Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


TEMA TATA CARA WUDHU KELAS III DI SDN 2
HARUYAN SEBERANG

NAMA : SALMIAH, S.Pd.I

NIP : 19931005 202012 2 013

SEKOLAH : SDN 2 HARUYAN SEBERANG

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH


DINAS PENDDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas naskah yang berjudul " Pembelajaran Berdiferensiasi Dengan
Model Pembelajaran Make A Match Pada Mata Pelajaran PAI" dengan tepat waktu.

Laporan ini disusun untuk memenuhi penilaian kriteria guru inspiratif. Selain itu,
laporan ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana pembelajaran berdiferensiasi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah yang bersedia
meluangkan waktu untuk pengerjaan proyek ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Hulu Sungai Tengah, 14 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I . PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II . PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

A. Pengertian Model Pelajaran Make A Match ................................................................... 3

B. Langkah-langkah Pembelajaran Make A Match .............................................................. 5

C. Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match ........................................................... 7

D. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Make A Match ...................................... 9

BAB III . PROGRAM PEMBELAJARAN ............................................................................ 10

A. Capaian dan Tujuan Pembelajaran ............................................................................... 10

B. Rencana Pelaksanaan ................................................................................................. 15

C. Bahan Ajar ................................................................................................................. 15

D. Rubrik Penilaian ......................................................................................................... 16


BAB IV . PENUTUP............................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 18

B. Saran ......................................................................................................................... 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................................... 19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti membutuhkan pendidikan.


Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan peserta didik untuk mencapai
pengetahuan yang seluas-luasnya. Dengan pendidikan peserta didik akan
mengalami perubahan-perubahan yang lebih baik. Dengan pendidikan seseorang
akan lebih dihargai keberadaanya. Itulah sebabnya pendidikan sangat penting.
Pendidikan dapat dilakukan dengan adanya proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi antara pelajar dan


pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam
suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula. Pada proses
pembelajaran seorang pengajar harus dapat memberikan suatu ilmu pengetahuan
kepada pelajar dengan metode yang dapat dimengerti oleh para pelajar. Seorang
pengajar harus memiliki strategi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

Strategi pembelajaran adalah pola umum untuk mewujudkan proses belajar


mengajar. Secara operasional strategi pembelajaran adalah prosedur dan metode
yang ditempuh oleh dosen untuk memberikan kemudahan bagi siswa (peserta didik)
melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Suatu strategi pembelajaran merupakan suatu sistem menyeluruh
yang terdiri dari lima variabel yakni tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode
dan teknik mengajar, siswa/mahasiswa, guru/tenaga kependidikan lainnya, dan
logistik/unsur penunjang. (Prof. Dr. Oemar Hamalik, 2007-162)

1
Dari lima variabel dalam strategi pembelajaran salah satunya adalah metode
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran seorang pengajar harus dapat
memberikan model yang benar-benar menarik dan cocok untuk digunakan dalam
memberikan materi. Ada beberapa macam model pembelajaran, diantaranya adalah
model pembelajaran make a mach.

Pembelajaran koperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan


pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar koperatif
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi, dimana siswa belajar
dengan kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. (Ika Berdiati,
2010-5)

Koperatif learning memiliki tipe-tipe yang sangat bervariasi. Banyak yang


dpat dilakukan seorang guru dalam pembelajaran di dalam kelas. Peserta didik
terkadang merasa jenuh dengan cara pembelajaran yang monoton. Di sinilah
seorang guru dapat memasukkan model pembelajaran koperatf untuk memotivasi
para peserta didiknya dalam belajar.

Make a match merupakan bagian dari pembelajaran koperaif yang mana tipe
ini memerintahkan siswa lebih aktif dalam sebuah kelompok. Cara pembelajaran
koperatif tipe make a mach adalah siswa dibagi dalam kelompok dan mereka
mencari pasangan untuk mencocokkan jawaba-jawaban yan benar. Dalam tipe
make a mach ini seorang siswa dengan siswa yang lainnya diminta kerjasama yang
sangat baik untuk dapat menemukan pasangan dan mencocokkannya dengan
jawaban yang benar.

