir dari barisan tersebut. Suku-suku terakhir ini dikenal dengan ekor
barisan.

Defenisi Ekor Barisan


Ekor dari suatu barisan adalah barisan bagian dari suatu barisan yang dimulai dari suatu
urutan tertentu
Misal: (x₁, x₂, x₃, … ,xn) adalah barisan bilangan real dan
Ekor ke dari didefinisi sebagai
Xm = (Xm+n, n N)
Xm = (Xm+1, Xm+2, Xm+3, … , Xm+n, …)
Contoh: ( ). Ekor ke 5 dari adalah
X5 = (X5+n, n N)
X5 = (X5+1, X5+2, … , X5+n, …)
X5 = (X6, X7, X8, …)
X5 = (11, 13, 15, …)

Teorema:
Misalkan , barisan bilangan real , maka ekor ke-m yaitu
Xm = (Xm+n, n N)
Dikatakan konvergen jika dan hanya jika (⟺) Xn konvergen
Bukti:
⇒ Misalkan ,akan dibuktikan bahwa
Ambil sebarang
Karena , maka terdapat ( ) sedemikian sehingga ( ) maka

Karena suku ke-P dan adalah suku ke- dari X maka untuk X berlaku
( ) , maka
Jadi pilih ( ) ( )
Maka berlaku ( ) maka
Ini berarti
⇐ Misalkan X konvergen ke x, yaitu , akan dibuktikan
Ambil sebarang, karena maka terdapat ( ) sedemikian sehingga
( ) maka
Karena suku ke-m dari X adalah suku ke ( ) dari maka untuk berlaku untuk
setiap ( ) maka
Jadi pilih ( ) ( )
Maka berlaku ( ) maka yang berarti Terbukti!
TEOREMA-TEOREMA LIMIT

Pada bagian ini, akan diberikan tentang teorema-teorema limit, defenisi limit terbatas,
hubungan terbatas dengan kekonvergenan serta tentang kemonotonan dari limit barisan.

Defenisi barisan terbatas :


Barisan bilangan rill ( ) dikatakan terbatas jika terdapat dengan
sedemikian sehingga untuk semua
Jadi, barisan ( ) terbatas jika dan hanya jika himpunan * + terbatas di

Teorema :
Barisan bilangan riil konvergen adalah terbatas.
Bukti :
Misalkan ( ) dan ambil =1
Menurut hipotesis, maka terdapat sedemikian sehingga jika Ini
berakibat jika
Pilih M = sup { | | } maka untuk setiap berlaku Ini
berarti barisan ( ) terbatas. Terbukti

Teorema :
a) Misalkan ( ) dan ( ) barisan bilangan riil berturut-turut konvergen ke dan
dan , maka barisan dan berturut-turut konvergen ke
dan
b) Jika ( ) konvergen ke x dan ( ) barisan bilangan riil tak nol yang konvergen
ke z, dan z maka barisan konvergen dengan .

Bukti :
a1) Akan dibuktikan barisan ( ) konvergen ke .
Pilih sehingga ( ) jika

Pilih sehingga ( ) jika

Namakan maks * + maka untuk berlaku :


( ) dan ( )

Akibatnya untuk berlaku :


( ) ( ) ( ) ( )

Karena , sebarang, maka barisan ( ) konvergen ke


a2) Akan dibuktikan barisan ( ) konvergen ke .

Pilih sehingga ( ) jika

Pilih sehingga ( ) jika

Namakan maks * + maka untuk berlaku :

( ) dan ( )

Akibatnya untuk berlaku :

( ) ( ) ( ) ( )

a3) Selanjutnya akan dibuktikan Lim XY= ( ) .


