Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEORI SASTRA

TEORI SEMIOTIK

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Teori Sastra

Dosen pengampu : Dr. Kasnadi, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Ahmad Kushuma (30) 5. Aprilia Fitri (02)


2. Zidan Abdullah (47) 6. Dian Septiani (27)
3. Fitri Indriani (07) 7. Arabiah (24)
4. Winarto (46)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA dan SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PONOROGO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang mana atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga walaupun terdapat beberapa kendala kami bisa
menyelesaikan makalah tentang “Teori Semiotik”.

Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang teori semiotik dan
hubungan teori semiotic di dalam teori sastra. Dimana Semiotik adalah studi tentang
tanda dan makna di dalam bahasa dan komunikasi. Ini mencakup analisis tanda,
simbol, dan kode yang digunakan untuk menyampaikan pesan

Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
terlibat untuk memberikan kontribusi dalam proses penyusunan makalah ini.
Tentunya, makalah ini tidak akan bisa maksimal apabila tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.

Kami sebagai penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1

1.3 Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

2.1 Teori Semiotika...................................................................................................3

2.2 Konsep-konsep Dasar.........................................................................................3

2.2.1 Tanda............................................................................................................4

2.2.2 Kode.............................................................................................................5

2.2.3 Makna...........................................................................................................6

2.3 Semiotik Sebagai Teori Sastra............................................................................6

BAB III PENUTUP......................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................9

3.2 Saran....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Semiotik adalah studi tentang tanda dan makna di dalam bahasa dan
komunikasi. Ini mencakup analisis tanda, simbol, dan kode yang digunakan untuk
menyampaikan pesan. Materi semiotik membahas konsep-konsep seperti denotasi
(makna literal) dan konotasi (makna tambahan), serta bagaimana tanda-tanda
digunakan untuk merepresentasikan ide atau realitas. Roland Barthes dan Ferdinand
de Saussure adalah beberapa tokoh penting dalam pengembangan teori
semiotik.Semiotik memiliki akar sejarah yang kaya, tetapi beberapa momen kunci
dalam perkembangannya melibatkan kontribusi dari berbagai tokoh dan peristiwa.
Mahluk hidup khususnya manusia, untuk memenuhi kebutuhan keperluanhidupnya,
perlu berhubungan dengan mahluk atau manusia lainnya. Untuk berkomunikasi
dengan manusia lainnya maka diperlukan sebuah tanda dan tanda-tandaitu berupa
tanda yang yang dapat di indera oleh manusia, baiktanda berupa bunyi, tanda visual
yang dapat dilihat, tanda yang dapat diraba, dirasakan, atau bahkan dapat dicium
baunya. Tanda itu berupa dari hal yang sederhana sampai kepada yang makin lama
makin ruwet. Tentu saja, manusia menciptakan tanda itu dengan system atau aturan-
aturan tertentu yang saling dipahami. Karena manusia itu makhluk social, maka
fenomena social dan kebudayaannya itu merupakan tanda-tanda dengan sistemnya
yang dimengerti bersama.Untuk memahami system tanda yang ruwet itu, perlu
pembelajaran atas tanda-tanda itu. Oleh karena itu terciptalah ilmu tentang tanda-
tanda itu Ilmu tentang tanda itu disebut semiotika.Semiotika itu mempelajari system-
sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang menungkinkan tanda-tanda
tersebut mempunyai arti (Preminger, dkk., 1974 : 980; vanZoest, 1993:1), Maka dari
itu, penulis akan membahas makalah dengan judul”Teori Semiotik”.

iv
I.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusa Masalah dari makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan teori semiotik?

2. Apa saja dasar-dasar teori semiotika?

3. Mengapa Semiotik sebagai teori sastra?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:

1.Untuk mengetahui tentang teori semiotika.

2.Untuk mengetahui dasar-dasar teori semiotika.

