Anda di halaman 1dari 4

RUMAH KONTRAKAN KECIL YANG TENANG

Pagi itu, gerimis datang. Di sebuah rumah kontrakan yang kecil dan sempit. Mungkin
hanya cukup di tempati paling banyak 3 orang saja. Barang-barang di dalamnya juga
tidak terlalu banyak. Disitu lah seorang Ibu yang bekerja di sebuah pabrik di kota itu
membesarkan anak nya. Putra namanya. Baru berusia 5 tahun.

Putra kerap kali menangis di pagi hari, tidak ingin di tinggal Ibu nya bekerja.
Kebutuhan rumah tangga yang semakin mahal, namun gaji dari pabrik yang pas-pas
an, membuat sang Ibu harus bekerja keras menghidupi hidup mereka. Belum lagi,
Putra akan masuk Sekolah Dasar.

“Menyesal sekali Ibu membesarkanmu, harusnya kau ikut Ayah mu saja sana!” kata
sang Ibu sambil memandikan Putra pagi itu. Gerakan nya seakan terburu-buru karena
sebentar lagi adalah jam masuk kerja. “Sudah diam! Jangan rewel. Ibu gak suka
punya anak rewel. Selesai memandikan Putra, sang Ibu bergegas memilihkan pakaian
untuk anak nya. Pakaian itu memiliki warna yang tidak senada. Baju dan celana yang
bukan pasangan nya.

Putra menatap Ibu nya kian sendu, meski tak tau maksud dari omelan-omelan Ibu nya
setiap hari, hanya saja entah mengapa hatinya merasa sedih. Tidak punya teman,
Ayah nya yang pergi dari rumah, Ibu nya yang sibuk bekerja. Hanya seorang Ibu-ibu
tetangga yang di kenalnya terkadang membantu melihat nya sesekali di rumah. Itupun
atas pesan Ibu nya. Kata Ibu nya, Putra anak yang nakal dan suka sekali menangis.
Ibu nya takut Putra akan membuat kekacauan dirumah karena di tinggal sendirian.

Setelah mengurus beberapa keperluan rumah, dan tentu saja juga mengurus Putra
terlebih dahulu. Ibu itu mengambil tas nya yang berisi bekal makan dan bergegas
akan berangkat kerja. Putra menarik tangan ibu nya dan berkata “Bu, permen Putra
yang di kotak sudah habis”. Putra menatap Ibu nya dengan harapan akan di beri uang
jajan untuk beli permen di warung depan gang. Ibu nya mengeluarkan uang Rp.
10.000 dan berpesan “Jangan nakal, jangan jadi anak yang ngerepotin orang tua,
kalau mau apa-apa ambil sendiri ya, sarapan juga sudah ibu siapin . kalau listrik
padam minta bantuan Bu Titin menghidupkan lilin ya, Ibu pulang magrib hari ini.
Ingat jangan nangis dan teriak-teriak ya dirumah sendiri nanti ganggu tetangga.
***
Baru beberapa langkah Ibu nya keluar rumah, Putra sudah ingin pergi ke warung beli
permen. Namun baru saja Putra sampai di depan rumah, Ibu nya terlihat berbalik
menuju rumah. Dilihat nya Putra yang akan pergi ke warung. “Putra dirumah saja,
lagi gerimis, jajan nya nanti saja”. Lagi-lagi Ibu memarahinya, lagi-lagi Putra berbuat
salah. “Baik bu,” Putra menjawab sambil menunduk lesu dan kembali masuk
kerumah.

“Susah sekali mengurus anak kecil sendirian, berisik, suka sekali menangis,
seringkali membuat rumah berantakan” pikir Ibu itu sambil meninggalkan Putra yang
sudah masuk kembali ke dalam rumah. Anak itu sendirian.

Kalau saja Ayah Putra tidak memilih menikah lagi, dan meninggalkan Putra dan Ibu
nya, mungkin hidup mereka tidak sesulit sekarang. Hari itu, entah mengapa cuaca
sangat tidak bersahabat, pergi bekerja ke pabrik seakan-akan lebih sulit dari biasanya.

Bus itu melaju dengan membawa penumpang yang cukup ramai di dalam nya.
Menempuh jarak kira-kira 20 menit untuk sampai ke pabrik. Berdesak-desakan
dengan penumpang lain sudah hal biasa, namun yang berbeda banyak sekali
penumpang dengan baju sedikit basah. Namanya juga Angkutan Umum, yang naik
juga pasti dari kalangan menengah ke bawah.

BRAKKKK!!!!

Benturan cukup keras menghantam bagian depan Bus kecil itu, seluruh penumpang di
dalam Bus sangat kaget, mencoba berpengangan pada apapun untuk menyelamatkan
nyawa masing-masing, masih tidak ingin nyawa nya hilang di dalam Bus itu.

“Kalau jalan lihat-lihat dong!!!” teriak supir Bus yang keluar dari Bus sambil marah-
marah. Rupanya penyebab nya adalah sebuah sepeda motor yang menyebrang jalan
kurang hati-hati. Alhasil, tabrakan pun tak terelakkan. Untung saja, tidak
menyebabkan kerusakan yang terlalu parah. Walaupun kaki pengendara sepeda motor
itu sedikit terluka. Setelah negosiasi yang tidak terlalu lama, akhirnya Bus pun melaju
kembali. Semua orang di dalam Bus mendesah lega. Untung lah tidak terjadi sesuatu
yang cukup parah.

“Syukurlah tidak terjadi apapun padaku. Kalau tidak, bagaimana Putra bisa bertahan
hidup tanpaku” ucap sang Ibu dalam hati.
***
Sore itu sepulang kerja. Sang Ibu berjalan di gang sempit rumah nya. Membawa
sekotak kecil permen kesukaan Putra dan sekotak lagi kue Ulang Tahun untuk dirinya
sendiri. Meski pulang agak telat satu jam karena untuk membeli kue harus naik Bus 2
kali untuk sampai di toko roti. Namun ada yang berbeda dari rumah nya. Rumah nya
hari ini terlihat gelap karena listrik padam dan juga terlihat ramai. Para tetangga
berkumpul di depan rumah nya, yang dipikirkan sang Ibu pertama kali adalah
kekacauan apalagi yang dibuat Putra kali ini.

***

Pagi ini tepat seminggu setelah hari Ulang tahun nya itu. Dan pagi itu juga gerimis
seperti minggu kemarin. Hanya saja, hari ini dia tidak terburu-buru untuk berangkat
kerja. Hari itu dia tidak nyaris terlambat pergi kerja seperti hari-hari lalu. Hari itu,
rumah kontrakan itu menjadi tenang, tidak terdengar tangisan-tangisan Putra yang
meminta Ibu nya untuk tidak meninggalkannya pergi kerja.

Kini tidak akan ada lagi anak yang nakal dan rewel. Tidak ada lagi Putra yang suka
jajan permen. Rumah itu kini tenang, selamanya.
DATA DIRI :

NAMA : FADHILAH RAMADHANI


NO. REKENING : 8200628226
AKUN IG : @dhilarahma18
NO WA : 087814992991
FOTO :

Anda mungkin juga menyukai