Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

IDENTIFIKASI DAERAH BTS USO YANG


MEMILIKI TINGKAT UTILITAS TINGGI

4.1 Topologi Transmisi

1. Transmisi VSAT (Very Small Aperture Terminal)

Gambar 4.1 Transmisi VSAT

Penggunaan VSAT (Very Small Aperture Terminal) sebagai media transmisi untuk
BTS digunakan pada lokasi-lokasi terpencil dan pegunungan yang tidak dapat
terjangkau oleh Radio Microwave. Hal ini disebabkan karena letak geografis dan
kontur permukaan bumi sehingga menyebabkan penggunaan Radio Microwave
tidak memungkinkan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Aspek Bisnis dan Aspek Hukum dalam Regulasi BTS USO Eksisting

2. Transmisi Radio Microwave

Gambar 4.2 Transmisi Radio Microwave

Transmisi Radio Microwave banyak di gunakan di daerah-daerah rural atau


suburb dimana umumnya menggunakan tower yang tinggi dan antena Microwave
di install di tempat yang tinggi untuk mendapatkan LOS (Line of Sight).

3. Transmisi Hybrid

Gambar 4.3 Transmisi Hybrid

Penggunaan transmisi kombinasi Radio Microwave dengan Fiber Optic umumnya


berada di daerah perkotaan dimana belum semua wilayah terdapat jaringan Fiber
Optic sehingga masih di perlukan Radio Microwave.

4-2
LAPORAN AKHIR
Kajian Aspek Bisnis dan Aspek Hukum dalam Regulasi BTS USO Eksisting

4. Transmisi Fiber Optic

Gambar 4.4 Transmisi Fiber Optic

Sistem transmisi Fiber Optic banyak di gunakan di wilayah pusat kota dan bisnis
area karena jaringan Fiber Optic sudah cukup banyak dan menyebar luas pada
area tersebut.

4.2 Identifikasi Daerah BTS USO yang Memiliki Tingkat

Utilitas Timggi
Perkembangan teknologi industri telekomunikasi dan informatika telah demikian
pesatnya. Namun layanan telekomunikasi dan informatika belum dapat dinikmati
oleh seluruh masyarakat khususnya di daerah 3T. Kebutuhan akan tersedianya
akses terhadap layanan telekomunikasi tersebut menjadi tantangan yang harus
diselesaikan oleh para penyedia jasa telekomunikasi, khususnya terkait dengan
penyediaan untuk masyarakat yang berada di daerah 3T dan daerah perbatasan.
Akibatnya, penambahan jumlah dan lokasi layanan jasa telekomunikasi tersebut
sudah merupakan tuntutan yang wajib dipenuhi oleh para penyedia jasa
telekomunikasi.
Penyediaan BTS atau Menara Telekomunikasi di titik-titik blankspot daerah 3T
merupakan salah satu program USO/Kewajiban Layanan Universal di bidang
telekomunikasi dan informatika yang dikelola BAKTI. Program penyediaan BTS

4-3
LAPORAN AKHIR
Kajian Aspek Bisnis dan Aspek Hukum dalam Regulasi BTS USO Eksisting

USO tersebut dilaksanakan di daerah 3T yang belum memperoleh cakupan


layanan jaringan telekomunikasi seluler. Adapun lokasi yang dibangun tersebar di
seluruh pelosok Indonesia, dengan fokus pembangunan di kawasan perbatasan
dan pulau-pulau terluar.
Dengan semakin banyaknya pengguna layanan BTS USO di desa 3T membuat
kapasitas BTS tersebut menjadi penuh sehingga layanan tidak maksimal. Saat ini
traffic penggunaan layanan 2G dan 4G di hampir semua BTS USO telah
mengalami congestion karena antusiasme masyarakat di desa 3T yang begitu
besar dalam menggunakan layanan ini.
Selain itu juga operator selular seiring dengan waktu memperluas coverage untuk
dapat menjangkau daerah atau wilayah yang masih blankspot. Kondisi ini
membuat coverage BTS USO di beberapa desa beririsan dengan coverage BTS
reguler operator sehingga keberadaan BTS USO menjadi tidak efektif karena
kapasitas BTS USO sangat kecil di bandingkan dengan BTS reguler. Kapasitas
layanan BTS USO hanya 8 Mbps sedangkan layanan BTS regular operator
seluler bisa mencapai 150 Mbps. Hal ini menyebabkan masyarakat di suatu
daerah terdapat layanan BTS USO dan layanan BTS reguler yang awalnya
berada dalam coverage BTS regular kemudian berpindah memasuki coverage
BTS USO akan mengalami penurunan kualitas layanan.

Berikut data-data site BTS USO yang berdekatan dengan BTS reguler.

4-4
LAPORAN AKHIR
Kajian Aspek Bisnis dan Aspek Hukum dalam Regulasi BTS USO Eksisting

Tabel 4.1 Rekapitulasi 63 site yang diusulkan untuk terestrialisasi


No SITE ID SITE NAME PROVINSI KABUPATEN Long Lat JPP Kategori
1 UXS028 TOMBULILATO GORONTALO GORONTALO UTARA 123,1715 0,86704 T3
2 UXE198 TENGAH MARABATUAN KALIMANTAN SELATAN KOTA BARU 115,7991 -4,364409 T3
3 UQT061 AIR LENGIT KEPULAUAN RIAU NATUNA 108,2632 3,93225 T3
4 UQT062 BATU BELANAK KEPULAUAN RIAU NATUNA 107,7991 3,01116 T3
5 UQT085 AIR KUMPAI KEPULAUAN RIAU NATUNA 107,7689 3,0153 T3
6 UQT084 TANJUNG SETELUNG KEPULAUAN RIAU NATUNA 109,0085 2,48925 T3
7 UXX026 ULIMA MALUKU BURU SELATAN 127,1795 -3,82603 T3
8 UXX140 PURPURA MALUKU MALUKU BARAT DAYA 127,1832 -8,038864 T3
9 UXY043 NUWEWANG MALUKU MALUKU BARAT DAYA 127,6395 -8,18735 T3
10 UXY058 WALNEWEN MALUKU BURU 126,57688 -3,07744 T3
11 UXY077 KILESER MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 130,87995 -3,60479 T3
12 UXX127 OHOIEL MALUKU MALUKU TENGGARA 132,9787 -5,725248 T3
13 UXX129 OHOI TUTREAN MALUKU MALUKU TENGGARA 132,953 -5,842146 T3
14 UXY074 JEMBATAN BASAH MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 130,3878 -3,06969 T3
15 UXY065 WAFLAN MALUKU BURU 126,8975 -3,52892 T3
16 UXY052 TIHU MALUKU SERAM BAGIAN BARAT 127,698056 -3,2525 T3
17 UXX177 RUMEON MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 131,3831 -3,96495 T3
18 UXX146 MIRAN MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 131,4298 -4,010906 T3
19 UXW105 DURJELA MALUKU KEPULAUAN ARU 134,233611 -5,817222 T3
20 UXY060 TIHULESI MALUKU MALUKU TENGAH 127,920008 -3,54293 T3
21 UXX036 ALUSI BATJAS MALUKU KEPULAUAN TANIMBAR 131,58124 -7,66888 T3
22 UXX044 MEYANO BAB MALUKU KEPULAUAN TANIMBAR 131,6152 -7,642944 T3
23 UXW091 PANTURA JAYA MALUKU UTARA HALMAHERA TENGAH 128,7318 0,32414 T3
24 UXW099 MESSA MALUKU UTARA HALMAHERA TENGAH 128,28926 0,40369 T3
25 UXW058 POSI-POSI RAU MALUKU UTARA PULAU MOROTAI 128,178333 2,293333 T3
26 UXW077 LABI LABI MALUKU UTARA HALMAHERA TIMUR 128,3545 1,4701 T3
27 UXW038 BIDO MALUKU UTARA PULAU MOROTAI 128,6411 2,28284 T3
28 UXW051 LIFAO MALUKU UTARA PULAU MOROTAI 128,614722 2,227222 T3
29 UXW098 GURABUNGA MALUKU UTARA TIDORE KEPULAUAN 127,4227 0,67482 T3
30 UXN421 PIONG NUSA TENGGARA BARAT BIMA 118,25364 -8,35003 T3