3. Untuk mengetahui alasan semiotik sebagai teori sastra.

v
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Teori Semiotika
Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Sedangkan
semiotika/semiologi adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja . Dua
tokoh pelopor metode semiotika yakni Ferdinand de Saussure dan Charles Sander
Peirce Menurut Saussure, semiotika adalah kajian yang membahas tentang tanda
dalam kehidupan sosial dan hukum yang mengaturnya. Beliau sangat menekankan
bahwa tanda itu memiliki makna tertentu karena sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
menurut Saussure semiologi didasarkan pada anggapan bahwa perbuatan dan tingkah
laku manusia akan membawa sebuah makna, serta makna suatu tanda bukanlah
makna bawaan melainkan dihasilkan lewat sistem tanda yang dipakai dalam
kelompok orang tertentu. Sedangkan Peirce mengatakan bahwa Semiotika adalah
suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Peirce berpendapat bahwa
penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda, artinya manusia hanya mampu
bernalar melalui tanda, tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya
berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda, mampu mengetahui


bagaimana tanda tersebut berfungsi dan menghasilkan makna. Tanda tidak terbatas
pada benda melainkan juga sebuah isyarat atau gerak badan manusia. Sebagai “ilmu
tentang tanda” semiotika mempunyai prinsip, sistem, aturan dan prosedur keilmuan
yang khusus dan baku. Akan tetapi pengertian ilmu dalam semiotika tidak dapat
disejajarkan dengan ilmu alam yang menuntut ukuran-ukuran matematis yang pasti
untuk menghasilkan sebuah pengetahuan objektif sebagai suatu kebenaran tunggal.

Semiotika bukanlah ilmu yang mempunyai sifat kepastian, ketunggalan dan


objektivitas, melainkan dibangun oleh “pengetahuan” yang lebih terbuka bagi aneka

vi
interpretasi, diketahui bahwa logika interpretasi bukanlah logika matematis, yang
hanya mengenal kategori benar atau salah. Logika semiotik adalah logika di mana
interpretasi tidak diukur berdasarkan salah atau benarnya, melainkan derajat
kelogisannya. Dalam pembelajaran semiotika, terdapat konsep-konsep yang dapat
dipahami sebagai dasar penelitian semiotika.

II.2 Konsep-konsep Dasar


Semiotika adalah ilmu tentang makna tanda adapun Konsep-konsep dasar
semiotika adalah tanda/simbol, kode, makna.

II.2.1 Tanda
Menurut Saussure tanda (sign) terbagi menjadi tiga istilah yaitu:

a. Tanda (sign)

b. Penanda (signifier) meliputi aspek material (suara, huruf, gambar, gerak, bentuk).

c. Petanda (signified) adalah gambaran mental, pikiran, dan konsep dari material.

Ketiga unsur tersebut harus utuh, tanpa salah satu unsur, tidak ada tanda yang
dapat dibicarakan bahkan tidak dapat dibayangkan. Jadi, petanda (signified)
merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh penanda (signifier) serta,
hubungan antara Signified dan signifier di sebut hubungan simbolik yang akan
menghasilkan makna. Contoh, kata “Supermarket” dapat menjadi tanda, karena
memiliki Signifier (kata itu sendiri) dan signified (tempat nyata di mana kita bisa
berbelanja). Kesatuan antara kata dan kenyataan itulah yang membuat supermarket
menjadi tanda (sign). Tanda dalam kehidupan manusia terdiri dari berbagai macam,
antara lain tanda gerak atau isyarat, tanda verbal yang dapat berbentuk ucapan kata,
maupun tanda non verbal yang dapat berupa bahasa tubuh. Tanda isyarat dapat
berupa lambaian tangan, di mana hal tersebut bisa diartikan memanggil, atau
angukan kepala dapat diterjemahkan sebagai tanda setuju. Tanda bunyi seperti
kelakson motor, dering telepon atau suara manusia. Sedangkan tanda verbal dapat
diimplementasikan melalui huruf, dan angka. Selain itu, dapat pula berupa gambar
seperti rambu-rambu lalu lintas. Dalam wawasan Peirce, tanda–tanda dalam gambar
dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, antara lain: ikon,

vii
indeks dan simbol. Hubungan butir-butir tersebut oleh Peirce digambarkan sebagai
berikut:

 Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula
dikatakan tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan.
 Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa
yang diwakilinya, atau disebut juga tanda sebagai bukti.
 Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian
yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah
mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.

