Strategi Dan Manajemen Coklat Monggo
Strategi Dan Manajemen Coklat Monggo
OLEH
ALAN PRAMANA
171310011
OLEH
ALAN PRAMANA
171310011
NPM : 171310011
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Lapangan
Fajar
NPP : xxxxxxx
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1. LATAR
BELAKANG.............................................................................
BAB II PERMASALAHAN.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2
Kehadiran Cokelat Monggo telah menjadikannya sebagai oleh-oleh baru khas
Yogyakarta. Berbeda dengan cokelat lain, Cokelat Monggo adalah pionir yang
mengedepankan tradisi Jawa sebagai tema cokelatnya. Dalam hal kualitas,
cokelat ini diproduksi oleh ahli cokelat yang menjunjung tinggi tradisi dalam
membuat cokelat. Semua produk terbuat dari premium dark cokelat dengan
100% mentega kakao. Selain itu, Cokelat Monggo diolah dari biji kakao pilihan
dari perkebunan di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Keunikan yang ditawarkan
adalah setiap varian produk memiliki cita rasa asli bahan-bahan Indonesia.
Tidak salah jika Cokelat Monggo mengklaim dirinya sebagai “Pembuat Cokelat
Pertama” di Yogyakarta karena Cokelat Monggo adalah pioneer cokelat buatan
rumahan (homemade) pertama. Kesuksesan perusahaan ini memicu munculnya
perusahaan pembuat cokelat lokal yang lain. Tak dipungkiri, banyak pemain
baru yang masuk di industri ini, turut menikmati manisnya industri coklat ini.
Perkembangan persaingan ini yang dirasakan oleh Thierry Detournay, pendiri
dan pemilik Cokelat Monggo sebagai suatu tantangan tersendiri. Persaingan
bisnis menjadi semakin tinggi. Perusahaan tidak hanya berhadapan dengan
pemain-pemain besar bermerek kuat seperti silverqueen, Beng-Beng tetapi juga
berbagai merek local seperti coklat nDalem, coklat joyo, soklat’e jogja dan
coklat tugu.
Dengan mengedepankan cita rasa khas lokal, bahan pembuatan hingga harga
yang kompetitif bagi kalangan masyarakat menengah kebawah maupun atas,
coklat monggo mampu mempertahankan eksistensinya hingga saat ini dan
berhasil masuk dalam jajaran coklat premium. Namun dibalik itu semua, coklat
monggo tidak mungkin akan selalu mempertahankan dengan label harga murah
mengingat bahan pokok dan kebutuhan karyawan akan upah,maka kemungkinan
jika tidak memperhatikan income (pendapatan perusahaan) maka coklat monggo
belum dapat mencapai target pendapatannya.
Menghadapi persaingan yang semakin tinggi, Cokelat Monggo terus berupaya
melakukan ekspansi bisnisnya tidak hanya di dalam negeri tetapi di luar negeri.
Akan tetapi, menyadari bahwa kekuatan bisnis ini pada proses produksi cokelat
yang dibuat secara homemade, tentunya perusahaan tidak dapat mengejar skala
ekonomis seperti halnya yang dilakukan oleh perusahaan besar penguasa pangsa
pasar. Perusahaan-perusahaan cokelat berskala besar umumnya dapat
memproduksi produk dengan harga lebih murah karena sebagian besar
pengerjaan dilakukan oleh mesin dan bahan baku yang digunakan pun bukan
bahan baku premium.
Dengan semakin tingginya persaingan di bisnis ini, mau tidak mau Thierry perlu
mempertimbangkan rumusan strategi dan model bisnis yang tepat agar
kesuksesan yang sudah dinikmatinya tetap lenggang. Apakah strategi dan model
bisnis yang dijalankannya selama ini adalah terbaik untuk memenangkan
persaingan? Karena jika tidak melakukan inovasi, bukan tidak mungkin
manisnya cokelat Monggo buatannya hanya akan tinggal kenangan.
BAB II
PERMASALAHAN
Selain harus mampu mempertahankan cita rasanya yang khasnya, coklat monggo
juga harus mampu bersaing secara kompetitif dalam segmen harga. Bukan hal
yang tidak mungkin masyarakat berpindah pilihan apabila produk lokal lainnya
mampu menawarkan rasa yang enak dengan harga yang yang kompeten alias
murah.
