Anda di halaman 1dari 9

JUDUL KETERAMPILAN: TEKNIS DASAR ANAMNESIS

Penulis: Dr. dr. Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes., FISPH., FISCM

I. Tingkat Kompetensi Keterampilan


Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Dokter Indonesia 2019 yang sedang
disusun, maka ketrampilan teknik dasar anamnesis termasuk dalam area kompetensi:
1. Area kompetensi 1, yaitu Profesionalitas Yang Luhur dengan capaian pembelajaran
memiliki kesadaran untuk bersikap dan berupaya maksimal dalam praktik kedokteran.
2. Area kompetensi 5, yaitu Literasi Sains dengan capaian pembelajaran menguasai
konsep ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan
Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk
mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif ditingkat individu,
keluarga, komunitas dan masyarakat.
3. Area kompetensi 9, yaitu Komunikasi Efektif dengan capaian pembelajaran:
a. Berkomunikasi dengan jelas, efektif, dan sensitif serta menunjukkan empati
terhadap reaksi saat berkomunikasi dengan civitas academica dan masyarakat
umum.
b. Menguasai konsep komunikasi efektif pada pasien dengan masalah mental atau
keterbatasan fisik.
c. Menguasai cara penyampaian informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita
buruk, informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik
dan benar.
d. Menguasai konsep komunikasi dengan kepekaan terhadap aspek
biopsikososiokultural dan spiritual.
e. Menguasai konsep komunikasi secara efektif dan berempati terhadap massa dalam
upaya meningkatkan status kesehatan komunitas dan masyarakat.

Adapun penjabaran keterampilan adalah seperti yang tercantum dalam tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Kompetensi Ketrampilan Teknik Dasar Anamnesis


Jenis ketrampilan Tingkat kompetensi
1. Komunikasi interpersonal 4
2. Komunikasi efektif dokter dengan pasien 4
3. Anamnesis fundamental four dan sacred seven 4

Keterangan:
Tingkat kemampuan 1: Mengetahui dan menjelaskan
Tingkat kemampuan 2: Pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
Tingkat kemampuan 3: Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri

II. Tujuan Belajar


1. Mahasiswa mampu menerapkan komunikasi interpersonal
2. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi efektif dengan pasien
3. Mahasiswa mampu memahami langkah-langkah anamnesis fundamental four dan
sacred seven
4. Mahasiswa mampu menerapkan langkah-langkah anamnesis fundamental four dan
sacred seven
III. Prerequisite knowledge
Sebelum memahami konsep ketrampilan anamnesis, mahasiswa harus:
1. Memahami komunikasi intrapersonal
2. Memahami komunikasi interpersonal
3. Memahami emphati

Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:
Pelaksana/
Tahapan pembelajaran Lama Metode Penanggung
Jawab
1. Penjelasan pelaksanaan skill 20 menit Diskusi FEB & Tim
Instruktur
2. Penyampaian materi komunikasi 60 menit Diskusi FEB & Tim
interpersonal, efektif dan teknik Instruktur
dasar anamnesis
3. Penyampaian simulasi video 20 menit Diskusi FEB & Tim
tutorial teknis dasar anamnesis Instruktur
4. Pemaparan hasil analisis video 40 menit Diskusi & FEB & Tim
tutorial Praktek Instruktur
5. Penyampaianan rancangan 20 menit Praktek FEB & Tim
anamnesis Instruktur
6. Evaluasi hasil perekaman kegiatan 40 menit Diskusi dan FEB & Tim
anamnesis Praktek Instruktur
Keterangan:
FEB : Dr. dr. Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes., FISPH., FISCM.
Tim Instruktur: Dosen pengampu yang ditetapkan oleh Prodi

