Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

SETTLING TEST

MOH ALIEF PAJALE


09320210025
C5

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan adalah industri krusial dalam ekonomi global yang melibatkan


ekstraksi sumber daya alam seperti logam, mineral, batu bara dan minyak bumi dari
bawah permukaan bumi. Aktivitas penambangan telah menjadi bagian penting dalam
perkembangan peradaban manusia selama ribuan tahun, yang dimulai dengan alat
sederhana hingga teknologi canggih saat ini. Industri ini tidak hanya berperan dalam
menyediakan bahan mentah bagi berbagai sektor ekonomi, tetapi juga dalam
menciptakan lapangan kerja dan memberikan pendapatan bagi banyak negara.
Tambang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengambil sumber daya
alam seperti mineral, batubara dan lain-lain dari dalam bumi. Kegiatan tambang
umumnya dilakukan dengan cara membuka lahan dan mengambil bahan tambang yang
ada di dalamnya. Tambang merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting bagi
banyak negara, karena dapat memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian dan
pembangunan suatu negara (Hartana, 2017).
Uji Pengendapan adalah uji yang digunakan untuk mengetahui peningkatan
kadar dan mutu konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat berat jenis mineral
dalam suatu media fluida, untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel untuk
mengendap, sekaligus memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-
mineral yang ada. Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah gaya
gravitasi/gaya berat partikel, gaya archimedes dan gaya gesek. Proses settling test
dilakukan dengan penambahan flocculant, dimana penambahan flocculant ini
bertujuan untuk mempercepat laju pengendapannya (Oktandi M, 2017).
Praktikum settling test memiliki tiga tujuan yang akan didapatkan setelah
praktikum dilaksanakan, pertama mengenal prosedur uji pengendapan, kedua
mengamati pengaruh bahan penggumpal (flocculating reagent) dan yang ketiga yaitu
menghitung luas thickener yang diperlukan. Praktikum ini dilakukan dalam 4 sampel
yaitu tanpa flocculant, flocculant 3 gram, flocculant 6 gram dan flocculant 9 gram yang
masing-masing menggunakan sampel tanah sebanyak 30 gram kemudian ditambahkan
air sampai batas 500 ml pada gelas ukur lalu akan dihitung tinggi pengendapan yang
sesuai waktu yang ditentukan (Asisten, 2023).

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 157
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
1.2 Manfaat dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini, yaitu agar:
1. Mengenal prosedur uji pengendapan;
2. Mengamati pengaruh bahan penggumpal (floculating reagent);
3. Menghitung luas thickener yang diperlukan.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Gelas ukur;
2. Stopwatch;
3. Alat Pelindung Diri;
4. Pengaduk;
5. Alat tulis menulis;
6. Cawan;
7. Neraca analitik;
8. Modul.
1.3.2 Bahan
1. Sampel tanah 130 gr;
2. Flocculant;
3. Aquades;
4. Tabel data pengamatan.

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 158
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Settling Test

Uji Pengendapan adalah uji yang digunakan untuk mengetahui peningkatan


kadar dan mutu konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat berat jenis mineral
dalam suatu media fluida, untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel untuk
mengendap, sekaligus memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-
mineral yang ada. Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah gaya
gravitasi/gaya berat partikel, gaya Arcchimedes dan gaya gesek.
Pada saat partikel mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan
percepatan akibat gravitasi. Namun, seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka
gaya gesek atau gaya hambat partikel tersebut makin besar. Akhirnya partikel akan
mengalami suatu keadaan konstan yaitu dimana percepatannya adalah nol karena gaya
gesek tersebut besarnya sama dengan gaya berat partikel dan kecepetannya tidak akan
bertambah. Kecepatan ini disebut kecepatan terminal. Kecepatan terminal bervariasi
secara langsung dengan rasio gaya hambat. Ada dua jenis tipe dari uji pengendapan
ini, yaitu static settling test dan dynamic settling test. Static settling test, juga sering
disebut dengan sedimentation test, pertama-tama dilakukan dengan pengawetan
sampel dalam tabung sedimentasi, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan kolom
semen ke dalam beberapa bagian untuk diukur berat jenisnya menggunakan hukum
Archimedes. Tes ini dapat memberikan indikasi profil berat jenis yang tidak tetap dan
mungkin mengubah desain slurry. Dynamic settling test adalah tes yang
dikembangkan dari pengalaman industri untuk memberi gagasan dari pengendapan
yang terjadi meskipun fluida dalam kecepatan yang rendah, seperti pada pompa.
Proses settling test dilakukan dengan penambahan flocculant. Dimana
penambahan flocculant ini bertujuan untuk mempercepat laju pengendapannya.
Flocculant yang digunakan berupa reagen kimia yang bekerja dengan cara
menggabungkan partikel partikel solid kecil menjadi gumpalan yang lebih besar dan
stabil. Sehingga dengan besarnya material tersebut, laju pengendapan jauh menjadi
lebih cepat. Starch, sodium polyalginate, polyacrylamide, sebuah copolymer dari vinyl
acetate and maleic anhydride, silica dan yang lainnya digunakan sebagai floculant.

