Anda di halaman 1dari 101

PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI DESA PACCING

KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE

OLEH:

RATNAWATI
Nomor Stambuk : 10561 0458112

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI DESA PACCING
KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE

OLEH:

RATNAWATI

Nomor Stambuk : 10561 04581 12

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI DESA PACCING
KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE

Skirpsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh:


RATNAWATI

Nomor Stambuk: 10561 04581 12

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Ketika hidup memberi tekanan untuk menyerah, tunjukan pada dunia bahwa kita

mempunyai seribu alasan untuk tetap tersenyum dan tetap semangat. Karena sesungguhnya

nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa dilandasi dengan

usaha. Ingat sukses ada di tangan kita.”.

“Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan

perintah ketika mereka saba. Dan adalah yang meyakini ayat-ayat kami”.

(QS. As-sajdah(32):24)

PERSEMBAHAN

“Persembahan karya yang sangat sederhana ini sebagai tanda terima kasihku kepada yang

tercinta Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa memanjatkan doa kehadirat Allah dan

senantiasa mengikhlaskan segalanya demi kesuksesan anaknya, bingkisan sayang buat

Saudara-Saudariku, serta Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dorongan, dukungan,

bantuan, moril, materil, dan spiritual”


ABSTRAK

RATNAWATI. “Pemberdayaan Kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan


Patimpeng Kabupaten Bone”. Skripsi Dibimbing Oleh (Mappamiring dan
Ansyari Mone).

Pemberdayaan kelompok tani dilakukan dan dilaksanakan untuk agar dapat


meningkatkan kemampuan pengembangan kelompok tani dengan diarahkan
penguatan kelompok tani menjadi organisasi kelompok tani yang kuat dan
mandiri. Pemberdayaan diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan
kelompok tani yang berdampak pada peningkatan hasil produksi tani di Desa
Paccing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana
bentuk pemberdayaan kelompok tani di Desa paccing Kecamatan Patimpeng
kabupaten Bone dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pemberdayaan kelompok tani di desa Paccing Kecamatan Patimpeng
Kabupaten Bone.
Jenis penelitian adalah kualitatif yang menggambarkan secara deskriptif
sebagai fokus penelitian berdasarkan data yang diolah yang berkaitan dengan
pemberdayaan kelompok tani di desa paccing Kecamatan patimpeng kabupaten
Bone. Sumber data adalah data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam
penelitian ini terdapat informan utama yang terdiri dari 11 orang. Teknik analisis
data dengan menganalisa hasil olahan data tersebut diinterprestasikan dalam
bentuk narasi. Sedangkan dalam pengabsahan data menggunakan metode
kualitatif dengan model interaktif dan dasar penelitian survey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan kelompok tani di Desa
Paccing dengan cara melihat bentuk pemberdayaan dengan bantuan modal,
bantuan pengembangan prasarana, bantuan pendampingan, penguatan
kelembagaan. Adapun dukungan dan hambatan dalam pemberdayaan kelompok
tani sarana produksi, kelembagaan, dan minimnya sumber daya pengetahuan yang
dimiliki. Seharusnya perlu adanya pelatihan dan pendampingan serta memberikan
perhatian yang lebih pada setiap anggota kelompok tani.

Keyword: pemberdayaan, kelompok tani pengelolaan, obyek wisata


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Al-hamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat

rahmat dan kasih sayang-nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pemberdayaan Kelompok Tani di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone” dapat terselesaikan sesuai dengan rencana. Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar

sarjana Strata Satu pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Begitu pula shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW serta keluarga-Nya dan para sahabat-sahabat-Nya dan orang-

orang yang mengikuti beliau. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menghadapi

berbagai hambatan dan kesulitan. Namun hal tersebut dapat teratasi berkat kerja

keras dan tekad yang bulat serta adanya bantuan dari semua pihak.

Penulis telah berusaha untuk menjadikan skripsi ini sebagai sebuah karya

yang bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Namun dibalik semua itu,

kesempurnaan tiada milik manusia kecuali milik yang Maha Sempurna. Untuk itu,

saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan

menuju kesempurnaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa melangkah untuk mencapai suatu tujuan, hambatan

dan rintangan menemani silih berganti. Namun, berkat rahmat dan hidayah-Nya
disertai usaha dan do’a serta ikhtiar sehingga semua itu dapat dijalani dengan

ikhlas dan tawadhu.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

serta salam penuh hormat dengan segenap cinta, Ananda haturkan kepada

Ayahanda Jaga Dg Mangatta dan Ibunda tersayang Kasiman yang senantiasa

memberikan bimbingan, dukungan, pengorbanan, kepecayaan, pengertian,

nasihat, dan dorongan untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya.

Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih

disampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar beserta seluruh stafnya yang telah membina

perguruan ini, dimana penulis mendapatkan peluang untuk memperoleh

pendidikan.

2. Dr. H. Mappamiring, M.Si selaku pembimbing I dan Drs. H. Ansyari Mone,

M.Pd (pembimbing II) yang telah banyak meluangkan waktu untuk

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara, dan selaku Penasehat Akademik (PA) yang selalu memberikan

dorongan dan motivasi terhadap kegiatan-kegiatan pendidikan formal maupun

pendidikan informal. dan segenap dosen serta para staf pegawai dalam

lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian

ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.


4. Terima kasih kepada Kepala Desa Paccing beserta para stafnya, dan kepada

Kepala BP3K Patimpeng beserta para penyuluh, para ketua kelompok tani

dan beserta para anggotanya yang banyak membantu penulis dalam memberi

data, informasi dan arahan serta keterangan-keterangan dalam penelitian

penulis.

5. Buat keluarga besar serta Saudaraku Ramlah dan Jusman, SP yang tulus

mengorbankan waktu, tenaga, materi, doa dan dukungan kepada penulis demi

terselesainya skripsi.

6. Terima Kasih buat kakanda Ikbal Amir S.Ip yang telah mengorbangkan

banyak waktu, materi dan tenaga serta memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

7. Teman seperjuanganku di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh

Makassar khususnya angkatan 2012 kelas E terima kasih atas kebersamaan

dan kekompakan kita selama ini yang penuh keceriaan dan saling membantu.

8. Sahabat-sahabatku Kasmawati, Nur Fhadilah, Tety Ningsih, Wiwi Ulangdari,

Sarmila, Eka Sandrya Aryani, Harmiati dan Andewi Pratiwi yang telah

memberikan bantuan, semangat dan motivasi dalam susah maupun senang

serta senantiasa menemani selama proses penyelesaian skripsi ini.

9. Rekan-rekan Mahasiswa KKP Angkatan XI se-Kecamatan Rappocini dan

semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak sempat disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuannya.

Akhir kata penulis sadari bahwa skripsi ini bahwa skripsi ini masih terdapat

ketidaksempurnaan sebagaimana idealnya suatu karya ilmiah. Oleh karena itu


sumbangsih saran dan kritik konstruktif dari semua pihak merupakan penghargaan

dan kehormatan bagi penulis. Semoga segala bantuan yang diberikan kepada

penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. mudah-mudahan

kita semua senantiasa mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya . Amin Yaa Rabbal

Alamin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 12 Agustus 2016


Penulis

Ratnawati
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ............................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
PENERIMAAN TIM ....................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teori ........................................................................................ 9
B. Kerangka Pikir .................................................................................... 27
C. Fokus Penelitian .................................................................................. 27
D. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 29
B. Jenis dan Tipe Penelitian ..................................................................... 29
C. Sumber Data ........................................................................................ 29
D. Informan Penelitian ............................................................................. 30
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 31
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31
G. Pengabsahan Data ............................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Penelitian ............................................................................. 34

B. Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Paccing Kecamatan


Patimpeng Kabupaten Bone......................................... 45
C. Faktor Pengdukung dan Penghambat pemberdayaan kelompok tani ..... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 68
B. Saran .................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71


LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Informan penelitian ................................................................................. 30
Tabel 2. Jumlah Keluarga tani Pada Desa Paccing ............................................... 36

Tabel 3. Luas Lahan Untuk Tanaman Pangan dan Hortikultura ......................... 37

Tabel 4. Luas Tanam Perkebunan ....................................................................... 38

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian...................................... 38

Tabel 6. Pola Usahatani Tanaman Pangan dan Hortikultura di Desa Paccing.... 40

Tabel 7. Data Usahatani pada Kelompok Tani .................................................... 40

Tabel 8. Data Usaha Tani Untuk Peternakan ........................................................ 41

Tabel 9. Nama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan ) dan Kedudukannya ....... 41

Tabel 10. Nama Pos Penyuluhan Desa (POSLUDES) dan Kedudukannya.......... 42

Tabel 11. Nama Kelompok Tani pangan dan Kelompok tani perkebunan

serta Kedudukannya ............................................................................... 42


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir..................................................................................... 27
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Penugasan Pembimbing Penulisan Skripsi

2. Surat Pengantar Penelitian

3. Surat Izin Penelitian LP3M

4. Surat izin Penelitian BKPMD

5. Surat izin Penelitian BPPT

6. Surat Izin Penelitian kepala Desa

7. Surat Keterangan Selesai Meneliti

8. Dokumentasi Penelitian

9. Daftar Riwayat Hidup


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tingkah laku manusia sangat berpengaruh pada terciptanya

kemampuan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan. Realita menyadarkan

bahwa sumber utama untuk menciptakan keberdayaan adalah adanya pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki seseorang, baik itu merupakan bagian dari

pemerintahan maupun bagian dari anggota masyarakat. Pada kenyataannya

masyarakat memiliki keterbatasan dalam program aksi dan partisipatif dalam

pembangunan, meskipun yang menyangkut pembangunan dalam rangka

memperbaiki kualitas kehidupan mereka sendiri.