Ikon, indeks dan simbol merupakan perangkat hubungan dasar antara bentuk, objek,
dan konsep. Saat objek melihat bentuk maka munculah suatu konsep. Proses ini
merupakan proses kognitif yang terjadi dalam memahami suatu karya sastra.

Tabel berikut ini dapat memperjelas istilah ikon, simbol dan indeks:

IKON INDEKS SIMBOL


Ditandai dengan Persamaan Hubungan sebab Konvensi(kesepakatan
akibat Bersama)
Contoh Gambar = gambar Asap karena Api Kata kata Isyarat
Patung = patung Gejala karena
Penyakit
Proses Dapat dilihat Dapat diperkirakan Harus dipelajari

II.2.2 Kode
Kode adalah cara pengkombinasian tanda yang disepakati secara sosial, untuk
memungkinkan satu pesan disampaikan dari seseorang ke orang lainnya. Dalam
praktik bahasa, sebuah pesan yang dikirim kepada penerima pesan diatur melalui
seperangkat konvensi atau kode. Kode-kode menurut Barthes dibagi menjadi lima
kisi-kisi kode yakni kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi,
dan kode kebudayaan. Dengan penjelasannya sebagai berikut:

viii
a. Kode hermeneutik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respons,
penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada jawaban. Atau dengan kata lain, kode
hermeneutik berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana.
Siapakah mereka? apa yang terjadi? halangan apakah yang muncul? bagaimanakah
tujuannya? Jawaban yang satu menunda jawaban lain.

b. Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda.
Misalnya konotasi feminitas, maskulinitas. Atau dengan kata lain kode semantik
adalah tanda-tanda yang yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi, atau bisa
diartikan Kode ini berhubungan dengan tema suatu teks dan pengelompokkan tiap
konotasi kata atau frasanya yang mirip

c. Kode simbolik yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antitesis,


kemenduaan, pertentangan dua unsur. Kode ini bersifat struktural dan berkaitan
dengan tema dalam arti sesungguhnya.

d. Kode narasi atau proairetik yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, dan narasi
atau antinarasi.

e. Kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anomin,
bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra,
seni, dan legenda.

II.2.3 Makna

Makna terbagi atas dua macam seperti makna denotatid dan konotatif.

Makna denotatif merupakan makna yang sebenarnya dan mencakup hal-hal yang
ditunjuk oleh kata atau hubungan secara eksplisit antara tanda dan referensinya.
Sebagai contoh, gambar manusia dapat diartikan sebagai makna denotatif yang
terkait dengan manusia sebagai makhluk hidup, contoh lagi “kambing” yang berarti
hewan mamalia berkaki empat.

ix
Sementara makna konotatif adalah makna yang tidak sebenarnya, makna yang
diciptakan karena adanya perasaan, emosi, hingga nilai-nilai kebudayaan dari sudut
pandang seseorang atau suatu kelompok, biasanya makna konotasi itu makna yang
melekat pada sesuatu di luar makna denotasinya. Makna ini lebih subjektif misalnya,
“kambing” dimaknai sebagai kata umpatan yang biasanya diujarkan oleh seseorang
yang kesal terhadap sesuatu.