Perhatikan bahwa :
( ) ( ) ( )
( ) ( )
( )
Karena ( ) konvergen ke x, maka menurut teorema barisan terbatas, terdapat
sedemikian sehingga untuk semua
Pihak k = maks * + maka ( ) dapat ditulis :
( )
( )
Ambil sebarang

Pilih sehingga ( ) jika


Pilih sehingga ( ) jika

Namakan maks * + maka untuk berlaku :

( ) dan ( )

Pilih S = maks * + maka untuk berlaku :

( )

( )

Karena sebarang, maka barisan ( ) konvergen ke xy.

a) Untuk menunjukkkan barisan cX, konvergen ke cx defenisikan barisan ( )


* +, maka C konvergen ke c, akibatnya menurut bukti diatas ( ) ( )
konvergen ke cx.

b) Akan ditunjukkan bahwa Lim , karena barisan Z = ( ) konvergen ke z ,

sehingga cukup dibuktikan Lim ( )

Ambil sebarang , cari ( ) sedemikian sehingga ( ) maka

| | , perhatikan hubungan berikut :

| | | |

Misalkan ,

Karena Lim( ) maka terdapat ( ) sedemikian sehingga jika ( )

maka selanjutnya perhatikan bahwa :

| | maka diperoleh :
Atau dapat ditulis :

akibatnya untuk setiap ( )

Selanjutnya karena Lim( ) maka untuk setiap terdapat ( ) sedemikian


sehingga jika ( ) maka
Pilih ( ) = Supremum * ( ) ( )+ akibatnya jika ( ) maka

| | , karena diambil sebarang maka

diperoleh Lim ( )

Berdasarkan bukti diatas diperoleh Lim ( ) Lim ( ) .

Terbukti.

Teorema :
Misalkan ( ) barisan bilangan riil yang konvergen ke x, jika untuk semua
maka
Bukti :
Andaikan sebaliknya yaitu : x < 0, maka , karena (xn) konvergen ke x maka
terdapat N0 sehingga jika N0 atau x - xn < x + = 0 untuk n N0,
hal ini bertentangan dengan xn untuk setiap n jadi x ≥ 0. erbukti.

Teorema :
Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) berturut-turut barisan yang konvergen ke x dan y, jika xn yn,
untuk setiap n maka x ≤ y.
Bukti :
Misalkan Z = (zn) = (yn – xn) karena xn ≤ yn maka yn – xn untuk semua n N, selanjutnya
karena (xn) dan (yn) konvergen, maka menurut teorema sebelumnya, (zn) = (yn – xn) juga
konvergen ke y – x.
Karena yn – xn untuk semua n , maka menurut teorema sebelumnya y – x di
peroleh x .

Teorema :
Misalkan barisan X = (xn) konvergen ke x dan jika a xn b
Untuk semua n maka a x b.
Bukti :
Definisikan barisan A = (an) = (a, a, a, ....) dan barisan B = (bn) = (b, b, b,....) maka an xn
bn untuk semua n . Misalkan Lim (an) = a dan Lim (bn) = b dan berdasarkan teorema
sebelumnya a dan x sehingga di peroleh a x b.

Teorema Apit :
Misalkan X = (xn), Y = (yn) dan Z = (zn) barisan bilangan riil sehingga xn yn zn untuk
semua n , dan Lim (xn) = Lim (zn) maka Y = (yn) konvergen dan Lim (xn) = Lim (yn) =
Lim (zn)
Bukti :
Ambil sebarang, dan misal a = Lim (xn) = Lim (zn)
Karena X dan Z konvergen ke a maka terdapat N0 sedemikian sehingga untuk
n N0 berlaku :
dan , menurut hipotesis xn yn zn atau xn – a yn – a zn – a
akibatnya :
sup * + untuk n > N0
Karena diambil sebarang, maka (yn) konvergen ke a, jadi disimpulkan Lim (xn) = Lim
(yn) = Lim (zn) = a. Terbukti.

