Anda di halaman 1dari 16

PRODUCTION BASED LEARNING

Makalah Kelompok 10

Disusun Oleh :
1. Ardian Nurarifin 2283230058
2. M. Irfan Andriyanto 2283230062
3. Diyas Bellia Putri 2283230043
4. Raihan 2283230042

JURUSAN PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBARiii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Production Based Learning 3
2.2. Teori yang Mendasari Metode Production Based Learning 4
2.3. Tahapan Production Based Learning 9

BAB III PENUTUP 12


3.1. Kesimpulan 12
3.2. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.2.1 Tahap pelaksanaan Poduction Based Learning 10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3.1. Tahapan Pembelajaran Production Based Learning 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan Tinggi sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional
mempunyai tujuan umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990, yaitu:
“(1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian; (2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional”.
Perguruan tinggi ditujukan untuk menyiapkan tenaga kerja yang dapat
mengimplementasikan dan mentransformasikan teknologi dalam upaya
menghasilkan produk nyata dengan nilai ekonomis yang mengacu pada norma
dan standardisasi nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan suatu metode atau teknik pembelajaran yang efektif dan
relevan dengan kebutuan tenaga kerja dilapangan, salah satunya adalah
dengan metode Production Based Learning.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Production Based Learning?
2. Apa teori belajar yang mendasari metode Production Based Learning?
3. Bagaimana tahapan pembelajaran menggunakan metode Production
Based Learning?

1
1.3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan Production Based
Learning
2. Mengetahui dan memahami teori belajar yang mendasari metode
Production Based Learning
3. Mengetahui dan memahami bagaimana taapan pembelajaran mengunaan
metode Production Based Learning

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Production Based Learning


dengan model Production Based Learning yang lebih menekankan
pada pembelajaran praktik yang dapat lebih memudahkan peserta didik dalam
memahami materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik. dengan penerapan
pembelajaran berbasis produksi peserta didik diharapkan belajar secara
efektif karena konsep pendekatan berbasis produksi tidak hanya terbatas
pada pencapaian standar kompetensi sesuai yang telah ditentukan, namun
peserta didik ditekankan untuk mencapai standar kompetensi dengan
waktu yang singkat. Peserta didik yang sudah terbiasa menghasilkan produk
dengan menjaga waktu akan bekerja lebih efisien, dengan demikian
terbiasa pula untuk bekerja lebih produktif dan inofatif.
Beberapa perguruan tinggi ataupun sekolah di Indonesia yang
mengimplementasikan Production Based Learning. Hal ini adalah salah satu
keunggulan dari metode pembelajaran berbasis produksi, lulusan dari
perguruan tinggi maupun sekola memiliki keahlian memproduksi suatu
barang atau jasa, yang artinya mereka tidak hanya bisa bekerja untuk orang
lain, tetapi dapat mempekerjakan orang lain dalam usahanya sendiri.
terdapat beberapa hal yang perlu ditekankan pada peserta didik,
khususnya mahasiswa dalam pengembangan model pembelajaran Production
Based Learning ini adalah
1. Keterlibatan mahasiswa secara intelektual dan emosional dalam
pembelajaran
2. Mahasiswa didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi sendiri
konsep yang sedang di-kaji melalui berbagai cara seperti observasi,
diskusi, percobaan, peniruan, pemahaman dalam membaca gambar kerja
3. Mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan
tugas
4. Mahasiswa harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, dan antusias.

3
2.2. Teori yang Mendasari Metode Production Based Learning
2.2.1. Teori Belajar Humanistik

Experiential Learning Theory ini dikembangkan oleh David Kolb


pada tahun 1980-an. Dalam teorinya, dia mendefinisikan belajar sebagai
proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman.
Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan
mentransformasi pengalaman

Teori ini kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential


learning yang menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik
dalam proses belajar. Pengalaman kemudian mempunyai peran sentral
dalam proses belajar. Lebih lanjut, Kolb membagi belajar menjadi 4 tahap:
1. Concrete Experience (Tahap pengamalan konkrit)
Tahanp ini merupakan tahap paling awal, yaitu seseorang mengalami
sesuatu peristiwa sebagaimana adanya (merasakan, melihat, dan
menceritakan kembali peristiwa itu).Dalam tahap ini seseorang belum
memiliki kesadaran tentang hakikat peristiwa tersebut, apa yang
sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu terjadi.
2. Reflection Observation (Tahap Pengalaman Aktif dan Reflektif)
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami,
mencari jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan bagaimana peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi.

