Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

MAKNA DAN HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun oleh :

Acep Nurjaman
Hilman Nurhakim
Samsul Arifin

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SABILI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dengan tema "Makna dan Hakikat Kurikulum
Pendidikan Islam".
Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Dalam makalah ini, kami akan membahas makna dan hakikat kurikulum pendidikan Islam.
Pembahasan ini penting untuk dilakukan agar kita dapat memahami apa yang dimaksud
dengan kurikulum pendidikan Islam dan apa hakikatnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.3. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
2.1. Pendahuluan.............................................................................................................................5
2.2. Hakikat Kurikulum..................................................................................................................5
2.3. Komponen Kurikulum.............................................................................................................7
2.4. Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam..................................................................................7
2.4.1. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Islam................................................................7
2.4.2. Dasar Kurikulum Pendidikan Islam.................................................................................8
2.5. Prinsip-prinsip kurikulum dalam Islam...................................................................................9
2.6. Orientasi kurikulum dalam Islam..........................................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan Islam memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan kepribadian
generasi masa depan. Sejalan dengan perkembangan zaman, pengembangan kurikulum
pendidikan Islam menjadi krusial agar dapat merespons dinamika masyarakat dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terkait hakikat,
prinsip-prinsip, dan komponen-komponen kurikulum pendidikan Islam menjadi esensial
untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam konteks pengembangan kurikulum pendidikan Islam, beberapa pertanyaan mendasar
perlu dijawab untuk memandu penulisan makalah ini:
1. Apa hakikat dari kurikulum pendidikan Islam dan bagaimana kerangka dasarnya
dibangun?
2. Bagaimana komponen-komponen kurikulum dalam pendidikan Islam diorganisasikan
untuk mencapai tujuan pembentukan karakter Islam?
3. Bagaimana prinsip-prinsip Islam tercermin dalam penyusunan dan pelaksanaan
kurikulum pendidikan Islam?
4. Bagaimana orientasi kurikulum pendidikan Islam dapat merespons tantangan zaman
dan kebutuhan masyarakat?
1.3. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis hakikat kurikulum pendidikan Islam dan merinci kerangka dasar yang
menjadi landasan pembentukan kurikulum.
2. Menjelaskan komponen-komponen kurikulum pendidikan Islam, termasuk tujuan,
pengetahuan, metode mengajar, dan metode penilaian.
3. Menyoroti prinsip-prinsip Islam yang mendasari penyusunan dan pelaksanaan
kurikulum pendidikan Islam.
4. Memahami orientasi kurikulum pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan
zaman dan kebutuhan masyarakat.
Dengan menguraikan elemen-elemen tersebut, makalah ini diharapkan dapat memberikan
wawasan mendalam mengenai kurikulum pendidikan Islam, menjembatani pemahaman
teoretis dengan aplikasi praktis, dan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan
pendidikan Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pendahuluan
Kurikulum merupakan komponen krusial dalam sistem pendidikan, menjadi alat
untuk mencapai tujuan pendidikan dan pedoman pengajaran di semua tingkat pendidikan.
Tujuan pendidikan suatu bangsa ditentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa
tersebut, yang juga mempengaruhi tujuan pendidikan dan negara. Pendidik harus memahami
perkembangan kurikulum, sebagai formulasi pedagogis utama, yang mencakup upaya
membantu peserta didik berkembang dalam berbagai aspek.
Memahami kurikulum memungkinkan pendidik memilih tujuan pembelajaran,
metode, teknik, media pembelajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai. Keberhasilan
sistem pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis, dapat diterima oleh semua pihak,
serta sarana dan organisasi yang baik.
2.2. Hakikat Kurikulum
Secara etimologi, kata "kurikulum" berasal dari bahasa Yunani, yakni "curir" yang
berarti pelari dan "curere" yang berarti jarak yang ditempuh oleh pelari. Awalnya, istilah ini
digunakan dalam konteks olahraga untuk merujuk pada suatu jarak yang harus ditempuh
dalam pertandingan.
