Anda di halaman 1dari 40

Bilangan Bulat

Pengertian Bilangan Bulat


Penerapan Bilangan Bulat dalam Kehidupan
Penjumlahan Pada Bilangan Bulat
Sifat-Sifat Penjumlahan Pada Bilangan Bulat
Pengurangan Pada Bilangan Bulat
Perkalian Pada Bilangan Bulat
Sifat-Sifat Perkalian Pada Bilangan Bulat
Pembagian Pada Bilangan Bulat
Sifat-Sifat Pembagian Pada Bilangan Bulat
Menaksir Hasil Perkalian dan Pembagian Pada Bilangan Bulat
Kelipatan Suatu Bilangan Bulat Positif
KPK dari Dua Bilangan atau Lebih
Faktor Suatu Bilangan Bulat Positif
FPB dari Dua Bilangan atau Lebih
Menentukan KPK dengan Faktorisasi Prima
Menentukan FPB dengan Faktorisasi Prima
Menentukan KPK dan FPB dengan Pohon Faktor
Pengertian Perpangkatan Bilangan Bulat
Sifat-Sifat Bilangan Berpangkat
Pengertian Kuadrat dan Akar Kuadrat
Pengertian Pangkat Tiga dan Akar Pangkat Tiga
Operasi Hitung Campuran Pada Bilangan Bulat
Penerapan Operasi Hitung Bilangan Bulat
Bilangan Pecahan
Pengertian Bilangan Pecahan
Pengertian dan Cara Menentukan Pecahan Senilai
Menyederhanakan Bilangan Pecahan
Menyatakan Hubungan Antara Dua Pecahan
Menentukan Letak Pecahan Pada Garis Bilangan
Menentukan Pecahan yang Nilainya di Antara Dua Pecahan
Pecahan sebagai Perbandingan Bagian dari Keseluruhan
Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Campuran
Mengubah Bentuk Pecahan ke Bentuk Desimal
Mengubah Bentuk Pecahan ke Bentuk Persen
Mengubah Bentuk Pecahan ke Bentuk Permil
Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Sifat-sifat pada penjumlahan dan pengurangan pecahan
Operasi Perkalian Pecahan
Sifat-sifat dan Invers perkalian pada pecahan
Operasi Pembagian Pecahan

Operasi Hitung Bentuk Aljabar


Bentuk dan Unsur-Unsur Aljabar
Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
Perkalian pada Bentuk Aljabar
Perpangkatan pada Bentuk Aljabar
Pembagian pada Bentuk Aljabar
Menentukan Nilai Bentuk Aljabar Dengan Substitusi

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel


Pernyataan, Kalimat Terbuka dan Himpunan Penyelesaian
Pengertian Persamaan Linear Satu Variabel
Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
Penyelesaian PLSV dengan Persamaan-Persamaan yang Ekuivalen
Penyelesaian PLSV Bentuk Pecahan
Penyelesaian PLSV dengan Pindah Ruas
Grafik Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel
Pengertian Ketidaksamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Penyelesaian Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Bentuk Pecahan
Penerapan Persamaan Linear Satu Variabel
Penerapan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Aritmatika Sosial
Menghitung Nilai Keseluruhan, Nilai Per Unit, dan Nilai Sebagian
Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung, dan Rugi
Persentase Untung atau Rugi
Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Neto
Cara Menghitung Harga Diskon Suatu Produk
Cara Menghitung Bunga Tabungan atau Pinjaman
Cara Menghitung Besarnya Nilai Pajak
Rumus dan Cara Mencari Jumlah Tabungan Setelah n Tahun

Perbandingan
Cara Menghitung Perbandingan Seharga (senilai)
Menghitung Perbandingan Gambar sesungguhnya dengan model Berskala
Cara Menghitung Perbandingan Berbalik Nilai
Grafik Perbandingan Seharga dan Berbalik Harga
Cara Menghitung Gambar atau Model Berskala
Pengertian Bilangan Bulat
Bilangan bulat (selanjutnya disingkat menjadi bil. bulat) adalah semua bilangan yang tidak
dalam bentuk pecahan atau desimal. Artinya, semua bilangan cacah beserta negatifnya
termasuk anggota bil. bulat. Adapun contohnya adalah, -5, -6, -7, -8, 8, 7, 6, 2, dan lainnya.
Jenis-Jenisnya
Secara umum, bilangan ini terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1. Bilangan bulat positif
Bilangan bulat positif adalah bilangan yang dimulai dari angka satu dan seterusnya. Contohnya
adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …, dan seterusnya. Jika diteruskan, nilainya semakin besar.
2. Bilangan bulat negatif
Bilangan bulat negatif adalah bilangan yang dimulai dari angka negatif satu (-1) dan seterusnya.
Contohnya adalah -1, -2, -3, -4, -5, -6, -7, …, dan seterunya. Jika diteruskan, nilainya semakin
kecil.
3. Bilangan bulat nol
Bilangan bulat nol adalah bilangan yang hanya terdiri dari angka 0.
Dari ketiga poin di atas, dapat disimpulkan bahwa bil. bulat terdiri dari beberapa jenis bilangan,
yaitu bilangan cacah (0, 1, 2, 3, …, dst), bilangan asli (1, 2, 3, 4, …, dst), bilangan prima (2, 3, 5, 7,
11, …, dst), bilangan ganjil (1, 3, 5, 7, 9, …, dst), dan bilangan genap (2, 4, 6, 8, …, dst).
Operasi Hitung
Secara umum, operasi hitung bilangan ini ada empat, yaitu sebagai berikut.
1. Operasi hitung penjumlahan
Pada penjumlahan, berlaku beberapa sifat berikut.
Sifat asosiatif, yaitu (a + b) + c = a + (b + c)
Sifat komutatif, yaitu a + b = b + a
Unsur identitas, yaitu a + 0 = 0 + a
Contoh bil. bulat penjumlahan adalah sebagai berikut.
(2 + 5) + 4 = 2 + (5 + 4) = 11
6 + 7 = 7 + 6 = 13
8+0=0+8=8
2. Operasi hitung pengurangan
Pada pengurangan tidak berlaku sejumlah sifat seperti halnya penjumlahan. Adapun sifat
pengurangan adalah sebagai berikut.
a – b = a + (-b)
a – (-b) = a + b
Contoh bil. bulat pengurangan adalah sebagai berikut.
12 – 20 = 12 + (-20) = -8, dengan nilai -8 tersebut adalah bilangan bulat negatif.
1 – (-2) = 1 + 2 = 3
3. Operasi hitung perkalian
Pada perkalian, berlaku sejumlah sifat seperti berikut.
Hasil perkalian antara dua bilangan bulat atau lebih harus mengikuti ketentuan berikut.
Perkalian antarbilangan bulat positif = positif. Contoh perkaliannya 2 x 3 = 6.
Perkalian antarbilangan bulat negatif = positif. Contoh perkaliannya (-2) x (-3) = 6.
Perkalian antara bilangan bulat positif dan negatif = negatif. Contoh perkaliannya (-2) x 3 = -6.
Sifat asosiatif, yaitu (a x b) x c = a x (b x c)
Sifat komutatif, yaitu (a x b) x c = a x (b x c)
Sifat distributif, yaitu a x (b +c) = (a x b) (a x c)
4. Operasi hitung pembagian
Hasil pembagian antara dua bilangan bulat atau lebih, harus mengikuti ketentuan berikut.
Pembagian antarbilangan bulat positif menghasilkan bilangan positif. Contoh pembagiannya
adalah 6 : 3 = 2.
Pembagian antarbilangan bulat negatif menghasilkan bilangan positif. Contoh pembagiannya
adalah (-6) : (-2) = 3.
Pembagian antara bilangan bulat positif dan negatif menghasilkan bilangan negatif. Contoh
pembagiannya adalah 6 : (-2) = -3. Perlu diingat bahwa hasil bagi antara dua bil. bulat tidak
selalu bil. bulat, contohnya 6 : 4 = 1,5 (angka 1,5 tidak termasuk bilangan bulat).
Tidak berlaku sifat komutatif, contohnya 6 : 3 ≠ 3 : 6.
Tidak berlaku sifat asosiatif, contohnya (6 : 1) : 3 ≠ 6 : (1 : 3).
Jika dibagi dengan nol atau nol sebagai nilai yang dibagi, menghasilkan nilai tak berhingga dan
tidak terdefinisi. Contohnya adalah sebagai berikut.
2 : 0 = ~ dan 3 : 0 = ~ , sementara 2 ≠ 3
0 : 2 = 0 dan 0 : 3 = 0, sementara 2 ≠ 3.
Bagaimana Mengurutkan Bilangan Bulat dengan Garis?
Jika Quipperian diberi sejumlah bilangan, lalu kamu diminta untuk mengurutkannya
menggunakan garis bilangan, maka hal pertama yang harus kamu lakukan adalah membuat
garis bilangan itu sendiri. Adapun contoh garis bilangan adalah sebagai berikut.

