Anda di halaman 1dari 16

Makalah Tentang Beras

Disusun Oleh:

Nama : Afrin situmorang

Npm : 2301010007

Kelas : 2A11

Prodi Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Quality

Medan 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya. Saya bersyukur karena masih diberiNya kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah Bahasa Inggris Pertanian yang berjudul tentang Beras. .
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Inggris Pertanian
semester I dengan dosen pengampu Donatus Dahang S.Hut.,M.SI
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Donatus Dahang S.Hut.,M.SI selaku
dosen pengampu Bahasa Inggris Pertanian yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada orangtua saya
yang selalu mendukung saya di dalam perkuliahan.
Sebagai penyusun saya mohon maaf apabila di dalam makalah saya ditemukan
kekurangan-kekurangan baik dalam penyusunan maupun tata bahasa dari makalah ini. oleh
karena itu dengan kerenddahan hati, saya menerima saran dan krtik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya, saya sampaikan terimakasih atas perhatiannya dan saya berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita.

Medan ,30 November 2023


Penulis

Afrin Situmorang

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………….........………………..…. i


KATA PENGANTAR…………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….... iii
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………... 1
Latar Belakang …………...……………………………..…... 1
Tujuan Penelitian..…………………………………………... 2
BAB II. ISI …………………….………………………………………... 3
2.1 Pengertian Beras .....………………………………… …..….. 3
2.2 Morfologi dan Nilai Gizi ……………..………………..……. 4
2.3 Jenis jenis beras …………..…………………………………. 5
2.4 Syarat Mutu Gabah dan Beras ……………………..…………. 8
2.5 Pasca panen padi ……………………………………………... 8
2.6 Diversifikasi Olahan Beras………………………………………………………………. 10

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………..………. 11
DAFTAR PUSTAKA ………………..………………………..………… 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras (Oryza sativa) merupakan makanan pokok hampir 50% penduduk dunia atau
sedikitnya 90% di Asia. Rata-rata konsumsi beras per kapita dalam kurun waktu 1 minggu
masyarakat Indonesia cukup tinggi mencapai 1,668 kg pada tahun 2016 (Anonim, 2018).
Karbohidrat merupakan kandungan terbesar dalam beras dan sangat potensial untuk
mencukupi kebutuhan energi.
Beras sebagai makanan pokok memiliki kandungan mikronutrien yang masih
berpotensi untuk dipertahankan atau ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh adanya
permasalahan yang dihadapi dalam memproduksi beras yaitu pada saat penggilingan
sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas beras yang dihasilkan. Menurut Pattiwiri
(2006), meskipun penggilingan merupakan proses fisik, penggilingan juga berpengaruh
terhadap kandungan nutrisi beras. Hal ini disebabkan oleh adanya pelepasan dan pengikisan
bagian-bagian butiran gabah/beras selama proses penggilingan yang menyebabkan nutrisi
akan terbuang.
Beras cokelat adalah beras tetapi tidak disosoh (unpolished brown rice) yang di giling
pecah kulit tanpa disosoh (unpolished) sehingga tetap mempertahankan semua kebaikan
padi yang terkandung dalam lapisan kulit ari beras. Kulit ari ini disebut juga bekatul atau
aleuron yang kaya akan protein, lemak jenuh, vitamin, mineral, serat dan antioksidan
(Zakaria, 2010).
Tingginya tingkat konsumsi beras dengan kualitas rendah memiliki pengaruh yang
kurang baik bagi kesehatan, terutama penyakit diabetes dan obesitas. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu teknologi pascapanen untuk mengolah gabah sehingga dapat
meningkatkan kualitas dari beras baik dari segi fisik maupun kandungan gizi. Salah satu
teknologi pascapanen tersebut adalah pengolahan beras pratanak coeklat (parboiled brown
rice).
Beras pratanak adalah beras yang dihasilkan dari gabah yang telah mengalami
penanakan parsial melalui tahapan proses perendaman gabah dalam air dan pengukusan