4
3. Abstract Conseptualization (Tahap Konseptualisasi)
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang
sedang menjadi objek perhatian.
4. Active Experimentation (Tahap Eksperimentasi Aktif)
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan
mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata.

Menurut Habermas, proses belajar terjadi apabila terjadi interaksi


antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial.
Ada 3 tipe belajar Yaitu:

1. Belajar Teknik (Tehnical Learning )


Yaitu bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alam
secara benar. Seseorang harus menguasai pengetahuan dan ketrampilan
agar dapat menguasai dan mengelola lingkungan dengan benar.Dalam
hal ini ilmu alam sangat diperlukan.
2. Belajar Praktis (Practical Learning)
Yaitu dimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan social
(orang-orang yang ada disekeliling) secara baik. Bidang ilmu sosiologi,
komunikasi, psikologi, antropologi dan seenisnya sangtlah dibutuhkan
dalam belajar praktis.
3. Belajar Emansipatoris (Emancipatory Learning)
Belajar emansipatoris menekankan pada upaya seseorang mencapai
suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan
budaya dalam lingkungan sosialnya. Ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan bahasa dan budaya sangat dibutuhkan. Tahap ini oleh Habermas
dianggap tahap belajar yang paling tinggi, karena transformasi kultural
adalah tujuan pendidikan yang tertinggi.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih
mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini
dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara

5
berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-
masing di depan kelas. Guru dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
bertanya apabila mengerti terhadap materi yang disampaikan.

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa
dengan mudah dan wajar .Ruang kelas lebih terbuka dan mampu
menyesuaikan pada perubahan.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil


belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas, jujur dan positif.
3. Mendorong siswa agar mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas dasar inisiatif diri sendiri,
4. Membuat siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di tuntut untuk bebas mengemukakan pendapatnya, memilih
pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkannya dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkannya.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
siswa

6
2.2.2. Teori Belajar Kognitif

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah


pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. istilah kognitif ini
menjadi popular sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep
umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di
otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan)
yang bertalian dengan rasa.

Teori belajar kognitif menjadi dasar dari proses pembelajaran berbasis


produksi, karena keduanya saling berkaitan dan menunjang. Pembelajaran
berbasis produksi yang sangat memberikan keleluasaan kepada siswa untuk
mengenali dirinya maupun masyarakat sangat sejalan dengan teori belajar
kognitif yang melihat hasil sesuatu dari interaksi siswadengan lingkungannya.
Ketika siswa diberi kebebasan dalam melakukan suatu produksi walaupun
hasilnya kurang maksimal tetapi siswa tersebut dapat mengetahui titik
kemampuan dirinya, sehingga siswa dapat terus mencoba hingga dapat
melewati titik kemampuannya dan menghasilkan suatu yang memuaskan bagi
dirinya.

Pembelajaran menurut teori belajar kognitif adalah cara guru


memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal
dan memahami apa yang sedang dipelajari. Ini sesuai dengan pengertian
belajar menurut aliran kognitif yang menekankan pada kemampuan mengenal
pada individu yang belajar.

teori kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil


belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan

7
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan
bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi,
dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

Dalam teori belajar, kognitif mengakui pentingnya faktor individu


dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi
kognitif, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal
itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya.

Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah
hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa
belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan
lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau
tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk
menggunakan media yang konkret karena anak-anak belum dapat berfikir
secara abstrak.

8
2.3. Tahapan Production Based Learning
Secara singkat tahapan pembelajar pada metode Production Based
Learning dapat diliat pada gambar2.3.1

