Peran Bahasa Indonesia Dalam Pengembangan Kesenian Reog Ponorogo (Julia, Arsyada, Rifky, Dinda, Aida)
Peran Bahasa Indonesia Dalam Pengembangan Kesenian Reog Ponorogo (Julia, Arsyada, Rifky, Dinda, Aida)
Peran Bahasa Indonesia Dalam Pengembangan Kesenian Reog Ponorogo (Julia, Arsyada, Rifky, Dinda, Aida)
PEMBAHASAN
Seni dan bahasa memainkan peranan yang besar dan signifikan dalam perkembangan satu
sama lain. Bahkan kedua bidang itu saling mempengaruhi dan menyumbang terhadap
perkembangan satu sama lain. Atas dasar itu, tidak terlalu berlebihan jika mengatakan bahwa
kemunduran salah satu bidang tersebut akan berpengaruh pada bidang yang lain. Kendati
begitu, terdapat kecenderungan bagi masyarakat secara umumnya untuk mengaitkan
hubungan antara seni dan bahasa. Tanggapan tersebut biarpun benar, sebenarnya kurang
tepat. Secara umum, seni sebagai hasil pantulan adab, adat dan budaya mengguakan bahasa
sebagai wadah menyampaikan gagasan, teknik serta falsafah seni. Namun begitu, sebagai
sebuah bidang yang bersifat figuratif dan abstrak, seniman memerlukan sebuah wahana yang
bersifat non-figuratif untuk mendukung hasil karya mereka.
Indonesia sendiri merupakan negara yang kaya akan khasanah budaya, salah satunya di
Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni kesenian
Reyog Ponorogo. Perkembangan nama “Reyog” saat ini telah diganti menjadi “Reog” yang
disahkan oleh Markum Singodimejo (Bupati Ponorogo) atas dasar kepentingan pariwisata,
dan pemakaian bahasa Indonesia yang baku pada tahun 1994-2004. Hal ini sempat menjadi
polemik antara pihak Pemerintah dan seniman Reog, khususnya para “Warok” yang selalu
menjunjung nilai tradisi dari Reog tersebut. Nama “Reog” juga dicetuskan oleh Markum
Singodimejo sebagai slogan resmi Kabupaten Ponorogo, yang berarti Resik, Endah, Omber,
dan Girang-gemirang.
Terdapat banyak stakeholders di dalam aktifitas kesenian Reog yang saling
berkontribusi satu sama lain, yakni pemerintah, pemilik unit kesenian Reog, pengelola,
penari, penabuh penata musik, pengolah gerak, dan lain-lain. Kesenian Reog di Ponorogo
merupakan bentuk kesenian rakyat yang dapat ditampilkan dalam dua versi. Pertama,
ditampilkan pada saat Festival Reog se Kabupaten Ponorogo dengan cerita menggambarkan
tentang bagaimana perjalanan rombongan Prajurit Ponorogo yang akan melamar putri dari
Kediri. Kedua, ditampilkan untuk keperluan adat, desa, ataupun perorangan dengan cerita
pementasan sesuai dengan permintaan hajatan atau acara yang diadakan. Permintaan
pertunjukkan Reog Ponorogo banyak diminati untuk keperluan seni pertunjukkan hiburan
dan wisata budaya.
Bahasa memainkan peranan utama dalam seni sebagai penghujah konsep dan makna,
Dalam hal ini, peranan bahasa sangat penting, dalam memberikan pengertian dan
pemahaman yang mendalam terhadap suatu karya seni khusunya Kesenian Reog Ponorogo,
dalam upaya pengembangan Kesenian Reog Ponorogo, Pemerintah Kabupaten Ponorogo
menggelar acara tahunan yang dikenal dengan Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP).
Acara ini dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu dan dilaksanakan pada malam puncak
rangkaian acara “Grebek Suro”. Festival ini diikuti oleh berbagai peserta dari seluruh
Indonesia, diantaranya dari Jogja, Gunungkidul, Madiun, Malang, Kediri, Surabaya dan
daerah lainnya. Bahkan belakangan ini Festival Nasional Reog Ponorogo sudah mulai
merambah ke kancah internasional dengan diikuti oleh peserta dari luar negeri. Dengan ini
Kesenian Reog Ponorogo dapat dikenal oleh masyarakat luas dari dalam negeri maupun luar
negeri. Kemenparekraf juga telah memberikan dukungan untuk mendaftarkan Reog
Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda yang diusulkan Indonesia ke UNESCO.
Sekaligus mengajukan Ponorogo sebagai UNESCO Creative Cities Network.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran bahasa dalam perkembangan
kesenian suatu daerah khusunya Kesenian Reog Ponorogo sendiri sangatlah penting, Pemerintah
Kabupaten sendiri telah mengupayakan hal tersebut dengan menggelar acara tahunan yang
dikenal dengan Festival Reog Nasional Ponorogo (FRNP). Selain itu bahasa sebagai penghubung
antara musisi dan seniman dengan khalayak agar mudah dterima, juga sarana penyampaian pesan
yang terkandung dalam seni tari dan musik, dan bahasa sangat dibutuhkan oleh seniman sebagai
wahana untuk mendukung hasil karya mereka.
3.4 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Permasalahan dalam judul tersebut masih banyak yang harus didalami sehingga makalah ini
dapat menjadi suatu bahan yang dapat digunakan nantinya. Penulis banyak berharap kepada para
pembaca agar memberikan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah
ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis dan khususnya juga para pembaca yang budiman.
DAFTAR PUSTAKA
Broom, L dan Selznik. 1973. Sociology: A Text with Adapted Readings. New York: Harper &
Row.Samsuri. 1994 , analisis bahasa . Jakarta ; Erlangga
“Lagi, Reog Ponorogo Diklaim Malaysia.” Kompas: Cyber Media. (22 Nopember 2007).
Diunduh 7 Januari 2008 dari http://www.kompas.
com/ver1/Hiburan/0711/29/160807.htm
Turhumawati, Sasana Tunggal. 2008. Tugas Akhir. Kesenian Reog Sebagai Daya Tarik Wisata
Budaya di Kabupaten Ponorogo. Universitas Sebelas Maret. Solo
http://pustaka-makalah.blogspot.com/2011/03/kebudayaan-dalam-kehidupan-masyarakat/
Herkovits dan Malinowski. Diakses pada tanggal 7 April 2014
https://www.republika.co.id/berita/rfrlxp430/sandiaga-dorong-festival-reog-ponorogo-jadi-event-
internasional Diakses pada tanggal 18 januari 2023
https://www.pewartanusantara.com/festival-reog-ponorogo-jawa-timur/ Diakses pada tanggal 18
januari 2023