Berdasarkan garis bilangan di atas, yang termasuk bil. bulat negatif, yaitu semua bil. bulat di
sebelah kiri nol (ditunjuk panah warna merah). Semakin ke kiri, nilai bilangannya semakin kecil.
Sementara itu, yang termasuk bil. bulat positif, yaitu semua bil. bulat di sebelah kanan nol
(ditunjuk panah warna biru). Semakin ke kanan, nilai bilangannya semakin besar.
Untuk mengurutkan, kamu juga harus berpedoman pada garis bilangan di atas. Agar kamu tidak
bingung bagaimana cara bilangan bulat diurutkan, perhatikan dua contoh soal berikut.
Urutkan bilangan -4, -8, -3, 6, 5, 7 mulai dari terkecil sampai terbesar!
Tulislah bilangan bulat yang kurang dari 3 dan lebih dari -5.
Jawaban:
Berdasarkan garis bilangan, angka yang letaknya paling kiri adalah -8 dan paling kanan adalah 7.
Dengan demikian, urutannya adalah -8, -4, -3, 5, 6, 7.
Cara Membandingkan Bilangan Bulat
Bilangan bulat yang kurang dari 3 dan lebih dari -5 adalah -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2.

Cara Membandingkan Bilangan Bulat


> yang berarti lebih besar dari
< yang berarti lebih kecil dari
= yang berarti sama dengan
Contoh Soal 1
Perhatikan pernyataan berikut.
Andi memiliki uang Rp20.000. Uang itu ia gunakan untuk membeli beras 2,5 kg. Ternyata harga
beras per kilonya adalah Rp10.000. Mengingat jarak antara rumah Andi dan toko beras jauh,
akhirnya Andi memutuskan berhutang dahulu terkait kekurangannya.
Hani melelehkan es batu pada suhu ruang 20 oC. Jika suhu es batu mula-mula -1 oC, tentukan
selisih suhu ruang dan es batu.
Di suatu permainan terdapat ketentuan skor seperti berikut.
Jika menang mendapatkan skor 5.
Jika kalah mendapatkan skor -2.
Jika seri mendapatkan skor 0.
Permainan Jojo menang satu kali, seri 3 kali, dan kalah 2 kali.
Pak Hasan memiliki 5 hektar kebun jeruk. Setiap 2 hektar kebun membutuhkan pupuk 30 kg
pupuk. Jika persediaan pupuk Pak Hasan 82,5 kg, berapakah sisa pupuk Pak Hasan?
Dari hasil operasi hitung ketiga pernyataan di atas:
Pernyataan yang terdiri dari bilangan bulat adalah ….
Hasil operasi hitung yang termasuk bilangan bulat negatif!
Hasil operasi hitung yang bukan bilangan bulat!
Hasil operasi hitung yang termasuk bilangan bulat!
Pembahasan:
1. Uang Andi = Rp20.000
Harga 2,5 kg beras = Rp10.000 × 2,5 = Rp25.000
Hutang = harga beras – uang Andi
= Rp25.000 – Rp20.000
= Rp5.000 (hutang Andi) atau bisa ditulis -5.000
2. Selisih suhu ruang dan es batu = 20 – (-1)
= 21 oC
3. Permainan Jojo, menang 1 kali, seri 3 kali, dan kalah 2 kali. Secara matematis, bisa
dirumuskan sebagai berikut.
Skor Jojo = (5×1) + (3×0) + (-2×2)
=5+0–4
=1
4. Kebun Pak Hasan = 5 hektar
Setiap 2 kebun = 30 kg pupuk -> setiap 1 hektar membutuhkan 15 kg pupuk
Persediaan = 82,5 kg
Kebutuhan 5 hektar = 15 × 5 = 75 kg pupuk
Sisa = 82,5 – 75 = 7,5 kg pupuk
Dari hasil operasi hitung ketiga pernyataan di atas:
Pernyataan yang terdiri dari bilangan bulat adalah adalah pernyataan nomor 2 dan 3 karena
semua nilai besarannya dalam bentuk bilangan bulat.
Hasil operasi hitung yang termasuk bilangan bulat negatif ditunjukkan oleh nomor 1, yaitu
hutang Andi Rp5.000.
Hasil operasi hitung yang bukan bilangan bulat ditunjukkan oleh nomor 4, yaitu 7,5 kg pupuk.
Hasil operasi hitung yang termasuk bilangan bulat ditunjukkan oleh nomor 1, 2, dan 3.
Contoh Soal 2
Seorang penjahit mengukur lingkar pinggang enam orang pelanggannya dan diperoleh hasil
sebagai berikut.
Gina = 76
Roni = 84
Mega = 76,4
Syahrial = 86
Jeni = 73,4
Diah = 80
Dari data di atas, panjang lingkar pinggang yang termasuk bil. bulat dan yang tidak termasuk bil.
bulat adalah….
Pembahasan:
Pelanggan yang panjang lingkar pinggangnya termasuk bil. bulat adalah Gina, Roni, Syahrial,
dan Diah. Sementara itu, untuk Mega dan Jeni panjang lingkar pinggangnya berupa bilangan
desimal (bukan bil. bulat).
Contoh Soal 3
Tentukan bil. bulat yang terletak antara -7 dan 8 menggunakan garis bilangan!
Pembahasan:
Berikut ini adalah bilangan bulat antara -7 dan 8.

Jadi, yang terletak antara -7 dan 8 adalah -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
Contoh dan Cara Menghitung Bilangan Bulat

1. Penjumlahan

Penjumlahan dengan jenis bilangan bulat yang sama akan menghasilkan jenis bilangan yang
sama. Jika operasi penjumlahan dilakukan dengan bilangan bulat positif, hasilnya adalah
bilangan bulat positif.

