Anda di halaman 1dari 8

Estetika, Faldi Hendrawan

• Berlanjut pada abad pertengahan


dimana agama/gereja mendominasi
predaban pada waktu itu
• Pemikiran platonian dan Aristotelian
dengan sudut pandang religi


• St Agustinus( 353-430) mengatakan ide keindahan Plato dikenakan
pada tuhan, sehingga keindahan seni dan alam erat dengan agama,
Disebut keindahan “iluminasi” segala sesuatu berkat anugerah
‘cahaya terang ‘ dari tuhan. Agustinus menolak mimesis karena seni
itu sifatnya transedental.
• Thomas Aquinas (1225-1275), seorang Aristotelian, pentingnya
pengetahuan/ bagi subjek dan pengalaman kesenian, diperlukan teori
subjektif membahas pengalaman seni dan objektif diperlukan melihat
benda seninya.
• Masa renaissance dimana sumber
kebenaran ada pada akal budi dan
logika, bukan agama.
• Struktur kehidupan masyarakat
berubah drastis dari masa
pertengahan di segala lapisan,
ekonomi, budaya dan lapisan sosial.
• Rene Descartes (1595-1650), pemikir
rasionalisme yang amat kritis dalam
menilai Kembali keberadaan alam
semesta ini secara logis dan empiris.
• Alexander G. Baumgarten, menemukan istilah estetika, untuk
pemikirannya mengatakan objek seni bersifat inderawi, dan seni
dimasukkan dalam ilmu keinderawian karena sifatnya intelektual.
• Immanuel Kant (1724-1804), tradisi filsafat selera (taste) dianut
pemikir Inggris, namun melengkapi sisi subjektif manusia yang
initinya universal dalam menghadapi kenyataan dalam memperolah
kenyataan yang pasti “Apriori”. Penilaian keindahan lebih condong
pada kesenangan subjek yang mengalami dibanding karakteristik
objek (benda seni.
• Ada 4 teori penting.
1. Disinterestedness, teori seni tanpa pamrih
2. Universalitas, berlaku pada kesenangan di segala tempat waktu,
benda seni buka benda untuk keindahan fungsi
3. Esensialitas, keindahan bersifat tunggal, ketika mendapatkan
kesenangan di satu pihak dan menolak penilaian tunggal.
4. Bentuk tujuan, sesorang berkarya pasti memiliki tujuan, tujuan seni
pada intinya keindahan, buka kesengan semata, orang harus
memebedakan keindahan bentuk/elemen visual/auditif yang
memberikan rasa senang bagi manusia lainnya.
• Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi, pengetahuan alam, dan
sosio-antropologi menguatkan penemuan baru pemikir lama dengan menemukan
gagasan baru
• Edward Bullough, pemikiran “jarak psikis” dalam seni. Konsep mengenai menilai
seni secara objektif sebuah karya. Ada kemiripan dengan teori disinterestedness
pemikiran Kant terkait pesona penikamatan seni tanpa ada/ melupakan
kepentingan pribadi.
• Benedetto Croce, bukunya Aestethic, mengatakan segala sesuatu merupakan
aktivitas pemikiran, segala sesuatu ideal belaka. Makna materi tergantung makna
idealnya. Estetika merupakan pengetahuan intuitif bukan wilayah pengetahuan
logis (ilmiah)
• John Dewey, ia menolak pemisahan antara materialism dan jiwa roh sebagai dua
subtansi yang berbeda. Pengalaman seni adalah pengalaman sehari-hari yang
nyata. Bagi Dewey seniman awalnya memiliki pengalaman estetik kemudian
mewujud dalam pengalaman artistic, dan ditransfer menjadi pengalaman estetik
bagi penanggap
• Kesimpulan nya estetika pada masa ini lebih menyoroti persoalan sikap estetik
• Estetika kontemporer mencoba mengupas kembali pemikiran masa
sebelumnya
• Clive Bell: teori keindahan modern, pendapat mengenai significant
form, sebuah karya seni adalah artefak yang memiliki bentuk
signifikan, atau representasi bentuk yang indah mungkin bisadikagumi
orang, namun mungkin saja tidak memiliki nilai estetik krena indah
diluar representasi wujud tsb.
• Susanne K. Langer, teori seimbolisme ekspresif, merumuskan seni
sebagai penciptaan bentuk yang menyimbolkan perasaan manusia.
Semua karya seni adalah simbol atau menabstraksikan dan
menyimbolkan perasaan manusia. Akhirnya disebut teori imitasi baru.

Anda mungkin juga menyukai