Adapun permasalahan yang saya angkat dalam pembuatan laporan ini yaitu
mengetahui tentang manajemen pemasaran dan proses produksi coklat pada
PT.Coklat Monggo.
BAB III
PEMBAHASAN
Sejarah berdirinya coklat monggo bermula pada sekitar tahun 2001, seorang
wisatawan asing yang berasal dari Belgia datang ke Indonesia untuk sekedar
jalan-jalan menikmati keindahan panorama Indonesia dan tanpa memiliki sebuah
rencana, wisatawan itu bernama Thierry Detournay. Dalam perjalanannya beliau
menikmati coklat asal Indonesia. Namun, beliau kecewa dengan kurangnya
kualitas cokelat yang tersedia di toko - toko di Indonesia sebagai negara ketiga
terbesar penghasil kakao, sehingga akhirnya beliau memutuskan untuk tinggal
lebih lama di Indonesia untuk mencoba membuat beberapa produk cokelat dengan
cita rasa Belgia sendiri dengan sumber daya yang terbatas. Coklat yang pertama ia
buat diberikan kepada teman-temannya yang berasal dari Indonesia asli, awalnya
mereka kurang suka karena mereka merasa asing dengan coklat buatan pak
Thierry, namun pada akhirnya mereka merasakan nikmatnya coklat tersebut, dan
menantang pak Thierry untuk membuatnya lagi.
Beliau membuat cokelat lebih banyak lagi untuk dipasarkan, dengan mengendarai
Vespa tua berwarna pink, yang disulap menjadi sebuah tempat berjualan. Setiap
Minggu pagi beliau berjualan di daerah UGM dan di daerah luar Gereja Kota
Baru. Tujuannya hanya untuk kesenangan serta mencari minat dan reaksi dari
masyarakat, bukan semata-mata untuk mencari keuntungan. Selain itu, beliau juga
memiliki kesibukan sebagai staf mengajar Perancis yang berada di Sagan.
Sejarah dari pemilihan kata “Monggo” sendiri berawal dari suatu sore yang panas
di Yogyakarta. Tim Anugerah Mulia berkumpul untuk mencari inspirasi, yaitu
Edo sebagai direktur, Burhan sebagi staf kreatif, dan Thierry sebagai pembuat
cokelat. Mereka berusaha menemukan nama untuk cokelat tersebut yang memiliki
tipikal khas Yogyakarta. Nama tersebut harus mudah di dengar, mudah diingat
dan unik. Suatu kata dalam bahasa Jawa. Beberapa istilah muncul dalam
diskusinya dan tiba tiba salah seorang dari mereka mengucapkan “Monggo”…
Yes! Yes! Eureka!
Monggo adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa yang berarti “silahkan” yang
selalu digunakan oleh orang- orang Yogya sambil mengacungkan ibu jari, ataupun
ketika kita lewat di depan orang, serta pada saat kita mengundang orang masuk ke
rumah.
Namun demikian banyak orang menggunakan kata “Monggo” dan juga orang
yang bukan berasal dari Yogya. Nama tersebut sangat menggambarkan budaya
Jawa, kota Yogyakarta, serta nama yang tepat untuk cokelat kami. Sejak kami
memulainya tahun 2005, Cokelat Monggo sekarang telah berkembang dengan
hampir 150 staf yang bekerja di kantor kami di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya.
Produksi utama dilakukan di pabrik kami di Kotagede, Yogyakarta.
Varian rasa yang ditawarkan Coklat Monggo antara lain : Pralin - Krim Kacang
Mete, Caramello-Krim Karamel, Stroberi, Durian, Red Chili, Kacang Mete
Organik, Orange Peel, Macadamia, Jahe, dll sedangkan yang banyak peminatnya
adalah rendang, green tea, red chili, dan jahe
Selain penjualan, kegiatan pemasaran tersebut juga harus memberikan rasa puas
pada konsumen. Ini harus dilakukan oleh semua perusahaan agar usahanya
berjalan terus dan konsumen punya pandangan baik terhadap perusahaan.
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi. Disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam artian khusus strategi
merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus
menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh para pelanggan di masa depan.
Ada dua macam strategi pemasaran yaitu strategi pemasaran primer dan strategi
pemasaran sekunder.