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 159
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Gambar 2.1 Mekanisme flokulasi


Untuk meningkatkan efisiensi proses sedimentasi pada Underflow digunakan
proses flocculation dengan penambahan flocculant. Flocculation merupakan proses
destabilisasi partikel koloid (partikel yang sebelumnya telah terbentuk pada proses
koagulasi) hingga membentuk agregat. Proses flocculation hanya terjadi pada partikel
yang telah terdestabilisasi. Flocculant memiliki berat molekul yang tinggi (sebagai
akibat dari rantai yang panjang) dan kandungan muatan, membuat partikel destabil
terikat dan membentuk agregat pada rantai polimer. Tipe ikatan yang terbentuk antara
partikel destabil dengan flocculant adalah ikatan ionik dan ikatan hidrogen. Selama
proses flocculation akan terjadi penambahan ukuran partikel di air, sehingga lambat
laun akan terbentuk flocs.
Setelah terbentuk flocs, flocs tersebut akan terendap pada bagian bawah
underflow dan keluar sebagai underflow fines thickener. Underflow fines underflow
selanjutnya akan dijadikan sebagai umpan dalam ball mill, lumpur underflow tersebut
harus memenuhi % solid sebesar 30-60% sebelum diumpankan ke ball mill. Apabila
lumpur kental maka gerakan underflow akan melambat, sedangkan apabila lumpur
terlalu encer maka gerakan underflow akan semakin cepat sehingga proses
penggerusan akan menjadi tidak efisien. Air bersih akan terpisah dari flocs dan keluar
sebagai overflow fines thickener, air bersih overflow fines underflow akan disimpan
dalam fresh water tank untuk dijadikan sebagai air proses.

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 160
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Gambar 2.2 Tahapan proses pengendapan

2.2 Koagulan dan Flocculant

Salah satu metode yang umum digunakan untuk menghilangkan padatan


tersuspensi dalam air minum adalah dengan menambahkan koagulan dan flokulan
seperti alum, besi klorida dan polimer berantai panjang. Koagulasi adalah proses
penurunan atau penetralan muatan listrik suatu partikel tersuspensi (potensial Zeta).
Partikel tersuspensi dalam air memiliki muatan listrik yang sama sehingga partikel-
partikel tersebut akan tolak-menolak dan saling mempertahankan strukturnya.
Koagulasi/flokulasi secara alami mengurangi atau menetralkan muatan negatif pada
partikel tersebut. Hal ini memungkinkan terjadinya gaya tarik Van der Waals yang
mendorong terjadinya mikroflok dari partikel halus tersuspensi.
Flokulasi merupakan proses penyatuan partikel mikroflok yang membentuk
gumpalan besar dengan teknik pencampuran atau pengikatan flokulan, seperti
penggunaan polimer rantai panjang. Proses koagulasi/flokulasi terdiri dari tiga langkah
yang terpisah yaitu:
1. Pencampuran cepat: bahan kimia yang sesuai (koagulan/flokulan, pengontrol
pH) ditambahkan ke aliran air limbah dan dicampur/diaduk secara intensif
dengan kecepatan tinggi.
2. Pencampuran lambat (koagulasi/flokulasi): air limbah hanya diaduk untuk
membentuk gumpalan besar yang mudah mengendap.