IV. Sumber belajar


Pada pelaksanaan komunikasi efektif terdapat hukum komunikasi efektif yang dikenal
dengan The 5 Inevitable Laws Of Efffective Communication yang harus dipenuhi. Hukum
tersebut dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan essensi dari
komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena
sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian,
cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
Hukum tersebut adalah:
1. Respect (Saling menghormati)
Syarat pertama dalam berkomunikasi adalah sikap menghargai setiap individu yang
menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai
merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.
Prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Seorang ahli psikologi, William James, juga mengatakan bahwa “Prinsip paling dalam
pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Dia mengatakan ini sebagai
suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus
dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tidak terperikan
dan tidak tergoyahkan.
2. Empathy (Empati)
Empati adalah perhatian dan kasih yang diwujudkan melalui tindakan. Empati adalah
kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi
oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah
kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan
atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari
7 (tujuh) kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih
dahulu, baru dimengerti (Seek First to understand–understand then be understood to
build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang
disebutnya dengan komunikasi empatik.
Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun
keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau
sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat
menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan
penerima pesan (receiver) menerimanya.
3. Audible (Dapat didengarkan)
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati
berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik
dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan
dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
4. Clarity (Kejelasan)
Adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan
transparansi.
5. Humble (Rendah hati)
Artinya adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum
pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap
rendah hati yang kita miliki. Pada intinya adalah sikap yang penuh melayani (customer
first attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong
dan tidak memandang rendah pada orang lain, berani mengakui kesalahan, rela
memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan
kepentingan yang lebih besar.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada skill anannesis adalah:


1. Kecakapan kognitif, merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman mengenai
bagaimana cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam berkomunikasi.
Kecakapan kognitif meliputi:
a. Empati (emphathy), kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang
lain tanpa meninggalkan pandangannya sendiri
b. Perspektif sosial (social perspective), kecakapan yang melihat kemungkinan-
kemungkinan perilaku yang berkomunikasi dengan dirinya
c. Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam
komunikasi interpersonal
d. Pengetahuan akan situasi pada waktu komunikasi sedang dilakukan
e. Monitor diri (self monitoring), kecakapan memonitor diri sendiri untuk menjaga
ketepatan perilaku dan jeli dalam memperhatikan pengungkapan pihak yang
berkomunikasi
2. Kecakapan behavioral, merupakan kecakapan berkomunikasi pada tindakan yang
berfungsi dalam mengarahkan pelaku komunikasi untuk mencapai tujuan baik personal
maupun relasional. Kecakapan behavioral meliputi:
a. Keterlibatan interaktif (interactive involment), kecakapan yang menentukan tingkat
keikutsertaan dalam proses komunikasi yaitu: 1)sikap tanggap (responsiveness);
2)sikap perseptif (perceptiveness); dan 3)sikap penuh perhatian (attentiveness)
b. Manajemen interaksi (interaction management), kecakapan yang berfungsi untuk
membantu dalam mengambil tindakan yang berguna demi tercapainya tujuan
komunikasi
c. Keluwesan perilaku (behavioral flexibility), kecakapan yang berfungsi menentukan
tindakan yang diambil demi tercapainya tujuan komunikasi
d. Mendengarkan (listening), kecakapan yang berfungsi untuk bisa mendengarkan
dan menyelami perasaan pihak lain
e. Gaya sosial (social style), kecakapan yang mengarahkan pelaku komunikasi pada
perilaku yang baik dan menarik sehingga menyenangkan pihak lain
f. Kecemasan komunikasi (communication anxiety), kecakapan yang dapat dipakai
untuk mengatasi rasa takut, cemas, malu dan gugup ketika berhadapan dengan
lawan bicara