Kebijakan pemerintah untuk mendorong percepatan penyelesaian masalah

petani harus memiliki sinergi yang baik pada kondisi yang aktual yang dimiliki

oleh masyarakat petani serta kebijakan khusus mengarah pada persoalan yang

dihadapi oleh masyarakat petani. Menurut Fadillah Amin (2011) persoalan

mendasar yang dihadapi oleh masyarakat kelas bawah, yaitu: keterbatasan waktu

(time lack), tinngkat pendidikan yang rendah (education lack), waktu pelaksanaan

yang tidak tepat (timing), apatisme warga, dan perencanaan/penganggaran dua

kamar.

Selain itu, ada konsep pertanian berkelanjutanm kata “berkelanjutan”

sekarang ini digunakan secara meluas dalam lingkup program pembangunan.

Keberlanjutan diartikan sebagai menjaga agar suatu upaya terus berlangsung,

kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks
pertanian, keberlanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif

sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya. Technical Advisory

Commitee of the CGIAR (TAC/CGIAR 1988) menyatakan, Pertanian berkelanjtan

adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna

membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau

meingkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.

Namun demikian, banyak orang menggunakan defenisi yang lebih luas dan

menilai pertanian bisa dikatakan pertanian berkelanjutan jika (setelah Gips 1986)

mencakup hal- hal berikut ini:

a. Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumber daya alam

dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari

manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan.

b. Bisa berkelanjutan secara ekonomis, yang berarti bahwa petani bisa cukup

menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan\atau pendapatan sendiri,

serta mendapatakan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan

tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur

bukan hanya dalam hal produk usaha tani yang langsung namun juga dalam

hal fungsi seperti melestarikan sumber daya alam dan meminimalkan

resiko.

c. Adil, yang berarti bahwa sumber daya dan kekuasaan didistribusikan

sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masayarakat

terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang

memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaraan terjamin. Kebutuhan


sosial bisa megancam sistem sosial secara keseluruhan, termasuk sistem

pertaniaaannya.

d. Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan,

dan manusia) dihargai. Martabat semua mahkluk hidup dihormati, dan

hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusian yang mendasar,

seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerja sama dan rasa sayang.

Integritas budaya dan spiritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara.

e. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri

dengan perubahaan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya

pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain.

Hal ini meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang baru dan

sesuai, namun juga inovasi dalam arti sosial dan budaya.

Perencanaan sumberdaya manusia (SDM) bagi organisasi sangat penting

dan strategis, terutama sebagai tahapan awal dalam merencanakan bagaimana

organisasi ada saat ini dan dimasa yang akan datang. Perencanaan SDM

berhubungan dengan ketersediaan pegawai dalam kualitas dan kuantitas yang

tepat. Perencanaan SDM yang tepat akan mendorog organisasi akan menjadi lebih

efektif dan efesien dalam manajemen SDM-nya sehingga memungkinkan

organisasi memiliki daya saing dan mampu berkompetisi di era persaingan yang

semakin kompetisi.

Sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh organisasi jika mampu

melaksanakan perencanaan SDM dengan baik: pertama, organisasi dapat


memanfaatkan SDM yang saat ini ada di dalam organisasi dengan lebih optimal,

kedua organisasi dapat memfokuskan pada peningkatan kinerja dan produktivitas

kerja, ketiga penentuan kebutuhan SDM dapat dilakukan dengan lebih mudah,

keempat, tersedianya informasi dan data yang memadai tentang kebutuhan sumber

daya manusia, dan kelima memudahkan dalam perancangan kompensasi sesuai

dengan situasi dan kondisi pasar tenaga kerja dan pertumbuhan eonomi.

Oleh karena itu, dalam mencapai peningkatan pembangunan pertanian,

peranan kelembagaan kelompok tani di pedesaan sangat besar dalam mendukung

dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan dilaksanakan karena

inilah kelompok tani pada dasarnya pelaku utama pembangunan pertanian.

Sedangkan dalam konsep pembangunan masyarakat sebagai fenomena sosial,

manusia baik individu maupun sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, kebutuhan dapat bersifat individual atau

kolektif. Konsekuensinya, selalu ada upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan

tersebut.

Program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa diselenggarakan

dalam rangka menjabarkan dan melaksanakan fungsi kebijakan di bidang

pembinaan pengelolaan pelayanan sosial dasar, pengembangan usaha ekonomi

desa, pendayaguaan sumber daya alam dan teknologi tepat guna, pembangunan

sarana prasarana desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Dasar hukum PP No.

43/2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang

Desa pasal 127 yaitu pemerintah dan pemda provinsi, kab/kota, dan pemerintah

desa melakukan upaya pemberdayaan masyarakat desa, melakukan pendampingan


masyarakat desa yang berkelanjutan. dan pasal 128 pendampingan secara

berjenjang sesuai dengan kebutuhan.

Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani, maka tugas utama

pemerintah adalah bagaimana dapat menciptakan pemberdayaan masyarakat,

sehingga memiliki kemampuan berusaha untuk dapat memperoleh penghasilan

yang diharapkan dalam memenuhi kebutuhan serta kesejahteraannya, serta

bagaimana penciptaan sumberdaya manusia yang diinginkan dapat terus

berlangsung dalam interaksi dinamisyang pada gilirannya dapat menjadi kekuatan

dalam penyelenggaraan pembangunan.

Penerapan komponen penyuluhan yang efektif dan efesien seperti

komponen sumberdaya manusia yang berkualitas, kemampuan pengelolaan,

kapasitas jiwa kewirausahaan, dan kemampuan mengelola organisasi usaha tani

dan peningkatan agribisnis secara umum. Namun melihat kondisi dan keadaan

kemampuan kualitas sumber daya manusia di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng latar belakang pendidikannya masih sangat rendah. Dengan demikian

jika melihat faktor sumber daya manusia, maka dapat dikatakan bahwa kondisi

masyarakat desa Paccing merupakan masyarakat rawan terhadap pengembangan

pendidikan. Artinya peningkatan derajat partisipasi masyarakat untuk tingkat

pendidikan yang lebih tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih, guna

meningkatkan angka partisipasi pendidikan yang lebih baik.

Berdasarkan survey kecil yang dilakukan, bahwa jumlah penduduk Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone adalah 2.495 jiwa. Dengan

pertimbangan aspek kesejahteraan ekonomi maka masyarakat di Desa Paccing


mayoritas mempunyai mata pencaharian pada sektor pertanian. Sektor pertanian

mendominasi dan menjadi sumber penghidupan yang paling besar di Desa

Paccing adalah Petani yang berjumlah 610 jiwa. Luas lahan tanaman pangan di

Desa Paccing adalah 575 Ha dengan jumlah kelompok tani 22 kelompok. Hal ini

berdampak pada ketergantungan yang cukup besar, sehingga peranan sektor

pertanian menjadi penting. Karena merupakan kegiatan utama dalam

menggerakkan kegiatan ekonomi di Desa Paccing. Dengan kata lain jika kondisi

pertaniannya produktif maka pendapatan masyarakat akan meningkat.

Berdasarkan pengamatan terhadap latar belakang pendidikan upaya pola

dan perilaku dalam tata cara atau metode serta aplikasi anjuran teknologi kerap

kali mengahadapi kendala kurang terapresiasi karena faktor pemahaman petani

terhadap tujuan, manfaat, dan dampak dari penerapan anjuran teknologi yang

direkomendasikan. Selain itu, kurangnya basis informasi yang dimilik petani

sehingga memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk mengambil

keputusan yang berkenan dengan pengelolaan usaha tani, secara mandiri dan

independen sulit untuk dilaksanakan, sumber pengetahuan dalam aplikasi dan

pelaksanaan usaha tani sejauh ini hanya berdasarkan kepada pengalaman.

Lemahnya dukungan skill dan keahlian usaha tani yang leih efektif terhadap

adopsi teknologi belum optimal dan lemahnya kemampuan inovatif dan

kreativitas dalam melakukan pemberdayaan pengelolaan usaha tani yang

dilaksanakan.

Disinilah perlu adanya pemberdayaan kelompok tani untuk mendorong dan

menjaga kearifan lokal agara tetap eksis, dan mampu bersinergi dengan pelaku-
pelaku pembangunan lainnya. Fungsi utama dalam kelompok tani adalah sebagai

kelas belajar, wahana kerja sama, dan unit produksi. Karena dengan

pemberdayaan diharapkan dapat memperoleh penghasilan yang dapat memenuhi

kesejahteraan dan kebutuhannya. Dan penciptaan sumber daya manusia dapat

terus berlangsung.

