Anda di halaman 1dari 9

Tarikh berasal dari bahasa Arab yang berarti ketentuan waktu.

Secara
istilah, tarikh adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa di masa
lampau dalam kehidupan umat manusia.
ADVERTISEMENT

Ilmu tarikh sama dengan ilmu sejarah. Menurut Hafidz Muftisany dalam
buku Ensiklopedia Islam: Sejarah Adat Minang Hingga Ilmu Tarikh
(2021), tarikh diambil dari tiga peringatan, yakni peringatan tertulis,
peringatan keturunan (silsilah), dan peringatan benda-benda masa purba.
Ketiganya mengambil peran tersendiri dalam sejarah peradaban manusia.
Mulanya, ilmu tarikh tidak memiliki kedudukan yang istimewa di mata
para ulama.
Baru pada tahun 170-194 H, tarikh mulai dimasukkan sebagai salah satu
cabang ilmu resmi. Bagaimana klasifikasi dan sejarah permulaannya?
Simak artikel berikut untuk mengetahui penjelasannya.

Sejarah Ilmu Tarikh dan Klasifikasinya


Pengetahuan yang dapat digunakan untuk menyusun ilmu tarikh ada
banyak jenisnya. Namun, yang perlu diketahui hanya tiga, yakni
Takhthithul-Ardh (ilmu batas-batas bumi atau ilmu bumi), Thabaqatul-
Ardh (ilmu isi bumi), dan Taqwimul-Buldan (ilmu batas-batas negara).
Perbesar

Ilustrasi ilmu tarikh. Foto: pixabay


Sejatinya, jenis-jenis ilmu tersebut sudah berkembang sejak dulu kala.
Umat manusia dengan kemampuan naluriahnya selalu memperhatikan
kejadian atau peristiwa besar yang ada di sekitarnya.
ADVERTISEMENT

Kemudian, mereka merekam dan mencatatnya ulang untuk dijadikan


sebagai bahan bacaan. Mulai dari sini lah, ilmu tarikh dapat tumbuh dan
berkembang pesat hingga saat ini.
Para ulama membagi ilmu tarikh manusia menjadi dua bagian, yakni tarikh
aam dan tarikh khash. Tarikh aam adalah tarikh yang menerangkan urusan
manusia secara umum. Sedangkan tarikh khash adalah tarikh yang
menerangkan urusan suatu umat, bangsa, dan kerajaan.
Adapun tentang zaman tarikh, para ulama membaginya menjadi tiga
bagian. Pertama, zaman dahulu yang dimulai sejak zaman permulaan
dunia sampai masa runtuhnya Kerajaan Romawi Barat.

Perbesar

Ilustrasi ilmu tarikh. Foto: pixabay


Kedua, zaman pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Kerajaan
Romawi Barat sampai masa binasanya Kerajaan Romawi Timur. Ketiga,
zaman sekarang yang dimulai sejak perebutan Istanbul oleh bangsa Turki
hingga saat ini.
ADVERTISEMENT

Dijelaskan dalam buku Kelengkapan Tarikh Jilid 1 karya K.H. Moenawar


Chalil, tarikh tidak hanya bicara soal sejarah dan waktu, melainkan juga
perihal tahun. Pada tarikh hijriyah, permulaannya dimulai ketika Umar bin
Khathab diangkat menjadi khalifah.
Saat itu, Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa al-
Asy'ari. Kemudian, Abu Musa mengadu kepada beliau bahwa ia merasa
kebingungan karena banyak surat Sayyidina Umar yang datang tanpa
disertai tanggalnya.
Sehingga ia bingung menentukan antara surat yang baru dan surat lama.
Karena itu, ia menyarankan Sayyidina Umar untuk membuat sistem
penanggalan pada kalender hijriyah.

Perbesar

Ilustrasi ilmu tarikh. Foto: pixabay


Akhirnya, Umar pun memanggil semua staf dan orang penting yang ada di
pemerintahannya. Ia mengajak mereka untuk berdiskusi merumuskan
sistem penanggalan sekaligus menentukan kapan tahun pertama itu akan
dimulai.
ADVERTISEMENT

Dikutip dari buku Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah oleh Ahmad


Zarkasih, Lc., ada yang mengusulkan tahun pertama dimulai pada tahun
Gajah. Ada juga yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi Muhammad,
di tahun Nabi diangkat menjadi Rasul, dan di tahun hijrahnya Nabi dari
Mekkah ke Madinah.
Dari semua opsi tersebut, akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk
memulainya di tahun hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah.
Keputusan ini tidak terlepas dari usulan sayyidina Utsman dan Ali bin Abi
Thalib.
Tarikh berasal dari bahasa Arab yang berarti ketentuan waktu. Secara
istilah, tarikh adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa di masa
lampau dalam kehidupan umat manusia.
ADVERTISEMENT

