Jurnal Hukum Acara Tun

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN ASAS ERGA OMNES DAN KEPASTIAN HUKUM DALAM

MENDUKUNG EKSISTENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DI INDONESIA


UNTUK MEWUJUDKAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG BAIK

Ni Putu Nanda Shinta Dewi

Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Pendidikan Nasional Denpasar

Email: nandashinta05@gmail.com

Abstrak

The state administrative court is a law enforcement agency that tries justice
seekers in state administrative disputes. To fully understand procedural law in state
administrative courts, you must master the basic principles of procedural law. The
principle of Erga Omnes in the context of court decisions is that court decisions bind all
parties, both parties to the dispute and parties outside the dispute. The existence of the
State Administrative Court in Indonesia plays an important role in realizing good
governance of the government system and providing legal protection to the community.
The principle of legal certainty in the 1999 Anti-Contract Law is "a principle in a legal
state that prioritizes legal foundations, honesty and justice in all state administration
policies". The research method used is literature study with reference to legal
regulations governing state administrative courts and related documents.

Keyword: Erga Omnes Principle, Legal Certainty Principle, The State of Administrative
Court

Abstrak

Pengadilan tata usaha negara merupakan lembaga penegak hukum yang


mengadili para pencari keadilan dalam sengketa tata usaha negara. Untuk memahami
hukum acara di peradilan tata usaha negara secara utuh, maka harus menguasai asas-
asas dasar hukum acara. Asas Erga Omnes dalam konteks putusan pengadilan adalah
putusan pengadilan mengikat semua pihak, baik pihak yang bersengketa maupun pihak
luar yang bersengketa. Keberadaan Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia
berperan penting dalam mewujudkan tata kelola sistem pemerintahan yang baik dan
memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat. Asas kepastian hukum dalam
UU Anti Kontrak tahun 1999 adalah “asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan hukum, kejujuran dan keadilan dalam segala kebijakan penyelenggara
negara”. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dengan mengacu
pada peraturan hukum yang mengatur tentang peradilan tata usaha negara dan
dokumen-dokumen terkait.

Kata Kunci : Asas Erga Omnes, Asas Kepastian Hukum, Peradilan Tata usaha negara

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara hukum negara hukum formal harus memenuhi


disebutkan dalam UUD 1945 yaitu 4 (empat) unsur penting, yaitu:
“Negara Indonesia adalah negara a) Adanya perlindungan terhadap hak
hukum.” Indonesia adalah model negara asasi manusia
hukum berdasarkan Pancas yang b) Adanya pemisahan/pembagian
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan kekuasaan
yang aman, tenteram, aman, sejahtera, c) Setiap tindakan pemerintah harus
dan tertib, dimana setiap orang didasarkan pada peraturan
mempunyai status hukum warganya perundang-undangan yang berlaku
terjamin sampai di tempat tujuan d) Adanya Peradilan Tata usaha
keselarasan, keseimbangan dan negara.
keselarasan antara kepentingan individu
Merujuk pada pendapat Stahl,
dan kepentingan kelompok
hal ini berkaitan dalam
(masyarakat). Menurut F.J. Stahl suatu
perkembangan hukum
ketatanegaraan Indonesia
pembentukan Undang-Undang menyelaraskan dan
Peradilan Tata usaha Negara menyetarakan hubungan antara
diwujudkan setelah lahirnya UUD warga negara dengan badan
1945. Pasal 24 mengatur, ayat atau pejabat TATA USAHA
(1) Kekuasaan Kehakiman NEGARA yang ada di Indonesia.2
merupakan suatu badan hukum
Untuk dapat memahami
yang bersifat mandiri yang
hukum acara di peradilan tata
memberikan hak untuk
usaha negara dengan baik, maka
melaksanakannya hukum dan
haruslah dikuasai asas-asas
keadilan; ayat (2) Kekuasaan
utama dalam hukum acara. Paul
Kehakiman dilaksanakan
Scholten sebagaimana dikutip
Mahkamah Agung dan lembaga
oleh Bruggink mendefinisikan
peradilan yang berada di
Asas-asas Hukum
bawahnya dalam lingkungan
(Rechtsbeginselen) sebagai
peradilan umum, lingkungan
pemikiran dasar yang terkandung
peradilan agama, lingkungan
di dalam dan di balik suatu
peradilan militer, lingkungan
sistem hukum yang terkandung
peradilan tata usaha negara, dan
dalam perundang-undangan dan
Mahkamah Konstitusi. 1
putusan hakim.3
Terbentuknya lembaga
Menciptakan atau
Peradilan Tata usaha negara
mewujudkan sistem
merupakan bukti bahwa negara
pemerintahan yang baik dan
Indonesia adalah negara hukum
aman diperlukan sebuah
yang demokratis yang
lembaga dengan memiliki bentuk
mengutamakan hak-hak warga
peradilan yang dapat mengontrol
negara. Peradilan Tata usaha
adminstrasi pemerintah tersebut
negara dibentuk dengan tujuan
yaitu Peradilan Tata usaha
untuk menyeimbangkan,
1
Dr. Haposan Siallagan, S.H., M.H. Kasman Siburian, S.H., M.H. Fernando Z. Tampubolon, S.H., M.H, Pengantar
Hukum Indonesia, Cet. Ke-1,: Lembaga Pemberdayaan Media dan Komunikasi (LAPiK): Jakarta, 2019, hlmn. 2.
2
Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179
3
J.J. H. Bruggink, Refleksi tentang Hukum, diterjemahkan Arief Sidharta, ed. 2. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.
hlm. 119-120.
negara.4 Peradilan Tata usaha C. Metodelogi
negara dibentuk dengan
Pada jurnal ini, penulis
bertujuan untuk menciptakan tata
menggunakan jenis metode
kehidupan bangsa dan negara
normatif, dengan metode
yang aman, damai, baik, dan
pendekatan perundang-
teratur atau sistematis dalam
undangan dan studi literatur.
hukum yang menjamin
Sumber hukum primer yang
terpenuhinya hubungan
digunakan berupa peraturan
keserasian, keseimbangan, serta
perundang-undangan terkait
keselarasan antara Peradilan
dengan hukum acara peradilan
Tata usaha negara dan warga
tata usaha negara yaitu Undang-
dalam bernegara.5
Undang No. 5 Tahun 1986
B. Rumusan Masalah Tentang Peradilan Tata usaha
negara sebagaimana terakhir
Berdasarkan uraian di atas
diubah dengan Undang-Undang
dapat ditarik suatu rumusan
No. 51 Tahun 2009 Tentang
masalah yaitu :
Perubahan Kedua atas Undang-
1. Bagaimana penerapan asas Undang No. 5 Tahun 1986
putusan pengadilan bersifat Erga Tentang Peradilan Tata usaha
Omnes dalam menyelesaikan negara (UU PERATATA USAHA
sengketa Tata usaha negara di NEGARA), dan peraturan
Peradilan Tata usaha negara? perundang-undangan lain.
2. Bagaimana implementasi asas Kemudian penelitian ini juga
kepastian hukum dalam menggunakan sumber hukum
mendukung eksistensi atau sekunder berupa literatur seputar
keberadaan dari Peradilan Tata asas-asas hukum acara di
usaha negara di Indonesia untuk peradilan tata usaha negara
mewujudkan sistem sehingga masih relevan
pemerintahan yang baik?
4
Undang-undang Dasar Republlik Indonesia Nomor 5 tahun 1986, Peradilan Tata usaha negara
5
Undang-undang Dasar Republlik Indonesia Nomor. 41, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata usaha negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 Tentang
Jalan, 2003.1 (1999), 1–5
digunakan untuk mengkaji berkekuatan hukum tetap, maka
Rumusan Masalah dalam atasan pejabat wajib
penelitian. memerintahkan Tergugat untuk
menjalankannya, dan
menjatuhkan sanksi administratif
HASIL DAN PEMBAHASAN sesuai ketentuan perundang-