4
dengan uap panas kemudian dikeringkan sebelum digiling. Tujuan dari pengolahan beras
pratanak adalah untuk menghindari kehilangan dan kerusakan beras, baik ditinjau dari nilai
gizi maupun rendemen serta menurunkan nilai indeks glikemik dari beras yang dihasilkan
(Hasbullah dan Pramita, 2013).
Beras parboiled dipilih karena diketahui termasuk dalam bahan pangan yang
memiliki IG rendah dan RS yang tinggi. Widowati dkk, (2008) melaporkan bahwa pengolahan
parboiling atau pratanak dapat menurunkan indeks glikemik beras sebesar 16-32%, sehingga
meningkatkan peranannya dalam pengendalian gula darah. Herawati (2010) melaporkan
bahwa kandungan RS beras dapat ditingkatkan melalui proses parboiling. Sementara itu,
dilaporkan bahwa penderita dibetes mengalami defisiensi mikronutrien, sehingga selain
mengkonsumsi pangan rendah IG untuk meningkatkan efektivitas pengendalian gula darah
dilakukan fortifikasi mikronutrien.Yulianto dkk. (2013) melaporkan beras parboiled
terfortifikasi kromium pikolinat (Cr pikolinat) dan ekstrak herbal pandan mempunyai sifat
fisikokimia yang baik.
Ekstrak etil asetat pandan wangi mengandung senyawa terpenoid dan steroid yang
berpotensi sebagai antidiabetes secara invitro dengan daya hambat sebesar 0,79% pada
konsentrasi 3,12 ppm (Sukandar dkk., 2009).
Oleh karena itu, dilakukan penelitian fortifikasi kromium dan magnesium terhadap
beras parboiled untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat fisik dan kimia parboiled
terfortifikasi yang dihasilkan menggunakan variasi cara perendaman dengan penambahan
ekstrak daun pandan dan lama pendinginan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis beras dan komposisi kimia yang terkandung didalamnya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk diversifikasi pengolahan berbahan baku beras.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Beras
Beras menjadi makanan pokok yang dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat
Asia. Makanan pokok ini didapat dari jenis serealia yaitu Padi (Oryza sativa L.). Beras
merupakan hasil utama yang diperoleh dari proses penggilingan gabah hasil tanaman padi
(Oryza sativa linaeus) yang seluruh lapisan sekamnya terkelupas dan seluruh atau sebagian
lembaga dan lapisan bekatulnya telah dipisahkan (BPPADI,2001). Sehingga dapat diartikan
bahwa beras merupakan buah padi. Padi terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica,
Japonica, dan Javanica (Ambarwati,1992).
Di Indonesia dikenal dengan berbagai jenis beras yaitu beras putih yang secara luas
telah digunakan masyarakat secara besar, beras merah, beras hitam dan beras ketan.
Perbedaan beras-beras tersebut dipengaruhi oleh asal padi beras antara lain dari bentuk,
pigmen dan komposisi gizinya. Namun, secara umum tanaman padi yang paling banyak
ditanam di Indonesia yaitu padi yang menghasilkan beras putih dengan tingkat kepulenan
yang baik. Menurut Tjitrosoepomo (1993), tanaman padi merupakan tanaman semusim
dengan kedudukan taksonomi padi yaitu :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Poales
Suku : Poaceae
Marga : Oryza
Jenis : Oryza sativa L.

6
2.2 Morfologi Dan Nilai Giji
Beras secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari kulit ari beras atau rice
bran, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit dalam dedak
atau bekatul, endospermia, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali
dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari embrio disebut dengan
mata beras (Haryadi, 2006).
Komponen terbesar dari beras adalah pati yaitu sekitar 80-85%. Beras juga
mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air. Pati beras
paling banyak terletak pada butir beras yang tersusun dari dua polimer karbohidrat yaitu,
amilosa (pati dengan struktur tidak bercabang) dan amilopektin (pati dengan struktur
bercabang dan cenderung bersifat lengket). Perbandingan kedua golongan pati ini
menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau
pera). Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dibedakan menjadi beras ketan (kadar
amilosa < 10%), beras beramilosa rendah (kadar amilosa 10-20%), beras beramilosa sedang
(kadar amilosa 20-25%), dan beras beramilosa tinggi (kadar amilosa > 25%) (Juliano, 1993).
Kemudian, Protein yang terdapat pada beras adalah Globulin (larut dalam garam),
Prolamin (larut dalam alkohol) dan Glutelin (larut dalam alkali dan asam) yang merupakan
protein utama pada beras selain prolamin dan globulin. Dibanding bijibijian lainnya, kualitas
protein beras lebih baik karena kandungan lisinnya lebih tinggi. Walaupun demikian lisin
tetap merupakan asam amino pembatas yang utama (terkecil jumlahnya) dalam beras. asam
amino triptofan, 3,5 gram serat (beras putih mengandung kurang dari 1 gram) kandungan
proteinnya 2-5% lebih tinggi dari beras putih. Beras juga mengandung lemak yang paling
banyak terdapat pada lembaga dan aleuron. Beras pecah lemak terdapat pada bekatul atau
dedak sebanyak 80%.Kandungan vitamin utama pada beras adalah asam pantotenat (B5),
biotin (B7), inositol, vitamin B12 (cyanocobalamin), dan vitamin E (tokoferol). Vitamin ini
banyak terdapat pada lapisan aleuron dan selama penggilingan vitamin ini banyak yang
hilang.Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai
varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil
endosperm berpati (Hadipernata, 2007).

