Anda di halaman 1dari 6

PROSEDUR

PENANGANAN BAHAYA
ASPEK SOSIAL

SOP – HSE – 030


REV : 00

Tanggal Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Agung Septiadi Agung Septiadi Dian Samudera


Riwayat Perubahan :

Revisi Tanggal Keterangan Halaman Disetujui oleh


1. TUJUAN
Prosedur ini disusun sebagai rujukan bagi perusahaan dalam menangani konflik osial
dengan bertanggung jawab terhadap semua konflik sosial yang muncul di
seluruhwilayah operasional PT.ARODYA BIRU PERSADA.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini meliputi seluruh kegiatan terkait penanganan konflik social yang terjadi
di wilayah operasional PT. ARODYA BIRU PERSADA, termasuk identifikasi
konflik, analisis konflik, perencanaan penanganan konflik, pemantauan dan evaluasi.
3. REFERENSI
1. PP No.2 Tahun 2015 tentang penanganan konflik sosial.
2. UU No. 7 Tahun 2012 tentang penanganan konflik sosial.
4. DEFINISI
Konflik sosial adalah suatu proses sosial yang terjadi antara dua pihak atau lebih,
dimana salah satu pihak berupaya untuk menyingkirkan pihak lainnya dengan cara
menghancurkan atau membuatnya tak berdaya.
PROSEDUR DENTIFIKASI & RENCANA PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
PERMASALAHAN

PROSEDUR
Pihak Berkonflik Unit Operasional Terkait Tim Penanganan Konflik Pimpinan Teratas

1
Mengajukan Penerimaan Identitas dan Analisa
Klaim Laporan Konflik Konflik

Formulir Formulir
identitas

Formulir analisa

2
Menyusun rencana penanganan konflik

Tidak
Persetujuan

3
Penanganan Konflik melalui negosiasi dan Ya
mediasi

Kesepakatan

4
Pemantauan Pelaksanaan kesepakatan

Laporan
Penjelasan Prosedur

1. Menerima Laporan Konflik :


a. Pihak yang terlibat memberikan pendapat yang berbeda mengenai suatu obyek yang
berakibat pada konflik.
b. Unit Operasional menerima informasi mengenai suatu konflik yang terjadi di dalam/di
sekitar wilayah operasional.
c. Unit operasional berkoordinasi dengan Tim Penanganan Konflik untuk
mengidentifikasi dan menganalisis konflik.

2. Merencanakan Penanganan Konflik :


a. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis konflik, unit operasional terkait dan tim
penanganan konflik menyusun rencana penanganan konflik.
b. Tim Penanganan Konflik meminta persetujuan Pimpinan Teratas untuk penanganan
konflik.

3. Penanganan Konflik :
a. Tahap pertama penanganan konflik dilakukan dengan cara negosiasi. Pihak yang
berkonflik dengan perusahaan berhak untuk memilih wakil mereka dalam proses
perundingan.
b. Jika negosiasi tidak berhasil, proses penanganan konflik ditingkatkan menjadi mediasi.
Di dalam proses ini dimungkinkan pelibatan pihak ketiga yang disetujui oleh pihak
berkonflik. Pihak Berkonflik, Unit Operasional Terkait, Tim Penanganan Konflik,
Pimpinan Teratas, PersiapanPerencanaan Penanganan Konflik, Mengajukan Klaim,
Penerimaan Laporan Konflik, Identifikasi dan Analisis Konflik, Formulir Penanganan
Konflik, Menyusun Rencana Penanganan Konflik, Penanganan Konflik melalui
Negosiasi dan Mediasi, Formulir Identifikasi Konflik, Formulir Analisis
Konflik,Tidak Persetujuan, Ya Kesepakatan Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan
Pelaksanaan Kesepakatan Laporan.
c. Jika proses mediasi tidak berhasil maka penanganan konflik dilakukan dengan cara
litigasi, dan seluruh proses harus didokumentasikan dengan baik.

4. Pemantauan dan Evaluasi :


a. Pemantauan terhadap kesepakatan yang dicapai dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali
di setiap akhir semester.
b. Evaluasi terhadap kesepakatan yang dicapai dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali
pada akhir tahun.
c. Laporan kemajuan penanganan konflik disusun secara berkala setidaknya setiap bulan
sekali.
5. DOKUMEN TERKAIT
a. Undang-Undang Nomor 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya, sebagaimana telah diubah
dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 52 Prp Tahun 1960;
b. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1997 tentang Mobilisasi dan Demobilisasi;
c. Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih;
d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
f. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi
Undang-Undang;
g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
i. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah;
j. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia;
k. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
l. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Anda mungkin juga menyukai