31 UXN450 SELONG BELANAK NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TENGAH 116,1583 -8,84642 T3
32 UXN451 KABUL NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TENGAH 116,1727 -8,8018 T3
33 UXN429 MEKARSARI NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TENGAH 116,2093 -8,889 T3
34 UXN438 KOLE NUSA TENGGARA BARAT BIMA 118,7972 -8,40612 T3
35 UXQ105 FATUMONAS NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 124,0176 -9,682467 T3
36 UXQ130 HELEBEIK NUSA TENGGARA TIMUR ROTE NDAO 123,07555 -10,7833282 T3
37 UXQ102 LEDERAGA NUSA TENGGARA TIMUR SABU RAIJUA 121,7218 -10,58608 T3
38 UXQ096 MANEIKUN NUSA TENGGARA TIMUR BELU 125,0163 -9,06855 T3
39 UXQ080 BENUS NUSA TENGGARA TIMUR TIMOR TENGAH UTARA 124,503055 -9,273055 T3
40 UXQ077 NETEMNANU UTARA NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 124,0285022 -9,3552954 T3
41 UYO110 WARBOR PAPUA SUPIORI 135,6474 -0,665755 T3
42 UYO044 AMSIRA PAPUA SARMI 138,585277 -1,773611 T3
43 UYO162 BUPUL INDAH PAPUA MERAUKE 140,7628 -7,39552 T3
44 UYO208 KAMPUNG PERSATUAN PAPUA BOVEN DIGOEL 140,3426 -6,13999 T3
45 UYO106 ULILIN PAPUA MERAUKE 140,6665 -7,316055 T3
46 UYO066 GETENTIRI PAPUA BOVEN DIGOEL 140,3436 -6,5959 T3
47 UYP094 MAMBESAK PAPUA BIAK NUMFOR 136,0432 -0,92852 T3
48 UYP093 WARKAPI PAPUA BARAT MANOKWARI 134,115277 -1,146388 T3
49 UYP066 FEF 2 PAPUA BARAT TAMBRAUW 132,40952 -0,79671 T3
50 UYP037 YUKASE PAPUA BARAT MAYBRAT 132,26138 -1,24777 T3
51 UYP205 VASCO DAMNEEN PAPUA BARAT TELUK BINTUNI 133,1213 -1,91151 T3
52 UYP240 WARAYARU PAPUA BARAT TELUK WONDAMA 134,46729 -2,58344 T3
53 UYP029 JITMAU PAPUA BARAT MAYBRAT 132,3131 -1,3052 T3
54 UYP111 KLASOF PAPUA BARAT SORONG 131,2446 -1,27391 T3
55 UYP055 YENSAWAI PAPUA BARAT RAJA AMPAT 130,684 -0,80671 T3
56 UYP274 ORANSBARI PAPUA BARAT MANOKWARI SELATAN 134,22493 -1,37872 T3
57 UXU004 RANO SULAWESI TENGAH DONGGALA 119,7161 -0,04479 T3
58 THN021 NGALIPAENG SULAWESI UTARA KEPULAUAN SANGIHE 125,61883 3,39072 T3
59 UXS017 BEONG SULAWESI UTARA KEPULAUAN SITARO 125,3895 2,756496 T3
60 UQM004 HILIMBOWO SUMATERA UTARA NIAS SELATAN 97,62343 0,84542 T3
61 UQM002 SIKHORILAFAU SUMATERA UTARA NIAS SELATAN 97,75935 0,718881 T3
62 UQM043 LAWINDRA SUMATERA UTARA NIAS SELATAN 97,750756 0,909829 T3
63 UQM036 SISOBANDRAO SUMATERA UTARA NIAS BARAT 97,426944 1,024166 T3

4-5
LAPORAN AKHIR
Kajian Aspek Bisnis dan Aspek Hukum dalam Regulasi BTS USO Eksisting

Dengan semakin banyaknya BTS regular dan yang berdekatan dengan BTS USO
maka ada kemungkinan kondisi kedua BTS tersebut menjadi LOS (Line of Sight)
sehingga transmisi pada BTS USO yang awalnya menggunakan VSAT dapat di
ganti dengan Radio Microwave (terrestrial). Penggunaan Radio Microwave
mempunyai keuntungan dapat menambah kapasitas yang awalnya 8 Mbps
menjadi sekitar 50 Mbps sehingga dapat memaksimalkan layanan BTS USO.
Dari hasil ondesk study terdapat 172 site yang LOS dan berpotensi untuk dapat
menggunakan transmisi Radio Microwave. Tetapi untuk memperoleh data yang
lebih akurat harus di lakukan survey lokasi sebelum implementasi.

4.3 Opsi-opsi exit strategy BTS USO Eksisting


Pada awalnya program penyediaan layanan Base Transceiver Station (BTS) 2G
dan 4G di wilayah blankspot telekomunikasi bermanfaat sebagai trigger (pemicu)
penyedia operator selular untuk dapat mengembangkan penyediaan infrastruktur
telekomunikasi di daerah terluar/perbatasan, desa tertinggal, desa terpencil,
daerah rintisan dan daerah yang tidak layak secara ekonomis serta wilayah yang
belum terjangkau akses dan layanan internet. Seiring dengan semakin banyaknya
pengguna layanan internet di berbagai sektor lapisan masyarakat pada daerah
penyediaan BTS USO lastmile menumbuhkan operator seluler mulai menyediakan
jaringan telekomunikasi di daerah tersebut. Fenomena tersebut mengakibatkan di
beberapa daerah terjadi overlapping coverage karena operator selular seiring
dengan waktu memperluas coverage untuk dapat menjangkau daerah atau
wilayah yang masih blankspot. Kondisi ini membuat coverage BTS USO di
beberapa daerah beririsan dengan coverage BTS reguler operator sehingga
keberadaan layanan BTS USO menjadi tidak efektif dan berpotensi mengganggu
layanan dari operator selular. Hal ini di sebabkan karena kapasitas layanan BTS
USO hanya 8 Mbps sedangkan layanan BTS regular operator seluler bisa
mencapai 150. Adapun beberapa strategi bisnis yang dikembangkan dalam
rangka exit strategy permasalahan diatas antara lain :
1. Transformasi, yakni proses bisnis pengalihan pengelolaan BTS USO
Lastmile kepada operator seluler yang memiliki kapasitas besar disekitar

4-6
LAPORAN AKHIR
Kajian Aspek Bisnis dan Aspek Hukum dalam Regulasi BTS USO Eksisting

lokasi. Adapun beberapa hal yang dapat mendukung proses tersebut


secara bisnis yaitu potensi revenue, break event point, dan potensi
ekonomi wilayah
2. Pengalihan operator, yakni proses pengalihan operator seluler disuatu
wilayah dengan operator seluler yang paling banyak dimanfaatkan
masyarakat sekitarnya.
3. Relokasi, yakni proses perpindahan dan atau bergesernya lokasi BTS USO
lastmile pada suatu wilayah yang masih belum dilayani jaringan seluler dan
internet serta belum tersedianya infrastruktur telekomunikasi. Relokasi
biasanya dikembangkan pada wilayah kabupaten yang sama.
4. Terestrialisasi; yakni proses penambahan kapasitas BTS USO lastmile
melalui penambahan microwave pada sitem.
5. Terminasi, yaitu proses pemberhentian suatu layanan jaringan
telekomunikasi karena diwilayah sekitarnya sudah penuh dan tinggi utilitas
penggunaan layanan telekomunikasi sehingga tidak ada opsi lainnya yang
dapat dilakukan.

4.3.1 Aspek Bisnis Transformasi


Faktor pendukung proses tersebut secara bisnis yaitu potensi revenue,
break event point, dan potensi ekonomi wilayah. Permasalahan utama
yang menyebabkan kurang maksimalnya respon dan reaksi operator
seluler terhadap opsi tersebut disebabkan oleh standar pelayanan
teknis infrastruktur telekomunikasi yang diimplementasikan oleh
operator seluler memiliki kapasitas yang jauh lebih baik dibandingkan
yang dimiliki oleh BTS USO eksisting untuk mencover kebutuhan
layanan internet masyarakat sekitarnya.