7
2.3 Jenis - Jenis Beras
Sebagian beras didominasi dengan pati, namun beras juga mengandung protein,
vitamin, mineral, dan air. Kandungan pati yang terdapat dalam beras terbagi menjadi dua
jenis, yakni amilosa (pati berstuktur tidak bercabang), dan amilopektin (pati berstruktur
bercabang dan cenderung bersifat lengket). Komposisi kedia jenis pati inilah yang
menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau
pera). Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetic, hal ini dikarenakan perbedaan
gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada
endospermia (AAK, 1990). Karena hal ini pulalah kita dapat mengenal beras putih, beras
merah, beras hitam, dan beras ketan. (Manurung dan Ismunadji, 1999).
1. Beras putih
Beras putih merupakan beras yang paling sering digunakan di Indonesia atau dengan
kata lain beras ini mendominasi pasar beras. Beras putih adalah padi yang sudah digiling dan
bersih dari bekatul serta kulit arinya sehingga beras yang dihasilkan berwarna putih. Sesuai
dengan namanya beras ini berwarna putih dan sedikit transparan karena hanya memiliki
sedikit aleuron, serta kandungan amilosa yang umumnya sekitar 20%. Beras putih paling
banyak dicari dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Adapun jenisjenisnya antara lain:
a. Pandan wangi :
Ciri khas beras pandan wangi adalah aromanya yang wangi pandan. Namun sering
pula terdapat beras yang wangi pandan karena zat pewangi kimia. Beras pandan wangi tidak
panjang, tetapi cenderung bulat. Jika terdapat beras dengan biji yang panjang, tetapi wangi
hampir dapat dipastikan beras tersebut telah dicampur dengan pewangi kimia. Selain bulat
beras pandan wangi juga berwarna sedikit kekuningan tapi tidak putih namun bening dan
terdapat bagian yang lebih berwarna putih dibagian tengahnya.
b. Setra Ramos atauIR 64
Beras IR 64 atau Setra Ramos adalah beras yang paling banyak beredar di pasaran,
karena harganya yang terjangkau dan relatif cocok dengan selera masyarakat perkotaan.
Normalnya beras jenis ini pulen jika dimasak menjadi nasi, namun jika telah berumur terlalu
lama (lebih dari 3 bulan) maka beras ini menjadi sedikit pera, dan mudah basi ketika

8
menjadi nasi. Beras ini memiliki ciri fisik agak panjang / lonjong, tidak bulat. Beras ini tidak
mengeluarkan aroma wangi seperti pandan wangi.