Hal inilah yang melatar belakangi penulis, sehingga penulis tertarik

melakukan penelitian ini dengan judul “Pemberdayaan Kelompok Tani di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menarik satu rumusan

masalah yang akan dijadikan fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana bentuk pemberdayaan kelompok tani di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone?

2. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam

pemberdayaan kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana bentuk pemberdayaan

kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan patimpeng kabupaten Bone.


2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pemberdayaan kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan yang positif kepada pengurus maupun pengelola

anggota kelompok tani dalam mengembangkan dan mengelola organisasi

kelompok tani sesuai dengan visi misi.

2. Manfaat Teoritis

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pustaka atau

refrensi bagi penulis sebagai acuan dasar dalam dunia pertanian, dan

refrensi bagi penulis yang ingin memperdalam mengenai masalah

pemberdayaan kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Perencanaan Sumber Daya Manusia

Salah satu defenisi klasik tentang perencanaan mengatakan bahwa perencanaan

pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang untuk hal-hal yang

akan dikerjakan dimasa depan. Berelson dan G. Steiner (Donni 2014:49),

menyatakan bahwa perencanaan SDM merupakan perencanaan yang bertujuan

untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam

mencapai tujuan melalui strategi pengembangan kontribusi pekerjaannya dimasa

depan. Rivai dan Sagala (Donni 2014:49), menyatakan bahwa perencanaan SDM

merupakan langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna

menjamin bahwa dalam organisasi tersedia SDM yang tepat untuk menduduki

berbagai kedudukan, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat

pula.

Alwi (Donni 2014:49), menyatakan bahwa perencanaan SDM adalah

perencanaan yang disusun pada tingkat operasional yang diajukan untuk

memenuhi permintaan SDM dengan kualisifikasi yang dibutuhkan.. Tepat dalam

hubungan ini harus dilihat secara konekstualdalam arti dikaitkan dengan tiga hal,

yaitu:

a. penunaian kewajiban sosial organisasi

b. pencapaian tujuan organisasi, dan


c. pencapaian tujuan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.

Telah ditekankan bahwa untuk pengelolaan sumber daya manusia secara

lebih efektif, setiap organisasi mutlak perlu menciptakan suatu sistem

informasisumber daya manusi dalam organisasi. Pangkalan data secara minimum

tercipta dengan adanya informasi tentang analisis pekerjaan melalui uraian

pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar prestasi kerja. Berdasarkan informasi

itulah satuan kerja yang mengelola sumber daya mausia dapat mengambil

berbagai langkah yang diperlukan.

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki

oleh suatu organisasi, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi terpenting

yang mungkin dilakukan oleh suatu organisasi adalah di bidang sumber daya

manusia. Sikula (Donni 2014:147), menyatakan bahwa pengembangan SDM

mengacu pada kepentingan staf dan personil yang ada di dalam organisasi.

Pengembangan SDM merupakan proses pembelajaran jangka panjang dengan

menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisasi, dimana manajer

mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis, yang kemudian

diimplementasikan dalam pengembangan SDM. Flippo (Donni 2014:147),

menyatakan bahwa pengembangan SDM merupakan suatu proses dari pendidikan

dan pelatihan.

Pengalaman banyak organisasi menunjukkan bahwa dengan

penyelenggaraan program pengenalan yang sangat komprehensif sekalipun belum

menjamin bahwa para anggota organisasi baru serta merta dapat melaksanakan
tugas dengan memuaskan. Artinya para anggota baru itu masih memerlukan

pelatihan tentang berbagai segi tugas pekerjaan yang dipercayakan kepeda

mereka. Para anggota yang sudah berpengalaman pun memerlukan peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan karena selalu ada yang lebih

baikuntuk meningkatkan produktivitas kerja. Belum lagi kalau seseorang anggota

ditempatkan pada tugas pekerjaan yang baru. Tidak mustahil ada kebiasaan-

kebiasaan kerja yang tidak atau kurang baik yang perlu dihilangkan.

Dikalangan petugas yang mengelola sumber daya manusia sering terdapat

persepsi yang membedakan pelatihan dan pengembangan. Peembedaan tersebut

pada intinya bahwa pelatihan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan

kemampuan para anggota melaksanakan tugas sekarang, sedang pengembangan

lebih berorientasi pada peningkatan produktivitas kerja para pekerja kelompok

tani di masa depan. Berarti suatu pelatihan dapat bersifat pengembangan bagi para

anggota kelompok tani yang bersangkutan karena mempersiapkannya memikul

tanggung jawab yang lebih besar di kemudian hari.

Penekanan pelatihan adalah untuk peningkatan kemampuan melaksanakan

tugas sekarang, sedangkan pengembangan meningkatkan peningkatkan

kemampuan melaksanakan tugas baru di masa depan. Akan tetapi karna

keterkaitan antara keduanya sangat erat, perbedaan aksentuasi tersebut bukanlah

hal yang perlu di tonjolkan meskipun perlu mendapat perhatian. Dinyatakan

dengan cara lain, pelatihan adalah suatu bentuk investasi jangka pendek,

sedangkan pengembangan merupakan investasi untuk sumber daya manusia

untuk jangka panjang.


Prinsip pengembangan SDM pada dasarnya adalah kualitas, kuantitas,

maupun kemampuan kerja untuk mengembangkan tugasnya di masa yang akan

datang. Upaya tersebut akan berhasil jika diprogram terlebih dahulu. Agar

kegiatan pengembangan SDM sudah diprogram dapat dilaksanakan secara efektif.

Program pengembangan SDM memuat sasaran, kebijaksanaan, prosedur,

anggaran, peserta, kurikulum, dan waktu pelaksanaan tujuan akhir dari proses

pengembangan peningkatan evektivitas dan efesiensi kerja seseorang.

Metode pengembangan SDM yang paling penting adalah metode

pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan dipandang sebagai salah satu

bentuk investasi organisasi atau organisasi yang ingin berkembang selalu

memperhatikan pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya. Pendidikan dapat

diberikan kepada para anggota manejerial, sedangkan pelatihan diberikan untuk

para anggota dalam level yang lebih operasional.

3. Faktor- Faktor Yang Memepengaruhi Pengembangan SDM

Faktor yang mempengaruhi pengembangan SDM dapat ditinjau secara

internal maupun eksternal yang berasala dari organisasi ( Donni 2014:220).

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam organisasi atau

lembaga yang menyangkut.

1. Visi Organisasi

Visi organisasi sangat mempengaruhi pengembangan SDM yang ada di

dalam oraganisasi. Organisasi yang memiliki visi yang kuat, luas, dan
ambisius cenderung akan melakukan pengembangan SDM yang agresif

disertai dengan ketersedian dana yang memadai.

2. Misi Organisasi

Setiap organisasi mempunyai visi yang ingin dicapai, untuk itu dibutuhkan

misi yang tepat. Misi merupakan visi dalam tahap yang lebih operasional.

3. Strategi Pencapaian Tujuan

Strategi menggambarkan bagaimana secara operasional misi yang telah

dibuat dapat dilaksanakan. Strategi yang baik perlu didukung oleh taktik

yang tepat, dimana hal tersebut akan embutuhkan dukungan

pengembangan SDM yang baik pula.

4. Sifat dan Jenis Kegiatan

Sifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting pengaruhnya dalam

pengembangan SDM.

5. Teknologi yang Digunakan

Organisasi yang mampu memanfaatkan teknologi dangan unggul akan

menjadi organisasi yang superior dan mampu untuk bersaing.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar organisasi namun

memberikan pengaruh terhadap pengembangan SDM yang dilakukan oleh

organisasi.

1. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah baik yang dikeluarkan melalui perundang-

undangan, peraturan-peraturan pemerintah, surat-surat keputusan menteri


atau pejabat pemerintah dan sebagainya adalah merupakan arahan yang

harus diperhitungkan oleh organisasi.

2. Sosio-budaya Masyarakat

Faktor sosio masyarakat tidak dapat diabaikan oleh suatu organisasi. Hal

ini dapat dipahami karena suatu organisasi apapun di dirikan untk

kepentingan masyarakat yang mempunyai latar belakang sosio-budaya

yang berbeda-beda.

3. Perkembangan ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan sangat dinamis dan organisasi harus

memiliki kemampuan untuk beradapatasi

4. Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi berbeda dengan kebutuhan teknologi secara

internal. Perkembangan teknologi lebih kepada aspek eksternal yang

muncul diluar organisasi.

4. Pengertian dan KonsepPemberdayaan

Pemberdayaan dalam bahasa inggris disebut dengan empowerment.

Pemberdayaan secara etimologis berasal dari kata “daya” yang berarti

kemampuan untuk bertindak. yang mendapat awalan “ber” menjadi

“berdaya”yang artinya berkekuatan, berkemampuan, bertenaga, mempunyai akal

untuk mengatasi sesuatu.