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian model pembelajaran make a match.
2. Dapat mengetahui materi apa yang dapat digunakan dengan model pembelajaran
make a match.
3. Dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan model pembelajaran make a
match

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan


beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa
dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau
bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam
kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung
belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara
bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang
menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.

Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi


terhadap hasil belajar siwa tenyata dengan pendekatan seperti itu hasil belajar siswa
dirasa belum maksimal. Hal ini tampak pada pencapaian nilai akhir siswa

Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa


pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum
mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk
mengukur keterampilan siswa .

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam


pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan
kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba
dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a
match.

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk
siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah

3
mewujudkan efisiensi dan evektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta
didik.(Isjoni, 2011 : 11)

Pembelajaran kooperatif disebut juga cooperative learning. Menurut Johnson


& johnson (1994) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam
kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan
kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam
kelompok tersebut.( Isjoni, 2011 : 17)

Belajar kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan


pembelajaran aktif, keratif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi, dimana siswa belajar
dengan kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Belajar belum
dikatakan tuntas bila salah satu siswa dalam kelompok belum menguasai behan
pembelajaran.(Ika Berdiati, 2010 : 5)

Pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada para siswa


untuk bekerjasama dalam memahami dan memecahkan masalah.

Junaedi, dkk. (2008 : 8-9) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif


secara etimologi mempunyai arti belajar bersama antara dua orang atau lebih,
sedangkan dalam artian yang lebih luas memiliki definisi yang antara lain adalah
belajar sama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang bekerja sama menuju
kelompok kelompok kerja dimana setiap anggota bertanggung jawab secara
individu sebagai bagian dari hasil yang tak akan bisa dicapai tanpa adanya
kerjasama antar kelompok.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model


pembelajarn yang dilakukan berkelompok minimal 2 orang ataupun lebih yang
bekerjasama dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pembelajaran koperatif ini ada beberapa tipe, diantaranya adalah


make a match. Yang mana metode ini dikembangkan oleh lorna Curran (1994).

4
Pada metode make a match ini suasana kelas dikondisikan dengan menyenangkan.
Kelas di buat agar tidak menegangkan dan tidak menjenuhkan siswa. Aturan dalam
metode make a match siswa di bentuk dalam beberapa kelompok dan siswa di surun
mencari pasangannya. Yang mana pasangannya adalah jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang ada yang telah di siapkan oleh seorang guru. Pasangan yang benar
dan dapat menemukan pasangannya akan di beri poin. Dalam metode make a match
ini juga tidak semuanya mencari pasangan. Namun ada sebagian siswa yang
bertugas sebagai penilai. Tugas penilai disini melihat pasangan manakan yang
memang benar-benar dapat mencocokkan jawaban-jawaban dengan benar.

Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan


oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Model pembelajaran ini lahir sebagai alternatif lain untuk
mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah.

Pada dasarnya, model pembelajaran ini melibatkan materi ajar yang


memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar
materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas.
Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang
penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat
diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi
proses kelompok. Dalam hal ini guru berperan sebagai pemonitor dan fasilitator.
Model pembelajaran make a match ini cocok diterapkan dalam segala jenis mata
pelajaran dan semua jenjang pendidikan.

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

Langkah-langkah dalam pembelajaran model make a match adalah sebagai


berikut:

1. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran, Menjelaskan penjumlahan dan


pengurangan bilangan bulat.

5
2. Guru menentukan topik/tema yang akan dibahas,
3. Guru membagi siswa di dalam kelas menjadi 3 kelompok,
4. Guru memberi teks bacaan soal-soal tentang penjumlahan dan penurangan
bilangan bulat,
5. Guru menyiapkan dan membagikan kartu-kartu pertanyaan untuk satu
kelompok dan kartu-kartu jawaban untuk satu kelompok dan 1 kelompok
sebagai kelompok penilai.

6. Masing-masing anggota kelompok 1 memegang kartu pertanyaan dan masing-


masing anggota kelompok 2 memegang kartu jawaban.

Contoh kartu pasangan

Kartu Pertanyaan Kartu Jawaban


Tata cara wudhu setelah membasuh Membasuk tangan sampai siku
muka

7. Guru memberi tanda (peluit). Masing-masing anggota kelompok bergerak


mencari pasangan (pertanyaan dan jawaban). Bila sudah ketemu diberikan kepada
tim penilai.

8. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman,
yang telah disepakati bersama.

9. Kelompok penilai melakukan penilaian apakah pasangan kartu-kartu itu cocok.


Kelompok penilai menjelaskan hasil penilaian mereka terhadap pasangan kartu
(pertanyaan dan jawaban).

10. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

6
11. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.

Setiap pembelajaran aktif atau inovatif membutuhkan persiapan, tidak


terkecuali metode make a match. Sebelum menerapkannya di kelas, seorang
guru perlu menyiapkan hal-hal di bawah ini:

1. Buatlah beberapa pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajari( jumlahnya


tergantung tujuan pembelajaran). Tulis dalam kartu-kartu pertanyaan.
2. Buatlah kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah di buat. Tulis
dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu
jawaban berbeda warna.
3. Buatlah aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi
siswa yang gagal (seorang guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan
siswa).
4. Sediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus
untuk penskoran presentasi

Selain itu seorang guru harus mempersiapkan materi.

1. Materi yang akan Anda ajarkan pecahlan menjadi beberapa sub materi.
2. Buatlah kata-kata kunci atau gambar dari setiap sub materi tersebut, lalu tulis
dalam lembaran-lembaran kertas.
3. Siapkan beberapa lembar kertas plano untuk menempelkan lembaran-lembaran
kertas.
4. Siapkan kertas HVS secukupnya untuk menuliskan hasil kerja kelompok

C. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MACH DALAM


MATERI TATA CARA WUDHU

Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan sebelum menerapkan model pembelajaran


make a match antara lain:

7
1) Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari
(jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu-
kartu pertanyaan.

2) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan


menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan
kartu jawaban berbeda warna.

3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi
siswa yang gagal (disini guru dapat membuat aturan bersama-sama dengan siswa)

4) Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus


untuk penskoran persentasi.

. Langkah-langkah model pembelajaran make a match Berikut adalah langkah-langkah


model pembelajaran make a match (mencari pasangan) antara lain:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu ,

3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(soal dan jawaban).

5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi point.

6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya. Demikian seterusnya.

7) Kesimpulan/penutup

8
D. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A
MATCH

Setiap metode yang digunakan oleh seorang guru tentunya tidak selamanya
baik. Dalam metode apaun sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu
pun dengan moetode make a match ini. Metode ini memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan metode yang lainnya.

Keunggulan pembelajaran model Make A Match, antara lain:

1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran.


2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan komprehensif.
3. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan
dengan cara mereka sendiri.
4. Siswa secara intrinsik dapat memberikan bukti dan penjelasan.
5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab
permasalahan.
6. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.

Di samping keunggulan yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif


metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit
kelemahan yaitu:

1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.


2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai

Dari perspektif di atas, model Make A Match menjanjikan suatu kesempatan


kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya
sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tidak lain
adalah agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara maksimal. yang

9
BAB III
PROGRAM PEMBELAJARAN

A. CAPAIAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Seorang guru dituntut untuk memiliki kemahiran dalam mendesain model


pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi aktif secara fisik
maupun mental, kreatif dalam meningkatkan aktivitas siswa terhadap materi yang
disampaikan. Selain itu, guru harus dapat meningkatkan kompetensi profesinya
sebagai seorang pengarah dan fasilitator dalam proses belajar sekaligus berperan
sebagai penilai hasil belajar. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) disebutkan
bahwa “kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Artinya sebagai guru harus memiliki
kemampuan dan kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang
akan diajarkan.

Memperhatikan tuntutan permasalahan tersebut, perlu dilakukan perubahan


dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi
siswa. Dalam hal ini, sangat diperlukan penggunaan suatu model pembelajaran yang
inovatif, sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dengan
adanya model pembelajaran inovatif diharapkan siswa semakin aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Siswa diharapkan mampu melakukan kerja sama dalam kelompok,
menghargai pendapat orang lain, mampu berkomunikasi dengan orang lain, dan
mampu menumbuhkan semangat kebersamaan sebagai salah satu ciri manusia sebagai
makhluk sosial.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tersebut adalah
model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model pembelajaran ini
merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Model ini menekankan pada
pembelajaran dalam kelompok yang saling membantu satu sama lainnya, bekerja sama

10
menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan
yang optimal baik secara berkelompok maupun individual (Rusman, 2012).
Keunggulan dari model ini menurut Lie (2008) adalah “siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang
menyenangkan”. Guru lebih berperan sebagai fasilitator, tidak hanya memberikan
pengetahuan pada siswa namun guru juga harus membangun pengetahuan dalam
pikirannya sendiri, sehingga dapat membuat siswa aktif, kreatif dan cerdas.

