Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Variasi Kecepatan Sentrifugasi Terhadap Hasil Pemeriksaan

Sedimen Urin

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma


DIII Kesehatan Bidang Analis Kesehatan

Nur salsabila

19308069

PROGRAM STUDI D III ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN POLITEKNIK PIKSI

GANESHA BANDUNG

2022
BAB I

1.1 Latar belakang

Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal untuk kemudian dikeluarkan dari

tubuh melalui proses urinaria. Ekskresi urin diperlukan untuk menjaga hemostasis cairan

tubuh. Pemeriksaan urin meliputi makroskopik, sedimen urin mikroskopis dan kimia urin

(Tadjuddin, 2014).

Pemeriksaan urinalisa rutin terdiri dari, pemeriksaan fisiokimia yaitu makroskopik urin,

berat jenis, hasil pemeriksaan dipstik dan pemeriksaan menggunakan mikroskop cahaya atau

dengan fase kontras terhadap sedimen urin untuk membuktikan adanya hematuria, pyuria,

cast (cylindruria), dankristaluria (Loesnihari, 2012). Pemeriksaan makroskopik, yang

diperiksa adalah volume, warna urin, dan tingkat kekeruhan pada urin. Pemeriksaan urin

juga berdasarkan kandungan kimia didalamnya. Pemeriksaan kimia urin menggunakan

berbagai metode seperti protein bence jones, benedict, rothera, Gerhardt, Harrison, Wallace

dan diamond,dan mash banyak lagi. Tetapi pada zaman modern sat ini metode tersebut

jarang digunakan karena keterbatasan waktu pemeriksaan dan reagen. Kebanyakan

laboratorium sat ini mengguanakan metode carik celup (reagent strip ) urin untuk memeriksa

kimia pada urin karena lebih mudah dan efisien (Gandasoebrata, 2013).

Pemeriksaan sedimen urin merupakan salah satu dari pemeriksaan urin lengkap.

Pemeriksaan ini termasuk kedalam pemeriksaan mikroskopik. Sedimen urin dapat

memberikan informasi penting bagi klinis dalam membantu menegakkan diagnosis dan

memantau perjalanan penyakit penderita dengan kelainan ginjal dan saluran kemih

(Soebrata, 2007).
Unsur sedimen urin dibagi menjadi dua golongan yaitu unsur organik dan non organik.

Unsur organik antara lain terdiri dari epitel, eritrosit leukosit, silinder, bakteri yang berasal

dari suatu organ atau jaringan dan unsur non organik, terdiri dari urat amorf dan kristal yang

juga berasal dari suatu organ atau jaringan (Tadjuddin, 2014).

Sedimen dalam urin biasanya sensitif, yang berarti bahwa dinding sel darah merah

(eritrosit), sel darah putih (leukosit), sel epitel, dan jenis partikel lainnya memiliki dampak

besar pada tekanan. Jika sedimen urin perlu diperiksa, diperlukan berbagai teknik

pengumpulan sampel sesuai kebutuhan. Misalnya urin pagi, biasanya urin ini baik untuk

pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, dll (Gandasoebrata, 2013).

Salah satu alat yang digunakan pada pemeriksaan sedimen urin adalah sentrifugasi. Alat

sentrifugasi adalah suatu alat pemisah yang memenfaatkan perbedaan efek gaya sentrifugal

pada setiap molekul senyawa penyusun suspensi dari gerak putar. Gaya sentrifugal adalah

gaya semu yang mendorong benda menjauhi titik pusat putaryangditimbul pada suatu benda

yang bergarak berputar pada kerangka non-inersia. Kerangka non-inersia pada alat

sentrifugasi adalah botol tempt suspensi ditempatkan, botol menjaga agar suspensi tidak

tumpah tetepi tidak mempertahankan posisi molekul-molekul senyawa penyusun suspensi.

Efek gaya sentrigugal akan mendorong setiap molekul-molekul menjauhi titik pusat putar.

(Ir. Triwibowo, 2009)

Berdasarkan uji sedimen urin di lapangan biasanya seorang petugas laboratorium jarang

memperhatikan cara pemeriksaan sedimen urin dengan teliti. Berdasarkan latar belakang

masalah tersebut, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui hasil dari

variasi kecepatan sentrifugasi.


1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Adakah pengaruh variasi

kecepatan sentrifugasi terhadap hasil pemeriksaan sedimen urin?"

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengaruh variasi kecepatan sentrifugasi terhadap hasil pemeriksaan sedimen
urin.
1.3.2 Tujuan khusus

Menganalisis pengaruh variasi kecepatan sentrifugasi terhadap hasil pemeriksaan


sedimen urin.