A. Asas Erga Omnes Dalam undangan yang berlaku meski

Penyelesaian Sengketa Tata usaha pun ia bukan pihak dalam

negara sengketa.7

Secara harafiah Erga Omnes Oleh karena itu dalam perkara


berarti mengikat bagi semua. perdata seluruh pihak yang terkait

Artinya dalam konteks putusan dalam suatu sengketa harus dijadikan

pengadilan adalah Putusan subjek dalam sengketa, jika pihak tidak

Pengadilan bersifat mengikat lengkap maka gugatan yang diajukan

bagi semua pihak baik pihak menjadi kurang pihak (plurium litis

yang bersengketa mau pun di consortium). Berbeda dengan perkara

luar pihak yang bersengketa.6 Hal perdata, dalam sengketa TATA USAHA

ini berbeda dengan asas dalam NEGARA adanya pihak ketiga dalam

peradilan perdata yakni putusan perkara yang sedang berjalan tidaklah

hanya mengikat bagi pihak yang menjadi kewajiban namun pihak ketiga

bersengketa (inter-partes). tetap diberi ruang untuk bergabung


dalam perkara yang sedang berjalan.
Asas Erga Omnes ini juga
Hakikat asas Erga Omnes pada
terkait dengan pelaksanaan
putusan MK adalah semua orang wajib
putusan pengadilan. Dalam hal
menerima bahwa Mahkamah Konstitusi
pihak Tergugat yakni Pejabat
merupakan lembaga peradilan tingkat
atau Badan TATA USAHA
pertama dan terakhir yang putusannya
NEGARA tidak menaati dan
bersifat final, maka tidak ada upaya
menjalankan putusan yang telah
6
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata usaha negara: Buku II Beracara di
Pengadilan Tata usaha negara., Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004, hlm. 128.
7
Jurnal Hukum, Asas-asas Hukum Utama Dalam Hukum Acara Peradilan Tata usaha negara: Volume 5 Nomor 1
Hal: 50
hukum lain yang dapat ditempuh. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 4
Artinya, MK sebagai peradilan pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo
tingkat pertama dan terakhir Undang-Undang No. 9 Tahun 2004
menimbulkan konsekuensi bahwa tidak tentang Peradilan Tata usaha negara,
ada mekanisme hukum di peradilan lain sengketa TATA USAHA NEGARA adalah
yang dapat membanding atau sengketa yang timbul antara orang atau
mengoreksi putusan tersebut, oleh Badan Hukum perdata baik di pusat
sebab itu bukan hanya para pihak saja maupun di daerah, sebagai akibat
yang terikat oleh putusan MK tersebut dikeluarkan Keputusan Tata usaha
melainkan semua orang. negara, termasuk sengketa
Badan yudisial sebagai interpreter kepegawaian berdasarkan peraturan
konstitusi terdepan dalam menentukan perundang-undangan yang berlaku.9
makna konstitusi secara monopolistik Penyelesaian sengketa Tata usaha
sebagai dasar tindakan pemerintah di negara sebagai akibat terjadinya
masa depan, dan badan-badan benturan kepentingan antara
pemerintahan yang lainnya harus tata pemerintah (Badan/Pejabat TATA
usaha negaraduk pada interpretasinya. USAHA NEGARA) dengan seseorang/
Hal ini dikenal dengan sebutan Judicial Badan Hukum Perdata tersebut, ada
supremacy, yakni presepsi badan kalanya dapat diselesaikan secara
yudisial dalam memposisikan diri damai melalui musyawarah dan
terhadap badan-badan pemerintahan mufakat, akan tetapi ada kalanya pula
lain dalam melakukan interpretasi berkembang menjadi sengketa hukum
konstitusi. Maka, pada hakikatnya yang memerlukan penyelsaian lewat
putusan Mahkamah Konstitusi bersifat pengadilan.10
Supreme, dimana putusan MK memiliki Sebagai Negara yang berdasarkan
kekuatan hukum tetap dan Erga Omnes, atas hukum (rechtstaat), maka
sehingga tidak dapat diintervensi dari timbulnya suatu sengketa Tata usaha