Anamnesis
Anamnesa atau riwayat kesehatan adalah berasal dari kata anamnesis (Yunani “ana”
berarti membawa dan “mnesis” yang berarti baru, memori) adalah sebuah wawancara yang
dilakukan oleh profesional kesehatan kepada pasien, yang dimaksudkan untuk menjadi titik
awal dalam mendiagnosis penyakit. Dengan kata lain, itu adalah sebuah wawancara yang
berusaha untuk mengingat semua fakta yang berhubungan dengan penyakit dan orang sakit.
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui
tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.
Pasien akan memberikan informasi kepada dokter dengan menanyakan pertanyaan spesifik,
baik dari pasien atau orang lain yang tahu orang itu dan dapat memberikan informasi yang
sesuai (dalam hal ini, kadang-kadang disebut heteroanamnesis), dengan tujuan memperoleh
informasi yang berguna dalam merumuskan diagnosis dan memberikan perawatan medis
kepada pasien.
Anamnesis merupakan bagian penting dalam proses komunikasi dokter dengan pasien
untuk memperoleh data yang lengkap tentang masalah kesehatan yang dialami oleh pasien
sehingga dokter dapat membantu untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan dengan
memberikan alternatif pemecahan atau penatalaksanaan terhadap permasalahan kesehatan
yang dialami oleh pasien. Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat
suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang
lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta
permasalahan medisnya. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat, maka informasi yang
didapatkan akan sangat berharga untuk menegakkan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya
dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar
60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis
yang benar. Selain untuk memperoleh informasi tentang permasalahan kesehatan yang
dihadapi pasien, anamnesis juga bertujuan untuk membangun hubungan yang baik antara
seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu
dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung
tertutup. Anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan
dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien
untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
Terdapat 2 (dua) jenis anamnesis yang umum dilakukan, yaitu autoanamnesis dan
alloanamnesis atau heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik
autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien
sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini
adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan
apa yang sesungguhnya dia rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu
autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit
untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk
menceritakan permasalahannya. Anamnesis yang didapat dari informasi orang lain ini disebut
alloanamnesis atau heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis
dilakukan bersama-sama autoanamnesis dan alloanamnesis. Sebelum melakukan anamnesis
lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan dengan jelas dan detail adalah identitas pasien,
yaitu umur, jenis kelamin, ras, alamat, status pernikahan, agama dan pekerjaan. Identitas
pasien ini juga dapat menjadi salah satu faktor resiko timbulnya masalah kesehatan sehingga
harus ditanyakan pula lebih detail.
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven). Empat pokok pikiran (The Fundamental Four), adalah
melakukan anamnesis dengan cara mencari data:
1. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
2. Riwayat penyakit dahulu (RPD)
3. Riwayat kesehatan keluarga (RPK)
4. Riwayat sosial dan ekonomi (RSE)

1. Riwayat penyakit sekarang


Anamnesis yang berkaitan dengan keluhan utama, yaitu keluhan yang membuat pasien
datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan atau penyelesaian
masalah kesehatan yang dihadapinya. Namun sebelum dokter lebih jauh menanyakan tentang
keluhan utama, maka sangat diperlukan juga mengenal data diri pasien yang diperlukan untuk
mengelola pasien secara holistik komprehensif. Identitas atau data diri pasien yang
diperlukan antara lain:
1) Nama, dipakai untuk identitas diri supaya tidak keliru dengan orang lain, untuk
menyebutkan atau memanggil nama agar lebih akrab, dan dapat menunjukkan suku,
bangsa, agama, dan kepercayaanya.
2) Umur, dapat dipakai untuk menunjukkan kecenderungan penyakit pada umur tertentu.
3) Jenis kelamin, dipakai untuk melihat kecenderungan penyakit berdasarkan jenis
kelamin, juga dapat dipakai sebagai dasar pemikiran tentang jenis hormon yang berbeda
antara pria dan wanita yang mempengaruhi faal tubuh secara berbeda pula dan dipakai
untuk menentukan dosis pengobatan.
4) Bangsa dan suku, dipakai untuk mengetahui ketahanan penyakit tertentu pada suku
bangsa tertentu.
5) Tempat tinggal atau alamat, dipakai untuk mengetahui kondisi lingkungan yang
berkaitan dengan hygiene, sanitasi atau daerah endemik penyakit tertentu.
6) Pekerjaan, dipakai untuk mengetahui memperkirakan status ekonomi, atau faktor resiko
terhadap penyakit tertentu.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari keluhan utama, dilanjutkan
anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir kata mutiara (The Sacred
Seven), yaitu:
1) Lokasi
Dimana keluhan dirasakan, bila perlu meminta pasien untuk menunjukkan tempat
keluhan dirasakan. Keluhan dirasakan menyebar atau tidak, apakah dirasakan menjalar
atau tetap di lokasi awal.
2) Onset atau kronologis
Perlu ditanyakan, keluhan dirasakan mulai kapan terjadinya dan berapa lama keluhan
diderita setiap kali serangan. Apakah keluhan yang dirasakan perlahan atau mendadak
terasa berat? Apakah keluhan dirasakan menetap atau hilang timbul? Kapan keluhan
dirasakan, apakah pagi, siang atau malam hari?.
3) Kuantitas atau derajat keluhan
Dapat ditanyakan seberapa sering keluhan tersebut terjadi, apakah keluhan yang
dirasakan masih dapat ditahan (ringan) atau sudah mengganggu aktivitas (berat)?.
4) Kualitas atau sifat keluhan
Bagaimana keluhan tersebut dirasakan, misalnya nyeri: apakah terasa seperti ditusuk
jarum atau tumpul seperti dipukul atau seperti diiris pisau?
5) Faktor-faktor yang memperberat keluhan
Adakah faktor-faktor yang menyebabkan keluhan semakin berat dirasakan?
6) Faktor-faktor yang memperingan keluhan
Adakah faktor-faktor yang dapat meringankan keluhan, misalkan keluhan akan
berkurang bila minum air hangat.
7) Analisis sistem lain yang menyertai keluhan
Perlu ditanyakan keluhan lain yang dapat terjadi bila keluhan utama ini terjadi