c. Rojolele
Beras Rojolele memiliki ciri fisik cenderung bulat, memiliki sedikit bagian yang
berwarna putih susu, dan tidak wangi seperti beras pandan wangi. Nama Rojolele biasanya
adalah sebutan dari daerah Jawa Tengah atau Jawa Timur, namun untuk daerah Jawa Barat
dan beberapa daerah lain terkadang beras ini biasanya disebut Beras Muncul.
d. IR 42
Beras IR 42 bentuknya tidak bulat, mirip dengan IR 64 namun ukurannya lebih kecil.
Beras ini jika dimasak nasinya tidak pulen, namun pera sehingga cocok untuk keperluan
khusus seperti untuk nasi goreng, nasi uduk, longong, ketupat dan lain sebagainya. Biasanya
harganya relatif lebih mahal daripada IR 64 karena beras ini jarang ditanam oleh petani.
2. Beras merah
Beras merah mudah sekali dikenali dengan warnanya yang kemerahan. Warna
merah tersebut berasal dari lapisan bekatul atau aleuron yang mengandung senyawa
antosianin, yaitu suatu zat yang membuat beras ini berwarna merah.Tidak banyak yang
menyukai beras merah, karena memiliki struktur yang kasar bila dibandingkan dengan beras
putih. Struktur yang kasar pada beras merah disebabkan oleh adanya kandungan serat yang
lebih tinggi daripada beras putih. Perlu waktu yang lebih lama untuk memasak beras merah
menjadi nasi. Hanya sebagian masyarakat yang mengkonsumsinya, karena dipercaya lebih
menyehatkan dan sedikit mengandung karbohidrat. Beras ini memiliki ciri-ciri yang mudah
dikenali, selain warnanya yang merah kecoklatan, kulit ari pada beras tidak terkelupas
sehingga diyakini banyak vitamin yang terkandung pada setiap butirnya dan kaya akan serat.
Namun mengonsumsi beras merah bermanfaat untuk menjaga jumlah zat besi dalam tubuh
yang membantu mengatur gula darah dan insulin. Selain itu, beras merah mengandung
vitamin B6 yang penting untuk menyeimbangkan pembentukan serotonin dan sel darah
merah yang penting dalam produksi sel DNA.
Beras merah sebagai makanan pendamping ASI (MPASI). Beras merah memiliki
manfaat yang lebih unggul dibandingkan dengan beras putih. Manfaat beras merah untuk
bayi diantaranya vitamin B1, B12 dan B6 yang cukup tinggi sehingga mampu membantu
dalam proses perkembangan dalam pembentukan energi di dalam sel tubuh bayi. Kulit ari

9
pada beras merah mengandung zat yang sangat baik untuk perkembangan otak bayi karena
kandungan mineral yang cukup tinggi memberikan manfaat untuk asupan kebutuhan nutrisi
yang membantu menunjang pertumbuhan rambut, gigi, tulang dan otot bayi. Beras merah
juga mengandung serat yang tinggi yang baik untuk pencernaan bayi dan juga kandungan
zat besi untuk memenuhi kebutuhan asupan zat besi dalam pertumbuhan bayi. Kandungan
zat tamin yangterdapat pada beras merah organik sangat baik untuk perkembangan jaringan
saraf dan jantung bayi. Bahkan kandungan fosfor yang terdapat di dalam beras merah
organik akan membantu untuk perkembangan sistem saraf rangka bayi. Dengan
mengkonsumsi beras merah organik maka bayi akan memiliki pola tidur yang cukup
dikarenakan kandungan zat tepung yang dapat meningkatkan serotonin dalam jaringan otak
bayi. Serotonin memiliki peran dalam pengaturan tingkat kantuk sehingga lebih bisa teratur.
Bahkan kandungan gula di dalam beras merah organik lebih stabil sehingga bayi tidak
mudah lapar yang menyebabkan terbangun di malam hari karena rasa lapar.
3.Beras Hitam
Beras Hitam ini terbilang cukup langka, dan jarang ditemui di beberapa pasar. Hal ini
disebabkan karena aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas
tinggi sehingga berwarna ungu pekat dan mendekati hitam. Beras hitam memiliki tekstur
agak pera serta kurang cocok untuk dijadikan nasi. Selain sebagai bahan pangan beras hitam
juga berfungsi sebagai obat, karena memiliki kadar vitamin, mikroelemen dan asam amino
yang lebih tinggi daripada beras biasa. Kandungan antosianin juga berfungsi sebagai anti
kanker dan anti-aging. Beras ini juga bermanfaat untuk penderita Alzheimer dan diabetes,
karena kandungan zat antiinflamasi dan antioksidan lebih tinggi dari jenis beras lainnya.
4.Beras Ketan
Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir
seluruh patinya merupakan amilopektin.Beras ketan putih banyak digunakan sebagai bahan
baku kue, cake, brownies, dan makanan kecil lainnya. Beras ketan putih berwarna putih,
karena mengandung amilopektin yang snagat tinggi. Beras ketan putih jarang dimasak
sebagai nasi. Umumnya beras ketan putih digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kue
tradisional. Beras ketan putih mengandung mineral tembaga yang dapat memperkuat
jaringan ikat, menunjang system kekebalan tubuh serta meningkatkan fungsi otak. Beras
ketan hitam tidak memiliki sifat pulen seperti beras ketan putih. Beras ketan hitam

10
umumnya memiliki tekstur agar pera sehingga beras ketan hitam sering dijadikan bahan
campuran untuk tapai ketan, bubur ketan hitam maupun bahan baku kue tradisional.