Ilmu tarikh sama dengan ilmu sejarah. Menurut Hafidz Muftisany dalam
buku Ensiklopedia Islam: Sejarah Adat Minang Hingga Ilmu Tarikh
(2021), tarikh diambil dari tiga peringatan, yakni peringatan tertulis,
peringatan keturunan (silsilah), dan peringatan benda-benda masa purba.
Ketiganya mengambil peran tersendiri dalam sejarah peradaban manusia.
Mulanya, ilmu tarikh tidak memiliki kedudukan yang istimewa di mata
para ulama.
Baru pada tahun 170-194 H, tarikh mulai dimasukkan sebagai salah satu
cabang ilmu resmi. Bagaimana klasifikasi dan sejarah permulaannya?
Simak artikel berikut untuk mengetahui penjelasannya.

Sejarah Ilmu Tarikh dan Klasifikasinya


Pengetahuan yang dapat digunakan untuk menyusun ilmu tarikh ada
banyak jenisnya. Namun, yang perlu diketahui hanya tiga, yakni
Takhthithul-Ardh (ilmu batas-batas bumi atau ilmu bumi), Thabaqatul-
Ardh (ilmu isi bumi), dan Taqwimul-Buldan (ilmu batas-batas negara).
Perbesar

Ilustrasi ilmu tarikh. Foto: pixabay


Sejatinya, jenis-jenis ilmu tersebut sudah berkembang sejak dulu kala.
Umat manusia dengan kemampuan naluriahnya selalu memperhatikan
kejadian atau peristiwa besar yang ada di sekitarnya.
ADVERTISEMENT

Kemudian, mereka merekam dan mencatatnya ulang untuk dijadikan


sebagai bahan bacaan. Mulai dari sini lah, ilmu tarikh dapat tumbuh dan
berkembang pesat hingga saat ini.
Para ulama membagi ilmu tarikh manusia menjadi dua bagian, yakni tarikh
aam dan tarikh khash. Tarikh aam adalah tarikh yang menerangkan urusan
manusia secara umum. Sedangkan tarikh khash adalah tarikh yang
menerangkan urusan suatu umat, bangsa, dan kerajaan.
Adapun tentang zaman tarikh, para ulama membaginya menjadi tiga
bagian. Pertama, zaman dahulu yang dimulai sejak zaman permulaan
dunia sampai masa runtuhnya Kerajaan Romawi Barat.

Perbesar

Ilustrasi ilmu tarikh. Foto: pixabay


Kedua, zaman pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Kerajaan
Romawi Barat sampai masa binasanya Kerajaan Romawi Timur. Ketiga,
zaman sekarang yang dimulai sejak perebutan Istanbul oleh bangsa Turki
hingga saat ini.
ADVERTISEMENT

Dijelaskan dalam buku Kelengkapan Tarikh Jilid 1 karya K.H. Moenawar


Chalil, tarikh tidak hanya bicara soal sejarah dan waktu, melainkan juga
perihal tahun. Pada tarikh hijriyah, permulaannya dimulai ketika Umar bin
Khathab diangkat menjadi khalifah.
Saat itu, Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa al-
Asy'ari. Kemudian, Abu Musa mengadu kepada beliau bahwa ia merasa
kebingungan karena banyak surat Sayyidina Umar yang datang tanpa
disertai tanggalnya.
Sehingga ia bingung menentukan antara surat yang baru dan surat lama.
Karena itu, ia menyarankan Sayyidina Umar untuk membuat sistem
penanggalan pada kalender hijriyah.

Perbesar

Ilustrasi ilmu tarikh. Foto: pixabay


Akhirnya, Umar pun memanggil semua staf dan orang penting yang ada di
pemerintahannya. Ia mengajak mereka untuk berdiskusi merumuskan
sistem penanggalan sekaligus menentukan kapan tahun pertama itu akan
dimulai.
ADVERTISEMENT

Dikutip dari buku Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah oleh Ahmad


Zarkasih, Lc., ada yang mengusulkan tahun pertama dimulai pada tahun
Gajah. Ada juga yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi Muhammad,
di tahun Nabi diangkat menjadi Rasul, dan di tahun hijrahnya Nabi dari
Mekkah ke Madinah.
Dari semua opsi tersebut, akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk
memulainya di tahun hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah.
Keputusan ini tidak terlepas dari usulan sayyidina Utsman dan Ali bin Abi
Thalib.

Anda mungkin juga menyukai