2. Riwayat penyakit dahulu


Perlu dipertanyakan masalah kesehatan terdahulu yang pernah dialami. Bila pernah
mengalami masalah kesehatan, kapan terjadinya, apa diagnosisnya dan apakah keluhan yang
saat ini pernah terjadi sebelumnya ataukah masalah kesehatan terdahulu merupakan keluhan
yang lain.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Terdapat 2 (dua) alasan penting mengapa dokter harus menanyakan riwayat keluarga.
Pertama, kemungkinan pasien menderita penyakit yang disebabkan faktor genetik. Kedua,
pemikiran pasien tentang masalah yang dihadapi kemungkinan berhubungan dengan
pengalaman anggota keluarga yang lain.
Menanyakan riwayat keluarga harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan lupa untuk
meyakinkan bahwa jawaban sudah akurat. Kalau diragukan kebenarannya lakukan cross-
check yaitu mengajukan pertanyaan dengan kalimat berbeda tetapi artinya sama. Apabila
dicurigai kemungkinanan adanya penyakit karena faktor keturunan, sebaiknya dokter
membuat pohon keluarga yang berisikan data medis, contoh:
30th, SD 12th, SD

5th, SD
Keterangan :
= laki-laki = perempuan SD = Sindrom Down

(Soejoeti S.Z, 2005)


Contoh Pohon Keluarga Pada Kasus Sindrom Down

Pada riwayat penyakit keluarga juga termasuk riwayat penyakit pada lingkungan
sekitar. Perlu ditanyakan dan diketahui apakah ada tetangga yang menderita
penyakit/gangguan yang sama (umumnya penyakit menular). Tanyakan seberapa dekat jarak
dengan tetangga yang menderita penyakit atau gangguan tersebut.

4. Riwayat sosial dan ekonomi


Sebagai dokter sangat penting untuk mengetahui status sosial (yang meliputi
pendidikan, kebiasaan yang seringkali dilakukan, kepercayaan dalam beragama) dan status
ekonomi (yang meliputi pekerjaan, asuransi kesehatan) pasien. Riwayat sosial pasien secara
umum dapat dibagi menjadi profil pasien, gaya hidup pasien (terutama faktor-faktor resiko),
dan sumber-sumber stres serta dukungan:
1) Profil pasien meliputi informasi tentang kehidupan keluarga, hubungan dekat lainnya,
pekerjaan dan kegiatan sehari-hari.
2) Gaya hidup pasien: riwayat merokok, riwayat minum alkohol, riwayat penggunaan
obat-obatan (termasuk obat-obatan yang diresepkan oleh dokter maupun obat bebas)
sangat penting sebab merupakan faktor risiko utama pada sebagian penyakit.
3) Sumber-sumber stres: kesehatan dapat dipengaruhi oleh stres yang berkaitan dengan
pekerjaan, hubungan antar individu, keuangan dan akomodasi. Sehingga sangatlah
penting untuk mengetahui hal ini.

