Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK
ASIDI ALKALIMETRI

oleh:
M. AFIF RAMADHAN

2211102444034

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1 1. Latar belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui
proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya
mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-
alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri.
Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk
menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka,
asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri
yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar
suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih
kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai
dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien
mungkin (Haryadit, 2011).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsentrasi dari larutan asam dan larutan basa
2. Untuk memahami konsep titrasi, indikator serta penggunaan alat
3. Untuk mengetahui hasil dari penetralan asam dan basa
1.3 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui konsentrasi dari larutan asam dan larutan basa
2. Agar mahasiswa dapat memahami konsep titrasi, indikator serta penggunaan alat
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui hasil dari penetralan asam dan basa.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Titrasi Asam Basa
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu
larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analisis
semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan reaktan disebut analisis
volumetri.Pada suatu titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu reaktan dimasukkan ke
dalam buret, sebuah tabung panjang yang salah satu ujungnya mempunyai kran dan diberi skala
dalam mililiter dan sepersepuluh mililiter.
Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan selama titrasi, larutan ini diteteskan secara
perlahan melalui kran ke dalam labu Erlenmeyer yang mengandung larutan reaktan lain. Larutan
penitrasi ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan berubahnya warna
indikator, suatu zat yang umumnya ditambahkan ke dalam larutan dalam bejana penerima dan
yang mengalami perubahan warna ketika reaksi berakhir. Perubahan warna ini menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada titik ini, penetesan larutan
penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat (Brady, 1987).

2.2 Prinsip Titrasi Asam Basa


Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik
stoikiometri atau titik setara.Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titran.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya
warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan :
[H+] = [OH-]
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindikator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya
titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga
sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut
(Pramono,2012).

2.3 Asidi Alkalimetri


Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti :
aA + tT --> hasil
dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi T. Pereaksi T disebut
titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses, disebut stsndarisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang kimia ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka
dikatakan bahwa titik ekivalen titran telah tercapai.Agar mengetahui bila penambahan titran
berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang
bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna.Perubahan warna inidapat
atau tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir.
Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar untuk penentuan titrimetrik salah
satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini memiliki nama lain sebagai asidi-alakalimetri.
Terdapat banyak asam dan basa yang ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam
yang akan ditentukan dan BOH basanya, reaksinya adalah :

HA + OH--->A- + H2O
&
BOH + H3O+-->B+ + 2H2O
Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam
klorida (Underwood dan Day, 2002).
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral.Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan
kadar senyawa-senyawa yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa.
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan
pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir
titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat
dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH
larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik
ekivale(Sasongko,2010).
BAB III

METODOLOGY PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Labu ukur 50 ml
2. Pipet tetes
3. Pipet ukur
4. Tisu
5. Aquadest
6. Buret

3.2 Prosedur percobaan

1. Siapkan alat dan bahan


2. Lalu bersihkan labu ukur menggunakan tisu sampai kering
3. lalu ditimbang dan dicatat massanya sebagai berat labu ukur kosong
4. Masukan aquades yang telah diukur suhunya ke dalam labu ukur
5. Timbang labu ukur yang berisi aquadest, cacat massanya sebagai beratlabu+aquadest
6. Lakukan penimbangan sebanyak 3 kali
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


Dari hasil praktikum yang sudah dilaksanakan didapatkan lah hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 data penentuan normalitas larutan beku sekunder NaOH


Percobaan V H₂C₂0₄.2H₂O V NaOH
1. 10-14,7 0,025
2. 15,19,5 0,560
3. 21-25,4 0,560

Tabel 4.2 data penetuan kadar sampel (asam asetat)


Percobaan V CH₃COOH V NaOH
1. 10 – 17,3 0,05
2. 18 – 27,8 0,05

4.2 Perhitungan
4.2.1 data 1
0,025 𝑁 × 10 𝑚𝑙
4,57 𝑚𝑙
= 0,05
G = 0,5 × 90
= 45
45
=
100
= 45 %
4.2.2 Data 2

0,05 × 8,55 = XL2 . 10

N = 0,04 × 100

= 4 Normal

= 4 Molaritas

= 4 m = 4𝑚𝑜𝑙/𝐿

G = Mol . Ms

= 0,4 × 60
= 24 gram

24
=
100

= 24%

4.3 Pembahasan

Pada percobaan ini didapat hasil dari data titrasi asam oksalat yaitu konsentrasi 0,05
dan g = 45% dan dari asam cuka didapat nilai 4 dan g = 24%. Namun titrasi ini
menghasilkan warna yang cukup pekat dimana yang baiknya adalah berwarna merah
muda. Hal ini mungkin dapat disebabkan dari kekeliruan praktikan dalam mengukur
larutan juga dapat dipengaruhi oleh tidak sesuainya ukuran alat yang digunakan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil praktikum ini didapatkan hasil rata rata dari data 1 adalah 45% dan
data 2 adalah 24%
2. Pada titrasi ini praktikan mendapat warna yang cukup pekat dimana yang baiknya
adalah berwarna merah muda. Hal ini mungkin dapat disebabkan dari kekeliruan
praktikan dalam mengukur larutan juga dapat dipengaruhi oleh tidak sesuainya ukuran
alat yang digunakan.

5.2 Saran

Pada praktikum berikutnya praktikan diharap lebih teliti lagi dalam mengkur larutan, dan
melakukan titrasi. Selain itu pastikanj alat yang digunakan juga memiliki nilai kekeliruan yang
sedikit agar hasil yang didapat juga cukup akurat.
DAFTAR PUSATKA

Anonim, 2007, Farmakologi dan Terapi edisi kelima, Departemen farmakologi dan
terapeutik FKUI, Jakarta

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.Syukri. 1999. Kimia
Dasar 2. Bandung. ITB.Keenan, Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk
Universitas

Brady, James E., Kimia Universitas Asas & Struktur Jilid 1, Edisi Ke5, Jakarta:
Binarupa Aksara, 1999

Keenan, Charles W. dkk. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1, Ed. Ke6, Terj. Aloysius
Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta: Erlangga, Tt.

Basset, J, et al. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4.
Pudjaatmaka, A.H., Setiono, L., Penerjemah; Pudjaatmaka, A.H.; editor. Jakarta : EGC.
Terjemah dari: Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary
Instrumental Analysis

A. L. Underwood. dan Day, R. A. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Enam. Gelora
Angkasa Pratama. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai