Anda di halaman 1dari 12

KIMIA UMUM

PROYEK II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Kelompok : 6
Nama anggota : 1. Henita Putri Rahayu
2. Sandra Agustin
3. Loly alfianiawati
4. Nadiva Maretha Putri
5. Sahputri

Dosen : 1. Dra. Iryani. M.Si


2. Edi Nasra, S.Si, M.Si

Asisten Dosen : 1. M. Iqbal Saputra Gemasih, S.Si


2. Fadhilatu Zikra, S.Si

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari tidak pernah terlepas dari makanan. Kita sangat
membutuhkan makanan karena makanan merupakan sumber energi bagi kita untuk
melakukan segala aktivitas dalam hidup. Oleh karena itu, kita selalu berusaha membuat
persediaan makanan yang cukup agar bisa kita konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Usaha yang biasa kita lakukan yaitu dengan mengawetkan makanan yang disimpan di
dalam lemari es/kulkas. Pernahkan anda berpikir, mengapa kita sering mengawetkan
makanan tersebut dengan menyimpannya dalam lemari es atau pada tempat yang memiliki
suhu di bawah 0ºC?
Penyimpanan makanan dalam lemari es atau freezer bertujuan agar reaksi berjalan
lambat atau bahkan berhenti. Makanan yang ditaruh di dalam lemari es mengakibatkan
reaksi pembusukan menjadi lambat sehingga makanan dapat lebih awet. Reaksi kimia dapat
dipercepat dan diperlambat dengan cara memberi perlakuan tertentu. Beberapa perlakuan
yang dapat mempengaruhi kecepatan terjadinya reaksi kimia dinamakan factor-faktor yang
berpengaruh terhadap laju reaksi.
Banyak factor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain ukuran materi, suhu,
pengadukan, tekanan gas, molaritas, katalisator, inhibitor, dan sebagainya. Dalam hal ini
akan dilakukan Praktikum berupa factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi agar
praktikum praktikan dapat lebih memahami tentang laju reaksi dan memahami faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi serta pengaruh konsentrasi dan pengaruh suhu
pada laju reaksi.

B. Rumusan Masalah Praktikum


1. Bagaimana cara konsentrasi suatu zat dapat mempengaruhi laju reaksi?
2. Bagaimana pengaruh luas permukaan suatu zat dapat mempengaruhi laju reaksi?
3. Apakah manfaat yang diberikan dari hasil reaksi tersebut?

C. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui apa saja faktor faktor yg mempengaruhi laju reaksi
2. Mengetahui prosedur kerja pengaruh konsentrasi dan pengaruh luas permukaan suatu
zat yang mempengaruhi laju reaksi
3. Mengetahui manfaat dari bahan hasil reaksi
BAB II
DASAR TEORI

Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung
per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan
tiap detik reaksi.Perkaratan besi merupakan contoh reaksi kimia yang berlangsung lambat,
sedangkan peledakan mesiu atau kembang api adalah contoh reaksi yang cepat.
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti, luas permukaan sentuh, suhu dan
konsentrasi. Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak,
sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas
permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju
reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu
semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;
sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu reaksi
yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak,
sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar.
Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin
kecil.
Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan
kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis
dapat mempercepat laju reaksi,karena dapat menimbulkan energi aktivasi. Energi aktivasi adalah
energi minimum yang harus dilampaui agar reaksi dapat berlangsung.
Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan
naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka
semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan
semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. Jadi semakin tinggi konsentrasi,
semakin cepat pula laju reaksinya (Indah Fatoni, Anis Dyah Rufaida, Narum Yuni Margono, 2015).
Laju reaksi merupakan peristiwa perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan
waktu. Laju reaksi juga dapat dinyatakan sebagai suatu laju terhadap berkurangnya konsentrasi
suatu pereaksi. Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila konsentrasi dari masing-masing
jenis adalah satu (Keenan, 1984).
Kecepatan laju reaksi yang berbanding lurus terhadap konsentrasi dengan satu atau dua
pengikut berpangkat dua akan disebutkan sesuai jumlah pangkat. Reaksi disebut bertingkat tiga
bila kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi pangkat tiga. Biasanya laju reaksi
tidak bergantung pada orde reaksi, suatu reaksi yang merupakan proses satu tahap didefinisikan
dengan berdasarkan reaksinya yaitu reaksi dasar (Petrucci, 2002).
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Normalitas
menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Molalitas menyatakan jumlah mol
zat terlarut dalam tiap 1000 g pelarut murni. Sedangkan fraksi mol menyatakan perbandingan mol
salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen (Syukri, 1999).
Berdasarkan teori tumbukan yang menyatakan bahwa sebelum terjadinya reaksi molekul
pereaksi haruslah saling bertumbukan sehingga sebagian molekul pada tumbukan ini akan
membentuk suatu molekul. Molekul yang akan mampu bersifat mengaktivasi diri secara langsung.
Molekul tersebut kemudian berubah menjadi hasil reaksi agar reaksi dapat
membentuk kompleks yang akan aktif. Walaupun demikian, molekul-molekul ini hanya akan
mempunyai energi minimum yang disebut energi aktivasi (Sukardjo, 2002).
Hukum laju reaksi merupakan suatu bentuk persamaan yang menyatakan laju reaksi sebagai
fungsi dari konsentrasi semua spesi yang ada termasuk produk-produk yang dihasilkan dalam
reaksi tersebut.Hukum laju reaksi mempunyai dua penerapan utama, yaitu penerapan teoritis yang
merupakan pemandu dalam mekanisme reaksi sedangkan penerapan praktiknya akan dilakukan
setelah mengetahui hukum laju reaksi dan konstanta lajunya. Untuk reaksi kimia sebagai berikut.
aA+bB→cC+dD
Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah:

v = [A]m[B]n
Dengan:
v = Laju reaksi
k = Konstanta laju reaksi
[A] = Konsentrasi zat A
[B] = Konsentrasi zat B
m = Orde terhadap zat A
n = Orde terhadap zat B

Persamaan laju reaksi untuk suatu zat a dapat ditulis sebagai berikut:

𝑛
RA = 𝑡

RA = Laju reaksi
n = Jumlah mol zat A yang terbentuk
t = Waktu

Ra memiliki harga positif jika zat tersebut terbentuk dan akan memiliki harga negatif jika zat
tersebut digunakan untuk bereaksi (Atkins, 1996).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi atau kecepatan reaksi.

1.Konsentrasi

Jika kecepatan suatu zat semakin besar maka laju reaksinya semakin besar pula dan sebaliknya
jika konsentrasi semakin kecil maka laju reaksinya semakin kecil pula. Untuk beberapa reaksi laju
reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematis yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau
persamaan laju reaksi. Pangkat-pangkat dalam persamaan laju reaksi dinamakan orde reaksi.
Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi kimia pada prinsipnya menentukan pengaruh seberapa
besar perubahan konsentrasi laju reaksi terhadap konsentrasi pereaksi (Charles, 1992).

Molekul harus berbenturan untuk bereaksi. Faktor utama yang mempengaruhi laju reaksi yang
diberikan adalah konsentrasi reaktan.Pertimbangkan reaksi antara ozon dan oksida nitrat (nitrogen
monoksida)yang terjadi di stratosfer, dimana oksida dilepaskan dalam gas buang dari pesawat
supersonik:

NO(g)+ O3 (g) → NO2(g) + O2(g)

Hal ini akan terlihat seperti pada tingkat molekuler dengan reaktanterbatas dalam bejana
reaksi. Molekul oksida nitrat dan ozon tampilannyasegala arah, menabrak satu sama lain dan
dinding pembuluh. Reaksiantara NO dan O3 dapat terjadi hanya ketika molekul bertabrakan.

Semakin banyak molekul hadir dalam wadah, semakin sering mereka bertabrakan, dan lebih
sering reaksi terjadi. Dengan demikian, laju reaksisebanding dengan konsentrasi reaktan:

Tingkat - frekuensi tabrakan – Konsentrasi

Dalam hal ini, kita sedang melihat reaksi yang sangat sederhana dimana molekul reaktan
bertabrakan dan molekul produk bentuk dalamsatu langkah, tetapi bahkan tingkat reaksi kompleks
tergantung padakonsentrasi reaktan (John W Moore, dkk, 2008).