Dalam konteks pendidikan, kurikulum diartikan sebagai "circle of instruction" atau
lingkaran pengajaran di mana guru dan suasana hati (mood) terlibat. Ada pandangan bahwa
kurikulum adalah arena pertandingan di mana pelajaran "bertanding" untuk mencapai ijazah,
diploma, atau gelar kesarjanaan.
Dalam bahasa Arab, kurikulum diungkapkan dengan "manhaj," yang berarti jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia dalam berbagai bidang kehidupan.1
Para ahli memberikan berbagai definisi, termasuk sebagai rancangan pengajaran,
seluruh bahan pelajaran, program yang direncanakan, dan sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian:
1. Rancangan Pengajaran: Beberapa ahli, seperti Crow dan Crow yang dikutip oleh
Ramayulis, mendefinisikan kurikulum sebagai rancangan pengajaran atau
sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan
suatu program guna memperoleh ijazah.
2. Seluruh Bahan Pelajaran: Definisi dari M. Arifin, yang juga dikutip oleh
Ramayulis, mengartikan kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus
disajikan dalam proses kependidikan di suatu sistem institusional pendidikan.
3. Program yang Direncanakan: Zakiah Daradjat, sebagaimana dikutip oleh
Ramayulis, memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan
dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-
tujuan pendidikan tertentu.
4. Pengalaman Pendidikan dan Kebudayaan: Dr. Addamardasyi Sarhan dan Dr.
Munir Kamil, yang juga dikutip oleh Ramayulis, melihat kurikulum sebagai
1
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian
yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didiknya di dalam dan di luar sekolah.
5. Program Studi, Konten, dan Kegiatan Berencana: Dalam perkembangan
selanjutnya, terminologi kurikulum mencakup pemahaman tentang kurikulum
sebagai program studi, konten, kegiatan berencana, hasil belajar, reproduksi
kultural, pengalaman belajar, dan produksi.
Dalam konteks kurikulum pendidikan Islam, fungsi kurikulum adalah sebagai
pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didik ke arah tujuan
tertinggi pendidikan Islam. Berikut adalah beberapa fungsi kurikulum dalam konteks
pendidikan Islam:
1. Pedoman Pendidikan Islam: Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang
mengarahkan pendidik dalam membimbing peserta didik menuju tujuan tertinggi
pendidikan Islam. Ini mencakup nilai-nilai, prinsip, dan ajaran-ajaran Islam yang
harus diterapkan dalam proses pendidikan.
2. Pembentukan Insan Kamil: Proses pendidikan Islam tidak hanya tentang
transfer pengetahuan, tetapi juga membentuk insan kamil, yaitu manusia yang
sempurna dalam segala aspek kehidupan. Kurikulum diarahkan untuk
menyusun strategi pendidikan yang sistematis dan holistik untuk mencapai
tujuan ini.
3. Akumulasi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap: Kurikulum dalam
pendidikan Islam dirancang untuk mencakup akumulasi pengetahuan (ilmu),
keterampilan, dan sikap yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Hal ini
mencakup aspek akademis dan moral peserta didik.
4. Pengembangan Kualitas Hidup: Tujuan pendidikan Islam adalah
meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Kurikulum diarahkan untuk
mencakup aspek-aspek yang dapat membantu peserta didik mengembangkan
kehidupan yang seimbang, baik di dunia maupun akhirat.
5. Implementasi Konsep Insan Kamil: Dalam pandangan kurikulum Islam,
proses pendidikan diarahkan pada konseptualisasi manusia sempurna (insan
kamil). Kurikulum memberikan kerangka kerja untuk implementasi strategi
yang sesuai dengan konsep ini.
6. Pengalaman Pendidikan Islam yang Holistik: Kurikulum pendidikan Islam
tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah saja, melainkan mencakup
pengalaman belajar di dalam dan di luar sekolah. Ini melibatkan penerapan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pemahaman Kebudayaan dan Sosial: Kurikulum diarahkan untuk
mentransfer dan merefleksikan nilai-nilai kebudayaan dan sosial Islam kepada
peserta didik. Hal ini bertujuan agar generasi muda dapat memahami dan
menjalankan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari2.
