KIK 2. Modul Skill TEKNIK DASAR ANAMNESIS
KIK 2. Modul Skill TEKNIK DASAR ANAMNESIS
Penulis: Dr. dr. Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes., FISPH., FISCM
Keterangan:
Tingkat kemampuan 1: Mengetahui dan menjelaskan
Tingkat kemampuan 2: Pernah melihat atau pernah didemonstrasikan
Tingkat kemampuan 3: Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Tingkat kemampuan 4: Mampu melakukan secara mandiri
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:
Pelaksana/
Tahapan pembelajaran Lama Metode Penanggung
Jawab
1. Penjelasan pelaksanaan skill 20 menit Diskusi FEB & Tim
Instruktur
2. Penyampaian materi komunikasi 60 menit Diskusi FEB & Tim
interpersonal, efektif dan teknik Instruktur
dasar anamnesis
3. Penyampaian simulasi video 20 menit Diskusi FEB & Tim
tutorial teknis dasar anamnesis Instruktur
4. Pemaparan hasil analisis video 40 menit Diskusi & FEB & Tim
tutorial Praktek Instruktur
5. Penyampaianan rancangan 20 menit Praktek FEB & Tim
anamnesis Instruktur
6. Evaluasi hasil perekaman kegiatan 40 menit Diskusi dan FEB & Tim
anamnesis Praktek Instruktur
Keterangan:
FEB : Dr. dr. Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes., FISPH., FISCM.
Tim Instruktur: Dosen pengampu yang ditetapkan oleh Prodi
Anamnesis
Anamnesa atau riwayat kesehatan adalah berasal dari kata anamnesis (Yunani “ana”
berarti membawa dan “mnesis” yang berarti baru, memori) adalah sebuah wawancara yang
dilakukan oleh profesional kesehatan kepada pasien, yang dimaksudkan untuk menjadi titik
awal dalam mendiagnosis penyakit. Dengan kata lain, itu adalah sebuah wawancara yang
berusaha untuk mengingat semua fakta yang berhubungan dengan penyakit dan orang sakit.
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui
tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.
Pasien akan memberikan informasi kepada dokter dengan menanyakan pertanyaan spesifik,
baik dari pasien atau orang lain yang tahu orang itu dan dapat memberikan informasi yang
sesuai (dalam hal ini, kadang-kadang disebut heteroanamnesis), dengan tujuan memperoleh
informasi yang berguna dalam merumuskan diagnosis dan memberikan perawatan medis
kepada pasien.
Anamnesis merupakan bagian penting dalam proses komunikasi dokter dengan pasien
untuk memperoleh data yang lengkap tentang masalah kesehatan yang dialami oleh pasien
sehingga dokter dapat membantu untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan dengan
memberikan alternatif pemecahan atau penatalaksanaan terhadap permasalahan kesehatan
yang dialami oleh pasien. Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat
suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang
lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta
permasalahan medisnya. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat, maka informasi yang
didapatkan akan sangat berharga untuk menegakkan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya
dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar
60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis
yang benar. Selain untuk memperoleh informasi tentang permasalahan kesehatan yang
dihadapi pasien, anamnesis juga bertujuan untuk membangun hubungan yang baik antara
seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu
dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung
tertutup. Anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan
dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien
untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
Terdapat 2 (dua) jenis anamnesis yang umum dilakukan, yaitu autoanamnesis dan
alloanamnesis atau heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik
autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien
sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini
adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan
apa yang sesungguhnya dia rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu
autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit
untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk
menceritakan permasalahannya. Anamnesis yang didapat dari informasi orang lain ini disebut
alloanamnesis atau heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis
dilakukan bersama-sama autoanamnesis dan alloanamnesis. Sebelum melakukan anamnesis
lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan dengan jelas dan detail adalah identitas pasien,
yaitu umur, jenis kelamin, ras, alamat, status pernikahan, agama dan pekerjaan. Identitas
pasien ini juga dapat menjadi salah satu faktor resiko timbulnya masalah kesehatan sehingga
harus ditanyakan pula lebih detail.