Hal yang sama juga berlaku untuk penjumlahan bilangan bulat negatif.

Contoh:

3+2=5
(-4) + (-5) = -9

Sementara itu, jika penjumlahan dilakukan pada bilangan bulat positif dan negatif, hasilnya
adalah hasil pengurangan kedua bilangan dan jenisnya ditentukan dengan jenis bilangan bulat
yang memiliki nilai paling besar.

Contoh:

(-4) + 1 = -3
6 + (-5) = 1
2. Pengurangan

Dalam operasi pengurangan, jika simbol pengurangan "-" bertemu dengan simbol minus "-",
hasil perhitungannya akan dijumlahkan. Untuk lebih memahaminya, detikers bisa melihat contoh
pengurangan dua jenis bilangan yang sama di bawah ini.

Contoh:
7-2=5
(-3) - (-4) = (-3) + 4 = 1

Berikut ini adalah contoh pengurangan yang menggabungkan bilangan bulat positif dan negatif.

Contoh:
6 - (-2) = 6 + 2 = 8
(-1) - 4 = 3
3. Perkalian

Perkalian dua bilangan bulat positif akan menghasilkan bilangan bulat positif. Sementara,
perkalian dua bilangan bulat negatif akan menghasilkan bilangan bulat positif.

Kemudian, jika mengalikan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, hasilnya adalah
bilangan bulat negatif.

Contoh:
3x3=9
2 x (-4) = -8
(-5) x 1 = -5
(-5) x (-2) = 10
4. Pembagian

Pembagian dua bilangan bulat positif akan menghasilkan bilangan bulat positif. Sementara,
pembagian dua bilangan bulat negatif akan menghasilkan bilangan bulat positif.

Kemudian, jika membagi bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, hasilnya adalah
bilangan bulat negatif.

Pada dasarnya, konsep operasi hitung pembagian bilangan bulat sama dengan operasi hitung
perkalian.
Contoh:
6:2=3
(-4) : (-2) = 2
8 : (-4) = -2
(-10) : 2 = 5

Pengertian Bilangan Berpangkat


Bilangan berpangkat adalah bentuk perkalian suatu bilangan dengan dirinya sendiri secara
berulang-ulang.
jenis Bilangan Berpangkat
Berdasarkan tanda pangkatnya, bilangan ini dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Bilangan berpangkat positif
Bilangan ini memiliki pangkat berupa bilangan positif. Adapun contoh bilangan berpangkat
positif adalah sebagai berikut.
22, 34, 52, 63, dan seterusnya.
Semakin besar pangkatnya, semakin besar pula nilai bilangannya.
2. Bilangan berpangkat negatif
Jika dilihat dari namanya, tentu kamu akan tahu jika bilangan ini memiliki pangkat berupa
bilangan negatif. Adapun contoh bilangannya adalah sebagai berikut.
2-2, 3-4, 5-2, 6-3, dan seterusnya.
Semakin besar angka di belakang tanda (-), semakin kecil nilai bilangannya.
Rumus Bilangan Berpangkat
Rumus bilangan berpangkat yang dimaksud adalah bentuk umum bilangan yang dipangkatkan.
Adapun bentuk umumnya adalah sebagai berikut.
ab dengan a ≠ 1, b ∈ R
Dari rumus di atas, a disebut sebagai basis atau bilangan pokok dasar dan b adalah pangkat
atau eksponen.

Syarat yang harus dipenuhi oleh perpangkatan adalah basisnya tidak sama dengan satu (a ≠ 1)
karena jika satu dipangkatkan berapapun hasilnya akan tetap satu. Selain itu, pangkatnya
termasuk elemen bilangan real (b ∈ R), misalnya 2, 3, 4, -2, -2, dan seterusnya. Jika diuraikan
bentuk ab akan menjadi seperti berikut.

Bentuk umum di atas berlaku untuk bilangan berpangkat positif, ya. Lantas, bagaimana untuk
bilangan berpangkat negatif? Yuk, simak sifat-sifat berikut.

Sifat-sifat Bilangan Berpangkat


Bilangan Berpangkat: Pengertian, Sifat, dan Contoh Soalnya
Apa Itu Bilangan Berpangkat?
a. 2x2x2x2
b. 5x5x5x5x5x5x5
Sifat-sifat Bilangan Berpangkat
- Pangkat Bulat Positif
- Pangkat Bulat Negatif
- Pangkat Bulat Nol
1. Sifat Perkalian Bilangan Berpangkat
2. Sifat Pembagian Bilangan Berpangkat
3. Sifat Pangkat dari Bilangan Berpangkat
4. Sifat Pangkat dari Perkalian Bilangan
5. Sifat Pangkat dari Pembagian Bilangan
Contoh Soal Bilangan Berpangkat
Contoh 1
Contoh 2
Siapa Penemu Bilangan Berpangkat?
Bagaimana Penerapan Bilangan Berpangkat?

Pernah mendengar bilangan berpangkat? Umumnya, bilangan berpangkat dapat dipelajari selama
bangku sekolah. Bilangan berpangkat memiliki peranan dan fungsinya sendiri dalam
perhitungan. Fungsinya tidak hanya berlaku untuk pelajaran Matematika, tetapi juga dapat
diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Mau tahu apa itu bilangan berpangkat? Simak artikel yang satu ini!
Apa Itu Bilangan Berpangkat?

Mengutip buku Explore Matematika Jilid 3 untuk SMP/MTs Kelas IX karya Agus Supriyanto
dan Miftahudin, bilangan berpangkat adalah hasil perkalian suatu bilangan dengan bilangan itu
sendiri. Bila pangkat bilangan bulat, bentuk bilangan berpangkatnya adalah bilangan berpangkat
bulat.

Sementara itu, bila pangkatnya bilangan pecahan atau rasional, bentuk bilangan berpangkatnya
merupakan bilang berpangkat pecahan.

Karena bilangan berpangkat merupakan perkalian suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri,
bilangan berpangkat disebut juga sebagai bentuk perkalian berulang, seperti:
a. 2x2x2x2

Adanya empat buah angka 2 dalam perkalian tersebut dapat disederhanakan menjadi 24 yang
dibaca sebagai 2 pangkat 4.
b. 5x5x5x5x5x5x5

Adanya tujuh buah angka 5 dalam perkalian tersebut dapat disederhanakan menjadi 57 yang
dibaca sebagai 5 pangkat 7.