Kurikulum dapat diartikan sebagai program studi, konten, kegiatan berencana, hasil
belajar, reproduksi kultural, pengalaman belajar, dan produksi. Beberapa aspek fungsional
kurikulum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kurikulum sebagai Program Studi: Sebagai program studi, kurikulum merupakan
kumpulan mata pelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau
lembaga pendidikan lainnya. Ini mencakup struktur dan susunan mata pelajaran yang
harus dikuasai oleh peserta didik.

2
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
2. Kurikulum sebagai Konten: Sebagai konten, kurikulum mencakup data atau
informasi yang disajikan dalam buku-buku kelas tanpa ditambahi dengan
informasi lainnya. Konten kurikulum merinci materi pelajaran yang diajarkan
dan dipelajari oleh peserta didik.
3. Kurikulum sebagai Kegiatan Berencana: Fungsi ini mengacu pada kegiatan
perencanaan mengenai apa yang akan diajarkan dan bagaimana hal itu akan
diajarkan. Kurikulum sebagai kegiatan berencana memastikan bahwa materi
pembelajaran direncanakan dengan baik untuk mencapai hasil yang optimal.
4. Kurikulum sebagai Hasil Belajar: Sebagai hasil belajar, kurikulum
mencakup seperangkat tujuan yang ingin dicapai peserta didik. Ini bisa berupa
keterampilan, pengetahuan, atau sikap tertentu yang diharapkan dapat dikuasai
oleh peserta didik setelah menyelesaikan program pendidikan.
5. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural: Sebagai reproduksi kultural,
kurikulum mencakup transfer dan refleksi unsur-unsur kebudayaan
masyarakat. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat memahami dan
menerapkan nilai-nilai kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar: Fungsi ini merujuk pada
keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah bimbingan
sekolah. Pengalaman belajar ini mencakup semua aspek pembelajaran, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
7. Kurikulum sebagai Produksi: Sebagai produksi, kurikulum melibatkan
seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya. Ini mencakup langkah-langkah atau proses yang harus
dijalani untuk mencapai tujuan pendidikan3.
2.3. Komponen Kurikulum
Komponen-komponen kurikulum yang dinyatakan oleh Hasan Langgulung (1988)
mencakup empat aspek utama yang saling terkait dan berinteraksi untuk mendukung
operasional kurikulum. Keempat komponen tersebut adalah:
1. Tujuan Pendidikan: Komponen ini menitikberatkan pada tujuan-tujuan yang ingin
dicapai melalui pendidikan. Lebih lanjut, hal ini mencakup gambaran orang seperti
apa yang diharapkan terbentuk sebagai hasil dari penerapan kurikulum. Dalam
konteks ini, tujuan menjadi panduan utama dalam perancangan dan pelaksanaan
kurikulum.
2. Pengetahuan (Knowledge): Pengetahuan merupakan bagian yang melibatkan
informasi, data, kegiatan, dan pengalaman yang membentuk kurikulum. Di sini,
pengetahuan dapat diartikan sebagai mata pelajaran, yang mencakup bahan ajar dan
materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
3. Metode Pengajaran: Komponen ini menyangkut metode dan cara-cara mengajar
yang digunakan oleh guru-guru dalam proses pembelajaran. Metode pengajaran
menjadi instrumen penting untuk menyampaikan materi pembelajaran secara efektif
dan memotivasi peserta didik agar mencapai tujuan kurikulum.
4. Metode Penilaian (Evaluasi): Metode dan cara penilaian digunakan untuk mengukur
dan menilai sejauh mana kurikulum dan hasil proses pendidikan mencapai tujuan

3
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
yang telah direncanakan. Evaluasi ini dapat bersifat formatif, dilakukan selama proses
pembelajaran, atau sumatif, dilakukan pada akhir suatu periode pembelajaran4.