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven). Empat pokok pikiran (The Fundamental Four), adalah
melakukan anamnesis dengan cara mencari data:
1. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
2. Riwayat penyakit dahulu (RPD)
3. Riwayat kesehatan keluarga (RPK)
4. Riwayat sosial dan ekonomi (RSE)
5th, SD
Keterangan :
= laki-laki = perempuan SD = Sindrom Down
Pada riwayat penyakit keluarga juga termasuk riwayat penyakit pada lingkungan
sekitar. Perlu ditanyakan dan diketahui apakah ada tetangga yang menderita
penyakit/gangguan yang sama (umumnya penyakit menular). Tanyakan seberapa dekat jarak
dengan tetangga yang menderita penyakit atau gangguan tersebut.
Untuk dapat melakukan anamnesis dengan baik, maka dokter harus menguasai
ketrampilan dalam melakukan anamnesis. Ketrampilan yang harus dikuasai adalah
ketrampilan untuk mengeksplorasi masalah pasien, yang meliputi:
1. Pengetahuan ilmu perilaku yang relevan dengan ilmu kedokteran.
2. Kemampuan menilai situasi emosi pasien.
3. Kemampuan dokter untuk mengenal dirinya sendiri sebaik mungkin supaya
menghilangkan sikap curiga atau masalah-masalah yang dapat merusak hubungan
dokter-pasien.
4. Kemampuan untuk menciptakan iklim yang kondusif dan mencegah kesalahan yang
mendasar dalam hubungan dokter-pasien. Untuk itu diperlukan kecerdasan emosi (IQ)
yang baik, yang merupakan perpaduan antara ketrampilan interpersonal dan
intrapersonal.
5. Mempunyai pengetahuan untuk membedakan faktor somatik dan psikososial.
6. Mengetahui dampak psikologik dari pemeriksaan dan tindakan terapi yang diberikan
pada pasien dan mengadaptasikan teknik tersebut setepat mungkin.
7. Mempunyai pengetahuan yang memadai dalam menciptakan dan membina hubungan
yang baik antara dokter-pasien, pasien anak, manula, pasien penyakit kronik, dan
pasien yang menderita penyakit stadium terminal, serta membantu mengatasi berbagai
masalah dari pasien tersebut.
V. Penilaian Teknik Dasar Anamnesis
Total
Bobot Nilai Nilai Nilai
No Item Penilaian Nilai
(B) (0) (1) (2)
(BxN)
1 Mengikuti penjelasan skill 1
2 Menganalisis hukum komunikasi efektif 1
pada video tutorial
3 Menganalisis teknik fundamental four 2
pada video tutorial
4 Menganalisis teknik sacred seven pada 2
video tutorial
5 Rancangan anamnesis 1
6 Implementasi komunikasi efektif pada 2
tugas video
7 Implementasi teknik fundamental four 2
pada tugas video
8 Implementasi teknik sacred seven pada 2
video tutorial
Keterangan:
(0) : Tidak melakukan
(1) : Melakukan tidak lengkap/tidak sempurna
(2) : Melakukan dengan baik/lengkap/sesuai/sempurna
DAFTAR PUSTAKA
Berry, D, 2007, Health Communication Theory And Practice, McGraw Hill, England.
Chafer, A, 2003, Communication Skills Manual, Addenbrookes Hospital, Cambridge.
Elias S, Soetjiningsih, Wayan K, dkk. 2007, Modul Komunikasi D-P: Suatu Pendekatan
Holistik. Peberbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Floyd, K, 2015, Interpersonal communication: The whole story, 1st edition, McGraw-Hill,
New York.
Konsil Kedokteran Indonesia, 2006, Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, Jakarta.
Lloyd. M, Bor.R, 2009, Communication Skills For Medicine, 3rd edition, Livingstone,
Churchill, London.
PPSDM Departemen Kesehatan RI, 2006, Komunikasi Efektif Dokter–Pasien, Jakarta.
Schiavo, Renata, 2013, Health Communication: From Theory to Practice, 2nd Edition,
Jossey Bass, USA.
Soejoeti S.Z, 2005, Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya, diakses
tanggal 20 Februari 2009, (http://www.kalbe.co.id/ files/cdk/files/html).