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 161
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
3. Sedimentasi (pengendapan): flok/gumpalan yang terbentuk selama proses
flokulasi dibiarkan mengendap dan dipisahkan dari aliran limbah.

Gambar 2.3 Proses Koagulasi atau flokulasi


Banyak bahan kimia yang telah digunakan sebagai koagulan dan flokulan,
termasuk aluminium (Al2(SO4)3.18H2O), besi klorida (FeCl3.6H2O), besi/feri sulfat
(Fe2(SO4)3), besi/fero sulfat (FeSO4.7H2O) dan lime (Ca(OH)2). Beberapa kendala
proses pengendapan menggunakan bahan kimia yaitu volume lumpur meningkat dan
lumpur yang dihasilkan memiliki karakteristik sulit kering. Selain itu, logam yang
digunakan sebagai bahan koagulasi menurunkan alkalinitas dan dapat menekan pH air
limbah. Berikut merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan
koagulasi/flokulasi yang tepat.
1. Keefektifan menghilangkan fosfor.
2. Biaya dan keberadaan/ketersediaan pasokan bahan.
3. Kondisi lumpur/residu (volume dan karakteristik).
4. Kesesuaian proses pengolahan hulu dan hilir lainnya.
5. Dampak terhadap lingkungan.
6. Tenaga kerja dan kebutuhan alat, penyimpanan, aplikasi dan penanganan.
Aluminium sulfat (alum) merupakan koagulan yang paling umum digunakan,
mudah diaplikasikan dan menghasilkan sedikit endapan dibanding lime (kapur). Alum
sangat efektif bekerja pada kisaran pH 6,5-7,5. Besi klorida juga umum digunakan

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 162
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
sebagai koagulan dan efektif pada kisaran pH yang luas yaitu 4-11. Flok yang
terbentuk dari besi hidroksida juga lebih berat sehingga mudah mengendap
dibandingkan dengan flok alum. Ferri sulfat maupun ferro sulfat juga umum digunakan
saat ini, sehingga secara perlahan penggunaan ferri sulfate dapat menggantikan
ferri/besi klorida karena lebih mudah disimpan dan ditangani. Kapur juga efektif dan
umum digunakan, tetapi aplikasinya dipengaruhi oleh pH dan menghasilkan sejumlah
besar endapan yang harus dibuang.
Aluminium hidroksida (Al(OH)3) tidak larut merupakan flok (seperti agaragar)
yang mengendap perlahan pada air limbah dan ikut mengendapkan bahan tersuspensi
lainnya. Alkalinitas mempengaruhi reaksi. Jika nilai alkalinitas rendah, maka harus
ditambahkan 0,45 mg/L CaCO3 untuk setiap 1 mg/L alum (tawas).
Besi hidroksida (Fe(OH)3) yang tidak larut juga merupakan flok (seperti agar-
agar) yang mengendap perlahan pada air limbah dan ikut mengendapkan bahan
tersuspensi lainnya. Alkalinitas pun mempengaruhi reaksi. Jika nilai alkalinitas
rendah, maka harus ditambahkan 0,55 mg/L CaCO3 untuk setiap 1 mg/L besi klorida.
Persamaan-persamaan di atas adalah bentuk sederhana dari sebuah reaksi.
Dikarenakan banyak reaksi pesaing, efek dari alkalinitas, pH, trace element dan
komponen air limbah lainnya, maka dosis yang tepat untuk menghilangkan jumlah
fosfor biasanya mengacu pada pengukuran/hasil penelitian atau percobaan.
Mencampurkan bahan koagulan dan bahan pembantu ainnya dalam air limbah
dilakukan untuk mendapatkan reaksi pengendapan yang cepat. Pada desain teknik,
tingkat pencampuran tergantung pada jumlah energi yang diberikan, lama waktu
pencampuran dan pengadukan yang selanjutnya akan menentukan bentuk dan ukuran
wadah pencampuran. Pencampuran terbagi menjadi dua yaitu pencampuran cepat dan
pencampuran lanjutan. Keduanya digunakan selama proses koagulasi/flokulasi.
Tujuan utama dalam pencampuran cepat adalah mencampurkan satu bahan dengan
bahan lainnya secara sempurna, misalnya alum dengan air limbah.
Sedangkan pada pencampuran lanjutan bertujuan untuk mempertahankan
setiap komponen yang berada dalam reaktor/wadah agar tercampur sempurna dan
memicu terjadinya penggumpalan partikel (flokulasi). Input energi per satuan volume
cairan dapat digunakan sebagai ukuran kasar efektifnya suatu pencampuran.
Persamaan berikut umumnya digunakan untuk memperkirakan gradien kecepatan
dalam reaktor/wadah koagulasi.