1.4 Manfaat penelitian


A. bagi peneliti

Dapat mengetahui perbedaan sedimen urin berdasarkan variasi kecepatan sentrifugasi,

sehingga dalam melakukan penanganan sampel dapat lebih tepat dan sesuai prosedur

yang benar.

B. Bagi intansi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi bagi intansi terkait

dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut dan dapat menambah

perbendaharaan Karya Tulis Ilmiah.

C. Bagi Ahli Tenaga Medis Laboratorium

Dapat memberikan informasi/referensi terbaru dalam melakukan pemeriksaan kimia

klinik khususnya pemeriksaan sedimen urin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Sentrifugasi

Salah satu metode yang digunakan dalam pemisahan campuran adalah sentrifugasi.

Sentrifugasi ialah proses pemisahan partikel berdasarkan berat partikel tersebut terhadap

densitas layangnya (bouyant density). Gaya sentrifugal merupakan suatu proses yang terjadi

apabila perubahan berat partikel dari keadaan normal pada 1 xg (sckitar 9,8 m/s2) menjadi

meningkat sciring dengan kecepatan serta sudut kemiringan perputaran partikel tersebut

terhadap sumbunya. Pada pemisahan, partikel yang densitasnya lebih tinggi daripada pelarut

turn (sedimentasi), dan partikel yang lebih ringan mengapung ke atas (Prasetyawan,2010 ).i

A. Fungsi sentrifugasi

Ada beberapa fungi sentrifugal dalam pemisahan bioteknologi. Sebagaimana tercantum

di bawah ini :

1. Memisahkan partikel atau sel darah dari whole blood untuk memperoleh plasma atau
scrum

2. Memisahkan endapan partikel dalam pemeriksaan sedimen urin

3. Mendapatkan elemen seller berkonsentrasi tinggi dan komponen lainnya dari cairan
biologi untuk pemeriksaan mikroskopik atau pemeriksaan kimia

4. Mersahkan komponen lipid dan komponen lainnya dari plasma/serum dan memisahkan
lipoprotein dari yang lainnya (Sudiono I dKK,2006).
B. Macam - Macam sentrifugasi
1. Sentrifugasi diferensial
Pemisahan dicapai terutama didasarkan pada ukuran partikel dalam sentrifugasi

diferensial. Densitas partikel yang berbeda dalam ukurannya dalam suspensi akan mengendap

dengan partikel lebih besar dan padat. Tingkat sedimentasi ini dapat ditingkatkan dengan

menggunakan gaya sentrifugal, Suspensi sel yang mengalami setangkaian peningkaran siklus

gaya sentrifugal akan menghasilkan serangkaian sedimentasi. Perbedaan sedimentasi.

Perbedaan kepadatan partikel atau ukuran dibedakan berdasarkan partikel terbesar dan paling

padat pengendapan dengan kurang padat dan partikel yang lebih kecil (Rosalita 1. 2012).

2. Sentrifugasi Gradien Densitas


Sentrifugasi gradient densitas adalah metode yang disukai untuk memurnikan organel
subseluler dan markomolekul. gradient densitas yang dapat dihasilkan dengan menempatkan
lapisan demi lapisan media gradient (Rosalita 1. 2012).

C. Perinsip kerja sentrifugasi


Dalam bentuk yang sangat sederhana sentrifuge terdiri atas sebuah rotor dengan lubang -

lubang untuk meletakkan cairan wadah / tabung yang berisi cairan dan sebuah motor atau alat

lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki. Semua bagian lain yang

terdapat pada sentrifus modern saat ini hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan untuk

melakukan berbagai fungi yang berguna dan mempertahankan kondisi lingkungan sat rotor

tersebut bekerja, Komponen utama pada proses sentrifugasi ialah instrumen sentrifuge, rotor,

dan tabung (wadah sampel). Sedangkan bagian yang sifatnya ascsoris umumnya bergantung

mengikuti aplikasi yang akan dilakukan pada proses terscbut. Instrumen sentrifuge, adalah

bagian yang menjadi alat penggerak proses sentrifugasi karena didalamnya memiliki motor

yang mampu berputar dan memiliki pengaturan kecepatan perputaran. Centrifuge


laboratorium yang digunakan untuk pemisahan skala kecil. Volume cairan ditangani oleh

perangkat berada dalam kisaran 1 - 5.000 ml. Bahan yang akan disentrifugasi didistribusikan

dalam jumlah yang sesuai tabung centrifuge yang pada gilirannya melekat secara simetris

dalam blok berputar disebut rotor (Gardjito.2010).