Berdasarkan contoh tersebut, bilangan berpangkat dapat didefinisikan sebagai:

Jika a sebuah bilangan real dan n merupakan bilangan bulat, maka yang disebut an (baca: a
pangkat n) adalah perkalian bilangan a dengan isinya sendiri sebanyak n faktor.
Sifat-sifat Bilangan Berpangkat

Bilangan berpangkat memiliki berbagai sifat operasi yang berlaku untuk pangkat bulat positif,
negatif, dan nol:
- Pangkat Bulat Positif

an = a x a x a x ... x a (sebanyak n faktor)

a = bilangan pokok (basis)


n = pangkat atau eksponen
an= bilangan berpangkat
- Pangkat Bulat Negatif

a-n = 1/an
- Pangkat Bulat Nol

a0 = 1

Berikut ini sifat-sifat yang berlaku pada bilangan berpangkat, baik pangkat bulat positif, negatif,
maupun nol (sc.syekhnurjati.ac.id):
1. Sifat Perkalian Bilangan Berpangkat
Untuk a ∈ R dan m, n bilangan bulat positif, berlaku:

am x an = a(m+n)
2. Sifat Pembagian Bilangan Berpangkat

Untuk a ∈ R, a ≠ 0 dan m, n bilangan bulat positif yang memenuhi m > n.

am
am : an = -------- = a(m-n)
an
3. Sifat Pangkat dari Bilangan Berpangkat

Untuk a ∈ R dan m, n bilangan bulat positif, berlaku:

(am)n = a(m · n)
4. Sifat Pangkat dari Perkalian Bilangan

Untuk a, b ∈ R dan n bilangan bulat positif, berlaku:

(a · b)n = an · bn
5. Sifat Pangkat dari Pembagian Bilangan

Untuk a, b ∈ R, b ≠ 0 dan n bilangan bulat positif, berlaku:

an = an
--- ------
b bn
Contoh Soal Bilangan Berpangkat
Contoh 1

Hitunglah nilai bilangan berpangkat berikut!


a. 36

b. (-3p)5

Jawab

a. 36 = 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 = 729

b (-3p)5 = (-3p) x (-3p) x (-3p) x (-3p) x (-3p) = -234p5


Contoh 2

Selesaikan atau sederhanakan operasi bilangan berpangkat berikut ini!

a. 72 x 73
b. (6 x 7)2

Jawab
a. 72 x 73 = 72+3 = 75 = 16.807
b. (6 x 7)2 = 62 x 72 = 1.764

Pengertian Kuadrat, Akar Kuadrat, Pangkat Tiga dan Akar Pangkat Tiga
Pengertian Kuadrat dan Akar Kuadrat, dan
Pengertian Pangkat Tiga dan Akar Pangkat Tiga
Untuk lebih jelasnya yuk simak uraian uraian berikut;
A. Pengertian Kuadrat dan Akar Kuadrat
Pada Saat masih belajar di tingkat SD/MI, sobat pasti pernah belajar tentang kuadrat dan akar
kuadrat, Kali ini kita akan akan belajar kembali materi tersebut dengan harapan semoga
pemahaman sobat jadi lebih mantap.
Sebagaimana kita ketahui kalau m2 = m x m, dan m2 dibaca m kuadrat atau m pangkat dua .
apabila m = 5 maka m2 = 5 x 5 = 25 hal tersebut dapat dituliskan dengan √m2 = √25 = 5,
dimana √25 dibaca akar pangkat dua dari 25 atau akar kuadrat dari 25.
Menurut pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan yakni ” m2 = n yang artinya sama
dengan √n = m

Untuk Lebih jelasnya mengenai kuadrat dan akar kuadrat, sobat bisa simak contoh soal soal
berikut ini;
Contoh Soal 1
Tentukanlah hasil dari;
a. 122 =….
b. 162 =….
c. 242 =….
d. (-13)2 =….
e. (-22)2 =….
Penyelesaian :
a. 122 = 12 x 12 = 144
b. 162 = 16 x 16 = 256
c. 242 = 24 x 24 = 576
d. (-13)2 = (-13) x (13) = 169
e. (-22)2 = (-22) x (-22) = 484
Contoh Soal 2
Tentukanlah hasil dari:
a. √196 =….
b. √289 =….
c. √1089 =….
d. √1521 =….
e. √2304 =….
Penyelesaian;
a. √196 = 14, Karena 14 x 14 = 196
b. √289 = 17, karena 17 x 17 = 289
c. √1089 = 33, karena 33 x 33 = 1089
d. √1521 = 39, karena 39 x 39 = 1521
e. √7056 = 84, karena 84 x 84 = 7056
B. Pengertian Pangkat Tiga dan Akar Pangkat Tiga
Pada pembahasan yang telah lalu kita telah belajar “Pengertian Perpangkatan Bilangan Bulat” .
yang menerangkan bahwa operasi perkalian berulang dengan bilangan atau unsur yang sama.
Hal tersebut juga berlaku untuk bilangan pangkat tiga.
Sehingga, m3 = m x m x m, dengan m3 dibaca m pangkat tiga. dan jika m = 4 maka m3 = 4 x 4 x 4
= 64
Untuk Lebih jelasnya mengenai Pangkat Tiga dan Akar Pangkat Tiga, Sobat Bisa Menyimak
contoh soal berikut ini;
Contoh Soal 1
a. 133 =….
b. 183 =….
c. 263 =….
d. (-15)3 =….
e. (-24)3 =….
Penyelesaian;
a. 133 = 13 x 13 x 13 = 2197
b. 183 = 18 x 18 x 18 = 5832
c. 263 = 26 x 26 x 26 = 17576
d. (-15)3 = (-15) x (-15) x (-15) = – 3375
e. (-24)3 = (-24) x (-24) x (-24) = – 13824
Contoh Soal 2
a. 3 √729 =….
b. 3 √1331 =….
c. 3 √2744 =….
d. 3 √5832 =….
e. 3 √32768 =….
Penyelesaian;
a. 3 √729 =9 , karena 9 x 9 x 9 = 729
b. 3 √1331 = 11, karena 11 x 11 x 11 = 1331
c. 3 √2744 = 14, karena 14 x 14 x 14 = 2744
d. 3 √5832 = 18, karena 18 x 18 x 18 = 5832
e. 3 √32768 = 32, karena 32 x 32 x 32 = 32768
Lalu bagaimanakah cara untuk menentukan bahwa √32768 = 32, tanpa harus mencoba satu
persatu dari bilangan yang akan dipangkat tigakan? silahkan sobat baca “Cara Cepat Untuk
Menentukan Akar Pangkat Tiga Bilangan Bulat“.
Untuk Lebih jelasnya mengenai Pangkat Tiga dan Akar Pangkat Tiga, Sobat Bisa Menyimak
contoh soal berikut ini;
Contoh Soal 1
a. 133 =….