Teorema :
Misalkan barisan X = (xn) konvergen ke x maka barisan ( ) konvergen ke , yaitu bila x =
lim (xn), maka = lim ( )
Bukti :
Ambil sebarang
Karena (xn) konvergen ke x maka terdapat N0 N sehingga
jika n N0,
Jadi untuk n N0 berlaku :
| |
Ini berarti ( ) konvergen ke
∴ Terbukti.
Teorema :
Misalkan X (xn) barisan bilangan riil konvergen ke x dan xn untuk setiap n N maka
barisan (√ ) akar positif konvergen dan Lim (√ ) √
Bukti :
Karena xn untuk setiap n N maka
Lim (xn) = x akan dibuktikan Lim (√ ) √
Perhatikan 2 kasus berikut :
1. Jika x = 0, ambil sebarang, pilih N0 = N sehingga
jika n N0, diperoleh :
|√ √ | |√ | √
Ini berarti lim (√ )
2. Jika x > 0 maka √
Ambil sebarang, karena (xn) konvergen ke x atau Lim (xn) = x maka terdapat K1( )

N sedemikian sehingga jika n > K1( ) maka


Perhatikan bahwa :
√ √
|√ √ | |√ √ | | |
√ √ √ √ √ √

Karena √ √ √ maka √ √ √

Akibatnya |√ √ | √ √ √

Pilih K( ) = K1( ) maka akibatnya jika n K( ) maka :



|√ √ | .
√ √ √ √

Ini berarti Lim (√ ) √


∴ Terbukti.

Teorema :
Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan riil positif sehingga :

L = Lim ( ) ada, jika L < 1 maka (xn) konvergen dan lim (xn) = 0

Bukti :
Karena xn > 0 untuk setiap n N maka L = Lim ( )

Misalkan r R sedemikian sehingga L < r < 1 dan misalkan pula

Sebut L > 0, karena Lim ( ) konvergen ke L, maka terdapat

K( ) N sedemikian sehingga jika n K( ) maka | L| L,

Akibatnya jika n K(ε) maka berlaku L + (r – L) = r

Atau 0 < xn+1 < rxn, oleh karena itu jika n K(ε) berlaku :
0 < xn+1 < xn . r < xn-1. r2 < ... < xK( ). rn-K(ε) + 1 ... (*)
( )
Misalkan c = ( ) , maka (*) dapat ditulis menjadi :

0 < xn+1 < crn+1 untuk n K( )


Karena 0 < r < 1, maka Lim (rn+1) = 0 akibatnya, menurut teorema apit
Berlaku Lim (xn+1) = 0 sehingga Lim (xn) = 0
∴ Terbukti.
BARISAN MONOTON

Defenisi :
Misalkan barisan bilangan real
1. Barisan x dikatakan tak turun jika memenuhi pertidaksamaan

2. Barisan x dikatakan tak naik jika memenuhi pertidaksamaan

3. Jika barisan x tak turun maupun tak naik, maka barisan x disebut monoton
Contoh :
1. Berikut ini barisan-barisan tak turun :
 ( )
 (1,2,2,3,3,3,3,...)
 ( ), jika
2. Barisan- barisan berikut tak naik :

 ( )

 ( )

 ( ) jika
3. Barisan-barisan berikut tak monoton :
 ( ( ) )
 ( ( ) )

Teorema Konvergensi Monoton


Barisan bilangan rill monoton konvergen jika dan hanya jika terbatas, Selanjutnya :
1. Jika ( ) barisan tak turun terbatas, maka ( ) * }
2. Jika ( ) barisan tak naik terbatas, maka ( ) * }
Bukti :
Berdasarkan teorema sebelumnya karena ( ) barisan konvergen maka ( ) terbatas.
Misalkan ( ) terbatas, karena ( ) monoton, maka ( )tak turun atau tak naik
Perhatikan dua kasus berikut :
1. ( ) tak turun dan terbatas, maka terdapat dengan sedemikian sehingga
( ) untuk setiap
Menurut sifat supremum, maka supremum * + namakan
* + akan ditunjukkan bahwa ( )
Ambil sebarang, cari ( ) sedemikian sehingga jika ( ) maka
karena * + maka bukan batas atas
* +. Jadi terdapat ( ) sedemikian sehingga ( ), tetapi ( )
tak turun, maka diperoleh :
( ) , untuk semua ( ) karena ambil sebarang maka
( ) * +
2. Misalkan y tak naik, terbatas
Definisikan : ( ), x tak turun terbatas , telah ditunjukkan bahwa
* + tetapi menurut teorema sebelumnya
, tetapi ( ) ]
* +. Oleh karena itu * +