badan pemerintahan yang lain.8 negara tersebut, bukanlah hal yang
8
Cristiana, Edelweisia, Jurnal Ilmu Hukum: ERGA OMNES DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
MENYELESAIKAN PERSELISIHAN HASIL PEMILUKADA (STUDI TERHADAP PUTUSAN MK NOMOR
135/PHP.BUP-XIX/2021): Volume 5 Nomor 2 Hal: 163.
9
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata usaha negara.
10
Abdullah,S.H.,M.Si, Ujang, Jurnal Ilmu Hukum: Upaya Administrasi Dalam Peradilan Tata usaha negara: Volume 1
Nomor 1 Hal: 1-2.
harus dianggap sebagai hambatan tidak terbatashanya para pihak yang
pmerintah (Badan/Pejabat TATA USAHA bersengketa. Dalam hal ini, tampaknya
NEGARA) dalam melaksanakan tugas Pasal 83 Undang-undang Nomor 5
dibidang urusan pemerintah, melainkan Tahun 1986 tentang Intervensi
harus dipandang sebagai:
1. Dari sudut pandang warga
masyarakat, adalah merupakan
pengejawantahan asas Negara hukum
bahwa setiap warga Negara dijamin
hak-haknya menurut hukum, dan segala
penyelesaian sengketa harus dapat
diselesaikan secara hukum pula
2. Dari sudut pandang
Badan/Pejabat TATA USAHA NEGARA,
adalah sarana atau forum untuk menguji
apakah Keputusan Tata usaha negara
yang diterbitkannya telah memenuhi
asas-asas hukum dan keadilan melalui
sarana hukum menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena itu lahirnya suatu
sengketa Tata usaha negara bukanlah
suatu hal yang luar biasa, melainkan
suatu hal yang harus diselesaikan dan
dicari jalan penyelesaiannya melalui
sarana yang disediakan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sengketa Tata usaha negara adalah
sengketa hukum publik. Dengan
demikian, putusan pengadilan Tata
usaha negara berlaku bagi siapa saja,
dirasakan agak bertentangan dengan ASN 2014. Adapun penjelasannya
asas erga omnes.11 adalah sebagai berikut:
Rozali Abddullah12 berpendapat, 1. Asas kepastian hukum menurut UU
sengketa Tata usaha Negara adalah P Tata Usaha Negara 2004 mengacu
sengketa tentang sah tidaknya suatu kepada penjelasan asas kepastian
Keputusan Tata usaha negara yang hukum menurut UU Anti KKN 1999.
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat 2. Asas kepastian hukum menurut UU
Tata usaha negara. Berdasarkan hal ini Anti KKN 1999 adalah “asas dalam
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: negara hukum yang mengutamakan
- Yang dapat digugat dihadapan landasan peraturan perundang–
Peradilan Tata usaha negara undangan, kepatutan, dan keadilan
hanyalah Badan atau Pejabata Tata dalam setiap kebijakan
usaha negara Penyelenggara Negara”.
- Sengketa yang dapat diadili oleh 3. Asas kepastian hukum menurut UU
Peradilan Tata usaha negara adalah AP 2014 adalah “asas dalam negara
sengketa suatu Keputusan Tata hukum yang mengutamakan
usaha negara, bukan sengketa landasan ketentuan peraturan
mengenai kepentingan pihak. perundang– undangan, kepatutan,
keajegan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggaraan
B. Implementasi Asas Kepastian pemerintahan”. Pengertian ini hampir
Hukum sama dengan yang ada dalam UU
Berdasarkan prinsip Asas Umum Anti KKN 1999, hanya saja
Pemerintahan Baik menurut 7 (tujuh) ditambahkan kata “keajegan”.
undang-undang (UU), asas kepastian 4. Asas kepastian hukum menurut UU
hukum hanya disebut di dalam 6 (enam) Pemda 2014 adalah “asas dalam
UU, yaitu, UU PTATA USAHA NEGARA negara hukum yang mengutamakan
2004, UU Anti KKN 1999, UU AP 2014, landasan ketentuan peraturan
UU Pemda 2014, UU PB 2009, dan UU perundang– undangan dan keadilan