Stewart (Donni 2014:222), menyatakan bahwa secara etimologi

pemberdayaan berasal dari kata “power” yang berarti kekuasaan, yaitu

kemampuan untuk mengusahakan agar sesuatu itu terjadi ataupun tidak sama
sekali. Rob Brown (Donni2014:222), menyatakan bahwa pemberdayaan erat

hubungannya dengan profesionalisme yang pada awalnya selalu dimiliki oleh

individu. Oleh karena itu, pemberdayaan terjadi. Menurut Sumodiningrat (1998:

177), pada hakekatnya pemberdayaan berada pada diri manusia sedangkan faktor

di luar diri manusia hanyalah berfungsi sebagai stimulus, perangsang munculnya

semangat, rasa atau dorongan pada manusia untuk memberdayakan dirinya

sendiri, untuk mengendalikan dirinya sendiri, untuk mengembangkan dirinya

sendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya. Kahn (2007), menyatakan bahwa

pemberdayaan merupakan hubungan antar individu yang berkelanjutan untuk

membangun kepercayaan antara pegawai dan manajemen organisasi.

Konsep pemberdayaan ini berkembang dari realitas individu atau

masyarakat yang tidak berdaya atau pihak yang lemah. Ketidakberdayaan atau

memiliki kelemahan dalam aspek: pengetahuan, pengalaman, sikap, keterampilan,

modal usaha, networking, semangat, kerja keras, ketekunan, dan aspek lainnya.

Kelemahan dalam berabagai aspek tadi mengakibatkan ketergantungan,

ketidakberdayaan dan kemiskinan.

Pemberdayaan (empowerment) Djhoni (2003),merupakan konsep yang

berkaitan dengan kekuasaan (power). Pemberdayaan adalah suatu proses untuk

memberikan daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan

mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa

(poerful) sehingga terjadi keseimbangan. Begitu pula menurut Rappaport (dalam

Anwas 2014:49), menyatakan, pemberdayaan adalah salah satu cara dengan mana
rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa

atas kehidupannya.

Pemberdayaan tidak sekedar memberikan kewenangan atau kekuasaan

kepada pihak yang lemah saja. Dalam pemberdayaan terkandung makna proses

pendidikan dalam meningkatkan kualitas individu, kelompok, atau masyarakat

sehingga mampu berdaya, memiliki daya saing, serta mampu hidup mandiri.

Menurut Parsons (Anwas 2014:49), pemberdayaan menekankan bahwa

orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan orang lain yang

menjadi perhatiannya. Selanjutnya, menurut ife (Anwas 2014:49), pemberdayaan

adalah menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan,

pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam

menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dalam mempengaruhi

kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Slamet (2003), menekankan

bahwa hakikat pemberdayaan adalah bagaimana membuat masyarakat mampu

memmbangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri.

Indikator pemberdayaan menurut Suharto (Anwas 2014:50),paling tidak

memiliki empat hal, yaitu merupakan kegiatan terencana dan kolektif,

memperbaiki kehidupan masyarakat, prioritas bagi kelompok lemah atau kurang

beruntung, serta dilakukan melalui program peningkatan kapasitas. Menurut

pranarka dan muljarto (2014:50), pemberdayaan adalah suatu upaya untuk

membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara,

dan tata nilai dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang terwujud di berbagai kehidupan politik, hukum, pendidikan, dan

lain sebagainya.

Berbagai konsep pemberdayaan masyarakat, kegiatan pemberdayaan

dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan (Ndaraha: 2003) yaitu:

1. Bantuan Modal

Salah satu aspek yang dihadapi oleh masyarakat yang tidak berdaya adalah

permodalan. Tidak adanya modal mengakibatkan masyarakat tidak mampu

berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.

2. Bantuan Pengembangan Prasarana

Usaha untuk mendorongmasyarakat berdaya, maka perlu ada sebuah

bantuan untuk pembangunan masyarakat berdaya, maka perlu ada sebuah

bantuan untuk pembangunan prasarana. Prasarana ditengah-tengah

masyarakat yang tidak berdaya akan mendorong mereka menggali potensi

yang dimilikinya dan mempermudah mereka melakukan aktivitasnya.

3. Bantuan Pendampingan

Pendampingan masyarakat memang perlu dan penting. Tugas utama

pendamping adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi

mediator masyarakat.

4. Kelembagaan

Keberadaan sebuah lembaga atau organisasi ditengah-tengah masyarakat

merupakan salah satu aspek penting untuk menciptakan keberdayaan.

Adanya lembaga akan mempermudah masyarakat untuk berkoordinasi,

selain itu mereka juga dilatih untuk hidup tertib.


5. Strategi dan Proses Pemberdayaan

Pemberdayaan ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat agar mampu

berdaya sehingga ia dapat peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraanya.

Namun keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar menekankan pada hasil, tetapi

juga pada prosesnya melalui tingkat partisipasi yang tinggi, yang berbasis kepada

kebutuhan dan potensi masyarakat. Acuan agen pemberdayaan untuk menentukan

perencanaan pemberdayaan (tujuan, materi, metode,alat,evaluasi) yang

dirumuskan bersama-sama dengan klien/sasaran. Keterlibatan sasaran dalam

tahapan perencanaan ini, merupakan salah satu cara untuk mengajak mereka aktif

terlibat dalam proses pemberdayaan.

Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai

pendekatan. Menurut Suharto (dalam Anwas 2014:87), penerapan pendekatan

pemberdayaan dapat dilakukan melalui 5 P yaitu: pemungkinan, penguatan,

perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan.

a. Pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim tentang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang secara optimal.

b. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya.

c. Perlindungan, melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah

agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan

yang tidak seimbang antara yang kuat dengan yang lemah, dan mencegah

terjadinya eksploitasi kelompok kuat dan kelompok lemah.


d. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat

mampu menjalankan perannya dan tugas-tugas kehidupannya.

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke

dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

e. Pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan

keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan

berusaha.

Unsur utama dari proses pemberdayaan masyarakat adalah pemberian

kewenangan dan pengembangan kapasitas masyarakat. Oleh karena itu, apabila

masyarakat telah memperoleh kewenangan tetapi tidak atau belum mempunyai

kapasitas untuk menjalankan kewenagan tersebut maka hasilnya juga tidak

optimal. Untuk memperoleh kewenangan dan kapasitas dalam mengelola

pembangunan, masyarakat perlu diberdayakan melalui proses pemberdayaan atau

empowerment. Menurut pendapat Korten (1987:7), memahami power tidak cukup

dari dimensi distributif, akan tetapi juga dari dimensi generatif.

6. Kelompok Masyarakat Petani Pedesaan

Kelompok tani, pada dasarnya tidak lepas dari kelompok itu sendiri.

Kelompok adalah adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama

yang berinteraksi satu sama lainuntuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu

sama lain, dan memandang mereka bagian dari kelompok. Menurut Soekanto

(1986:35), ada beberapa yang menjadi ciri-ciri kelompok yaitu: setiap anggota
harus sadar sebagai bagian dari kelompok ada hubungan timbal balik antara

sesama anggota, dan terdapat suatu faktor yang memiliki bersama oleh para

anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat.

Salah satu cara pemberdayaan masyarakat tani yang paling strategis

menurut Sukino (2013:66), adalah melalui kelompok tani, dimana dalam

kelompok telah tersusun berdasarkan jenjang kelas kemampuan kelompok tani

yang terdiri dari kelas pemula, kelas lanjut dan kelas utama. Diera globalisasi saat

ini ada dua hal yang menonjol yaitu adanya perkembangan teknologi dan

membanjirnya hasil pertanian dari negara lain di pasaran kita. Hal ini akan sangat

menguntungkan ketika bila kita bisa bermain di dalamnya dan akan merugikan

bila kita hanya menjadi konsumen karena tidak mampu menghadapi persaingan.

Hal ini sangat disayangkan karena Indonesia sebagai negara agraris namun

perkembangan impor pertanian dari luar negeri makin lama makin meningkat

kuantitasnya, sehingga banyak yang mengatakan bahwa “masyarakat mati di

lumbung padi”.

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses

kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih

lemah. Kajian atau penyuluhan keadaan pedesaan secara partisipatif adalah salah

satu tahap dalam upaya meningkatkan kemandirian, hasil panen dan kesejahteraan

masyarakat dalam hidupnya. Kajian keadaan pedesaan dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi

serta menganalisa situasi, potensi dan masalahnya sendiri. Dengan adanya

program pemerintah melalui Pemberdayaan Masyarakat, masyarakat dapat


memanfaatkan informasi dan hasil kajian yang dilakukan bersama oleh

masyarakat bersama tim fasilitator, untuk mengembangkan rencana kerja

masyarakat petani agar lebih maju dan mandiri.