2.4. Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam
2.4.1. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum yang dianggap baik dan relevan dalam konteks pendidikan Islam adalah
kurikulum yang bersifat terpadu (integrated) dan komprehensif, serta mengambil Al-Qur'an
dan Hadits sebagai sumber utama dalam penyusunannya. Dalam Al-Qur'an dan Hadits,
terdapat kerangka dasar yang dapat dijadikan panduan operasional dalam perancangan dan
pengembangan kurikulum Pendidikan Islam. Berikut adalah kerangka dasar tersebut:
1. Tauhid
Tauhid sebagai kerangka dasar kurikulum harus dimantapkan semenjak masih
bayi dimulai dengan menpedengarkan kalimat tauhid seperti adzan dan iqamah
kepada anak yang baru lahir.Membangun kesadaran tauhid sejak dini, seperti dengan
memperdengarkan kalimat-kalimat tauhid seperti azan atau iqamah kepada anak yang
baru lahir. Dengan ketauhidan kita dapat mewujudkan tata dunia yang harmonis, alam
semesta yang penuh dengan tujuan, persamaan sosial, persamaan kepercayaan, jenis,
ras, aktifitas dan kebebasan bahkan masyarakat dunia adalah sama atau yang biasa
disebut sebagai ummatan wahidan.
Dengan demikian maka tauhid merupakan prinsip utama dalam seluruh
dimensi kehidupan baik secara vertical antara manusia dengan Tuhan maupun aspek
hubungan horizontal antara manusia sesamanya dan dengan alam sekitarnya, sehingga
tercapai kehidupan sejahtera Bahagia di dunia dan akhirat, termasuk di dalamnya
pergaulan dalam proses pendidikan. Tauhid yang seperti ini yang dijadikan sebagai
kerangka dasar kurikulum pendidikan islam.
2. Perintah Membaca:
Perintah “membaca” pada ayat-ayat Allah meliputi: berdasarkan wahyu, ayat
yang ada pada diri manusia, dan ayat yang terdapat di alam semesta. Ketiga macam
ayat Allah tersebut jiwanya tauhid. Di sanalah kurikulum pendidikan islam, sebab
menurut islam, semua pengetahuan datang dari Allah namun penyampaiannya ada
yang langsung dari Allah dan ada pula yang melalui pemikiran manusia dan
pengalaman indra yang berbeda satu sama lain.
Pada Q.S. Al-‘Alaq: 1-5 Ditinjau dari segi kurikulum, sebenarnya Firman
Allah SWT tersebut merupakan bahan pokok pendidikan yang mencakup seluruh ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia. Membaca selain melibatkan proses
mental yang tinggi, pengenalan (cognition), ingatan (memory), pengamatan
(perception), pengucapan (verbalization), pemikiran (reasoning), daya cipta
(creativity). (Hasan Langgulung, 1985:166)
Motivasi yang terkandung dalam Q.S. Al-Alaq ayat 1-5 adalah agar manusia
terdorong untuk mengadakan eksplorasi alam dan sekitarnya dengan kemampuan
membaca dan menulisnya5.
2.4.2. Dasar Kurikulum Pendidikan Islam

4
Fahmi, Asma Hasan. 1987. Sejarah dan Filsafat Pedidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
5
Langgulung, Hasan. 1988. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Dasar-dasar kurikulum merupakan fondasi utama yang memberikan pengaruh dan
membentuk substansi, struktur, dan organisasi kurikulum. Herman H. Home menyediakan
tiga dasar dalam penyusunan kurikulum, yaitu:
1. Dasar Psikologis: Digunakan untuk memahami dan memenuhi kemampuan serta
kebutuhan peserta didik (kemampuan dan kebutuhan anak-anak).
2. Dasar Sosiologis: Digunakan untuk memahami tuntutan yang sah dari masyarakat
(tuntutan yang sah dari masyarakat).
3. Dasar Filosofis: Digunakan untuk memahami kondisi semesta atau lingkungan
tempat kita hidup (jenis alam semesta tempat kita tinggal).