11
Ali Abdullah, Op.Cit, hlm. 15.
12
Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata usaha negara, PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta, Cet. Ke-13, 2016,
hlm. 5
dalam setiap kebijakan asas negara hukum yang
penyelenggara negara”. Pengertian mengutamakan unsur-unsur sebagai
ini sama persis dengan yang berikut:
terdapat dalam UU Anti KKN 1999. 1. Landasan peraturan perundang-
5. Asas Kepastian hukum menurut UU undangan
PB 2009 adalah “jaminan 2. Kepatutan, keajekan, dan
terwujudnya hak dan kewajiban keadilan
dalam penyelenggaraan pelayanan”. 3. Kebijakan Penyelenggara
Pengertian asas kepastian hukum Negara/Penyelenggara
menurut UU PB 2009, berbeda Pemerintahan
dengan keempat UU sebelumnya,
Sedangkan UU PB 2009
yaitu kepastian hukum lebih
mendefinisikan asas kepastian
ditekankan pada terwujudnya hak
hukum dengan unsur–unsur
dan kewajiban warga negara dalam
sebagai berikut:
penyelenggaraan pelayanan publik.
6. Asas kepastian hukum menurut UU 1. Terwujudnya hak dan kewajiban

ASN 2014 adalah “dalam setiap 2. Dalam penyelenggaraan

penyelenggaraan kebijakan dan pelayanan

Manajemen ASN, mengutamakan UU ASN 2014 mendefinisikan


landasan peraturan perundang- asas kepastian hukum dengan
undangan, kepatutan, dan unsur-unsur sebagai berikut pada
13
keadilan. setiap penyelenggaraan
Berdasarkan penjelasan tersebut, kebijakan dan Manajemen ASN:
UU P TATA USAHA NEGARA 2004, UU
1. Mengutamakan landasan
Anti KKN 1999, UU AP 2014, dan UU
peraturan perundang-undangan
Pemda 2014 memiliki unsur-unsur yang
2. Mengutamakan kepatutan dan
hampir sama dalam mendefinisikan
keadilan
asas kepastian hukum, yaitu yang
Penggunaan Asas Kepastian Hukum
dimaksud asas kepastian hukum adalah
dalam Asas Umum Pemerintahan Baik
13
Cekli Setya Pratiwi; Shinta Ayu Purnamawati; Fauzi; Christina Yulita Purbawati: Penjelasan Hukum Asas-Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik, Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan (LeIP): Jakarta, Hal 78-
79.
menjadi salah satu alat uji bagi Hakim karena putusan Hakim merupakan
dalam memutus perkara tata usaha hukum yang sebenarnya, konkret dan
negara, maka Putusan Hakim bukan langsung mengikat. Hakekat hukum
sekedar pernyataan Hakim tanpa yang sebenarnya adalah Putusan
makna,14 tetapi putusan Hakim adalah Hakim yang menjamin kepastian hukum
jaminan kepastian hukum terhadap yang adil. Putusan hakim bukan
ketidakseimbangan hak dan kewajiban sekedar pernyataan tertulis dari sebuah
yang disebabkan oleh peristiwa hukum dokumen hukum, tetapi Putusan Hakim
tertentu. Putusan Hakim juga bukan merupakan pengakhiran dari semua
hanya sekedar serangkaian tulisan proses hukum, maka harus dan wajib
sebagai hasil proses persidangan yang menjamin kepastian hukum yang adil.
diucapkan oleh Hakim dalam Kepastian hukum yang adil menjadi
persidangan di pengadilan.15 kunci akhir dari hakikat Putusan Hakim
Putusan Hakim merupakan hasil dari itu sendiri. Kepastian hukum yang adil
proses hukum di pengadilan, yang harus dan wajib menjadi ruh dari
merupakan kesimpulan dari pembuktian Putusan Hakim. Putusan Hakim adalah
dengan pertimbangan hukum dan hakikat hukum yang sebenarnya
alasan yang kuat, dalam rangka (ontologi), sebagai metode untuk
mengakhiri suatu perkara untuk menegakkan hukum dan keadilan
menjamin kepastian hukum yang adil.16 (epistemologi), guna menyelenggarakan
Putusan Hakim harus dan wajib Kekuasaan Kehakiman yang merdeka
menjamin kepastian hukum yang adil