Sub Barisan dan Teorema Bolzano Weistrass


Pada sub Bab ini memperkenalkan tentang subbarisan dari suatu barisan . Berbeda dengan
ekor barisan sub barisan bermanfaat dalam membuktikan divergensi suatu barisan.

Definisi :
Misalkan ( )barisan bilangan riil dan misalkan adalah barisan
bilangan asli naik murni, maka barisan X di R yang didefinisikan sebagai : ( )
disebut sub barisan dari ( )

Contoh :

1. Diberikan barisan ( ) ( ) maka berikut ini adalah sub barisan

dari ( ):

a. ( )

b. ( )
( )
2. Diberikan barisan ( ) ( ) ( ) maka berikut ini adalah sub barisan

dari ( ):

a. ( )

b. ( )

Teorema :
Jika suatu barisan bilangan rill ( ) konvergen ke X, maka sebarang sub barisan dari
( ) juga konvergen ke X.
Bukti :
Misalkan ( ) adalah sub barisan sebarang dari x, akan dibuktikan ( ) konvergen ke X.
Ambil sebarang karena ( ) maka terdapat ( ) sedemikian sehingga
jika ( ) maka
Karena adalah barisan naik, dan
Bukti bahwa , untuk jelas bahwa
Andaikan benar untuk suatu , akan dibuktikan bahwa
Karena maka
Jadi untuk setiap , akibatnya jika berlaku ( ) maka
Ini menunjukkan bahwa ( )

Teorema :
Misalkan ( ) barisan bilangan rill maka pernyataan berikut ekivalen :
1. Barisan ( ) tidak konvergen ke
2. Terdapat sedemikian sehingga untuk sebarang terdapat
dengan sehingga
3. Terdapat dan sub barisan ( ) dari sedemikian sehingga
untuk semua
Bukti :
( ) ( ) Jika ( ) tidak konvergen ke x maka terdapat sedemikian sehingga
tidak ditemukan bilangan asli ( ) sehingga untuk setiap
( ), atau ini berarti bahwa untuk setiap terdapat bilangan asli
sedemikian sehingga
( ) ( ) Andaikan terdapat sehingga kondisi (2) terpenuhi, dan misalkan
dan | | . Selanjutnya misalkan pula sehingga memenuhi
dan | | . Selanjutnya misalkan sehingga memenuhi
dan | | . Proses ini diteruskan sehingga diperoleh sub
barisan ( ) dari X sedemikian sehingga memenuhi
untuk semua
( ) ( ) Misalkan ( ) mempunyai sub barisan ( ) yang mempunyai (3)
maka ( ) tidak mungkin konvergen ke X. Maka menurut teorema
sebelumnya ( ) juga konvergen ke X, tetapi tidak mungkin karena tak
satupun unsurpun dari ( ) yang merupakan anggota dari lingkungan
dari X. ∴
Soal :
1. Diketahui ( ) dimana dengan ( ) ( ) periksalah apakah barisan
tersebut konvergen !

2. Diketahui ( ) dimana dengan ( ) ( ) apabila Tunjukkan :

a) Apakah barisan tersebut konvergen ?


b) Titik Konvergensinya !
3. Diketahui barisan ( ) dimana dengan . Periksa apakah barisan tersebut
konvergen atau tidak !