2.4 Syarat Mutu Gabah dan Beras


Menurut BSN (1987), Gabah yang merupakan asal dari beras memiliki beberapa
syarat kualitatif yaitu : bebas hama dan penyakit, bebas bau busuk, asam atau bau-bau
lainnya, bebas dari bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisidan dan bahan
kimia lainnya, serta gabah tidak boleh panas.
Beras sebagai hasil dari penggilingan gabah juga memiliki beberapa syarat umum,
diantaranya : bebas hama dan penyakit, bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya, bebas
dari campuran dedak dan bekatul, serta bebas dari bahan kimia yang membahayakan dan
merugikan konsumen.
2.5 Pasca Panen Padi
Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan
pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan
optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin. Adapun tanda-
tanda padi siap panen adalah:
a. 95 % gabah sudah menguning dan daun bendera telah mengering
b. Umur optimal malai 30 – 35 hari terhitung sejak hari sesudah berbunga (HSB)
c. Kadar air berkisar 21 – 26 %
d. Kerontokan gabah sekitar 16 – 30 % (Cara mengukurnya dengan meremas malai dengan
tangan
Pengelolaan panen dan pasca panen padi terdiri dari beberapa tahapan, tahapan
pertama yaitu pemanenan itu sendiri yang biasanya dilakukan sesuai alat yang
digunakannya. Biasanya pemanenan secara tradisional dilakukan dengan menggunakan ani-
ani.Aniani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan
tanaman padi berpostur tinggi dengan cara memotong pada tangkainya. Namun ada juga
cara pemanenan dengan alat yang lebih modern yaitu dengan mesin perontok atau
thresher.
Tahapan selanjutnya yaitu pengumpulan hasil panen (padi). Setelah dipanen, padi
harus segera dikumpulkan ke tempat yang paling dekat dengan perontokkan. Selanjutnya

11
adalah perontokan, Perontokan ini dapat dilakukan dengan tenaga manusia atau dengan
alat mesin Tujuan tahapan ini adalah melepaskan bulir-bulir gabah dari malainya. Cara
perontokan padi yaitu (1) diiles/diinjak, (2) pukul (gedig), (3) banting (gebot), (4) pedal
tresher/ mesin perontok/power tresher. Setelah dilakukan perontokan, tahap selanjutnya
adalah pembersihan, proses pemisahan bahan dari benda asing, kotoran lainnya yang akan
merusak benih/gabah saat disimpan.
Kadar air gabah yang baru dipanen berkisar antara 20 – 25 %, sehingga perlu
diturunkan kadar airnya dengan cara pengeringan sampai gabah mencapai kadar air
maksimum 14 %. Tujuan pengeringan adalah agar gabah tidak mudah rusak sewaktu
disimpan, rendeman giling dan mutu tetap baik. Pengeringan gabah umumnya dilakukan
dengan memanfaatkan panas sinar matahari, tetapi jika panen terjadi musim hujan
disarankan menggunakan alat pengering buatan seperti mesin pengering (drayer) atau silo
pengering.
Padi kering akan disimpan. Tujuan penyimpanan adalah untuk memperpanjang masa
penyediaan bahan pangan. Gabah yang akan disimpan harus memiliki kadar air maksimal 14
%. Gudang tempat penyimpanan sebaiknya berlantai semen, kering serta diberi alas kayu
dengan ketinggian kira-kira 15 cm. Jadi karung tempat gabah tidak akan bersentuhan
langsung dengan lantai, dan peredaranudara dibawah karung dapat berlangsung dengan
baik. Gudangpun harus memiliki lubang udara yang cukup, sedangkan gabah yang akan
digunakan sebagai benih harus dipilih yang benar-benar baik. Kadar air perlu diturunkan lagi
menjadi 11 % dengan cara dijemur lagi satu hari. Kemudian gabah dimasukkan ke dalam
kantong-kantong plastik dengan ukuran kecil dan kantong ini dimasukkan ke dalam blek
atau kaleng, dan ditutup sampai kedap udara menggunakan lilin. Sedangkan penyimpanan
beras sebelum dikonsumsi atau dijual, beras disimpan dalam jangka waktu tertentu.
Tahapan pascapanen yang lain adalah penggilingan dan penyosohan. Tujuan
penggilingan dan penyosohan beras adalah untuk: 1) memisahkan sekam, kulit ari, bekatul
dan lembaga dari endosperm beras, 2) meningkatkan derajat putih dan kilap beras, 3)
menghilangkan kotoran dan benda asing, serta 4) sedapat mungkin meminimalkan
terjadinya beras patah pada produk akhir. Tinggi-rendahnya tingkat penyosohan
menentukan tingkat kehilangan zat-zat gizi. Proses penggilingan dan penyosohan yang baik
akan menghasilkan butiran beras utuh (beras kepala) yang maksimal dan beras patah yang
minimal.