Ukuran keberhasilannya adalah kemajuan fisik atau luasan tanaman, yang

belum menyentuh pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) petani dan

kelembagaan, belum memanfaatkan kearifan tradisional sebagai modal sosial

(social capital), belum mengakomodasi tata nilai dan kelembagaan informal

masyarakat lokal sebagai pondasi kelembagaan formal pengelolaan lahan, serta

belum diadaptasikan dengan keragaman karakteristik biofisik lokasi, sosial dan

budaya masyarakat lokal. Sehingga partisipasi masyarakat dalam pelestarian lahan

menjadi sangat minim dan terabaikan. Akibatnya tingkat keberhasilan

pembangunan usaha budidaya tanaman sangat rendah dan sekaligus masyarakat

tetap miskin atau malah menjadi tambah miskin. (Sukino:2013).

Efek negatif berikutnya yang dapat kita lihat dari kemiskinan tersebut telah

memicu semakin maraknya penebangan liar, perambahan kawasan, dan lain-lain

yang semakin mengakibatkan parahnya kerusakan lahan. Sementara itu

keberadaan dan ketergantungan masyarakat lokal terhadap sumber daya alam

sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan tanaman pertanian atau

pengelolaan lahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Dengan

kata lain sasaran pengelolaan lahan secara maksimal tidak dapat dicapai tanpa

memperhatikan partisipasi dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Adapun delapan hal menurut Sukino (2013:20), yang mempengaruhi

lemahnya pembangunan pertanian di Indonesia diantaranya:


1. Pelaksanaan pasca panen dimana petani pada umumnya masih menjual hasil

pertanian dalam bentuk bahan mentah sehingga tidak memiliki nilai tambah.

2. Sarana dan prasarana dimana pembangunan infrastruktur akan mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan mempersempit kesenjangan sosial. Saran dan

prasarana ini diantaranya prasarana pendidikan, pengairan, agro-industri,

transportasi hasil pertanian dan fasilitas kelembagaan pertanian.

3. Luas kepemilikan tanah dimana lahan yang sempit menyebabkan biaya yang

tinggi dengan hasil yang kurang, selain itu juga menyebabkan efesiensi

penggunaan mekanisasi pengolahan tanah tidak efektif. Untuk

meminimalisir dampak dari lahan yang sempit ini, petani dapat

mengusahakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan

memenej sedemikian rupa sehingga mampu menekan biaya produksi.

4. Akses modal dimana diera globalisasi ini, dunia usaha apapun yang

dilakukan, modal merupakan hal yang paling utama sementara para petani

sangat sulit untuk menembus akses modal karena dianggap rawan gagal.

5. Tingkat pendidikan rendah dimana untuk membangun pertanian yang

kompetitif, kemampuan SDM sangat menentukan terutama tingkat

pendidikan yang diraih oleh masyarakat. Patut disesali bahwa tingkat

pendidikan yang ada di Indonesia saat ini masih cukup memprihatinkan.

6. Penguasaan teknologi rendah dimana pengembangan teknologi juga berarti

peningkatan produksi yang signifikan. Dengan rendahnya pengetahuan

tentang teknologi, maka pengetahuan produksi tidak mengalami

peningkatan.
7. Tingkat keterampilan rendah diantaranya keterampilan budidaya,

keterampilan pengelolahan, dan keterampilan pemasaran. Hasil yang

diperoleh langsung dijual tanpa diolah kembali untuk mendapatkan nilai

lebih.

8. Sikap mental dimana kebanyakan masyarakat petani masih takut untuk

bergerak karena takut pada resiko yang akan ditanggung.

Menurut undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2013 pasal 7 ayat 3 tentang

perlindungan dan pemberdayaan petani, strategi pemberdayaan petani dilakukan

melalui:

1. Pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu

rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan SDM,

yang didalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan

pengembangan tenaga manusia. Antara pendidikan dan pelatihan sulit untuk

menarik batasan yang tegas, karena baik pendidikan dan pelatihan umum

maupun pelatihan merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran yang

mentransfer pengetahuan dan keterampilan dari sumber kepada penerima.

2. Penyuluhan dan pendampingan. Penyuluhan pertanian adalah proses

kapasitasi SDM petani melalui sistem pendidikan nonformal, sedangkan

pendampingan berarti petani tidak dibiarkan sendirian dalam mengakses

informasi, menganalisis situasi yang sedang mereka hadapi sehingga akan

membuka dan menguatkan SDM petani untuk berkarya dalam

pembangunan pertanian.
3. Pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, pengarahan

masyarakat dalam mengembangkan teknik yang digunakan dalam pertanian

sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian. Sarana pemasaranhasil

pertanian maksudnya penyediaan tempat untuk memasarkan hasil pertanian

secara lebih luas sehingga memberikan peluang yang lebih besar kepada

para petani untuk meningkatkan hasil pertaniannya.

4. Konsolidasidan jaminan luasan lahan pertanian. Jaminan luasan lahan

pertanian ini sangat penting bagi para petani dimana lahan yang sempit akan

sangat penting bagi para petani dimana lahan yang sempit akan sangat

merugikan bagi mereka. Lahan yang sempit akan menyebabkan biaya

produksi yang lebih tinggi dari hasil yang dicapai selesai itu dapat juga

mengakibatkan penggunaan mekanisme pengolahan tanah tidak efektif.

5. Penyediaan fasilitas pembiayaan dan permodalan. Dunia usaha apapun yang

dilakukan, modal merupakan peranan yang sangat strategis dimana modal

juga dapat menjadi faktor penghambat perkembangan pembangunan

pertanian. Dengan penyediaan fasilitas dan permodalan, diharapkan mampu

meningkatkan semangat para petani untuk dapat mengembangkan usahanya.

6. Kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Petani

dipedesaan belum memiliki akses yang kuat terhadap informasi, ilmu

pengetahuan, dan teknologi sehingga teknik bertani belum berkembang dan

mengakibatkan hasilnya juga tidak maksimal.

7. Penguatan kelembagaan petani. Dengan ini petani diharapkan memiliki

organisasi kepengurusan yang aktif, memiliki unit usaha distribusi,


pemasaran atau pengelohan yang masih berjalan serta dikelola Kelompok

Tani (POKTAN), dan mempunyai SDM yang secara potensial mampu

menjalankan usaha ini secara bisnis.

B. Kerangka Pikir

Pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh SDM yang berada di

dalamnya. Apabila SDM memiliki motivasi yang tinggi kreativitas dan mampu

berinovasi, maka perkembangan pertanian dapat dipastikan akan menjadi semakin

baik. Karena itu perlunya pemberdayaan kelompok tani untuk meningkatkan

SDM. Di sinilah proses dalam pemberdayaan sangat dibutuhkan agar dapat

mendorong dan tetap menjaga kearifan lokal serta mampu bersinergi dengan

pelaku-pelaku yang lainnya.

Peran utama kelompok tani yaitu sebagai media sosial, sebagai alat untuk

mencapai perubahan, dan sebagai motor dalam penggerak. perilaku. Demikian

pula dalam penyebaran dan penerapan inovasi baru, dengan melalui aktivitas

kelompok akan lebih cepat dan lebih meluas dibandingkan jika disampaikan

melalui pendekatan individu ataupun massal. Sifat penyebarannya lebih efektif

dan efesien. Persaingan penerapan teknologi dan produktivitas usaha tani diantara

sesama petani akan lebih sehat, karna memiliki pandangan yang sama yaitu untuk

mencapai tujuan bersama. Hal ini di wujudkan dalam pertemuan kesepakatan

diantara mereka melalui kelompok tani.

Pemberdayaan kelompok tani merupakan pemberdayaan yang dilakukan

untuk sekumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa

(pria/wanita) maupum petani-taruna yang terikat secara informal dalam suatu


wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di

lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani. Memberdayakan

masyarakat petani adalah suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan harkat

dan martabat lapisan masyarakat “bawah” yang tidak mampu melepaskan diri dari

belenggu kemiskinan. Dengan kata lain, dilakukannya pemberdayaan kelompok

tani akan meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyrakat petani.

Dalam proses pemberdayaan kelompok tani, dapat meningkatkan

kemampuan Pengembangan kelompok tani dengan diarahkan penguatan

kelompok tani menjadi organisasi kelompok petani yang kuat dan mandiri yang

dicirikan antara lain :

1. Adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang

diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan;

2. Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan

oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir

pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi;

3. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;

4. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih;

5. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan Hilir;

6. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para

petani umumnya dan anggota kelompoktani khususnya;

7. Adanya jalinan kerja sama antara kelompoktani dengan pihak lain;

8. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan

hasil usaha/kegiatan kelompok.


Selanjutnya, proses pemberdayaan merujuk pada bidang ekonomi, sosial

dan budaya serta melakukan pelatihan-pelatihan dan pendidikan. Ini dilakukan

supaya terbentuk kelompok tani yang unggul, mandiri dalam segala bidang.

Bagan Kerangka Pikir

Bentuk Pemberdayaan Masyarakat

Petani

1. Bantuan Modal
2. Bantuan pengembangan prasarana
3. Bantuan pendampingan
4. Penguatan Kelembagaan

Faktor Faktor
Kelompok Petani Yang
Penghambat Pendukung
Berdaya

C. Fokus Penelitian

Sesuai dengan judul yang telah diajukan maka fokus penelitian dalam

penelitian ini adalah kelompok tani dalam segi bantuan modal, bantuan

pengembangan prasarana, bantuan pendampingan dan penguatan kelembagaan.