b. 183 =….
c. 263 =….
d. (-15)3 =….
e. (-24)3 =….
Penyelesaian;
a. 133 = 13 x 13 x 13 = 2197
b. 183 = 18 x 18 x 18 = 5832
c. 263 = 26 x 26 x 26 = 17576
d. (-15)3 = (-15) x (-15) x (-15) = – 3375
e. (-24)3 = (-24) x (-24) x (-24) = – 13824
Contoh Soal 2
a. 3 √729 =….
b. 3 √1331 =….
c. 3 √2744 =….
d. 3 √5832 =….
e. 3 √32768 =….
Penyelesaian;
a. 3 √729 =9 , karena 9 x 9 x 9 = 729
b. 3 √1331 = 11, karena 11 x 11 x 11 = 1331
c. 3 √2744 = 14, karena 14 x 14 x 14 = 2744
d. 3 √5832 = 18, karena 18 x 18 x 18 = 5832
e. 3 √32768 = 32, karena 32 x 32 x 32 = 32768
Faktorisasi Suku Aljabar
A. Pengertian Koefisien, Variabel, Konstanta, Dan Suku
Di kelas VII Anda sudah mempelajari mengenai bentuk-bentuk aljabar. Selain itu, Anda juga
harus menguasai materi tentang KPK dari dua bilangan atau lebih dan sifat-sifat operasi hitung
pada bilangan bulat. Perhatikan uraian berikut. Bonar dan Cut Mimi membeli alat-alat tulis di
koperasi sekolah. Mereka membeli 5 buku tulis, 2 pensil, dan 3 bolpoin. Jika buku tulis
dinyatakan dengan x, pensil dengan y, dan bolpoin dengan z maka Bonar dan Cut Mimi membeli
5x + 2y + 3z.
Selanjutnya, bentuk-bentuk 5x + 2y + 3z, 2x2, 4xy2, 5x2 – 1, dan (x – 1) (x + 3) disebut bentuk-
bentuk aljabar. Sebelum mempelajari faktorisasi suku aljabar, marilah kita ingat kembali istilah-
istilah yang terdapat pada bentuk aljabar.
Variabel
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas.
Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, … z.
Contoh Soal
Tulislah setiap kalimat “Suatu bilangan jika dikalikan 5 kemudian dikurangi 3, hasilnya adalah
12” dengan menggunakan variabel sebagai pengganti bilangan yang belum diketahui nilainya.
Penyelesaian:
Misalkan bilangan tersebut x, berarti 5x – 3 = 12.
Konstanta
Suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel disebut
konstanta.
Contoh Soal
Tentukan konstanta pada bentuk aljabar 2x2 + 3xy + 7x – y – 8
Penyelesaian:
Konstanta adalah suku yang tidak memuat variabel, sehingga konstanta dari 2x2 + 3xy + 7x – y –
8 adalah –8.
Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar.
Contoh Soal
Tentukan koefisien x pada bentuk aljabar 2x2 + 6x – 3
Penyelesaian:
Koefisien x dari 2x2 + 6x – 3 adalah 6.
Suku
Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar yang dipisahkan
oleh operasi jumlah atau selisih.
a. Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 3x, 4a2, –2ab, …
b. Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau selisih.
Contoh: a2 + 2, x + 2y, 3×2 – 5x, …
c. Suku tiga adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 3×2 + 4x – 5, 2x + 2y – xy, …
Bentuk aljabar yang mempunyai lebih dari dua suku disebut suku banyak atau polinom.
B. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
Untuk memudahkan Anda memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar
perhatikan uraian berikut ini “Wawan memiliki 10 kelereng merah dan 4 kelereng putih. Jika
kelereng merah dinyatakan dengan x dan kelereng putih dinyatakan dengan y maka banyaknya
kelereng Wawan adalah 10x + 4y”. Selanjutnya, “jika Wawan diberi kakaknya 7 kelereng merah
dan 3 kelereng putih maka banyaknya kelereng Wawan sekarang adalah 17x + 7y”. Hasil ini
diperoleh dari (10x + 4y) + (7x + 3y).
Amatilah bentuk aljabar 3x2 – 2x + 3y + x2 + 5x + 10. Suku-suku 3x2 dan x2 disebut suku-suku
sejenis, demikian juga suku-suku –2x dan 5x. Adapun suku-suku –2x dan 3y merupakan suku-
suku tidak sejenis.
Suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing variabel
yang sama. Pemahaman mengenai suku-suku sejenis dan suku-suku tidak sejenis sangat
bermanfaat dalam menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan dari bentuk aljabar.
Operasi penjumlahan dan pengurangan pada bentuk aljabar dapat diselesaikan dengan
memanfaatkan sifat komutatif, asosiatif, dan distributif dengan memerhatikan suku-suku yang
sejenis. Sifat-sifat tersebut berlaku pada penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar.
Contoh Soal 1
Tentukan hasil penjumlahan 3x2 – 2x + 5 dengan x2 + 4x – 3.
Penyelesaian:
(3x2 – 2x + 5) + (x2 + 4x – 3)
= 3x2 – 2x + 5 + x2 + 4x – 3
= 3x2 + x2 – 2x + 4x + 5 – 3 (kelompokkan suku-suku sejenis)
= (3 + 1)x2 + (–2 + 4)x + (5 – 3) (sifat distributif)
= 4x2 + 2x + 2
Contoh Soal 2
Tentukan hasil pengurangan 4y2 – 3y + 2 dari 2(5y2 – 3).
Penyelesaian:
2(5y2 – 3) – (4y2 – 3y + 2)
= 10y2 – 6 – 4y2 + 3y – 2
= (10 – 4)y2 + 3y + (–6 – 2)
= 6y2 + 3y – 8
C.Penjumlahan dan pengurangan pecahan aljabar
Adapun pada penjumlahan dan pengurangan pecahan aljabar dengan penyebut berbeda dapat
dilakukan dengan cara menyamakan penyebutnya terlebih dahulu menjadi kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dari penyebut-penyebutnya.