D. Komponen sentrifugasi
Adapun bagian dari komponen alat sentrifuge terdiri dari sebagai berikut
1. Motor : kecepatan motor yang tinggi akan menghasilkan gaya sentrifugal yang tinggi
2. Speed control: untuk mengatur ecepatan motor agar sesuai dengan kebutuhan. Tapa
speed control, motor akan berputar dengan kecepatan maksimum
3. Timer : berfungsi untuk mengatur lamanya alat bekerja
4. Break system : pengereman motor diperlukan agar putaran motor dapat dengam,
gegora dihentikan (Enny Rindi W 2003),

E. Kalibrasi sentrifugasi
Kalibrasi sentrifus dilakukan dengan mengukur kecepatan rotasi per menit dan waktu
pada alatnya. Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk alat kalibrasi sentrifus :

1. Kalibrasi rpm
a. Dengan Tachometer kontak
 Ujung kabel yang satu dikaitkan pada kumparan motor di dalam sedangkan ujung
yang lain dihubungkan dengan alat Tachometer
 Set sentrifus pada rpm tertentu, kemudian jalankan
 Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer
 Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata.

b. Kalibrasi rpm (dengan Tachometer optik)


 Meletakkan bagian magnet di sekeliling coil, sehingga menimbulkan aliran listrik
bila alat lain dijalankan
 Wet sentrifus pada rpm tertentu, kemudian jalankan
 Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer
 Ulangi beberapa kali
2. Kalibrasi Timer Sentrifus
a. Set centrifuge pada waktu yang sering dipakai, misalnya 5 menit
b. Jalankan alat dan bersamaan dengan itu jalankan stopwatch
c. Pada waktu sentrifus berhenti matikan stopwatch, catat waktu yang ditunjukkan
stopwatch
d. Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata

2.1.2 urin
Urin merupakan cairan sisa hasil ekskresi ginjal yang dikeluarkan dari tubuh melalui
proses urinesasi. Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh (Notoatmodjo, 2010).
Komposisi urine dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk menahan dan menyerap
bahan-bahan yang penting untuk metabolisme dasar dan mempertahankan homeostasis tubuh.
Normalnya jumlah bahan yang terdapat dalam urine selama 24 jam adalah 35 gram bahan
organik dan 25 gram bahan anorganik (Ma'arufah,2004).

Pembentukan urine. Ginjal membentuk urine, yang, mangalir melalui ureter ke kandung
kemih untuk disimpan sebelum diekstresi. Komposisi urine menunjuhkan pertukaran zat
antara nefron dan darah di kapiler renal. Produk sisa metabolisme Protein diekskresikan,
kadar elektrolit dikontrol dan ph (keseimbangan asam- basa) dipertahankan dengan ekskresi
ion hidrogen. Terdapat tia proses yang terilibar dalan pembentukan urine.

Filerasi terjadi di dinding semipermeabel glomerulus dan kapsul Bowman. Air dan
molekul kecil lainnya melalui dinding semipermeabel ini, walaupun sebagian akan
direabsorpsi kemudian. Sel darah, protein plasma, dan molekul besar lainnya terialu besar
untuk difiltrasi (disaring), oleh karena itu tetap berada di kapiler. Filtrasi di glomerulus
memiliki komposisi yang sangat serupa dengan plasma, kecuali protein plasma.

Proses reabsorsi ini terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi
setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal.
Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan- bahan yang masih
berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain itu,
air yang terdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis,
sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses
penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang telah
diserap kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh
kapiler yang ada di sekeliling tubulus, Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle,
khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang memiliki
komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder
tidak ditemukan zat-zat yang mash dibutuhkan tubuh dan kadar urine meningkat
dibandingkan di dalam urine primer (Prasetyawan, 2010).

Proses augmentasi adalah Urine sekunder selanjutnya mask ke tubulus kontortus distal
dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang
tidak bermanfaat bagi tubuh, Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke kandung kemih
(vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh
melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran
protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-
obatan, dan hormon serta garam-garam (Prasetyawan, 2010).