Dengan memperhatikan ketiga dasar ini, penyusunan kurikulum dapat mencakup
aspek-aspek psikologis individu, tuntutan sosial, dan pandangan filosofis yang mencerminkan
konteks kehidupan. Pendekatan ini membantu menyesuaikan materi pembelajaran, struktur,
dan tujuan pendidikan agar sejalan dengan karakteristik peserta didik, tuntutan masyarakat,
dan realitas filosofis yang melingkupi kehidupan6.
Sedangkan yang menjadi dasar-dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam melibatkan
beberapa aspek kunci, yaitu:
1. Dasar Agama: Pendidikan Islam harus ditempatkan pada dasar agama, yang
mencakup sistem masyarakat, filosofi, tujuan, dan kurikulumnya. Dasar ini
bersandarkan pada ajaran Islam seperti Al-Qur'an, Hadits, dan sumber-sumber furu'
lainnya.
2. Dasar Falsafah: Memberikan panduan filosofis bagi tujuan pendidikan Islam,
sehingga tujuan, isi, dan organisasi kurikulum mencerminkan kebenaran dan nilai-
nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Ini melibatkan ontologi, epistemologi,
dan aksiologi.
3. Dasar Psikologi: Memberikan dasar dalam perumusan kurikulum yang
mempertimbangkan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik, sesuai dengan tahap
kematangan dan bakatnya. Perhatian khusus diberikan pada kemampuan berpikir dan
perbedaan individu.
4. Dasar Sosial: Menyajikan gambaran bagi kurikulum pendidikan Islam yang
mencerminkan dasar sosial dengan ciri-ciri masyarakat Islam dan kebudayaannya.
Kurikulum ini harus terakar pada masyarakat, menggambarkan perubahan dan
perkembangan dalam konteks sosial.
5. Dasar Organisatoris: Memberikan landasan dalam penyusunan bahan pembelajaran
dan penyajiannya dalam proses pembelajaran. Ini mencakup organisasi kurikulum
secara menyeluruh untuk memastikan efektivitas dan kelancaran proses pendidikan.
2.5. Prinsip-prinsip kurikulum dalam Islam
Prinsip-prinsip tersebut berbeda-beda menurut analisis para pakar kemudian ditambah
dan disesuaikan dengan esensi kurikulum pendidikan Islam. (Iskandar dan Usman, 1988:520-
522) Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

6
Wiryokusumo, Iskandar dan Mulyadi, Usman. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Bina
Aksara.
a) Prinsip Berasaskan Islam: Setiap aspek kurikulum, termasuk falsafah, tujuan, isi,
metode mengajar, serta hubungan dalam lembaga pendidikan, harus berlandaskan
pada ajaran dan nilai-nilai Islam.
b) Prinsip Mengarah ke Tujuan: Seluruh aktifitas dalam kurikulum diarahkan untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
c) Prinsip Integrasi: Terdapat keterkaitan antara mata pelajaran, pengalaman, dan
aktivitas dalam kurikulum. Hubungan ini juga mencakup kaitan antara isi kurikulum
dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
d) Prinsip Relevansi: Kurikulum harus sesuai dengan lingkungan hidup peserta didik,
relevan dengan kehidupan masa kini dan masa depan, serta memenuhi tuntutan
pekerjaan.
e) Prinsip Fleksibilitas: Kurikulum memberikan ruang gerak dan kebebasan dalam
pemilihan program pendidikan serta pengembangan program pengajaran.
f) Prinsip Integrasi: Kurikulum mampu menghasilkan manusia yang utuh, mampu
mengintegrasikan fakultas dzikir dan fakultas pikir, serta menyelaraskan struktur
kehidupan dunia dan akhirat.
g) Prinsip Efisiensi: Kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan
sumber daya lainnya secara cermat, tepat, memadai, dan sesuai dengan harapan.
h) Prinsip Kontinuitas dan Kemitraan: Kurikulum disusun dengan kelanjutan dan
kaitan dengan kurikulum lain, baik secara vertikal (penjenjangan, tahapan) maupun
secara horizontal.
i) Prinsip Individualitas: Kurikulum memperhatikan perbedaan dalam hal pembawaan
dan lingkungan anak, termasuk aspek jasmani, watak, intelegensi, bakat, serta
kelebihan dan kekurangannya.