12
2.6 Diversifikasi Olahan Beras
Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat,
yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi pangan yang dilakukan
untuk menambah variasi dari makanan pokok. Beberapa olahan beras yang dapat dikembangkan
dengan berbasis teknologi pengolahan adalah sebagai berikut:
1.Tepug Beras

Tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang
dianjurkan,karena akan lebih tahan disimpan, mudahdicampur (dibuat komposit), diperkaya
zat gizi(difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasaksesuai tuntutan kehidupan modern
yang serbapraktis. Pembuatantepung beras dapat dilakukan karena beras mengandung
sebagian besar karbohidrat. Tepung berasmempunyai kelebihan yaitukemudahan
penyimpanan dan penyiapan sebagaibahan baku suatu produk serta mempunyai dayatahan
yang relative lebih tinggi dibandingkanbentuk bijinya. Tepung beras terdiri dari tepung beras
pecah kulit dan tepung beras sosoh.
Tepung beras banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti bihun, bakmi,
macaroni, aneka snacks, aneka kue kering (“cookies”), biscuit, “crackers”, makanan bayi,
makanan sapihan untuk Balita, tepung campuran (“composite flour”) dan sebagainya.
Tepung beras banyak digunakan dalam pembuatan “pudding micxture” atau
“custard”(Indriyani,F.,2013).

Proses pembuatan tepung beras dapat dilakukan secara kering, yaitu dengan
menepungkan beras secara langsung dan dapat juga dilakukan dengan penepungan beras
basah (beras direndam dalam air semalam, ditiriskan, dan ditepungkan). Alat penepung
yang digunakan adalah secara tradisional (alu, lesung, kincir air) dan mesin penepung
(hammer mill dan disck mill) (Astawan, 2000).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari uraian diatas adalah sebagai berikut :

1. Beras berasal dari padi yang diperoleh dengan cara pengeringan dan penggilingan.

2. Beras memiliki kandungan gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan
air yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya.

3. Beras dapat didiversifikasi sesuai dengan karakteristik atau komponen gizi pada beras.

4. Tepung beras, merupakan contoh diversifikasi produk dari beras.

14
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.

Anna, Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.

Apriyantono, Anton et al. 1988. Analisis Pangan. IPB Press. Bogor.

Astawan, 2000. Baras dan Tepung Beras. Femina, Jakarta. Dan Sifat Organoleptik

Tepung Beras Merah Berdasarkan Variasi Lama

Badan Standarisasi Nasional. 1987. SNI 01-0224:1987. Standar Mutu Gabah. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 6128:2008. Beras. Jakarta.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2007. Mengolah

Dedak Menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta Pertanian Vol 29 No 4.200.

BB Pascapanen. Bogor.

Departemen Kesehatan R.I. 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan RI

Jakarta.

Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Indriyani,F., Nurhidajah, dan Agus Suyanto. 2013.Karakteristik Fisik, Kimia

Pengeringan. Jurnal. Teknologi Pangan. Universitas Muhammadiyah

Semarang.

Juliano, B.O. 1993. The rice and its gross composition.. Edisi ke-2. American

15
Association of Cereal Chemist St Paul Minnesota. USA. p 17 – 57.

Kadarisman,D. 1994. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Singkat Dalam Bidang

Teknologi Pangan, Angkatan II. Kerjasama FATETA IPB - PAU Pangan &

GIZI IPB dengan Kantor Meneteri Negara Urusan Pangan/BULOG Sistem

Jaminan Mutu Pangan, Bogor.

Manurung SO, Ismunadji M. 1999. Padi: Buku Padi 1.Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor

16

Anda mungkin juga menyukai