Dalam hal ini peneliti ingin melihat bagaimana bentuk dan proses dalam

pemberdayaan kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone, dan faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan kelompok

tani. sehingga dapat menjadi kelompok tani yang unggul dan mandiri dalam

segala bidang.
D. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian yang akan diteliti antara lain:

1) Bentuk pemberdayaan kelompok tani dalam penelitian ini adalah

pemberdayaan dengan penguatan kelembagaan kelompok tani, melakukan

pendidikan dan pelatihan, serta pemberdayaan dalam bidang ekonomi,sosial

maupun budaya.

2) Bantuan modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pinjaman modal

untuk memiliki kepemilikan lahan pertanian, pemberian bantuan penguatan

modal dan pemberian subsidi bunga kredit atau imbalan jasa penjamin.

3) Bantuan pengembangan prasrana yang dimaksud peneliti adalah bantuan

pembangunan prasaran agara usaha masyarakat dapat dikembangkan untuk

menggali potensi masyarakat dan mempermudah aktifitasnya.

4) Bantuan pendampingan yang di maksud dalam penelitian ini adalah

mendampingi masyarakat petani dalam melakukan aktivitas bertani.

5) Penguatan kelembagaan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

meningkatkan kemampuan kelompok dalam mengembangkan usaha tani,

memperjuangkan kepentingan kelompok tani dalam mengembangkan

kemitraan usaha dan membantu menyelesaikan permasalahan kelompok

dalam berusaha tani.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan pada tanggal 20 Juni

2016 sampai 18 Agustus 2016. Penetapan penelitian ini dilakukan di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone yang memiliki masyarakat

mayoritas petani namun SDM yang masih kurang diakibatkan proses

pemberdayaan kelompok dan banyaknya faktor yang tidak mendukung dalam

pemberdayaan kelompok tani sehingga belum maksimal.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis,

lisan dari informan dan perilaku yang diamati. Sedangkan tipe penelitian adalah

metode deskriptif kualitatif.

C. Sumber Data

a. Data primer

Data primer yang merupakan data yang bersumber dari informan langsung

dan diperoleh dari hasil wawancara dengan informan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adaah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang kita butuhkan yang digunakan untuk menjelaskan

data primer, sumber data sekunder diharapkan dapat berperan membantu

mengungkapkan data yang diharakan, data sekunder ini dapat diperoleh dari
catatan ataupun tulisan-tulisan yang berkaitan dengan objek permasalahan

yang di teliti seperti buku-buku literatur, jurnal, dsb.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa pihak terkait (informan) yang dianggap

tau dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang kompeten, akurat, dan dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, informan dalam penelitian

ini antara lain:

Tabel I
Informan Penelitian

No. Nama Inisial Jabatan/Pekerjaan Keterangan


1. A. Fadli Nur FN Kepala Desa 1 Orang
2. Safaruddin SF Kepala Dusun 1 Orang
3. A. Ramli AR Ketua kelompok tani 1 Orang
4. Abd. Haris AH Ketua kelompok tani 1 Orang
5. Marhumi MR Ketua kelompok tani 1 Orang
6. A. Suhardi AS Ketua kelompok tani 1 Orang
7. A. Asse AA Anggota kelompok tani 1 Orang
8. Amiruddin AM Anggota kelompok tani 1 Orang
9. Jusman JS Anggota kelompok tani 1 Orang
10. Marhumi S,P MR Penyuluh Pertanian 1 Orang
11. A.Massakkirang S.p AM Kepala BP3K Patimpeng 1 Orang
M,.S.i
Jumlah 11 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan usaha untuk mengumpulkan bahan-

bahan yang berhubungan dengan penelitian yang dapat berupa data, fakta,

maupun informasi yang sifatnya valid (sebenarnya), realibe (dapat dipercaya) dan

obyektif (sesuai dengan kenyataan).

1. Metode observasi. Dalam penelitian ini, penulis mengamati setiap kegiatan

yang diakukan oleh kelompok tani secara langsung, seperti mengamati

pelaksanaan program tanam dan sistem pinjaman modal serta melakukan

penilaian terhadap beberapa catatan atau dokumen-dukumen serta beberapa

informasi-informasi dari pengurus kelompok dan pihak-pihak yang

berkompeten dalam keberadaan kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan

Patimpeng Kabupaten Bone.

2. Wawancara

Melakukan wawancara dengan beberapa informan maka dapat diketahui

dengan jelas wilayah desa paccing, sejarah pendirian kelompok tani, tujuan,

visi dan misisnya, prestasi, pekembangan, kendala dan hasil-hasil yang

diperoleh di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dokumentasi demografi desa

paccing untuk melihat kondisi wilayah kerja kelompok tani, statistik

penduduknya, mulai dari tingkat pendidikan, agama, usia, pekerjaan dan

potensi lahan desa paccing, dan dokumentasi kelompok tani berupa catatan-

catatan tentang perkembangan kelompok tani.


F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain. Metode analisa data yang penulis gunakan adalah analisis data deskriptif

kualitatif yaitu data-data yang memerlukam penjelasan secara sistematis,

mendalam, dan menyeluruh terhadap hasil penelitian yang dilakukan peneliti.

Metode analisa data deskriptif kualitatif dipakai apabila yang dikumpulkan

bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus, sehingga dapat disusun kedalam

suatu struktur klasifikasi. Dengan metode tersebut, penulis berusaha

menggambarkan dan menjelaskan strategi pemberdayaan kelompok tani dengan

menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu

analisis interaktif. Dalam analisis ini, data yang diperoleh dilapangan disajikan

dalam bentuk narasi.

Proses analisa datanya menggunakan tiga sub proses yang saling

berhubungan, diantaranya:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan dan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis

dilapangan. Atau melalui reduksi kata yang meliputi seleksi pemadatan data,

catatan dan rekaman lapangan diringkas dan disederhanakan, diberi tanda

dan dikelompokkan. Reduksi data juga merupakan suatu bentuk analisis


yang mempertegas, memperpendek, membuang hal yang tidak penting dan

mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

2. Penyajian data

Penyajian data diartikan sebagai pemaparan yang tersusun untuk memberi

peluang terjadinya suatu kesimpulan. Selain itu dalam penyajian data

diperlukan adanya perencanaan pembagian kolom dan table bagi data

kualitatif dalam bentuk khususnya. Dengan demikian penyajian data yang

baik dan jelas sistematiknya sangatlah diperlukan untuk melangkah kepada

tahapan penelitian kualitatif selanjutnya.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam penelitian dimana data-

data yang telah diperoleh akan ditarik garis besar/kesimpulan sebagai hasil

keseluruhan dari penelitian tersebut.

Ketiga langkah dalam menganalisa data tersebut menjai acuan dalam

menganalisa data penelitian sehingga dapat tercapai suatu uraian sistematis, akurat

dan jelas. Proses inilah yang akan peneliti lakukan untk mendapatkan jawaban

atas pertanyaan: Bagaimana strategi pemberdayaan kelompok tani pada desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.

G. Keabsahan data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan model

interaktif, artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data

yang dibutuhkan langsung kepada pihak yang terkait dengan permasalahan yang

akan diteliti. Dasar penelitian yang dilakukan adalah survey yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisa suatu peristiwa atau proses

tertentu dengan memilih data atau menetapkan ruang lingkup tertentu sebagai

sampel yang dianggap representatif (orang-orang yang terpilih/ seperti yang

digambarkan).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sebelum memulai pembahasan hasil penelitian mengenai bentuk

pemberdayaan kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone. Penulis akan memaparkan profil lokasi penelitian

1. Profil Desa

Desa Paccing merupakan salah satu daerah di wilayah Kecamatan

Patimpeng, Kabupaten Bone dengan luas wilayah desa Paccing 16,39 km2

yang jarak dari kota Kecamatan Patimpeng 7 km sedangkan jarak ibu kota

kabupaten Bone 103 km. Secara administrasi wilayah desa Paccing

mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Bulu Ulaweng,

b. Sebelah Timur : Desa Massila

c. Sebelah selatan : Desa Hulo

d. Sebelah Barat : Desa Polewali.

Desa Paccing mempunyai 6 Dusun / Lingkungan adalah Dusun Paccing,

Dusun Barugae, Dusun Kaccope, Dusun, Mabboronge, Dusun Salihu dan

Dusun Pelleng-Pellenge.

2. Karakteristik Tanah dan Iklim

Wilayah Desa Paccing merupakan wilayah persawahan, dan 100 %

merupakan wilayah daratan. Wilayah pesawahan yang dimiliki sebagian besar

merupakan lahan sawah tadah hujan, dan berada dengan ciri topografi daratan
yang relatif datar , bergelombang dengan ketinggian 167 meter dari

permukaan laut.

Jenis tanah yang ada disebagian besar wilayah ini memiliki klasifikasi

jenis tanah alluvial, podsoil, merah kuning dan regusol dengan tingkat

kemasama (PH) 5 – 6,7. Dan ciri sebagian besar kondisi tanah di wilayah

Paccing adalah aluvial yakni lempung berpasir, dengan kandungan pasir

berkisar kurang lebih 20%. Kondisi agroklimat secara umum memiliki ciri

iklim tropis, dengan suhu rata-rata 38 derajat Celcius.