Eksistensi Subbarisan Monoton

Teorema Subbarisan Monoton:


Setiap barisan ( ) mempunyai subbarisan monoton.
Bukti:
Perhatikan bahwa judul ke dari barisan ( ) merupakan puncak jika untuk
semua , selanjutnya perhatikan dua kasus berikut:
Kasus 1: Andaikan mempunyai sejumlah tak hingga puncak, dalam kasus ini, urutan
puncak-puncak tersebut dengan indeks naik. Jadi diperoleh puncak-puncak
dengan , dengan karena
masing-masing suku tersebut puncak, diperoleh
jadi subbarisan ( ) merupakan subbarisan tak naik dari .
Kasus 2: Misalkan mempunyai sejumlah hingga (atau tak ada sama sekali) puncak,
misalkan puncak-puncak ini Selanjutnya misalkan
indeks pertama setelah puncak terakhir, karena bukan puncak,
maka terdapat sehingga . Selanjutnya karena bukan
puncak, maka terdapat , sehingga . Jika proses ini diteruskan
maka diperoleh subbarisan tak turun ( ) dari .
Berdasarkan kasus (1) dan (2) disimpulkan bahwa setiap barisan ( ) mempunyai
subbarisan monoton.

Teorema Bolzano Weierstrass untuk Barisan


Teorema Bolzano Weierstrass:
Setiap barisan terbatas mempunyai sub barisan konvergen
Bukti:
Berdasarkan teorema subbarisan monoton, maka barisan terbatas ( ) mempunyai
subbarisan ( ) monoton, subbarisan ini juga terbatas, sehingga menurut teorema
konvergensi monoton ( ) juga konvergen.
Hal ini menunjukkan bahwa barisan terbatas dapat mempunyai beberapa substansi yang
konvergen ke limit yang berbeda. Sebagai contoh barisan (( ) ) mempunyai subbarisan
yang konvergen ke -1, dengan substansi yang lain konvergen ke +1. Barisan ini juga
mempunyai subbarisan yang tidak konvergen. Misalkan subbarisan dari barisan , maka
juga merupakan barisan yang juga dapat mempunyai subbarisan yang tidak konvergen.
. Misalkan subbarisan dari barisan , maka sendiri juga merupakan barisan yang juga
dapat mempunyai subbarisan. Kata , ini dapat dinyatakan bahwa juga merupakan
subbarisan dari .
Teorema 1
Misalkan X bilangan terbatas dan yang mempunyai sifat bahwa setiap sub barisan
konvergen daru X, limitnya adalah x maka barisan X konvergen ke x
Bukti:
Misalkan M>0, sehingga | untuk semua n andaikan X tidak konvergen ke x.
menurut kriteria Divergensi terdapat dan sub barisan ( ) dari x sehingga:
*| , untuk semua n
Karena subbarisan dari maka juga terbatas oleh M. Menurut teorema balzano-
weierstrass bahwa mempunyai subbarisan yang konvergen. Tapi juga merupakan
subbarisan dari x karenanya harus konvergen ke x. menurut Hipotesis, akibatnya pada
akhirnya terletak didalam lingkungan - dari x karena setiap suku dari juga
meruoajan suku dari x. Hal ini kontradiksi dengan (*).

Contoh

a. bila
Jawab :

Bila dan bila , maka dari Ketaksamaan Bernouli bahwa

Lihat bahwa , maka dengan demikian adalah

barisan turun dan juga . Sehingga menurut teorema Konvergensi Monoton


3.3.2 barisan tersebut konvergen.

Misalkan

Karena subbarisan dari menurut Teorema 3.2.4 maka . atau

karena menrut Teorema 3.2.3 dipeoleh

Kita mempunyai atau . Karena barisan turun dan terbatas di atas oleh

1, maka haruslah

b. untuk
Jawab :

Perhatikan bahwa jika , maka dan untuk semua . Jadi

dengan menggunakan Teorema Konvergensi Mononton, ada.

Menurut Teorema 3.4.2, berlaku . atau

karena
dan Teorema 3.2.10, maka

Karena yang menghasilkan atau , dan untuk semua

maka haruslah .

Anda mungkin juga menyukai