II.3 Semiotik Sebagai Teori Sastra


Karya sastra terbangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. dipahami karya
sastra tidak melepaskan unsur-unsur pembangun karya secara intrinsik, serta
ekstrinsik. Memahami makna kata, makna frase, dan makna kalimat, serta karya
sastra secara keseluruhan dapat dilakukan dari banyak pendekatan seperti biografis
(pengarang), sosiologis, psikologis, antropologis, historis, mitopoik, ekspresif,
mimesis, pragmatis, dan objektif. keterkaitan teori sastra dan karya sastra hadir untuk
saling mendukung, dan tidak dapat dipisahkan dalam upaya memahami karya sastra
serta perkembangan karya sastra. Melalui teori sastra kita dapat memahami ragam
unsur pembangun, nilai, makna, serta eksistensi karya sastra tersebut dalam dunia
ilmu pengetahuan. Dengan demikian, teori sastra menjadi pintu masuk dalam
menelusuri perkembangan sastra dan memahami makna dari karya sastra tertentu,
dan secara timbal balik untuk hasilnya. Abstraksi konsep teori sastra ke dalam
rumusan ilmiah dan dapat diuji kebenarannya untuk dioperasikan secara praktis.
Penelitian yang dilakukan pada karya sastra memanfaatkan teori-teori yang sudah
ada sebelumnya untuk dipertanyakan sebagai hipotesis. Dengan demikian, akan
muncul teori-teori baru, seperti salah satunya adalah teori semiotika yang lahir dari
teori strukturalisme, yang secara genesis telah ada semenjak zaman Aristoteles, hasil
adopsi pemikiran para sarjana Barat (Nyoman, 2004). Penelitian sastra diarahkan
oleh teori sastra sebagai upaya penangkapan suatu karya dengan melakukan analisis
yang menggunakan metode dan teknik, menghubungkan strukturalisme yang
dianggap sebagai teori awal,

x
Secara semiotis, karya sastra yang mewakilkan suatu jaman dipersepsikan
dunia yang terbangun adalah dunia yang dipenuhi oleh tanda sebagai perantara antara
karya sastra dengan segala aspek yang berada di sekeliling karya sastra, serta yang
berada di dalam karya sastra itu sendiri. Dalam konteks karya sastra semiotika
hingga kini menjadi salah satu teori besar dalam perkembangan karya sastra dan teori
sastra yang masih hidup dengan segar. Karya sastra tidak hanya semata dimaknai
sebagai karya yang memiliki unsur-unsur dalam pembangunannya, namun juga
diduga memiliki tanda-tanda yang dapat dimaknai sebagai simbol, beserta perangkat
tanda lainnya (sign, ikon, indeks) yang membutuhkan konsep dalam memahami dan
menangkap makna dibalik kata serta unsur pembangun karya dalam menyampaikan,
dan mengekspresikan hal yang berada di luar karya sastra, maupun hal yang
melatarbelakangi terlahirnya karya sastra.

xi
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulakan bahwa semiotik merupakan ilmu atau
metode analisis untuk mengkaji sebuah tanda yang memiliki makna, seiring berjalannya
waktu karya sastra mengalami banyak perkembangan oleh karena itu untuk memahami atau
menelaah sebuah karya sastra diperlukannya sebuah konsep yang bisa mengartikan makna
dibalik kata setiap karya sastra, itulah sebabnya muncul teori semiotik.

III.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.Demikianlah
makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di
hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

xii
DAFTAR PUSTAKA
Ambarini dan Nazla Maharani Umaya.Semiotika teori dan aplikasi pada karya
sastra.Semarang: IKIP PGRI Semarang Press, 2010

Sartini, Ni Wayan. “Tinjauan Teoritik tentang Semiotik” .Jurnal Masyarakat,


Kebudayaan Dan Politik.(2007): 3-6.

Cahyaningsih. “Bab II Landasan Teori” .Jurnal Uneversitas Atma Jaya Yogyakarta.


(2010):2-7

Aisyiyah. “Analisis Semiotik” www.blogspot.com. Diakses pada Selasa 5 Desember


2023.

https://anaozen.blogspot.com/2017/09/analisis-semiotik.html?m=1&shem=sswnst.

Noviavi. “makalah teori semiotik” www.blogspot.com. Diakses pada Selasa 5


Desember 2023.

https://noviavi6.blogspot.com/2013/04/makalah-teori-semiotika.html?m=1&shem=
sswnst

Rahma Fiska.2021.Pengertian Semiotika: Konsep Dasar, Macam, dan Tokoh


Pencetusnya,Gramedia Blog.[Diakses pada 1 Desember 2023]

https://www.gramedia.com/literasi/semotika/#google_vignette.

xiii

Anda mungkin juga menyukai