A. Macam – Macam Urin

1. Urin sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan dan ditampung pada satu waktu kapan
saja yang tidak ada waktu penentuan khusus.
2. Urin pagi, yaitu urin yang pertama kali dikeluarkan dan ditampung pada pagi hari
setelah bangun tidur.
3. Urin PP (Post Prandial), yaitu urin yang pertama kali dikeluarkan +2 jam setelah
makan.
4. Urin 24-Jam, yaitu urin yang ditampung dengan cara; jam 7 pagi pasien
mengeluarkan urin petama yang dibuang hingga kandung kemih kosong, lalu urin
berikutnya hingga jam 7 pagi esok harinya ditampung dan dicampur dalam satu
wadah bear yang diberi pengawet urin.
5. Urin 3 gelas dan 2 gelas pada laki-laki, yaitu urin yang ditampung dengan cara;
beberapa jam sebelum urin ditampung penderita tidak boleh berkemih, siapkan 3
buah gelas. Lalu pasien berkemih pada gelas pertama 20-30 mL, dianjurkan tapa
berhenti ke gelas kedua, dan urin terakhir pada gelas ke-3.
6. Urin katerisasi, yaitu urin yang diambil dengan menggunakan selang
7. Urin suprapubik, yaitu urin yang diambil dengan punksi langsung ke kandung
kemih.
8. Urin timed specimen, yaitu urin yang diambil dan ditampung pada waktu yang
ditentukan (Arianda, 2017)

B. Karakteristik Urin

Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna
kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 - 7,5 dan akan
menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1.002 - 1,035 g/ml (Purnomo, 2008).
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut (Purnomo, 2008).

Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein,
berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus Jika urin mengandung gula, berarti
tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh
kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi
batas normal schingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada
filtrat gelomerulus. Kadar gula yang lingei diakibatkan olch proses pengubahan gula menjadi
alikogen terlambat. kerena produksi hormon insulin terhambat.

C. Tes Mikroskop atau Sedimen Urin

Pemeriksaan mikroskopis merupakan pemeriksaan sedimen urin. Jika sedimen ini tidak
ikut dikeluarkan, maka akan menimbulkan sedimen urin atau sedimen di dalan kandung kemih.
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur
organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder,
potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ
atau jaringan seperti urat amorf dan kristal (Pumomo, 2008),

Sedimen urin adalah unsur yang tidak larut didalam urin yang berasal dari darah, ginjal
dan saluran kemih, sehingga pemeriksaan sedimen urin sangat penting dalam membantu
menegakkan diagnosis dan mengikuti perjalanan penyakit pada kelainan ginjal dan saluran
kemih (Haerdjoeno & Fitriani, 2007).

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan sedimen dalam urine adalah adanya kelainan
ginjal, atau penundaan pemeriksaan sedimen urine, karena dapat mengakibatkan perubahan
kandungan sedimen oleh bakteri, waktu dalam proses pemutaran urine,dan kecepatan pemutaran
sentrifuge terhadap pemeriksaan sedimen urin. Adanya pengaruh kecepatan pemutaran pada
urine mengakibatkan proses endapan pada sedimen akan berbeda karena semakin besar
perputaran sentrifuge maka akan mengakibatkan strukur sedimen kemungkinan pecah.
Sedangkan semakin lambat pemutaran sentrifuge maka sedimen urine akan lama mengendap
(Gardjito w, 2008 )

Proses pembuatan sedimen urine biasanya Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian
dipindahkan ke dalam tabung pemusing sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan dengan
keeepatan relatif sedang (sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit. Tabung dibalik dengan cepat
(decanting) untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml. Endapan
diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Endapan pertama kali diperiksa di
bawah mikroskop dengan perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang
pandang Kecil (LPK) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar
seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi
menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang bear/kuat (LPB) atau high power field
(HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen
lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang
pandang kuat juga dapat dilakukan (IAUI, 2003).

Unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan non-organik. Unsur organik
berasal dari organ tubuh atau jaringan,seperti epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan
jaringan, sperma, bakteri dan parasit. Sedangkan non-organik tidak berasal dari organ atau pun
jaringan, seperti urat amorf dan kristal (Hanifah, 2012).