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 163
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
Nilai G umumnya diinformasikan oleh produsen peralatan, meskipun dapat
diperkirakan dari luas area baling-baling/pemutar, densitas fluida dan kecepatan
baling-baling/pemutar dalam fluida. Pencampuran cepat biasanya memiliki durasi
sekitar 30 detik hingga 2 menit (rerata 1 menit). Intensitas dan durasi pencampuran
koagulan harus terkontrol untuk menghindari pecahnya mikroflok, atau konsentrasi
koagulan yang tidak merata. Nilai gradien kecepatan pada pencampuran cepat yaitu
sekitar G = 230 hingga G = 1500 per detik. Pencampuran flokulasi (lanjutan) jauh lebih
lambat untuk memaksimalkan penggumpalan flok. Nilai gradien kecepatan flokulasi
adalah sekitar 20 hingga 80 per detik, dengan waktu retensi selama 20-30 menit.
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan
tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan
terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan, proses pengikatan partikel koloid.
Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi.
Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika menggunakan koagulan
logam seperti alum dan ferric chloride, karena proses hidrolisnya terjadi dalam
hitungan detik dan selanjutnya terjadi adsorpsi partikel koloid. Waktu yang dibutukan
untuk zat kimia lain seperti polimer (polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali, ozone
dan potassium permanganat, tidak optimal karena tidak mengalami reaksi hidrolisis.
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya
merupakan pengelompokan atau aglomerasi antara partikel dengan koagulan
(menggunakan proses pengadukan lambat atau slow mixing). Pada flokulasi terjadi
proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel
yang berukuran besar akan mudah diendapkan.

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 164
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

Gambar 2.4 Proses pengikatan partikel koloid oleh koagulan

Gambar 2.5 Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan


Koagulasi yang efektif terjadi pada selang pH tertentu. Penggunaan koagulan
logam seperti aluminium dan garam-garam besi secara umum dapat mendekolorisasi
air limbah yang mengandung komponen-komponen organic.

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 165
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
2.4 Tipe-tipe Pengendapan

Gambar 2.6 Empat tipe sedimentasi

2.4.1 Tipe 1 (pengendapan diskrit)


Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang
dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi antar
partikel. Pengendapan discrete membutuhkan konsentrasi padatan tersuspensi paling
rendah dan analisisnya paling sederhana. Sebagai contoh sedimentasi tipe I antara lain
pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan
dan pengendapan pasir pada grit chamber. Sesuai dengan definisi di atas, maka
pengendapan terjadi karena adanya interaksi gaya-gaya di sekitar partikel, yaitu gaya
drag dan gaya impelling. Massa partikel menyebabkan adanya gaya drag dan
diimbangi oleh gaya impelling, sehingga kecepatan pengendapan partikel konstan
(Meran, 2017).
2.4.2 Tipe 2 (pengendapan flokulen)
Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi
encer, di mana selama pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama
dalam operasi pengendapan, ukuran partikel flokulen bertambah besar, sehingga
kecepatannya juga meningkat. Hal ini terjadi dimana konsentrasi partikel cukup tinggi
sehingga terjadi tumpukan. Kenaikan massa partikel rata-rata ini menyebabkan
partikel jatuh lebih cepat. Pengendapan flokulasi digunakan pada clarifier utama dan