j) Prinsip Kesamaan Kesempatan dan Demokratis: Kurikulum memberdayakan
semua peserta didik, termasuk kelompok kurang beruntung secara ekonomi dan
sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul, untuk menerima
pendidikan sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
k) Prinsip Kedinamisan: Kurikulum dinamis dan dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan serta perubahan sosial.
l) Prinsip Keseimbangan: Kurikulum mengembangkan sikap dan potensi peserta didik
secara harmonis.
m) Prinsip Efektivitas: Kurikulum mendukung efektivitas pendidik yang mengajar dan
peserta didik yang belajar7.
2.6. Orientasi kurikulum dalam Islam
Kurikulum pendidikan Islam memiliki beberapa orientasi, sebagaimana dijelaskan
oleh Ramayulis (2008):
a) Orientasi Pelestarian Nilai: Dalam pandangan Islam, kurikulum diarahkan untuk
melestarikan nilai-nilai, baik yang turun dari Allah (nilai Ilahiyah) maupun yang
tumbuh dari peradaban manusia (nilai Insaniah). Kurikulum menjadi alat untuk
mempertahankan norma-norma dan kaidah-kaidah kehidupan yang didasarkan pada
nilai-nilai tersebut.
b) Orientasi pada Peserta Didik: Kurikulum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya. Pembinaan
peserta didik mencakup tiga dimensi: kepribadian, produktivitas, dan kreativitas.

7
Muhaimin dan Mujib, Abdul. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya.
c) Orientasi pada Masa Depan IPTEK: Kurikulum berorientasi pada perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagai cermin kemajuan zaman. Hal ini
mencakup penyelarasan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta produk-produknya.
d) Orientasi pada Tuntutan Sosial: Kurikulum diarahkan untuk memberikan
kontribusi positif dalam perkembangan sosial dan memenuhi tuntutan sosial.
Tujuannya adalah agar output lembaga pendidikan dapat mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat.
e) Orientasi Penciptaan Tenaga Kerja: Kurikulum didesain untuk memenuhi
kebutuhan kerja. Peserta didik diarahkan agar memiliki kemampuan dan keterampilan
yang profesional, produktif, dan kreatif, sesuai dengan persaingan di dunia kerja.
f) Orientasi Penciptaan Lapangan Kerja: Kurikulum tidak hanya ditujukan untuk
menciptakan peserta didik yang terampil dalam mengisi lapangan kerja yang sudah
ada, tetapi juga menciptakan wirausaha yang mampu menciptakan lapangan kerja
baru. Peserta didik diarahkan untuk memiliki orientasi hidup yang mandiri dan tidak
bergantung sepenuhnya pada orang lain8.

8
Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Kalam Mulia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengertian kurikulum dalam pandangan modern mencakup program pendidikan yang
melibatkan berbagai aspek, tidak hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajar di sekolah.
Kurikulum mencakup segala hal yang dapat memengaruhi perkembangan dan pembentukan
pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, baik di dalam maupun di luar sekolah.
Terdapat empat komponen utama kurikulum, yaitu tujuan-tujuan pendidikan, pengetahuan,
metode mengajar, dan metode penilaian.
Prinsip-prinsip kurikulum dalam Islam mencakup prinsip berasaskan Islam, mengarah
kepada tujuan, integritas antar mata pelajaran, relevansi, fleksibilitas, integritas, efisiensi,
kontinuitas, individualitas, kesamaan, kedinamisan, keseimbangan, dan efektivitas.
Kurikulum pendidikan Islam memiliki orientasi pada pelestarian nilai, peserta didik, masa
depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tuntutan sosial, penciptaan
tenaga kerja, serta penciptaan lapangan kerja.
Dengan demikian, kurikulum pendidikan, terutama dalam konteks Islam, memiliki
peran penting dalam membentuk pribadi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai agama dan
menghadapi tuntutan zaman yang terus berkembang.

Anda mungkin juga menyukai