a. Unsur-unsur sedimen urin organik


1. Eritrosit, adanya sel darah merah (SDM) di dalam urin terkait dengan kerusakan pada
membran glomerulus atau cedera vaskuler didalam saluran kemih. Jumlah sel yang
dijumpai menunjukkan luasnya kerusakan atau cedera.
2. Leukosit, biasanya peningkatan sel darah putih (SDP) didalam urin disebut piura dan
menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi pada sistem genitourinarius. Infeksi
bakteri, mencakup pielonefritis, sistitis, prostatitia, dan uretritis, merupakan penyebab
tersering piura. Meskipun demikian, piura juga dapat dijumpai pada gangguan non-
bakterial, seperti glomerulonenefritis, lupus eritematosus, nefritis interstisial, dan
tumor (Strasinger dan Lorenzo, 2017).
3. Sel Epitel, sel berinti satu; ukurannya lebih besar dari leukosit; bentuknya berbeda
menurut tempat asalnya. Sel epitel gepeng (skuameus) lebih banyak dilihat dalam
urin wanita daripada dalam urin pria dan berasal dari vulva atau dari urethra bagian
distal. Sel epitel skuameus mempunyai bentuk yang berbeda-beda, besarnya sering
dua sampai tiga kali leukosit sedangkan sitoplasma biasanya tanpa struktur tertentu.
Sel-sel epitel yang berasal dari kandung kencing sering mempunyai tonjolan dan
kadang-kadang diberi nama sel transisional. Sel-sel yang berasal dari pelvis ginjal dan
dari tubuli ginjal lebih bulat dan lebih kecil dari sel epitel skuameus (Gandasoebrata,
2010).
4. Bakteri merupakan hal yang umum keberedaannya dalam spesimen urin karena
banyaknya mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena
kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri
juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja,
dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih.
Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar. Diagnosis
bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan
kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah
bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 ml dari satu organisme
mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan
kontaminasi. Namun demikian. keberadaan setiap organisme dalam spesimen
kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signitikan (Purnomo,2008)
5. Silinder
Silinder (cast) adalah satu-satunya elemen yang ditemukan sedimen urine yang unik,
merupakan massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan
dibilas masuk ke dalam urin. Silinder terbentuk dalam tubulus konvultus distal dan
duktus kolektivus, memberikan gambaran mikroskopis dari kondisi di dan nefron
(Strasinger dan Lorenzo, 2008).
b. Unsur-unsur sedimen urin Anorganik
1. Sel Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering sulit
dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi
memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat
menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.
2. Kristal
Kristal yang sering dijumpai dalam sedimen urin adalah kristal calcium oxallate,
triple phosphate, asam urat. Kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting.
tetapi, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi,
memungkinkan timbulnya penyakit "keneing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-
saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal saluran kemih, menimbulkan jejas, dan
dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai
kristaluria, dan penemuan Kristal uria tidak harus disertai pembentukan batu.
Beberapa bentuk Kristal pada sedimen urine sebagai berikut (Purnomo,2008) :
3. Kalsium oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urin bahkan pada pasien yang sehat.
Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal
kalsium oksalat paling sering ditemukan pada urin asam dan netral. Bentuk yang
umum adalah bentuk dihidrat, kristal kalsium oksalat bervariasi dalam ukuran, tak
berwarna, dan berbentuk amplop atau halter. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate
per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 (++ atau +++)
sudah dinyatakan abnormal.
4. Triple Fosfat
Seperti halnya kalsium oksalat, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang
yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti
mati tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Pembentukan triple fosfat
banyak ditemukan pada pH yang relatif basa, infeksi saluran kemih dengan bakteri
penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal
dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas (Purnomo,2008).
5. Asam Urat
Kristal ini muncul dalam urin dikarenakan oleh cacat genetik atau penyakit hati yang
parah. Kristal asam urat ada dalam berbagai bentuk seperti batang, kubus, piring, dan
seperti batu asahan. Sistin jarang di jumpai (tidak umum), berwarna kuning jeruk dan
berkilau, sedangkan kristal sistin di urine tampak seperti plat segi enam, sangat sukar
larut dalam air. Kristal sistin bersifat radioopak karena mengandung sulfur, dapat
mengindikasikan masalah metabolisme. Kandungan sulfur pada kristal sistin bersasal
dari zat-zat sampah yang seharusnya tidak ada dalam urin (Sudiono h, 2006)
6. Kristal Kolestrol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat
tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki
takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna
klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya
disertai oleh proteinuria ( Rosalita L, 2012)

2.1.3 Kerangka Teori

Sempel urin

Makroskopik Kimia Mikroskop

Sentrifugasi

1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm 2500 rpm 3000 rpm

Sedimen urin

Pengamatan
Lekosit eritrosir Sel epitel silindris Bakteri

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

2.1.4 Kerangka konsep


Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti
ataupun variabel yang tidak diteliti (Nursalam, 2005).

Variabel Bebas : Variabel terikat :


Kecepatan sentrifugasi 1000 Hasil pemeriksaan
rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, 2500 sedimen urin
rpm, 3000 rpm selama 5 menit

2.1.5 Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah “ ada pengaruh kecepatan sentrifugasi terhadap hasil
pemeriksaan sedimen urin”
2.2 Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik karna melihat
adanya pengaruh variasi kecepatan sentrifugasi 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, 2500 rpm, 3000
rpm selama 5 menit terhadap pemeriksaan sedimen urin.

B. Desain Penelitian

Anda mungkin juga menyukai