Strategi Pemasaran Primer meliputi cara menambah jumlah pemakai serta cara
menambah jumlah pembeli.
Ada beberapa bentuk implementasi strategi yang diterapkan oleh Coklat Monggo
yakni;
Selain kerja sama dengan instansi pemerintahan, PT.Coklat Monggo juga bekerja
sama dengan organisasi tour and travel. Sasaran segmentasi pasar ini ialah
kalangan pelajar, SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa. Pada dasarnya tujuan ini ialah
menanamkan rasa cinta coklat sedini mungkin pada kisaran umur anak-anak
hingga remaja dan dewasa. Bentuk promosi dalam segi ini lebih efektif dibanding
yang lain. Mengapa demikian? Karena menurut laporan staf PR (Public Relation)
coklat monggo, lebih banyak pengunjung kisaran usia 15-20 tahun yang
mengunjungi PT. Coklat Monggo dibanding masyarakat setempat dalam rentan
usia 30 tahun keatas.
Gambar 1.4 salah satu akun media sosial instagram coklat monggo
Dan yang terakhir usaha yang dilakukan PT. Coklat Monggo ialah bekerja sama
dengan unit minimarket seperti Alfamart maupun indomaret. Tak heran saat
penulis berkunjung disalah satu minimarket di yogyokarta (Malioboro) penulis
menemukan sederet produk dari coklat monggo. Dengan demikian, usaha yang
dilakukan oleh coklat monggo dalam memasarkan produknya cukup efektif dan
menjangkau di segala kalangan.
Aspek pemasaran
A. Segmen pasar
Segmen pasar yang dituju cokelat mongo masih berkisar di dalam negri, ini
dikarenakan keadaan perusahaan yang masih berkembang dan bisa dikatakan
belum cukup lama. Cokelat monggo masih ingin memenuhi kebutuhan konsumen
yang berada di pulau jawa dan bali, dan juga memperluas pemasaran produk ke
pulau lainnya hinggan menuju indonesia bagian timur.
B. Posisioning perusahaan
Sistem distribusi
Dalam mendistribusikan produk kepada konsumen, cokelat monggo
menggunakan beberapa cara yaitu:
1. Langsung melakukan penjualan kepada konsume
2. menggunakan jalur distributor untuk daerah yang jauh, khususnya yang berada
di luar pulau jawa
Aspek MSDM
Beberapa poin yang dapat diambil dalam aspek Manajemen Sumber Daya
Manusia di cokelat Monggo yaitu:
a) Perekrutan Karyawan
c) Pelatihan karyawan
A. Kesimpulan
1. Cokelat Monggo berdiri tahun 2005 , didirikan oleh pria Belgia dan
Indonesia. Monggo adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa yang
berarti silahkan yang selalu digunakan oleh orang – orang Yogya
sambil mengacungkan ibu jari, ataupun ketika kita lewat di depan
orang, serta pada saat kita mengundang orang masuk ke rumah atau
meninggalkan rumah seseorang
2. Keunggulan cokelat monggo yaitu varian produk yang beragam ,
kemasan bernuansa Indonesia misalnya wayang, tidak menggunakan
tambahan lemak nabati maupun hewani dan merupakan Cokelat
Conventur dan kelemahan Cokelat Monggo yaitu mudah mencair
hanya bertahan pada suhu -18˚C.
3. Target pasar Cokelat Monggo ini yaitu menengah keatas dan usia 20
tahun keatas.
4. Strategi Pemasaran dengan membuat cokelat berkualitas internasional
namun berciri khas local dan aktivitas pemasarannya yaitu produk
dijual secara online, di outlet – outlet resmi yang ada di Yogyakarta,
Jakarta dan bamdung, serta penjualan dititipkan ke swalayan dan took
oleh – oleh.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber internet :
http://www.contohsurat.co.id/2016/12/strategi-pemasaran-marketing.html
(diakses pada 20 maret 19.00 WIB)
https://www.maxmanroe.com/vid/marketing/pengertian-manajemen-
pemasaran.html (diakses pada 19 maret 13.00 WIB)
http://www.rumahjogjaindonesia.com/isi-majalah/si-manis-pahit-cokelat-
monggo.html (diakses pada 20 maret 19.30 WIB)
Skripsi/jurnal :