14
Pasal 1 butir (11) KUHAP menentukan bahwa “putusan pengadilan adalah pernyataan Hakim yang diucapkan
dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tata usaha
negaratutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang”.
15
Mukti Arto menyatakan “Putusan Hakim adalah pernyataan Hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan
diucapkan oleh Hakim dalam sidang terbuka untuk umum, sebagai hasil dari pemeriksaan perkara”. Lihat Ali Mukti
Arto. 2011. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Yogyakarta. Pustaka Pelajar, hlm. 251.
16
Andi Hamzah menyatakan bahwa Putusan Hakim adalah “hasil atau kesimpulan dari suatu perkara yang telah
dipertimbangkan dengan masak–masak yang dapat berbentuk tulisan maupun lisan”. Sudikno Mertokusumo
menyatakan bahwa Putusan Hakim adalah “suatu pernyataan oleh Hakim sebagai pejabat negara yang diberi
wewenang untuk itu dan diucapkan di dalam persidangan yang terbuka untuk umum dengan tujuan untuk
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara pihak yang berperkara”. Bagir Manan menyatakan bahwa
Putusan Hakim adalah “suatu kesimpulan akhir yang diambil oleh Majelis Hakim yang diberi wewenang untuk itu
dalam menyelesaikan atau mengakhiri suatu sengketa antara pihak– pihak yang berperkara dan diucapkan dalam
siding terbuka untuk umum”. Lihat: http://www. negarahukum.com/hukum/putusan–pengadilan.html, akses
tanggal 16/06/2013.
dalam negara hukum Indonesia memberikan makna asas kepastian
(aksiologi). hukum sebagai asas yang
Contoh penerapan Asas Umum mengutamakan landasan hukum yang
Pemerintahan Baik asas kepastian didasari oleh kepatutan dan keadilan,
hukum adalah Putusan No. tetapi dalam perkara ini Majelis Hakim
121/G/121/PTATA USAHA NEGARA- memperluas maknanya sebagai
BDG antara Penggugat (Penyewa tanah “pengakuan atas hak seseorang” dan
bengkok) dengan Sekda Kabupaten “tidak memaksakan berlakunya sebuah
Indramayu mengenai dikeluarkannya asas manakala pemberlakuannya
Surat Nomor 143/1942/Otdes, 9 menimbulkan ketidakadilan di
November 2012 tentang Hak Garap masyarakat”. Pemaknaan ini hampir
Tanah Bengkok dan Titisari Desa sama dengan pengertian asas
Sukamelang, Kecamatan Kroya. SK itu kepastian hukum formil sebagaimana
dianggap telah menghilangkan hak para dikemukakan oleh Prof. Kuntjoro
Penggugat. Majelis hakim dalam Purbopranoto, maupun Philipus M.
pertimbangannya mengatakan bahwa Hadjon, di mana asas kepastian hukum
hilangnya hak para Penggugat dengan pada dasarnya menghendaki
tidak diakuinya antara masa jabatan dan dihormatinya hak seseorang yang
dengan hak pengelolaan tanah Bengkok diberikan berdasarkan Keputusan Tata
akibat SK tersebut telah menciptakan Usaha Negara oleh badan atau pejabat
ketidakpastian hukum dan merusak pemerintahan lainnya. contoh yang
tatanan hukum tata negara yang hanya serupa juga terlihat pada putusan No.
memaksakan asas hukum administrasi 04/G.TUN/2001/PTUN.YK jo
bahwa setiap tindakannya harus No.10/B/TUN/PT.TUN SBY jo. No. 373
dianggap benar tetapi mengabaikan K/TUN/2002, antara Syamsulhadi
fakta bahwa para Penggugat melawan Kepala Kantor Pertanahan
menggantata usaha negaragkan Kabupaten Sleman, atas perkara
hidupnya (ansicht) di atas tanah garap terbitnya SHM No. 927 a.n. Yulius
tersebut. Putusan ini merupakan contoh Pangaribuan yang didasari pada dua
penerapan asas kepastian hukum formil sertifikat ganda yang tidak memiliki
dari Majelis hakim di mana UU legalitas, sehingga keduanya dibatalkan
oleh Majelis Hakim. Dalam putusan ini dijadikan subjek dalam sengketa,
Majelis hakim menekankan pada asas jika pihak tidak lengkap maka
kepastian hukum sebagai “pentingnya gugatan yang diajukan menjadi
penghormatan hak seseorang yang kurang pihak (plurium litis
telah diperoleh secara benar menurut consortium). Hakikat asas Erga
UU”. Omnes pada putusan MK adalah
semua orang wajib menerima bahwa
PENUTUP Mahkamah Konstitusi merupakan
A. Kesimpulan lembaga peradilan tingkat pertama
1. Secara harafiah Erga Omnes berarti dan terakhir yang putusannya
mengikat bagi semua. Artinya dalam bersifat final, maka tidak ada upaya
konteks putusan pengadilan adalah hukum lain yang dapat ditempuh.
Putusan Pengadilan bersifat Artinya, MK sebagai peradilan pada
mengikat bagi semua pihak baik tingkat pertama dan terakhir
pihak yang bersengketa mau pun di menimbulkan konsekuensi bahwa
luar pihak yang bersengketa. Asas tidak ada mekanisme hukum di
Erga Omnes ini juga terkait dengan peradilan lain yang dapat
pelaksanaan putusan pengadilan. membanding atau mengoreksi
Dalam hal pihak Tergugat yakni putusan tersebut Menurut ketentuan
Pejabat atau Badan TUN tidak Pasal 1 angka 4 Undang-Undang