Pada akhirnya dokter khususnya dokter keluarga harus melakukan penatalaksanaan


komprehensif dengan pendekatan holistik yaitu melakukan penatalaksanaan dengan melihat
seluruh aspek dari pasien. Untuk mendapatkan informasi yang holistik dan tepat tentang
masalah kesehatan dari pasien, maka yang perlu dikembangkan alur pikir dalam melakukan
anamnesis. Alur pikiran tersebut adalah:
a. Pendekatan yang sistematis, selalu mengingat fundamental four dan sacred seven
b. Pada saat melakukan anamnesis, jangan memikirkan penyakitnya apa namun mulai
dipikirkan organ mana yang mengalami gangguan, sehingga diperlukan penguasaan ilmu
anatomi dan ilmu klinis dengan baik.
c. Menggunakan ketrampilan interpersonal sehingga membutuhkan pengetahuan di bidang
psikologi, sosiologi dan antropologi.

Untuk dapat melakukan anamnesis dengan baik, maka dokter harus menguasai
ketrampilan dalam melakukan anamnesis. Ketrampilan yang harus dikuasai adalah
ketrampilan untuk mengeksplorasi masalah pasien, yang meliputi:
1. Pengetahuan ilmu perilaku yang relevan dengan ilmu kedokteran.
2. Kemampuan menilai situasi emosi pasien.
3. Kemampuan dokter untuk mengenal dirinya sendiri sebaik mungkin supaya
menghilangkan sikap curiga atau masalah-masalah yang dapat merusak hubungan
dokter-pasien.
4. Kemampuan untuk menciptakan iklim yang kondusif dan mencegah kesalahan yang
mendasar dalam hubungan dokter-pasien. Untuk itu diperlukan kecerdasan emosi (IQ)
yang baik, yang merupakan perpaduan antara ketrampilan interpersonal dan
intrapersonal.
5. Mempunyai pengetahuan untuk membedakan faktor somatik dan psikososial.
6. Mengetahui dampak psikologik dari pemeriksaan dan tindakan terapi yang diberikan
pada pasien dan mengadaptasikan teknik tersebut setepat mungkin.
7. Mempunyai pengetahuan yang memadai dalam menciptakan dan membina hubungan
yang baik antara dokter-pasien, pasien anak, manula, pasien penyakit kronik, dan
pasien yang menderita penyakit stadium terminal, serta membantu mengatasi berbagai
masalah dari pasien tersebut.
V. Penilaian Teknik Dasar Anamnesis
Total
Bobot Nilai Nilai Nilai
No Item Penilaian Nilai
(B) (0) (1) (2)
(BxN)
1 Mengikuti penjelasan skill 1
2 Menganalisis hukum komunikasi efektif 1
pada video tutorial
3 Menganalisis teknik fundamental four 2
pada video tutorial
4 Menganalisis teknik sacred seven pada 2
video tutorial
5 Rancangan anamnesis 1
6 Implementasi komunikasi efektif pada 2
tugas video
7 Implementasi teknik fundamental four 2
pada tugas video
8 Implementasi teknik sacred seven pada 2
video tutorial
Keterangan:
(0) : Tidak melakukan
(1) : Melakukan tidak lengkap/tidak sempurna
(2) : Melakukan dengan baik/lengkap/sesuai/sempurna

Perhitungan Nilai: Total Nilai


_________ x100 = Nilai Akhir
26

DAFTAR PUSTAKA
Berry, D, 2007, Health Communication Theory And Practice, McGraw Hill, England.
Chafer, A, 2003, Communication Skills Manual, Addenbrookes Hospital, Cambridge.
Elias S, Soetjiningsih, Wayan K, dkk. 2007, Modul Komunikasi D-P: Suatu Pendekatan
Holistik. Peberbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Floyd, K, 2015, Interpersonal communication: The whole story, 1st edition, McGraw-Hill,
New York.
Konsil Kedokteran Indonesia, 2006, Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, Jakarta.
Lloyd. M, Bor.R, 2009, Communication Skills For Medicine, 3rd edition, Livingstone,
Churchill, London.
PPSDM Departemen Kesehatan RI, 2006, Komunikasi Efektif Dokter–Pasien, Jakarta.
Schiavo, Renata, 2013, Health Communication: From Theory to Practice, 2nd Edition,
Jossey Bass, USA.
Soejoeti S.Z, 2005, Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya, diakses
tanggal 20 Februari 2009, (http://www.kalbe.co.id/ files/cdk/files/html).

Anda mungkin juga menyukai