Pelaksanaan
Perencanaan
Mempersiapkan sumber
Merumuskan Tujuan Evaluasi
belajar yang diperlukan dalam
kompetensi SK-KD
pembelajaran praktik berbasis Tes Formatif
Menganalisis kendala dan kompetensi
karakteristik Tes Sumatif
Orientasi/Persiapan Pendekatan PAP
Menyusun rencana pengajaran
pelaksanaan pengajaran Pendekatan Afektif,
Keautentikan produk yang Kognitif dan
Menganalisis karakteristik akan dikerjakan
mahasiswa Psikomotorik
Menjelaskan tugas/proyek Tugas, Produk, dan
Merumuskan strategi dan gambar kerja
pembelajaran Laporan
Mengelompokan mahasiswa Portofolio
Membuat modul dan dengan tugas praktik
lembar kerja; instructional Uji Kompetensi
Memperagakan proses
sheet, operational sheet, Tes Standar
pembuatan benda kerja
job sheet, dan evaluation
sheet Mengkreasi, inovasi benda
kerja
Merancang kebutuhan
waktu dan sumber belajar Mengerjakan tugas/proyek
dan pelaporan
merancang alat evaluasi
Mengkalkulasi biaya produksi
pembuatan benda kerja
Melakukan seleksi produk

Gambar 2.3.1. Tahapan Pembelajaran Production Based Learning

2.3.1. Tahap Perencanaan


Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar seorang pendidik
haruslah mempersiapkan beberapa hal, yaitu:
1. Merumuskan tujuan kompetensi SK-KD.
2. Menganalisis kendala dan karakteristik bidang studi.
3. Menyusun silabus serta rencana pelaksanaan pengajaran.
4. Menganalisis karakteristik mahasiswa atau peserta didik.

9
5. Merumuskan strategi pembelajaran.
6. Membuat modul dan lembar kerja; instructional sheet, operational sheet,
job sheet, dan evaluation sheet.
7. Merancang kebutuhan waktu dan sumber belajar.
8. Merancang alat evaluasi.

2.3.2. Tahap Pelaksanaan

No Tahap Pelaksanaan
1 Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan.
2 Orientasi/persiapan pengajaran.
3 Keautentikan produk yang akan dikerjakan.
4 Menjelaskan tugas/proyek dan gambar kerja.
5 Mengelompokkan siswa dengan tugas praktik.
6 Memperagakan proses pembuatan benda kerja.
7 Mengkreasi, menginovasi benda kerja.
8 Memberikan tugas/proyek.
9 Mengkalkulasi biaya produksi pembuatan benda kerja.
10 Melakukan seleksi produk.
Tabel 2.3.2.1 Tahap pelaksanaan Production Based Learning

2.3.3. Tahap Evaluasi

Untuk mengevaluasi pembelajaran yang tela dilaksanakan dapat


digunakan cara-cara berikut:

1. Tes formatif
2. Tes sumatif
3. Pendekatan PAP
4. Pendekatan afektif, kognitif dan psikomotorik
5. Tugas, produk dan laporan

10
6. Portofolio
7. Uji kompetensi
8. Tes standar

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah
dipaparkan diatas adalah:
1. Model pembelajaran berbasis produksi yang lebih menekankan pada
pembelajaran praktik yang dapat lebih memudahkan peserta didik dalam
memahami dan menyerap materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik.
2. Teori yang mendasari model pembelajaran berbasis produksi adalah teori
belajar humanistik dan kognitif.
3. Tahapan pembelajaran secara umum meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap evaluasi.
3.2. Saran
Pembuatan makalah seharusnya tidak terlalu mepet dari waktu yang
telah ditentukan, karena akan membuat makalah kurang maksimal dalam
penulisannya. Dan koordinasi antar anggota kelompok seharusnya lebih
intens lagi serta rasa saling mengandalkan harus dihilangkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adianto B., Maulana, A., Baroin, M. & Ayuningtyas, N. (2013). Teori Belajar
Humanistik. [Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/9874190/pendidikan_humanistik?
auto=download.
Badan Pusat Statistik. (2016). Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan 1986 – 2016. [online]. Diakses dari
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/972.
Mursid, R. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Praktik Berbasis
Kompetensi Berorientasi Produksi. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
Februari 2013, Th. XXXII, No. 1.
Peraturan Pemerintah. (1990). Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
1990. [online]. Diakses dari http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP30-
1990PendidikanTinggi.pdf.
Sumartana. (2011). Pengaruh Pendekatan Product Based Training dan
Pendekatan Competency Based Training pada Mata Pelajaran Praktik
Pekerjaan Pemesinan Ditinjau dari Penguasaan dalam Menggunakan
Alat Ukur. (Tesis). Universitas Negeri Semarang.

12

Anda mungkin juga menyukai