menaati dan menjalankan putusan No. 5 Tahun 1986 jo Undang-
yang telah berkekuatan hukum tetap, Undang No. 9 Tahun 2004 tentang
maka atasan pejabat wajib Peradilan Tata usaha negara,
memerintahkan Tergugat untuk sengketa TUN adalah sengketa yang
menjalankannya, dan menjatuhkan timbul antara orang atau Badan
sanksi administratif sesuai ketentuan Hukum perdata baik di pusat
perundang-undangan yang berlaku maupun di daerah, sebagai akibat
meski pun ia bukan pihak dalam dikeluarkan Keputusan Tata usaha
sengketa. Oleh karena itu dalam negara, termasuk sengketa
perkara perdata seluruh pihak yang kepegawaian berdasarkan peraturan
terkait dalam suatu sengketa harus perundang-undangan yang berlaku.
2. Penggunaan Asas Kepastian Hukum kepatutan, dan keadilan dalam
dalam Asas Umum Pemerintahan setiap kebijakan Penyelenggara
Baik menjadi salah satu alat uji bagi Negara”.
Hakim dalam memutus perkara tata 3. Asas kepastian hukum menurut
usaha negara, maka Putusan Hakim UU AP 2014 adalah “asas dalam
bukan sekedar pernyataan Hakim negara hukum yang
tanpa makna, tetapi putusan Hakim mengutamakan landasan
adalah jaminan kepastian hukum ketentuan peraturan perundang–
terhadap ketidakseimbangan hak undangan, kepatutan, keajegan,
dan kewajiban yang disebabkan oleh dan keadilan dalam setiap
peristiwa hukum tertentu. kebijakan penyelenggaraan
Berdasarkan prinsip Asas Umum pemerintahan”. Pengertian ini
Pemerintahan Baik menurut 7 (tujuh) hampir sama dengan yang ada
undang-undang (UU), asas dalam UU Anti KKN 1999, hanya
kepastian hukum hanya disebut di saja ditambahkan kata
dalam 6 (enam) UU, yaitu, UU PTUN “keajegan”.
2004, UU Anti KKN 1999, UU AP 4. Asas kepastian hukum menurut
2014, UU Pemda 2014, UU PB UU Pemda 2014 adalah “asas
2009, dan UU ASN 2014. Adapun dalam negara hukum yang
penjelasannya adalah sebagai mengutamakan landasan
berikut: ketentuan peraturan perundang–
1. Asas kepastian hukum menurut undangan dan keadilan dalam
UU PTUN 2004 mengacu kepada setiap kebijakan penyelenggara
penjelasan asas kepastian negara”. Pengertian ini sama
hukum menurut UU Anti KKN persis dengan yang terdapat
1999. dalam UU Anti KKN 1999.
2. Asas kepastian hukum menurut 5. Asas Kepastian hukum menurut
UU Anti KKN 1999 adalah “asas UU PB 2009 adalah “jaminan
dalam negara hukum yang terwujudnya hak dan kewajiban
mengutamakan landasan dalam penyelenggaraan
peraturan perundang– undangan, pelayanan”. Pengertian asas
kepastian hukum menurut UU PB pengelolaan tanah Bengkok akibat SK
2009, berbeda dengan keempat tersebut telah menciptakan
UU sebelumnya, yaitu kepastian ketidakpastian hukum dan merusak
hukum lebih ditekankan pada tatanan hukum tata negara yang hanya
terwujudnya hak dan kewajiban memaksakan asas hukum administrasi
warga negara dalam bahwa setiap tindakannya harus
penyelenggaraan pelayanan dianggap benar tetapi mengabaikan
publik. fakta bahwa para Penggugat
6. Asas kepastian hukum menurut menggantata usaha negaragkan
UU ASN 2014 adalah “dalam hidupnya (ansicht) di atas tanah garap
setiap penyelenggaraan tersebut.
kebijakan dan Manajemen ASN,
B. Saran
mengutamakan landasan
Dalam membuat putusan pengadilan,
peraturan perundang-undangan,
khususnya perkara Tata usaha negara
kepatutan, dan keadilan.
hendaknya hakim dipastikan memiliki
Contoh penerapan Asas Umum kemampuan untuk merumuskan fakta-
Pemerintahan Baik asas kepastian fakta hukum dan pertimbangan-
hukum adalah Putusan No. pertimbangan hukum, sehingga
121/G/121/PTUN-BDG antara menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
Penggugat (Penyewa tanah bengkok) yang tepat sehingga putusan-putusan
dengan Sekda Kabupaten Indramayu yang dihasilkan benar-benar
mengenai dikeluarkannya Surat Nomor berkualitas, memenuhi aspek kepastian
143/1942/Otdes, 9 November 2012 hukum, kemanfaatan dan keadilan serta
tentang Hak Garap Tanah Bengkok dan bisa menghasilkan yurisprudensi tetap
Titisari Desa Sukamelang, Kecamatan tentang Asas Umum Pemerintahan yang
Kroya. SK itu dianggap telah Baik, mengingat putusan hakim adalah
menghilangkan hak para Penggugat. mahkota peradilan serta wujud dari
Majelis hakim dalam pertimbangannya peradilan yang merdeka dan tidak
mengatakan bahwa hilangnya hak para memihak. Yurisprudensi mengenai Asas
Penggugat dengan tidak diakuinya Umum Pemerintahan yang Baik
antara masa jabatan dan dengan hak merupakan bahan rujukan penting bagi
para penegak hukum, khususnya hakim Tata Usaha Negara dalam membuat
Tata Usaha Negara, dalam memutus Keputusan Tata Usaha Negara dan atau
perkara pelanggaran Asas Umum bertindak serta sebagai sumber kajian
Pemerintahan Yang Baik, menjadi dan pembelajaran yang relevan dan
pedoman bagi Badan dan atau Pejabat bermanfaat bagi kalangan akademisi,