Contoh Soal 1

Contoh soal 2
D. Contoh soal penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar.
Sekarang perhatikan uraian berikut ini untuk memahami konsep penjumlahan dan pengurangan
aljabar.
Budi memiliki 16 kelereng hijau dan 7 kelereng biru. Jika kelereng hijau dinyatakan dengan x
dan kelereng biru dinyatakan dengan y maka banyaknya kelereng Budi adalah 16x + 7y.
Selanjutnya, jika Budi diberi kakaknya 5 kelereng hijau dan 12 kelereng biru maka banyaknya
kelereng Budi sekarang adalah 21x + 19y. Hasil ini diperoleh dari (16x + 7y) + (5x + 12y).
Amatilah bentuk aljabar 3x2 – 2x + 3y + x2 + 5x + 10. Suku-suku 3x2 dan x2 disebut suku-suku
sejenis, demikian juga suku-suku –2x dan 5x. Adapun suku-suku –2x dan 3y merupakan suku-
suku tidak sejenis. begitu juga dengan suku-suku 3x2 dan x2 merupakan suku-suku tidak sejenis.
Jadi pengertian suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-
masing variabel yang sama.
Pemahaman mengenai suku-suku sejenis dan suku-suku tidak sejenis sangat bermanfaat dalam
menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan dari bentuk aljabar. Operasi penjumlahan
dan pengurangan pada bentuk aljabar dapat diselesaikan dengan memanfaatkan sifat komutatif,
asosiatif, dan distributif dengan memerhatikan suku-suku yang sejenis. Sifat-sifat tersebut
berlaku pada penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar.
Contoh soal 1
Sederhanakan bentuk-bentuk aljabar berikut.
a. (2x + 8) + (4x – 5 – 5y)
b. (3p + q) + (–2p – 5q + 7)
c. (3x2 + 2x – 1) + (x2 – 5x + 6)
d. 2(x + 2y – xy) + 5(2x – 3y + 5xy)
Jawab:
a. kumpulkan suku-suku sejenis terlebih dahulu
(2x + 8) + (4x – 5 – 5y)
= 2x+4x – 5y +8 – 5
= 6x – 5y 3
b. kumpulkan suku-suku sejenis terlebih dahulu
(3p + q) + (–2p – 5q + 7)
= 3p – 2p +q – 5q + 7
= p – 4q + 7
c. kumpulkan suku-suku sejenis terlebih dahulu
(3x2 + 2x – 1) + (x2 – 5x + 6)
= (3x2 + x2) + (2x – 5x) +(– 1 + 6)
= 4x2 – 3x +5
d. Jabarkan terlebih dahulu baru kemudian jumlahkan suku-suku yang sejenis
2(x + 2y – xy) + 5(2x – 3y + 5xy)
= (2x + 4y – 2xy) + (10x – 15y + 25xy)
= (2x + 10x) + (4y – 15y) + (-2xy +25xy)
= 12x – 11y + 23xy
Contoh soal 2
Sederhanakan bentuk-bentuk aljabar berikut.
a. (2x + 5) – (x – 3)
b. (x2 + 4x – 1) – (2x2 + 4x)
c. (y2 – 3) – (4y2 + 5y + 6)
d. (5a – 6 + ab) – (a + 2ab – 1)
Jawab:
a. Jabarkan terlebih dahulu baru kemudian kumpulkan suku-suku yang sejenis
(2x + 5) – (x – 3)
= 2x + 5 –x +3
= 2x – x +5 +3
= x +8
b. Jabarkan terlebih dahulu baru kemudian kumpulkan suku-suku yang sejenis
(x2 + 4x – 1) – (2x2 + 4x)
= x2 + 4x – 1 – 2x2 – 4x
= x2 – 2x2 + 4x – 4x – 1
= –x2 – 1
c. Jabarkan terlebih dahulu baru kemudian kumpulkan suku-suku yang sejenis
(y2 – 3) – (4y2 + 5y + 6)
= y2 – 3 – 4y2 – 5y – 6
= y2 – 4y2 – 5y – 3 – 6
= –3y2 – 5y – 9
d. Jabarkan terlebih dahulu baru kemudian kumpulkan suku-suku yang sejenis
(5a – 6 + ab) – (a + 2ab – 1)
= 5a – 6 + ab – a – 2ab + 1
= 5a – a + ab – 2ab – 6 + 1
= 4a – ab – 5
Contoh Soal 3
Sederhanakan bentuk-bentuk aljabar berikut.
a. a2 + 2ab – 3b2 – 7a2 – 5ab
b. x2 – x – 6 + 3x2 – xy
c. 3p3 – 2pq2 + p2q – 7p3 + 2p2q
d. –2(p3 – 2pq + q2) + 3(p3 + 4pq –q2)
Jawab:
a. Kumpulkan suku-suku yang sejenis
a2 + 2ab – 3b2 – 7a2 – 5ab
= (a2 – 7a2) + (2ab – 5ab) – 3b2
= – 6a2 – 3ab – 3b2
b. Kumpulkan suku-suku yang sejenis
x2 – x – 6 + 3x2 – xy
= (x2 + 3x2) – x – xy – 6
= 4x2 – x – xy – 6
c. Kumpulkan suku-suku yang sejenis
3p3 – 2pq2 + p2q – 7p3 + 2p2q
= (3p3 – 7p3) + (p2q + 2p2q) – 2pq2
= – 4p3 + 3p2q – 2pq2
d. Jabarkan terlebih dahulu baru kemudian kumpulkan suku-suku yang sejenis
–2(p3 – 2pq + q2) + 3(p3 + 4pq –q2)
= –2p3 + 4pq – 2q2 + 3p3 + 12pq – 3q2
= (–2p3 + 3p3) + (– 2q2 – 3q2) + (4pq + 12pq)
= p3 – 5q2 + 16pq
E.Perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar
Sebelumnya kita sudah membahas penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar dan juga contoh
soal penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. kali ini akan membahas perkalian bentuk
aljabar yaitu perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar.
Perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar
Coba kalian ingat kembali sifat distributif pada bilangan bulat. Jika a, b, dan c bilangan bulat
maka berlaku a(b + c) = ab + ac. Sifat distributif ini dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
operasi perkalian pada bentuk aljabar. Perkalian suku dua (ax + b) dengan skalar/bilangan k
dinyatakan sebagai berikut.

Sebagai contoh berikut hasil penjabaran bentuk perkalian 2(3x – y) yakni:

Contoh soal 1
Tentukan hasil perkalian bentuk aljabar berikut
a. 2(x + 4)
b. –3(a – 2b)
c. 5(3x + 2y)
d. –2a(a + 4b)
Penyelesaian:
a. 2(x + 4) = 2x + 8
b. –3(a – 2b) = –3a + 6b
c. 5(3x + 2y) = 15x + 10y
d. –2a(a + 4b) = –2a2 – 8ab
Contoh soal 2
Tentukan hasil perkalian bentuk aljabar berikut
a. 4a2(–a + 2b)
b. 2xy(x – 4)
c. –p2(p2 – 3p)
d. ½ (4x – 6y)
Penyelesaian:
a. 4a2(–a + 2b) = –4a3 + 8a2b)
b. 2xy(x – 4) = 2x2y – 8xy
c. –p2(p2 – 3p) = –p4 +3p3
d. ½ (4x – 6y) = 2x – 3y
Contoh soal 3
Tentukan hasil perkalian bentuk aljabar berikut
a. 5x(8y – 9z)
b. 8y(5x – 9z)
c. 4x (x – 2y)
d. 8a (3ab – 2ab2 – 8ab)
e. 7(2x + 5)
f. (3x – 7) 4x
Penyelesaian:
a. 5x(8y – 9z) = 40xy – 45xz
b. 8y(5x – 9z) = 40xy – 72yz
c. 4x (x – 2y) = 4x2 – 8xy
d. 8a (3ab – 2ab2 – 8ab) = 24a2b – 16a2b2 – 64a2b
e. 7(2x + 5) = 14x + 35
f. (3x – 7) 4x = 12x2 – 28x
F.Perkalian antara bentuk aljabar dengan bentuk aljabar
Telah kalian pelajari bahwa perkalian antara bilanganskalar k dengan suku dua (ax + b) adalah k
(ax + b) = kax + kb. Dengan memanfaatkan sifat distributif pula, perkalian antara bentuk aljabar
suku dua (ax + b) dengan suku dua (ax + d) diperoleh sebagai berikut.
(ax + b) (cx + d)
= ax(cx + d) + b(cx + d)
= ax(cx) + ax(d) + b(cx) + bd
= acx2 + (ad + bc)x + bd
Sifat distributif dapat pula digunakan pada perkalian suku dua dan suku tiga.
Selanjutnya, kita akan membahas mengenai hasil perkalian (ax + b) (ax + b), (ax + b)(ax – b),
(ax – b)(ax – b), dan (ax +b) (ax2 + bx + c). Pelajari uraian berikut ini.
a. (ax+b)2
= (ax+b) (ax+b)
= ax (ax+b) + b (ax+b)
= ax(ax) + ax(b) + b(ax) +b2
= a2x2 +abx + abx +b2
= a2x2 +2abx +b2
b. (ax + b)(ax – b)
= ax (ax – b) + b(ax – b)
= ax(ax) – ax(b) + b(ax) +b(–b)
= a2x2 – abx – abx –b2
= a2x2 – b2
c. (ax – b)(ax – b)
= ax (ax – b) – b(ax – b)
= ax(ax) – ax(b) – b(ax) –b(–b)
= a2x2 – abx – abx +b2
= a2x2 – 2abx + b2
d. (ax+b)(ax2 + bx + c)
= (ax + b) (ax2 + bx + c)
= ax (ax2 + bx + c) + b (ax2 + bx + c)
= ax(ax2) + ax(bx) + ax(c) + b(ax2) + b(bx) + b(c)
= a2x3 + abx2 + abx2 + b2x + bc
= a2x3 + 2abx2 + b2x + bc
Berikut contoh soal dan cara pengerjaan hasil perkalian bentuk aljabar dari (x + 2)(x + 3) adalah:
Cara 1 dengan sifat distributif
(x + 2)(x + 3)
= x (x + 3) + 2(x + 3)
= x2 + 3x + 2x + 3
= x2 + 5x + 3
Cara 2 dengan skema