2.Luas permukaan

Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat berbeda dengan reaksi yang
berlangsung dalam sistem heterogen. Pada reaksi homogen campuran zatnya bercampur
seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini
dapat bersentuhan satu sama lain. Dalam sistem reaksi hanya berlangsung pada bidang-bidang yang
bersentuhan dari kedua fase yang bereaksi. Reaksi kimia berlangsung pada kedua molekul-
molekul, atom-atom, atau ion-ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Semakin
luas permukaan suatu reaksi maka semakin cepat reaksi itu berlangsung (Charles, 1992).
3.Suhu/temperature

Pada suhu yang tinggi, energi molekul-molekul bertambah. Laju reaksi meningkat dengan
naiknya suhu. Biasanya kenaikan suhu sebesar 10°C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi
sebesar dua atau tiga kalinya. Kenaikan laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikan suhu atau
menyebabkan semakin cepatnya molekul-molekul bergerak sehingga memperbesar kemungkinan
terjadi tabrakan yang efektif. Energi tumbukan suatu reaksi dapat berlangsung disebut energi
aktivasi (Chang, 2001).

Molekul harus berbenturan dengan energi yang cukup untuk bereaksi. Suhu biasanya memiliki
pengaruh besar pada kecepatan reaksi. Dua peralatan dapur familiar menggunakan efek ini:
refrigator melambat proses kimia yang merusak makanan, sedangkan oven mempercepat proses
kimia lainnya yang memasaknya. Molekul dalam sampel gas memiliki berbagai kecepatan, dengan
kemungkinan paling tergantung pada suhu kecepatan.

Dengan demikian, pada suhu yang lebih tinggi, tabrakan terjadi dalam waktu tertentu. Bahkan
lebih penting adalah kenyataan bahwa suhu mempengaruhi energi kinetik dari molekul, dan dengan
demikian energi dari tabrakan dalam tumpukan molekul dalam reaksi NO dan O3 disebutkan
sebelumnya, sebagian besar tabrakan mengakibatkan molekul hanya recoiling.
Namun, beberapa tabrakan terjadi dengan begitu banyak energi yang bereaksi molekul.

Dan pada suhu yang lebih tinggi, lebih dari ini tabrakan cukup energik terjadi. Dengan
demikian, meningkatkan suhu meningkatkan laju reaksi dengan meningkatkan jumlah dan,
terutama,energi dari tabrakan:

Tingkat - energi tabrakan – suhu


(Silberberg, 2006)

4.Katalis

Berbagai reaksi berlangsung lambat dapat dipercepat dengan menambahkan zat lain yang
disebut dengan katalis. Konsep yang menerapkan pengaruh terhadap laju reaksi diantaranya katalis
menurunkan energi energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan membentuk tahap-tahap reaksi
yang baru. Ada dua jenis katalis yaitu katalis homogen adalah katalis yang satu fase dengan zat
yang jenis katalis ini umumnya ikut bereaksi tetapi pada akhirnya reaksi akan kembali ke bentuk
semula. Katalis heterogen adalah katalis yang tidak satu fase dengan zat-zat yang bereaksi jenis
katalis ini umumnya logam-logam dan reaksi yang tercepat umumnya pada gas (Supardi, 2008).

Orde suatu reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam hukum laju berbentuk
diferensial. Pada umumnya orde reaksi merupakan bilangan bulat dan kecil namun dalam beberapa
kasus dapat berupa bilangan pecahan atau nol. Orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak sama
dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri. Reaksi harga n memberikan orde reaksi jika n =
0 maka laju reaksinya disebut orde nol terhadap X. Hal ini berarti bahwa perubahan konsentrasi
tidak berpengaruh pada laju reaksi (Chang, 2001).
Teori tumbukan pada kinetika kimia menyatakan bahwa molekul gas sering bertumbukan satu
dengan yang lainnya. Jadi sangat masuk akal jika kita menganggapnya benar bahwa reaksi kimia
berlangsung sebagai akibat dari tumbukan antar molekul-molekul yang bereaksi. Dari segi teori
tumbukan dari kinetika kimia maka kita perkirakan laju reaksi akan berbanding lurus dengan
banyaknya tumbukan molekul per detik atau berbanding lurus dengan frekuensi tumbukan
molekul.

Sifat fisika dan kimia dari HCl adalah memiliki massa molar 38,34 gram per mol, cairan tidak
berwarna, tidak berbau, memiliki massa jenis 1,18 gram per cm 3, memiliki titik lebur -27,32°C,
memiliki titik didih 48°C dan terlarut sepenuhnya dalam air. Sifat fisika dan kimia dari
Na2S2O3 adalah memiliki massa molar 158,11 gram per mol (anhidrat) dan 248, 18 gram per mol
(pentahidrat), berpenampilan seperti kristal putih, tidak berbau, memiliki massa jenis 1,667 gram
per cm3, memiliki titik lebur 48,3°C, memiliki titik didih 100°C, memiliki kelarutan dalam air 70,1
gram per Ml pada suhu 20°C dan dalam suhu ruangan keduanya berwujud cair (Jolly, 1984).

Dalam pelaksanaan praktikum yang akan kami lakukan yaitu dengan menggunakan bahan
larutan HCL dan pita Mg untuk menentukan konsentrasi dan luas permukaan terhadap laju reaksi
tersebut, maka reaksi yang akan terbentuk adalah sebagai berikut:

Mg + 2 HCL MgCl2 + H2

Dalam reaksi ini, satu molekul magnesium bereaksi dengan dua molekul asam klorida,
menghasilkan satu molekul magnesium klorida dan satu molekul gas hydrogen. Dari hasil reaksi
tersebut di dapat la MgCl2 yang mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan:

1. Penggunaan dalam industri: MgCl2 digunakan dalam produksi magnesium logam, kertas,
karet sintetis, tekstil, dan bahan kimia lainnya. Juga digunakan sebagai cairan pendingin
dalam industri pengolahan makanan dan minuman.
2. Penggunaan dalam pertanian: MgCl2 digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan
kandungan magnesium dalam tanah. Magnesium adalah nutrisi penting bagi tanaman dan
membantu dalam sintesis klorofil, yang penting untuk fotosintesis.
3. Penggunaan dalam pengobatan: MgCl2 dapat digunakan dalam terapi penggantian
magnesium untuk mengatasi kekurangan magnesium dalam tubuh. Magnesium merupakan
mineral yang penting untuk fungsi otot, detak jantung, sistem saraf, dan kesehatan tulang.
4. Penggunaan dalam pengolahan air: MgCl2 digunakan dalam pengolahan air untuk
mengendapkan partikel-partikel yang terlarut atau mengurangi kekerasan air dengan
mengikat ion-ion kalsium dan magnesium yang dapat menyebabkan kerak atau kerusakan
peralatan.
5. Penggunaan dalam industri makanan: MgCl2 digunakan sebagai pengatur keasaman dalam
makanan dan minuman. Juga digunakan dalam pengolahan daging dan produk susu untuk
meningkatkan tekstur dan umur simpan.
6. Penggunaan dalam konstruksi: MgCl2 digunakan dalam produksi beton, mortir, dan semen
untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan terhadap cuaca dan korosi.
Untuk menentukan M1 kita perlu mengetahui massa jenis dan persen berat HCl pekat. Dengan
demikian kita dapat menghitung M1 sebagai berikut :

M1 = (10 × % × massa jenis ) / Mr

Untuk menghitung pengencerah HCl 37% ke 1M dengan menggunakan perhitungan massa jenis,
kita dapat menggunakan rumus :

M1V1 = M2V2

Dimana M1 adalah molaritas HCl pekat, V1 adalah volume HCl pekat yang diperlukan, M2 adalah
molaritas HCl encer yang diinginkan, dan V2 adalah volume HCl encer yang dihasilkan.