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 166
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
zona bagian atas dari clarifier kedua. Sebagai contoh sedimentasi tipe II antara lain
pengendapan pertama pada pengolahan air limbah atau pengendapan partikel hasil
proses koagulasi-flokulasi pada pengolahan air minum maupun air limbah.
2.4.3 Tipe 3 (Pengendapan zona atau disebut hindered)
Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang
lebih pekat, di mana antar partikel secara bersama-sama saling menahan pengendapan
partikel lain di sekitarnya. Karena itu pengendapan terjadi secara bersama-sama
sebagai sebuah zona dengan kecepatan yang konstan. Pada bagian atas zona
terdapat interface yang memisahkan antara massa partikel yang mengendap dengan
air jernih. Pada hindered, atau zona pengendapan, konsentrasi partikel sedang
sehingga partikel terganggu dengan pengendapan partikel lainnya dan akhirnya jatuh
bersama. Pengendapan hindered utamanya digunakan pada clarifier kedua.
2.4.4 Tipe 4 (Pengendapan Kompresi)
Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III, di mana
terjadi pemampatan (kompresi) massa partikel hingga diperoleh konsentrasi lumpur
yang tinggi. Sebagai contoh sedimentasi tipe III dan IV ini adalah pengendapan
lumpur biomassa pada final clarifier setelah proses lumpur aktif. Tujuan pemampatan
pada final clarifier adalah untuk mendapatkan konsentrasi lumpur biomassa yang
tinggi untuk keperluan resirkulasi lumpur ke dalam reaktor lumpur aktif. Pengendapan
kompresi memilki konsentrasi partikel tersuspensi paling tinggi dan terjadi pada
daerah yang lebih rendah pada clarifier. Pengendapan partikel dengan memampatkan
massa partikel-partikel bagian bawah. Kompresi terjadi tidak hanya pada zona lebih
rendah dari clarifier kedua tapi juga pada tangki pengentalan lumpur (sludge
thickening tanks).

2.5 Zona Pengendapan

Kombinasi dari ketiga gaya ini menyebabkan terjadi beberapa zona pada proses
pengendapan sehingga proses pengendapan dapat dibagi menjadi tiga zona yang dapat
dibagi melihat dari kurva tinggi air dibandingkan dengan waktu.
1. Zona pertama adalah zona free settling. Pada zona ini partikel yang sangat
halus bergerak dengan kecepatan terminal atau kecepatan free settling. Partikel
bergerak dalam aliran laminer.
2. Zona kedua adalah zona hindered settling. Zona ini disebut hindered settling

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 167
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
atau pengendapan yang terhalang karena jumlah atau ukuran partikel yang
mengendap membesar pada suatu ruang yang terbatas sehingga menciptakan
suatu campuran yang bergerak lebih lama dari yang diharapkan.
3. zona terakhir adalah zona kompresi. Zona kompresi melibatkan konsentrasi
tertinggi padatan tersuspensi dan terjadi di bagian paling bawah tabung.
Pada saat partikel mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan
percepatan akibat gravitasi. Namun, seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka
gaya gesek atau gaya hambat partikel tersebut makin besar. Akhirnya partikel akan
mengalami suatu keadaan konstan yaitu dimana percepatannya adalah nol karena gaya
gesek tersebut besarnya sama dengan gaya berat partikel dan kecepetannya tidak akan
bertambah. Kecepatan ini disebut kecepatan terminal. Kecepatan terminal bervariasi
secara langsung dengan rasio gaya hambat.
Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang
disebut koefisien viskositas (η). Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2
atau pascal sekon (Pa s). Ketika kita berbicara viskositas kita berbicara tentang fluida
sejati. Fluida ideal tidak mempunyai koefisien viskositas (Arif, A. Taufik, 2014).
Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental
yang koefisien viskositasnya η, maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan
fluida sebesar Fs = k η v, dengan k adalah konstanta yang bergantung pada bentuk
geometris benda. Berdasarkan perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George
Stokes menunjukkan bahwa untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai
k = 6 π r. Bila nilai k dimasukkan ke dalam persamaan, maka diperoleh persamaan
seperti berikut (Arif, A. Taufik, 2014).