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match “siswa diajak mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”
(Rusman, 2012). Menurut Huda dalam (Riadi, 2015), model pembelajaran kooperatif
tipe make a match merupakan model pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam
mereview bahan yang tercakup dalam pelajaran dan mengecek atau memeriksa
pemahaman siswa mengenai isi pelajaran dengan memberikan masing-masing siswa
sebuah kuis yang berisi pertanyaan dan jawaban. Kelebihan dari model pembelajaran
kooperatif tipe make a match: 1) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan
menyenangkan. 2) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian
siswa. 3) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran. 4)
Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis. 5) Munculnya dinamika
gotong royong yang merata di seluruh siswa. Keunggulan dari model ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana
yang menyenangkan (Lie, 2008).

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match sangat berbeda dengan model
pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru-guru di sekolah (model konvensional).
Perbedaan ini terlihat dari sintaks dan metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran konvensional lebih cenderung guru yang aktif
dalam proses pembelajaran, guru mentransfer begitu saja pengetahuan yang dimiliki
kepada peserta didik tanpa memperhitungkan mental peserta didik (Rasana, 2009).
Kondisi seperti ini, mengakibatkan siswa pasif dalam pembelajaran di kelas dan
cenderung akan cepat merasa bosan. Berbeda halnya dengan model pembelajaran

11
kooperatif tipe make a match, dalam proses pembelajarannya siswa diberikan
kesempatan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran melaui permainan mencari
pasangan.

Telah banyak hasil penelitian terkait model pembelajaran kooperatif tipe make a
match diantaranya penelitian yang dilakukan Suatnaya (2015) bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penelitian lain oleh Johnson D.W, Roger T, dan Stanne Mary Beth (2000)
menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Hasil penelitian Ebrahim Ali (2012) menemukan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi siswa.
Hasil penelitian Alabekee E. C., Samuel A., Dkk (2015), menemukan bahwa
pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik untuk menerima umpan balik
positif dan meningkatkan hasil prestasi akademik siswa. Dan masih banyak lagi hasil-
hasil penelitian lainnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match akan lebih optimal jika di
padukan dengan media pembelajaran dalam proses implementasinya. Salah satu media
yang dapat diperbantukan adalah media audio visual. Model pembelajaran kooperatif
tipe make a match berbantuan media audio visual memungkinkan siswa dapat bekerja
sama dengan pasangannya dimana siswa saling berbagi informasi secara kebersamaan.
Dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengembangkan kerjasama untuk dapat
pemecahan permasalahan materi yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran. Selain
itu kehadiran media audio visual (video) menambah beragamnya sumber belajar
siswa.

Media audio visual merupakan media yang dapat menampilkan unsur gambar dan
suara secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi (Wati,
2016). Menurut Anderson (1994), media audio visual adalah merupakan rangkaian
gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar
yang dituangkan melalui pita video. Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian

12
diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player . Sedangkan
Barbara (dalam Anderson, 1994) mengemukakan bahwa media audio visual adalah
cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan
mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio visual.

Sesuai dengan namanya, media audio visual merupakan kombinasi atau perpaduan
audio dan visual. Sudah barang tentu apabila menggunakan media ini akan semakin
lengkap dan optimal untuk menunjang kegiatan pembelajaran dan penyajian bahan
ajar kepada peserta didik, selain itu dengan media ini dalam batasan tertentu dapat
menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai
penyaji materi tetapi karena penyajian materi bisa digantikan oleh media, maka peran
guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi peserta
didik untuk belajar.