Contoh soal yang lain lagi yakni hasil dari perkalian (2x + 3)(x2 + 2x – 5) yakni:
Cara 1 dengan sifat distributif
(2x + 3)(x2 + 2x – 5)
= 2x(x2 + 2x – 5) + 3(x2 + 2x – 5)
= 4x3 + 4x2 – 10x + 3x2 + 6x – 15
= 4x3 + 7x2 – 4x – 15
Cara 2 dengan skema

Contoh Soal 1
Jabarkan bentuk perkalian berikut!
a. (2x – 3) (x + 5)
b. (3x – y) (x + y)
c. (5m – 1) (m + 4)
d. (2p + q) (p – 4q)
e. (a – 4) (2a + 3)
Penyelesaian:
a. Dengan menggunakan cara distributif
(2x – 3) (x + 5)
= 2x (x + 5) – (x + 5)
= 2x (x) + 2x(5) – x – 5
= 2x2 + 10x – x – 5
= 2x2 + 9x – 5
b. Dengan menggunakan cara distributif
(3x – y) (x + y)
= 3x(x + y) – y(x + y)
= 3x2 + 3xy – yx – y2
= 3x2 + 2xy – y2
c. Dengan menggunakan cara distributif
(5m – 1) (m + 4)
= 5m(m + 4) – 1(m + 4)
= 5m2 +4m – m – 4
= 5m2 + 3m – 4
d. Dengan menggunakan cara distributif
(2p + q) (p – 4q)
= 2p(p – 4q) + q(p – 4q)
= 2p2 – 8pq + qp – 4q2
= 2p2 – 7pq – 4q2
e. Dengan menggunakan cara distributif
(a – 4) (2a + 3)
= a(2a + 3) – 4(2a + 3)
= 2a2 +3a – 8a – 12
= 2a2 – 5a – 12
Contoh Soal 2
Jabarkan bentuk perkalian berikut
a. (2x + 3) (x – 4)
b. (a + 3b) (a – 5b)
c. (5m – 1) (2m + 4)
d. (a – 3) (a2 + 4a + 5)
e. (x + y) (3x2 + xy + 2y2)
Penyelesaian:
a. Dengan menggunakan cara distributif
(2x + 3) (x – 4)
= 2x(x – 4) + 3(x – 4)
= 2x2 – 8x + 3x – 12
= 2x2 – 5x – 12
b. Dengan menggunakan cara distributif
(a + 3b) (a – 5b)
= a(a – 5b) + 3b(a – 5b)
= a2 – 5ab + 3ab – 15b2
= a2 – 2ab – 15b2
c. Dengan menggunakan cara distributif
(5m – 1) (2m + 4)
= 5m(2m + 4) – 1(2m + 4)
= 10m2 +20m – 2m – 4
= 10m2 + 18m – 4
d. Dengan menggunakan cara distributif
(a – 3) (a2 + 4a + 5)
= a(a2 + 4a + 5) – 3(a2 + 4a + 5)
= a3 + 4a2 +5a – 3a2 – 12a – 15
= a3 + a2 – 7a – 15
e. Dengan menggunakan cara distributif
(x + y) (3x2 + xy + 2y2)
= x(3x2 + xy + 2y2) + y(3x2 + xy + 2y2)
= 3x3 +x2y + 2xy2 + 3x2y + xy2 + 2y3
= 3x3 + 4x2y + 3xy2 + 2y3
Contoh Soal 3
Tentukan hasil perkalian berikut
a. ab(a + 2b – c)
b. 5xy(x – 3y + 5)
c. 2xy(x – 3y)
d. 5a(3ab – 2ac)
e. 3y(4xy – 4yz)
Penyelesaian:
a. ab(a + 2b – c) = a2b + 2ab2 – abc
b. 5xy(x – 3y + 5) = 5x2y – 15xy2 + 25xy
c. 2xy(x – 3y) = 2x2y – 6xy2
d. 5a(3ab – 2ac) = 15a2b – 10a2c
e. 3y(4xy – 4yz) = 12xy2 – 12y2z
G. Pembagian bentuk aljabar
Suatu bilangan a dapat diubah menjadi a = p x qdengan a, p, q bilangan bulat
maka p dan q disebutfaktor-faktor dari a. Hal tersebut berlaku pula pada bentuk aljabar.
Perhatikan uraian berikut.
3x3yz2 = 3. x3 . y . z2
x2y3z = x2.y3.z
Pada bentuk aljabar di atas, 3, x3, y, dan z2 adalah faktor-faktor dari 3x3yz2, sedangkan x2, y3,
dan zadalah faktor-faktor dari bentuk aljabar x2y3z. Faktor sekutu (faktor yang sama)
dari 3x3yz2 dan x2y3zadalah x2, y, dan z, sehingga diperoleh
3x3yz2/ x2y3z = x2yz (3xz)/ x2yz (y2) = 3xz/y2
Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa jika dua bentuk aljabar memiliki faktor
sekutu yang sama maka hasil bagi kedua bentuk aljabar tersebut dapat ditulis dalam bentuk yang
lebih sederhana. Dengan demikian, pada operasi pembagian bentuk aljabar Anda harus
menentukan terlebih dahulu faktor sekutu kedua bentuk aljabar tersebut, kemudian baru
dilakukan pembagian. Untuk memantapkan pemahaman anda tentang pembagian dalam bentuk
aljabar silahkan perhatikan contoh soal berikut ini.
Contoh Soal
Tentukan hasil pembagian dari bentuk aljabar berikut ini.
1. 6xy : 2y
2. 10a2b4c3 : 2abc
3. p4q6r5 : pq2r3
4. 6x3y7 : 2xy : 3y
5. 18a3b5c6 : 2ab2 : 3a2c2
6. 20a4b5c7 : (4a2b2c3 : 2abc)
7. 21p4q5r3 : (8p2qr3 : 2pqr)
8. 3x2y × 2yz2 : xyz
9. 30x6y9 : (5x4y2 × 2xy3)
10. 32x4yz6 : 2xyz × 4xy2z3
Penyelesaian:
1. Faktor sekutu (faktor yang sama) dari 6xy dan 2y adalah 2, dan y, sehingga diperoleh:
6xy : 2y = 2y(3x)/2y(1) = 3x
2. Faktor sekutu (faktor yang sama) dari 10a2b4c3 dan 2abc adalah 2, a, b dan c, sehingga
diperoleh:
10a2b4c3 : 2abc
= 10a2b4c3/2abc
= 2abc (5ab3c2)/2abc
= 5ab3c2
3. Faktor sekutu (faktor yang sama) dari p4q6r5 dan pq2r3 adalah p, q2, dan r3, sehingga diperoleh:
p4q6r5 : pq2r3
= p4q6r5/pq2r3
= pq2r3 (p3q4r2)/pq2r3
= p3q4r2
4. Kerjakan terlebih dahulu 6x3y7 : 2xy, faktor sekutu (faktor yang sama) dari 6x3y7 dan 2xy
adalah 2, x, dan y, sehingga diperoleh
6x3y7 : 2xy
= 2xy (3x2y6)/2xy
= 3x2y6