Pergantian musim jika berada dalam kondisi normal memiliki tingkat

pergantian antara bulan April s/d Juli merupakan musim hujan merupakan

curah hujan yang tertinggi 200 mm/bulan, dan bulan Agustus s/d September

merupakan musim hujan terrendah yaitu 100 mm/bulan.Berdasarkan

distribusi hujan wilayah desa Paccing tergolong tipe iklim C dan D (Odemen

1077 dan Sehmed Furguson 1951) jumlah curah hujan rata-rata 1.971

mm/tahun.

3. Data Monografi dan Potensi Wilayah Desa Paccing.

Tabel 1.
Jumlah Keluarga tani Pada Desa Paccing,
KecamatanPatimpeng, Kabupaten Bone.

Jumlah Kelurga Tani (KK)


No Jumlah Jumlah
Pemilik Pemilik Penggarap
Nama Desa Penduduk Keluarga
Lahan tidak Lahan
(Jiwa) (KK )
Menggarap Menggarap
Paccing 2.046 610 - 600 10
Sumber: Monografi Desa Paccing, 2014
Jumlah penduduk di di Desa Paccing 2.046 jiwa dan jumlah KK 610

sedangkan jumlah keluarga tani yaitu pemilik lahan tidak menggarap 0 dan

pemilik lahan penggarap 600 jiwa, sedangkan penggarap 10 jiwa.

Tabel 2.
Luas Lahan Untuk Tanaman Pangan dan Hortikultura
di DesaPaccing, Kecamatan Patimpeng.

No Nama Tanah Darat (ha) Tanah sawah irigasi (Ha)


Desa Tegal Pekara Dan Jumlah Tehnis ½ Tersier Irigasi Tadah Jumlah
Ngan lain- tehnis Desa hujan
2
Paccing 992 30 41 0 0 0 35 540 575
Sumber: Monoografi Desa Paccing, 2014

Luas lahan untuk tanaman pangan dan hortikultura adalah tanah darat tegal

seluas 992 ha, pekarangan 30 ha dan lain-lain 41 sedangkan untuh tanah sawah

irigasi yaitu sawah tehnis irigasi 0, ½ tehnis 0 ha, pomponisasi 35 ha

sedangkan sawah tadah hujan 540 ha.

4. Potensi Tanaman Perkebunan

Luas lahan tanaman perkebunan yang ada di wilayah desa Paccing disajikan

pada Tabel sebagai berikut:


Tabel 3.
Luas Tanam Perkebunan di Desa Paccing, Kecamatan Patimpeng.

NO Jenis Komuditi Luas Pertanaman (Ha)


1. Kelapa Lokal 15
2. Cacao 10
3. Jambu Mente 4
4. Tebu Rakyat 48,5
5. Tebu Negara 670
6. Kopi -
7. Cengke -
8. Kemiri 25
9. Hutan Rakyat 11
10. Hutan Negara 200
Sumber: Monografi Desa paccing, 2015

5. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Paccing,

Kecamatan Patimpeng dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Paccing,
Kecamatan Patimpeng Tahun 2016.

NO Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


1. Petani 610 46,99
3. Peternak 610 46,99
4. Pedagang 20 1,54
5. Wiraswasta 25 1,93
6 PNS 33 2,54
Jumlah 1.298 100,00
Sumber : Monografi Desa Paccing, 2015
Pada Tabel 4. Terlihat bahwa sector pertanian mendominasi dan

menjadi sumber penghidupan yang paling besar di Desa Paccing adalah

petani yang berjumlah 610 jiwa (46,99 %), dan peternak 610 jiwa (46,99%),

selain itu dari sektor lain walaupun tidak berdominasi tetapi memilki andil

bagi pengembangan dan pembangunan di Paccing. Ini menggambarkan

bahwa penduduk di Desa Paccing tersebut masih menguntungkan hidupnya

dibidang pertanian pertanian dan peternakan.

6. Pola uasaha Tanaman Pangan dan Hortikultura

Pola usahatai yang diksanakan oleh petani di wilayah Desa Paccing


dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.
Pola Usahatani Tanaman Pangan dan Hortikultura di Desa Paccing.
No Pola Usaha Tani Luas (Ha) Waktu Tanam
1. Musim Rendengan
a. Sawah Tadah Hujan 575
- Padi-Padi 575 Minggu2 April
b. Lahan Kering/ Tegalan
- Palawija 350 Minggu 1 Maret
- Ubi Jalar 3,5 Minggu 1 Maret
- Sayur-sayuran 2,0 Minggu 1 Maret
c. Musim Gadu
- Padi 350 Minggu 2 November
- Palawija 350 Minggu 3 Oktober
- Ubi Kayu 3,0 Minggu 2 Oktober
- Ubi Jalar 4,0 Minggu 4 Oktober
Sumber : Programmer Tani Desa Paccing, 2016

7. Data Usaha Tani Petani/Kelompok Tani.


Fasilitas usaha tani pada kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng adalah sebagai berikut:
a. Pertanian
Tabel 6.
Data Usahatani pada Kelompok Tani
di Desa Paccing KecamatanPatimpeng.

Kepemilikan
Jumlah Heler Hend Sprayer Motor/Power Spra Traktor
Milik Mili Milik Milik Mili Milik Milik Mili Milik Milik Milik Milik
Petan k Swast Petan k Swast Petan k Swast Petan Swast Swast
i Dine a i Dine a i Dine a i a a
s s s
20 - - 200 - - - - - 180 - -
Sumber : Monografi Desa Paccing, 2015
b. Ternak

Tabel 7.
Data Usaha Tani Untuk Peternakan pada Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng
Kepemilikan
Mesin Tetes Inseminasi Buatan Alat Pendingin Kandang
Milik Mili Milik Milik Mili Milik Milik Mili Milik Milik Milik Milik
Patan k Swast Petan k Swast Petan k Swast Petan Swast Swast
i Dine a i Dine a i Dine a i a a
s s s
- - - - - - - - - 610 - -
Sumber : Programmer Tani Desa Paccing, 2016

8. Kelembagaan/Kelembagaan Sosial Ekonomi

Kelompok tani di Desa Paccing ada pada tahun 2012. Untuk mencapai
sasaran pembangunan pertanian di wilayah desa Paccing berbagai
kelembagaan baik pemerintah maupun swasta yang menunjang sebagai petani
dalam pembangunan pertanian dalan usahataninya antara lain:

a.Nama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan ) dan Kedudukannya di


Desa Paccing

Tabel 8.
Nama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan ) dan
Kedudukannya diDesaPaccing.

Nama Nama Pengurus Jml Modal Jenis


klp Gapok Usaha Luasan
Bina Ber- Ketua Sekertaris Bendahara Tani Tan Utama Ha Ekor
Sama Muh. Hatta A.Mappa HJ.Hasna 22 - Tani 575 4653
Sumber : Programmer Tani Desa Paccing, 2016
b. Nama Pos Penyuluhan Desa (POS LUDES ) dan kedudukannya di Desa
Paccing

Tabel 9.
Nama Pos Penyuluhan Desa (POSLUDES) dan
Kedudukannya di DesaPaccing.

Nama Nama Pengurus Jumlah


Ketua Sekertaris Bendahara Klp tani
Pattimpa Deceng Anshar Fatahuddin Fatmawati 22
Sumber : Programmer Tani Desa Paccing, 2015

c. Nama Kelompok Tani dan Kedudukannya

Tabel 10.
Nama Kelompok Tani pangan dan Kelompok tani perkebunan
sertaKedudukannya di Wilayah Desa Paccing

No Nama Kelompok Pengurus Jmlh Luas Rata-rata


tani Ketua Sekertaris Bendahara Ang Garapa garapan
g n
A. Tanaman Pangan
1 Bina Bakti A.Mappa A.Junaedi Semmain 21 21 1,00
2 Samaenre Hj. Aisyah Muh. Hatta Salahuddin 25 24 1,04
3 Bina Sipatuo Mattotoran Rafi Idawati 28 34 1,21
4 Bina Sipatokkon Ashar Sultan Sumarni 28 35 1,25
5 Harapan Baru Muhayyang Amiruddin Hasnawati 27 34 1,25
6 Citra lestari Umar Alimuddin Norma 31 36 1,16
7 Pada Tuo Tabe Arba Saenal abdi 25 27 1,08
8 Bina Mulya Hasanudin Arba Sulle 24 26 1,08
9 Putra Barugae Kaharuddin Ramang Muliati 21 24 1,14
10 Semangat Baru Abd.Haris A.Hamdan Ernawati 24 29 1,20
11 Hoddie Ambo Uddin Jume 28 27 0,96
12 Salihu Ramli Syide Sakka 23 23 1,00
13 MabborongE A.Ramli Asgar Harnida 27 27 1,00
14 Bancee A,Suhardi Amir A,Esse 28 33 1,18
15 SipulungE Abd.Asis Nursan Fatimah 23 24 1,04
16 Bottofenno Rustang Dedi Suhardi 24 26 1,08
17 Barugae A.Sinring Arsyad Hj,Fatima 23 28 1,22
18 Bina Karya Haeruddin Muslimun Nurhidawat 30 34 1,13
19 Mattimpa Deceng Baharuddin H.Mallu Hj. Hasna 27 34 1.23
20 Kaccofe Gala Sakka Nasir 27 29 1,07
B. Tan. Perkebunan
1 Paccing Saiful A.Patawari A.Ilyas 40 48,5 1,21
Kasa
C Wanita Tani
1 Cempaka Marhumi Hj. Aisya 25
Sumber : Programmer Tani Desa Paccing, 2016