Fs = 6 π η
………………………………………………………….. (1)
rv
Persamaan di atas selanjutnya dikenal sebagai hukum Stokes.
Keterangan:
Fs : gaya gesekan stokes (N)
η:koefisien viskositas fluida (Pa s)
r : jari-jari bola (m)
v : kelajuan bola (m/s)

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 168
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
Perhatikan sebuah bola yang jatuh dalam fluida pada gambar dibawah. Gaya-
gaya yang bekerja pada bola adalah gaya berat w, gaya apung Fa dan gaya lambat
akibat viskositas atau gaya stokes Fs. Ketika dijatuhkan, bola bergerak dipercepat.
Namun, ketika kecepatannya bertambah, gaya stokes juga bertambah. Akibatnya, pada
suatu saat bola mencapai keadaan seimbang sehingga bergerak dengan kecepatan
konstan yang disebut kecepatan terminal.
Salah satu proses kimiawi untuk meningkatkan efisiensi unit sedimentasi
dalam pengolahan air limbah adalah koagulasi dan flokulasi. Koagulasi adalah proses
mendestabilisasi partikel-partikel koloid sehingga tubrukan partikel dapat
menyebabkan pertumbuhan partikel. Menurut Ebeling dan Ogden (2004), koagulasi
merupakan proses menurunkan atau menetralkan muatan listrik pada partikel-partikel
tersuspensi atau zeta-potential-nya. Muatan-muatan listrik yang sama pada partikel-
partikel kecil dalam air menyebabkan partikel-partikel tersebut saling menolak
sehingga membuat partikel-partikel koloid kecil terpisah satu sama lain dan
menjaganya tetap berada dalam suspense. Proses koagulasi berfungsi untuk
menetralkan atau mengurangi muatan negatif pada partikel sehingga mengijinkan gaya
tarik van der waals untuk mendorong terjadinya agregasi koloid dan zat-zat tersuspensi
halus untuk membentuk microfloc. Reaksi-reaksi koagulasi biasanya tidak tuntas dan
berbagai reaksi-reaksi samping lainnya dengan zat-zat yang ada dalam air limbah
dapat terjadi bergantung pada karakteristik air limbah tersebut dan akan terus berubah
seiring berjalannya waktu

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 169
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Prosedur Kerja Settling Test

Praktikum pada mata acara Settling Test mempunyai beberapa langkah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan Reagent dan Tanah yang akan di uji
Menyiapkan sampel yang akan dilakukan uji settling test berupa tanah yang
beratnya telah ditentukan.

Gambar 3.1 Menyiapkan sampel

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 170
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
2. Menyiapkan Reagent dengan berat 2, 4 dan 6 gram yang akan di uji bersamaan
dengan tanah tersebut.

Gambar 3.2 Menyiapkan reagent


3. Menyiapkan dua gelas yang beukuran 1000 ml, kemudian isi kedua gelas itu
dengan air hingga tinggi masing-masing gelas setinggi 30 cm.

Gambar 3.3 Proses Pengisian gelas

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 171
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
4. Kemudian isi yang telah diisi oleh gelas kemudian di isi oleh tanah yang telah
diambil atau dipersiapkan tadi.

Gambar 3.4 Memasukkan tanah seberat 30 gram ke dalam gelas


5. Kemudian aduk tanah beserta air tersebut yang berada dalam gelas tersebut
hingga tanah dan air terebut menyatu.

Gambar 3.5 Proses Pengadukan yang berisi tanah dan air

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 172
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
6. Setelah itu di gelas yang satu setelah tanah di masukkan ke dalam gelas
tersebut, maka dimasukkan pula reagent dengan berat 2 gram dan kemudian
diaduk hingga menyatu, hal ini dilakukan untuk mempercepat proses
praktikum. Setelah diaduk kemudian didiamkan selama 2, 4, 6, 8, 10 menit dan
ukur tinggi gelas yang material mengendap setiap 2 menitnya, lalu catat
datanya.