kemudian hasil 3x2y6 dibagi dengan 3y, faktor sekutu (faktor yang sama) dari 3x2y6 dan 3y adalah
3 dan y, sehingga diperoleh:
3x2y6/3y = 3y(x2y5)/3y = x2y5
Jadi 6x3y7 : 2xy : 3y = x2y5
5. Kerjakan terlebih dahulu 18a3b5c6 : 2ab2, faktor sekutu (faktor yang sama) dari 18a3b5c6 dan
2ab2adalah 2, a, dan b2, sehingga diperoleh
18a3b5c6 : 2ab2
= 2ab2(9a2b3c6)/ 2ab2
= 9a2b3c6
kemudian hasil 9a2b3c6 dibagi dengan 3a2c2, faktor sekutu (faktor yang sama) dari 9a2b3c6 dan
3a2c2adalah 3, a2 dan c2, sehingga diperoleh:
9a2b3c6: 3a2c2
= 3a2c2(3b3c4)/3a2c2
= 3b3c4
Jadi 18a3b5c6 : 2ab2 : 3a2c2 = 3b3c4
6. Kerjakan terlebih dahulu yang ada di dalam kurung yaitu (4a2b2c3 : 2abc), faktor sekutu (faktor
yang sama) dari 4a2b2c3 dan 2abc adalah 2, a, b, dan c, sehingga diperoleh
4a2b2c3 : 2abc
= 2abc (2abc2)/ 2abc
= 2abc2
kemudian 20a4b5c7 dibagi dengan hasil 2abc2, faktor sekutu (faktor yang sama) dari 20a4b5c7 dan
2abc2adalah 2, a, b, dan c2, sehingga diperoleh:
20a4b5c7 : 2abc2
= 2abc2 (10a3b4c5)/ 2abc2
= 10a3b4c5
Jadi 20a4b5c7 : (4a2b2c3 : 2abc) = 10a3b4c5
7. Kerjakan terlebih dahulu yang ada di dalam kurung yaitu (8p2qr3 : 2pqr), faktor sekutu (faktor
yang sama) dari 8p2qr3 dan 2pqr adalah 2, p, q, dan r, sehingga diperoleh
8p2qr3 : 2pqr
= 2pqr (4pr2)/ 2pqr
= 4pr2
kemudian 21p4q5r3 dibagi dengan hasil 4pr2, faktor sekutu (faktor yang sama) dari 21p4q5r3 dan
4pr2adalah p, dan r2, sehingga diperoleh:
21p4q5r3 : 4pr2
= pr2 (21p3q5r)/ pr2(4)
= 21p3q5r/4
Jadi 21p4q5r3 : (8p2qr3 : 2pqr) = 21p3q5r/4
8. Sama seperti soal-soal sebelumnya hanya saja Anda bisa memilih yang mana anda kerjakan
terlebih dahulu (saya pilih pembagian terlebih dahulu),
3x2y × (2yz2 : xyz)
= 3x2y × (2z/x)
= 3xy/2z
9. Sama seperti soal-soal sebelumnya hanya saja Anda bisa memilih yang mana anda kerjakan
terlebih dahulu (saya pilih yang di dalam kurung terlebih dahulu),
30x6y9 : (5x4y2 × 2xy3)
= 30x6y9 : 10x5y5
= 3xy4
10. Sama seperti soal-soal sebelumnya hanya saja Anda bisa memilih yang mana anda kerjakan
terlebih dahulu (saya pilih pembagian terlebih dahulu)
(32x4yz6 : 2xyz) × 4xy2z3
= 16x3z5 × 4xy2z3
= 64x4y2z8
H.Pemfaktoran aljabar dalam bentuk ax + bx – cx
Proses menyatakan bentuk penjumlahan menjadi suatu bentuk perkalian faktor-faktornya disebut
pemfaktoran atau faktorisasi. Pemfaktoran atau faktorisasi bentuk aljabar adalah menyatakan
bentuk penjumlahan menjadi suatu bentuk perkalian dari bentuk aljabar tersebut.
Sekarang, Mafia Online akan membahas faktorisasi bentuk ax + ay + az + … dan ax + bx – cx.
Bentuk aljabar yang terdiri atas dua suku atau lebih dan memiliki faktor sekutu dapat difaktorkan
dengan menggunakan sifat distributif, seperti berikut ini.
ax + ay + az + … = a(x + y + z + …)
ax + bx – cx = x(a + b – c)
Contoh Soal
Faktorkanlah bentuk-bentuk aljabar berikut.
1. 3x – 3y
2. 2x + 6
3. ab + bc
4. x3 + xy2
5. 8pq + 24pqr
4. ap2 + 2ap
5. 4x2y – 6xy3
6. 15x2 – 18xy + 9xz
Penyelesaian:
1. 3x – 3y = 3(x – y)
2. 2x + 6 = 2(x + 3)
3. ab + bc = a(b + c)
4. x3 + xy2 = x (x2 + y2)
5. 8pq + 24pqr = 8pq(1 + 3r)
4. ap2 + 2ap = ap(p+2)
5. 4x2y – 6xy3 = 2xy(2x – 3y2)
6. 15x2 – 18xy + 9xz = 3x(5x – 6y + 3z)
I. Pemfaktoran aljabar selisih dua kuadrat
Bentuk aljabar yang terdiri atas dua suku dan merupakan selisih dua kuadrat dapat dijabarkan
sebagai berikut.
x2 – y2
= x2 + (xy – xy) – y2
= (x2 + xy) – (xy + y2)
= x (x +y) – y(x + y)
= (x + y)(x – y)
Dengan demikian, bentuk selisih dua kuadrat x2 – y2dapat dinyatakan sebagai berikut.
x2 – y2 = (x + y)(x – y)
Contoh Soal
Faktorkanlah bentuk-bentuk aljabar berikut
1. 3p2 – 12
2. x2 – 25
3. 64a2 – 9
4. 9m2 – 16
5. 8a2 – 2b2
6. 1 – x2
7. 25p2 – 16q2
8. 49 – p2
9. 36x2 – 81y2
10. 9x2 – 16
11. 81p2 – 100q2
Penyelesaian:
1. 3p2 – 12
= 3(p2 – 4)
= 3 (p – 2)(p + 2)
2. x2 – 25
= x2 – (5)2
= (x + 5)(x – 5)
3. 64a2 – 9
= (8a)2 – (3)2
= (8a + 3)(8a – 3)
4. 9m2 – 16
= (3m)2 – (4)2
= (3m + 4)(3m – 4)
5. 8a2 – 2b2
= 2((8a)2 – b2)
= 2(8a + b)( 8a – b)
6. 1 – x2
= (1 + x)( 1 – x)
7. 25p2 – 16q2
= (5p)2 – (4q)2
= (5p + 4q)(5p – 4q)
8. 49 – p2
= 72 – p2
= (7 + p)(7 – p)
9. 36x2 – 81y2
= (6x)2 – (9y)2
= (6x + 9y)(6x – 9y)
10. 9x2 – 16
= (3x)2 – 42
= (3x + 4)(3x – 4)
11. 81p2 – 100q2
= (9p)2 – (10q)2
= (9p + 10q)(9p – 10q)

Anda mungkin juga menyukai