Anderson (1994) mengemukakan tentang beberapa tujuan dari pembelajaraan


mengunakan media audio visual, antara lain: Untuk tujuan kognitif adalah (a) dapat
mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan
kemampuan memberikan rangsangan gerak dan serasi, (b) dapat menunjaukan
serangkaian gambar diam tanpa suara sebagai media foto dan film bingkai meskipun
kurang ekominis, (c) melalui media audio visual dapat pula diajarkan pengetahuaan
tentang hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu. (d) media audio visual dapat
digunakan untuk menunjukan contoh dan cara bersikap atau berbuat dalam suatu
penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi siswa. Untuk tujuan afektif (a)
media audio visual merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan informasi
dalam matra afektif, (b) dapat menggunakan efek dan teknik, media audio visual dapat
menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi. Untuk tujuan
psikomotorik (a) media audio visual merupakan media yang tepat untuk
memperlihatkan contoh ketrampilan yang menyangkut gerak. (b) dengan alat ini
dijelaskan, baik dengan cara memperlambat maupun mempercepat gerakan yang
ditampilkan.

13
Dari beberapa definisi dan tujuan media audio visual dalam pembelajaran tersebut,
tentu akan klop jika media ini diperbantukan dalam implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe make a match. Hipotesisnya adalah model pembelajaran kooperatif
tipe make a match berbantuan media audio visual dapat meningkatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran siswa. Selanjutnya adalah bagaimana menjawab atau
membuktikan hipotesis ini? Tentu perlu adanya riset yang metodologis semisal action
reseacrh (penelitian terapan) atau experimen research untuk membuktikan
keefektifannya.

Adapun Tujuan model pembelajaran Make and Match


Tujuan dari pembelajaran dengan model pembelajaran make a match adalah
untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamanya
terhadap suatu materi pokok. Menurut Fachrudin (2009, h. 168) menyatakan
bahwa siswa dilatih berfikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan
berinteraksi social. Benny (2009, h. 111) menyatakan bahwa Tujuan model
pembelajaran Make a Match yaitu untuk menciptakan hubungan baik antara guru
dengan siswa, dengan cara mengajak siswa bersenang-senang sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik. Miftahul Huda ( 2013, h. 251 ) mengatakan
bahwa tujuan model pembelajaran make a match yaitu untuk : (1) pendalaman
materi ; (2) penggalian materi ; dan (3) sebagai selingan. Adapun persiapan yang
harus dilakukan oleh guru sebelum proses pembelajaran berlangsung. Menurut
Miftahul Huda ( 20013, h. 251) yaitu: 1) Membuat beberapa pertanyan sesuai
dengan materi yang dipelajari (jumlah tergantung pada tujuan pembelajaran)
kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan. 2) Membuat kunci jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu
jawaban. (akan lebih baik kartu jawaban dan kartu pertanyaan berbeda warna).
3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sansi
bagi siswa yang gagal. 4) Menyediakan lembar untuk mencatat pasangan –
pasangan yang berhasil sekaligus untuk pensekoran presentasi. Tujuan model
pembelajaran make a match yaitu untuk mempermudah siswa dalam memahami
materi dan menjadikan siswa agar lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam proseses

14
pembelajaran sehingga hasil belajar 17 siswa dapat meninggat . Sebelum
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran make a match guru
harus mempersiapkan media yang diperlukan untuk proses belajar mengajar
yaitu guru harus mempersiapkan materi yang sesuai dengan model pembelajaran
make a match.

B. RENCANA PELAKSANAAN

a. Perencanaan
Membuat perencanaan pembelajaran (RPP), mempersiapkan alat
peraga,membuat instrumen tentang kegiatan instrumen ,membuat lembar
observasi, dan membuat alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
Dalam kegiatan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Siswa dibagi
menjadi 3 kelompok.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh kelompok masing-masing dengan
menggunakan media pembelajaran yang berbeda-beda yang telah
disediakan.
d. Refleks

Hasil yang dicapai siswa berupa tes ulangan harian, laporan kerja
kelompok dan observasi dianalisis dan kolaborasi dengan cara berdiskusi
dan koordinasi agar hasil yang diperoleh bersifat objektif. Hasil diskusi ini
digunakan untuk merencanakan langkah berikutnya pada siklus dengan
tugas individual

C. BAHAN AJAR

Bagi seorang pendidik bahan pengajaran merupakan hal wajib yang harus
dimiliki bahan pengajaran dapat berupa informasi, alat dan teks yang diperlukan
untuk pembelajaran .