Gambar 3.6 Hasil Pengadukan Ragent, tanah dan air

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 173
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan tanpa flokulant


No Waktu (menit) Tinggi Pulp

1 2 6

2 4 3,4

3 6 3

4 8 3

5 10 2,9

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan menggunakan flocculant 3 gr


No Waktu (menit) Tinggi Pulp

1 2 8,5

2 4 8,4

3 6 8,5

4 8 8,5

5 10 8,4

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 174
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Menggunakan Flocculant 6 gr
No Waktu (menit) Tinggi Pulp

1 2 9,5

2 4 9,4

3 6 9,3

4 8 9,6

5 10 9,3

Tabel 4.4 Hasil Pegamatan Menggunakan Flocculant 9 gr


No Waktu (menit) Tinggi Pulp

1 2 13

2 4 12,9

3 6 12,7

4 8 12,8

5 10 12,8

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tabel I (Tanpa Flocculant)


1. Volume Padatan = Berat Tanah/Total Pulp
50
=
22,9

= 2,19 gr/cm
2. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 2,19
= 497,81 gr/cm
3. Massa Berat Air = volume air x p air
= 497,81 x 1
= 497,81 gr/cm

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 175
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
Berat Padatan
4. % Padatan = 𝑥 100%
Berat Padatan + Berat Air
50
= x 100%
(50+497,81)

= 9,12 %
5. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
2 𝑟2 𝑔
Vt (Stoke) = 9 x μ × (𝜌 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝜌 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎)

2(6,25)2 (9,8)
= × (2,6 − 1)
9 x 56,57

= 0,384 gr/cm
Berat Air
6. Dilusi =
Berat Padatan
497,81
=
50
= 9,95 gr
4.2.2 Tabel II (3 gr Flocculant)
1. Volume Padatan = Berat Tanah/Total Pulp
50
=
42,3

= 1,18 gr/cm
2. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 1,16
= 498,82 gr/cm
3. Massa Berat Air = volume air x p air
= 498,82 x 1
= 498,82 gr/cm
Berat Padatan
4. % Padatan = 𝑥 100%
Berat Padatan + Berat Air
50
= x 100%
(50+498,82)

= 9,11 %
5. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
2 𝑟2 𝑔
Vt (Stoke) = 9 x μ × (𝜌 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝜌 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎)

2(2,5)2 (9,8)
= × (2,6 − 1)
9 x 56,57

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 176
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
= 0,384 gr/cm
Berat Air
6. Dilusi =
Berat Padatan
498,82
=
50
= 9,97 gr
4.2.3 Tabel III (6 gr Flocculant)
1. Volume Padatan = Berat Tanah/Total Pulp
50
=
47,1

= 1,06 gr/cm
2. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 1,06
= 498,94 gr/cm
3. Massa Berat Air = volume air x p air
= 498,94 x 1
= 498,94 gr/cm
Berat Padatan
4. % Padatan = 𝑥 100%
Berat Padatan + Berat Air
50
= x 100%
(50+498,94)

= 9,10 %
5. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
2 𝑟2 𝑔
Vt (Stoke) = × (𝜌 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝜌 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎)
9xμ

2(2.5)2 (9,8)
= × (2,6 − 1)
9 x 56,57

= 0,384 gr/cm
Berat Air
6. Dilusi =
Berat Padatan
498,94
= = 99,97 gr
50
4.2.4 Tabel IV (9 gr Flocculant)
1. Volume Padatan = Berat Tanah/Total Pulp
60
= = 0.77 gr/cm
64,2

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 177
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST
2. Volume Air = Volume Total – Volume Padatan
= 500 – 0.77
= 499.23 gr/cm
3. Massa Berat Air = volume air x p air
= 499.23 x 1
= 499.23 gr/cm
Berat Padatan
4. % Padatan = 𝑥 100%
Berat Padatan + Berat Air
50
= x 100%
(50+499,23)

= 9,10 %
5. Laju pengendapan berdasarkan Hukum Stokes
2 𝑟2 𝑔
Vt (Stoke) = 9 x μ × (𝜌 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝜌 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎)

2(2,5)2 (9,81)
= × (2,6 − 1)
9 x 56,57

= 0,384 gr/cm
Berat Air
6. Dilusi =
Berat Padatan
499,23
=
50
= 9,98 gr

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 178
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 6
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SETTLING TEST

ANDI PUTRI MAHARANI, S.T MOH ALIEF PAJALE


09320210025
Settling Test - 6

Anda mungkin juga menyukai