calon penegak hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004.
Dr. Haposan Siallagan, S.H., M.H.
Jurnal Hukum, Asas-asas Hukum
Kasman Siburian, S.H., M.H.
Utama Dalam Hukum Acara
Fernando Z. Tampubolon, S.H.,
Peradilan Tata usaha negara:
M.H, Pengantar Hukum Indonesia,
Volume 5 Nomor 1.
Cet. Ke-1,: Lembaga
Pemberdayaan Media dan Cristiana, Edelweisia, Jurnal Ilmu

Komunikasi (LAPiK): Jakarta, Hukum: ERGA OMNES DALAM

2019. PUTUSAN MAHKAMAH


KONSTITUSI MENYELESAIKAN
Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume
PERSELISIHAN HASIL
10 Nomor 2.
PEMILUKADA (STUDI TERHADAP
Bruggink, J.J. H. Refleksi tentang PUTUSAN MK NOMOR
Hukum, diterjemahkan Arief 135/PHP.BUP-XIX/2021): Volume 5
Sidharta, ed. 2. Bandung: Citra Nomor 2.
Aditya Bakti, 1999.
Abdullah,S.H.,M.Si, Ujang, Jurnal Ilmu
Indroharto, Usaha Memahami Undang- Hukum: Upaya Administrasi Dalam
Undang Tentang Peradilan Tata Peradilan Tata usaha negara:
usaha negara: Buku II Beracara di Volume 1 Nomor 1.
Pengadilan Tata usaha negara.,
Ali Abdullah, Op.Cit.

Abdullah, Rozali, Hukum Acara


Peradilan Tata usaha negara, PT.
RajaGrafindo Persada: Jakarta, Undang-undang Dasar Republlik
Cet. Ke-13, 2016. Indonesia Nomor 5 tahun 1986,
Peradilan Tata usaha negara
Pratiwi, Cekli Setya; Purnamawati,
Shinta Ayu; Fauzi; Purbawati, Undang-undang Dasar Republlik
Christina Yulita: Penjelasan Hukum Indonesia Nomor. 41, Perubahan
Asas-Asas Umum Pemerintahan Atas Undang-Undang Nomor 5
Yang Baik, Lembaga Kajian dan Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Advokasi untuk Independensi usaha negara, Peraturan
Peradilan (LeIP): Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 1985 Tentang
Arto, Mukti, menyatakan “Putusan
Jalan, 2003.1 (1999).
Hakim adalah pernyataan Hakim
yang dituangkan dalam bentuk Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo
tertulis dan diucapkan oleh Hakim Undang-Undang No. 9 Tahun 2004
dalam sidang terbuka untuk umum, tentang Peradilan Tata usaha
sebagai hasil dari pemeriksaan negara.
perkara”. Lihat Ali Mukti Arto. 2011.
Pasal 1 butir (11) KUHAP menentukan
Praktek Perkara Perdata Pada
bahwa “putusan pengadilan adalah
Pengadilan Agama. Yogyakarta.
pernyataan Hakim yang diucapkan
Pustaka Pelajar, hlm. 251.
dalam sidang pengadilan terbuka, yang
Hamzah, Andi, menyatakan bahwa dapat berupa pemidanaan atau bebas
Putusan Hakim adalah “hasil atau atau lepas dari segala tata usaha
kesimpulan dari suatu perkara negaratutan hukum dalam hal serta
yang telah dipertimbangkan menurut cara yang diatur dalam
dengan masak–masak yang dapat undang-undang”.
berbentuk tulisan maupun lisan”.
Lihat: http://www.
negarahukum.com/hukum/putusan
–pengadilan.html, akses tanggal
16/06/2013.

Anda mungkin juga menyukai