15
Adapun bahan ajar yang digunakan untuk PAI materi tata cara wudhu dengan
beragam bahan pengajaran yang digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Absensi kehadiran
2. Buku pembelajaran
3. Media cetak gambar
4. Tablet
5. Laptop
6. Potongan kertas soal materi tata cara wudhu
7. Potongan jawaban materi tata cara wudhu

D. RUBRIK PENILAIAN

Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa ini berdasarkan prisip model


pembelajaran diferensiasi yang dilaksanakan di kelas, penilaian dilakukan dengan
menuliskan skor 5, 4, 3, 2,atau 1 pada kolom skor.

No Aktivitas Siswa yang diamati Skor Kelompok


I II III IV V
A Pendahuluan
1. Memperhatikan appersepsi dari guru
2. Memperhatikan motivasi dari guru
3. Memperhatikan penjelasan tujuan
pembelajaran
B Kegiatan Inti (Fase-fase inkuiri)
I 4. Siswa dikelompokkan menjadi 3
kelompok sesuaidengan kriteria
mereka, visual, audio, dan audio
visual
5. Siswa ikut mengidentivikasi
masalah melalui Tanya jawab
dengan guru dan sesama siswa
II 6. Siswa ikut serta dalam
menentukan hipotesis
III 7. Siswa memperhatikan penjelasan
mengenai tata cara wudhu
8. Siswa berusaha memahami
langkah-langkah percobaan dan
urutan dengan melihat media
yang ada (laptop, buku dan
tablet)

16
IV 9. Siswa membuat laporan untuk
maju persentasi
10. Siswa melakukan persentasi
dengan media yang mereka buat
yaitu canva, gambar gambar dan
juga yel yel
V 11. Tiap kelompok siswa
menyampaikan hasil kelompok
mereka
VI 12. Siswa ikut serta membuat
kesimpulan
C Penutup
13. Siswa ikut serta memantapkan
terhadap kesimpulan yang telah dibuat
melalui Tanya jawabdengan guru
14. Siswa mengikuti tes akhir
15. Siswa memperhatikan penyampaian
pesan-pesan dari guru
Jumlah Perolehan Skor
Nilai (perentase)
Rata- rata
Keterangan Kualitatif
Keterangan:

No Rentang Skor Rentang Persentase Keterangan


Kualitatif
1 15-26 ≤20 % – 35% Sangat Kurang
2 27-38 36% - 51 % Kurang
3 39-50 52 % - 67 % Cukup Aktif
4 51-62 68 % - 83 % Aktif
5 63-75 84 % - 100% Sangat Aktif\
Keterangan
Skor : 5= sangat aktif
4= aktif
3= cukup aktif
2= kurang aktif
1= tidak aktif
Skor Maksimal = 75. Keterangan : F = Nilai Perolehan Skor, N = Skor
Maksimal
F
Persentase yang dicari = × 100%
N

17
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Metode make a match atau mencari pasangan ini merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari
teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran, siswa
dituntut aktif agar dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik dan lebih
mudah dalam memahami materi tersebut. Namun di sisi lain model ini dapat
menjadi kurang efektif jika guru kurang dapat mengendalikan kelasnya sehingga
kelas dapat berubah seperti pasar.

Saran

Model pembelajaran ini dapat dijadikan suatu alternative oleh guru agar
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa serta dapat memberikan
variasi bagi siswa agar tidak bosan.

18
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. KEGIATAN PENDAHULUAN

Salam, Doa, Absensi Ice Breaking

B. KEGIATAN INTI

Guru Menjelaskan Tata cara Whudu

19
Belajar dengan Buku dan Persentasi lewat Lagu tata cara whudu

Belajar dengan Tablet dan persentasi dengan Kanva

Belajar dengan Laptop dan Persentasi dengan Gambar

20
Evaluasi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Make A Match

C. KEGIATAN PENUTUP

Sesi Tanya Jawab Guru menyampaikan Kesimpulan Pembelajaran

Doa Setelah Belajar

21
22

Anda mungkin juga menyukai