4.3.2 Aspek Bisnis Pengalihan Operator


Fenomena pengalihan operator berkaitan dengan permintaan
masyarakat setempat di beberapa daerah untuk mengganti operator
BTS USO dengan operator lain karena mahalnya biaya pulsa untuk

4-7
LAPORAN AKHIR
Kajian Aspek Bisnis dan Aspek Hukum dalam Regulasi BTS USO Eksisting

berkomunikasi lintas operator. Selain itu juga berkaitan dengan


langkanya ketersediaan voucher pulsa dan kartu seluler yang tersedia
di lokasi. Proses ini dapat dilaksanakan apabila masyarakat di sekitar
menyiapkan berita acara untuk permintaan pengalihan operator
seluler. Permasalahan utama hilangnya market operator seluler
eksisting yang terbentuk.

4.3.3 Aspek Bisnis Relokasi


Apabila pada suatu kabupaten yang sama keseluruhan wilayahnya
telah penuh dan tinggi utilitas penggunaan layanan telekomunikasi
maka disarankan untuk relokasi pada suatu wilayah dengan tipologi
yang sejenis pada suatu area propinsi yang sama. Disisi lain perlu juga
di cari relokasi pada area dan atau wilayah dengan propisi yang
berbeda tetapi memiliki tipologi yang sama dengan lokasi BTS USO
eksisting. Nilai sewa layanan memperhitungkan nilai relokasi. Kegiatan
relokasi sebaiknya memperhitungkan nilai Cost Benefit Analysis
sebagai dasar penentuan pemanfaatan BTS USO pada masa yang akan
datang.

4.3.4 Aspek Bisnis Terestrialisasi


Opsi terestrialisasi memungkinkan bila keberadaan BTS regular
berdekatan atau LOS (Line of Sight) dengan BTS USO dan kapasitas di
daerah tersebut sudah overload. Oleh karena itu, perlu adanya
penambahan microwave untuk peningkatan kapasitas layanan. Nilai
sewa layanan BTS USO lastmile selanjutnya memperhitungkan break
even poin, potensi pay back ratio, dan atau nilai sisa (salvage value).
Kegiatan terestrialisasi juga sebaiknya memperhitungkan nilai Cost
Benefit Analysis sebagai dasar penentuan pemanfaatan BTS USO
pada masa yang akan datang.

4.3.5 Aspek Bisnis Terminasi

4-8
LAPORAN AKHIR
Kajian Aspek Bisnis dan Aspek Hukum dalam Regulasi BTS USO Eksisting

Pengambilan Keputusan terminasi harus berdasarkan berita acara


permintaan terminasi dari Masyarakat sekitar. Kegiatan terminasi
merupakan solusi akhir yang diimplementasikan apabila keseluruhan
wilayah di Indonesia telah terlayani penuh dengan layanan
infrastruktur dengan baik.
Untuk mendukung pengembangan infrastruktur telekomunikasi di daerah 3 T,
perlu juga dikembangkan peluang Kerjasama BTS USO dengan operator seluler.

Gambar 4.5 Proses Bisnis BTS USO eksisting


Adapun peluang pengembangan proses bisnis BTS USO eksisting dalam rangka
pemerataan layanan infrastruktur telekomunikasi didaerah 3 T sebagai berikut:
 Besaran tarif pulsa interkoneksi antar operator di BTS USO dinegosiasikan
Kominfocq. Ditjen PPI
 Bentuk trarif pulsa interkoneksi bisa berbentuk insentif berupa subsidi
 Wilayah yang berpotensi mendapat perhatian merupakan kawasan yang masuk
dalam kategori sangat primitive dan sangat tertinggal seperti di wilayah
Indonesia Timur (Papua); dan
 BAKTI sebagai fasilitator dan pengawasan

4-9

Anda mungkin juga menyukai