Untuk membuat larutan HCl 1M sebanyak 25ml dan HCl pekat, dapat menggunakan rumus :

C1V1 = C2V2

dimana :

• C1 adalah konsentrasi awal ( HCl pekat dalam Molaritas )


• V1 adalah volume awal ( yang ingin anda temukan )
• C2 adalah konsentrasi yang diinginkan (1M)
• V2 adalah volume yang diinginkan (25ml)
A. Alat dan Bahan
1. Alat
- 2 Gelas Beker 50 mL
- 1 Stopwatch
- 6 Tabung reaksi
- 1 Rak tabung reaksi
- 1 Pinset
- 1 Timbangan analitik/ neraca
- 1 Bola hisap
- 3 Pipet takar 10 ml
- Gunting
- Kaca arloji
- Pipet takar 5ml
- Labu semprot
2. Bahan
- Pita Mg 12 gram
- Larutan HCL 1 M (25 ml)
- Larutan HCL 2 M (10 ml)
- Larutan HCL 3 M (10 ml)
- Aquadest
3. Prosedur Kerja
1. Prosedur Kerja Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

Siapkan gelas beker dan isilah


dengan larutan HCl 3 M

Masukkan pita Mg 1 gram ke


dalam gelas beker

Amati laju reaksinya dengan cara


mencatat lamanya waktu yang
diperlukan untuk timbul
gelembung gas

Ulangi langkah tersebut untuk


larutan HCl 2 M dan 1 M

2. Prosedur Kerja Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi

Ambil pita Mg 1 gram, 2 gram, dan 3 gram


Ambillah 3 buah tabung reaksi (tabung 1, 2,
dan 3). Isilah dengan larutan HCl 1 M
dengan volume yang sama

Masukkan secara serentak masing-masing


pita Mg ukuran 1 gram, 2 gram, dan 3 gram
ke dalam tabung reaksi yang terpisah

Catat waktu mulai saat pita Mg dimasukkan


ke dalam tabung reaksi sampai pita Mg itu
habis bereaksi
Perhitungan Reagen

1. Menghitung larutan HCl 1M (25ml)


M1 = (10×%×massa jenis) / Mr
M1 = (10×37%×1,19 g/mL) / 36,5 g/mol
M1 = 12,06 M

M1V1 = M2V2
12,06 M = 1M × 25mL
V1 = (1M×25mL) / 12,06 M
V1 = 2,07 ml

2. Menghitung larutan HCl 2M (10ml)


M1 = (10×%×massa jenis) / Mr
M1 = (10×37%×1,19 g/mL) / 36,5 g/mol
M1 = 12,06 M

M1V1 = M2V2
12,06 M = 2M × 10mL
V1 = ( 2M × 10mL ) / 12,06 M
V1 = 1,65 ml

3. Menghitung larutan HCl 3M (10 ml)


M1 = (10×%×massa jenis) / Mr
M1 = (10×37%×1,19 g/mL) / 36,5 g/mol
M1 = 12,06 M

M1V1 = M2V2
12,06 M = 3M × 10ml
V1 = ( 3M×10ml) / 12,06 M
V1 = 2,48 ml
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W., & de Paula, J. 2011. Physical Chemistry for the Life Sciences.
New York: W. H. Freeman. Halaman 100-101
Chang, R. 2001. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Charles, W. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.
Indah Fatoni, dkk. 2015. Buku Kimia Kelas XI Semester 1. Klaten: Intan Pariwara
John W Moore, dkk. 2008. Chemistry: The Molecular Science Third Edition.
Canada: ThomsonBrooks/Cole.
Jolly, W. L. 1984. Modern Inorganic Chemistry. New York: McGraw-Hill
Keenan, J. H. 1984. Principles of Chemical Kinetics. New York: Prentice-Hall.
Silberberg, M. S. 2006. Principles of general chemistry (2nd ed.). New York: McGraw-Hill
Supardi, dkk. 2008. Kimia Dasar II. Semarang: PT UNNES Press
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Petrucci, dkk. 2002. General Chemistry: Principles and Modern Applications.
Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall

Anda mungkin juga menyukai