9. Kondisi Perkembangan Harga

Salah satu aspek penting dalam menilai pengembangan sector pertanian di

Desa Paccing selain beberapa hal yang telah diuraikan di atas diantaranya

adalah aspek perkembangan harga. Untuk perkembangan harga jual gabah

seringkali kedaan yang terjadi adalah sejauh mana factor hubungan suplly dan

permintaan akan gabah yang terjadi. Sudah menjadi kelaziman bilamana pada

saat musim panen harga gabah selalu menurun, dan pada saat musim kering

perkembangan harga gabah sering kali melonjak tajam. Dari hasil pengamatan

diperoleh bahwa perkembangan harga gabah yang paling tinggi untuk tahun

2015 terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Dengan puncak harga

tertinggi terjadi pada bulan Juni dan Juli. Dari hasil pengamatan diperoleh data

bahwa harga gabah untuk GKP mencapai angka Rp.5.400 – 6.000 / kg dan Rp.

6.000 – 6.500 / kg untuk GKG.


10. Keadaan Perilaku

a. Keadaan Kemampuan Kualitas SDM Petani

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap latar belakang pendidikan

khususnya untuk masyarakat Desa Paccing, Kecamatan Patimpeng. Aspek

kualitas SDM menjadi salah satu faktor yang mempunyai peranan besar

dalam upaya membantu pencapaian keberhasilan pembangunan pertanian.

Dalam hal ini kaitan yang sangat penting adalah upaya perubahan pola dan

perilaku dalam tata cara atau metode serta aplikasi anjuran teknologi kerap

kali menghadapi kendala kurang terapresiasi karena faktor pemahaman

petani terhadap tujuan, manfaat, dan dampak dari penerapan anjuran

teknologi yang direkomendasikan.

Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor lemahnya kualitas SDM

sejauh ini adalah :

1) Kurangnya basis informasi yang dimiliki petani sehingga memberikan

pengaruh terhadap kemampuan untuk mengambil keputusan yang

berkenaan dengan pengelolaan usaha tani, secara mandiri dan

independen sulit untukdilaksanakan.

2) Salah satu sumber pengetahuan dalam aplikasi dan pelaksanaan usaha

tani sejauh ini hanya berdasarkan kepada pengalaman. Lemahnya

dukungan skill dan keahlian usaha tani yang lebih adaptif terhadap

adopsi teknologi belum optimal.

3) Lemahnya kemampuan inovatif, dan kreativitas dalam melakukan dan

pemberdayaan pengelolaan usaha tani yang dilaksanakan.


b. Keadaan Kualitas Kelompok Tani

Beberapa hal yang masih menjadi bahan perbaikan dan peningkatan kinerja

kelompok tani terutama masalah pengelolaan lembaga kelompok tani,

diantaranya:

1) Kelengkapan administrasi kelompok tani : Profil kelompok tani, buku

adm, dsb.

2) Kesekretariatan alamat kelompok tani

3) Intensitas dan frekuensi pertemuan kelompok tani dalam kegiatan

pelaksanaan penyuluhan pertanian

4) Pelaksanaan kegiatan pelatihan, kursus tani dsb

5) Pembagian kerja dan tugas dalam struktur organisasi kelompok

6) Pemberdayaan kelompok tani melalui kegiatan produktif dalam

rangka menciptakan kemampuan dan kemandirian kelompok tani.

7) Pembinaan kelompok tani melalui kegiatan pemberian bantuan dan

subsidi.

8) Kegiatan pemberdayaan kelompok melalui kegiatan perlombaan dan

ajang kompetensi lainnya.

c. Kebutuhan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha

Dalam upaya membantu kelancaran usaha pertanian yang dilaksanakan di

Desa Paccing Kecamatan Patimpeng, saat ini beberapa aspek yang masih menjadi

fokus perhatian untuk mendapat penanganan diantaranya adalah:

1. Aspek ketersediaan saprodi yang harus mendapat ketersediaan yang

memadai, sehingga lebih memberikan jaminan keamanan pada saat


petani menggunakannya. Diantaranya adalah ketersediaan benih

unggul, pupuk , dan saprodi lainnya.

2. Sarana pengairan (irigasi) yang belum ada.

3. Akses pembiayaan yang harus ditingkatkan. Lemahnya institusi

permodalan usaha tani yang dijalankan membawa pengaruh yang besar

terhadap proses perbaikan dan perkembangan pola usaha usaha tani

yang efisien dan efektif. Daya jangkau terhadap akses pembelian input

produksi seperti pupuk, alat dan mekanisasi pertanian yang masih

kurang membawa dampak terhadap proses usaha tani yang inefisiensi.

Salah satu kasus diantaranya pemberian pupuk yang kurang seimbang

dikarenakan ketidakmampuan untuk mengadakan jenis pupuk yang

dianjurkan.

B. Pemberdayaan Kelompok Tani di desa Paccing Kecamatan Patimpeng


Kabupaten Bone
Istilah pemberdayaan mulai popularitas pada tahun 1990-an dalam istilah

pembangunan, kegagalan konsep pembangunan yang menekankan pada aspek

makro. Telah diyakini bahwa konsep pemberdayaan sebagai alternatif ampuh

untuk penuntasan pembangunan(Oos M.Nawas, 2014).

Popularitas pemberdayaan ternyata tidak sebanding dengan realisasinya,

kegiatan pemberdayaan masyarakat bukan hanya sekedar membangun sesuatu,

memberikan pelatihan keterampilan, melakukan pendampingan, memberikan

sumbangan atau bentuk-bentuk kegiatan lainnnya.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menjadikan masyarakat

berdaya dan mandiri, mampu berdiri diatas kaki sendiri. Bentuk pemberdayaan
perlu sesuai dengan potensi, masalah, dan kebutuhan masyarakat lokal atau

masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat sangat jauh dengan bentuk-

bentuk pembangunan yang cenderung top down. Pemberdayaan masyarakat pada

hakikatnya mengubah perilaku masyarakat kearah yang lebih baik sehingga

kualitas dan kesejahteraan hidupnya secara bertahap dapat meningkat.

Dalam perkembangannya terutama di era teknologi informasi dan

komunikasi ini, profesi tersebut mengalami perkembangan, dimana konsep

pemerdayaan menuntut masyarakat agar dapat lebih inofatif dan kaya akan ide-ide

yang akan membangun kesadaran sikap, dalam mengolah Sumber daya alam yang

ada.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani,

telah menetapkan program pengembangan usaha Agribisnis. Agribisnis adalah

suatu usaha tani yang berorientasi komersial atau usaha bisnis pertanian dengan

oerientasi keuntungan. Salah satu cara yang dapat ditempuh agar dapat

meningkatkan pendapatan usaha tani adalah dengan dengan penerapan konsep

pengembangan sistem agribisnis terpadu, yaitu apabila sistem agribisnis yang

terdiri dari subsistem sarana produksi, subsistem pengolahan dan pemasaran

dikembangkan secara terpadu.

Agribisnis mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian yang

mencakup berbagai disiplin dan berbagai kegiatan, mulai dari produksi dan

pengadaan produksi sampai pada pengolahan dan pemasaran. Supaya agribisnis

mampu berkembang dengan baik dalam perencanaan dan pengolaan semua ilmu

yang terkait dengan agribisnis perlu dimanfaatkan, semua subsistem perlu


dikoordinasi, pelaku agribisnis harus profesional dan semua faktor penunjang

seperti teknologi, spermodalan, energi, sarana dan prasarana, informasi,

komunikasi dan lain-lain perlu diarahkan untuk pembangunan agribisnis.

Kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone

perkembangannya tidak kearah peningkatan pendapatan, karena petani secara

umum hanya berorientasi pada produksi bukan keuntungan. Usaha tani

berorientasi pada produksi berarti kurang memperhatikan komuditi yang sesuai,

mutu/kualitas, kontinuitas, tingkat permintaan serta kurang memperhatikan

peluang pasar sehingga hasilnya statis. Permasalahan yang lain disebabkan oleh

tidak efisiennya usaha tani yang dilakukan serta kurangnya akses teknologi pada

tingkat petani. Kondisi tersebut secara tidak langsung terjadi karena lemahnya

kelembagaan tani atau kelompok tani serta kurang intensifnya penetrasi inovasi

teknologi pada tingkat petani.

Wilayah Desa Paccing merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bone

yang merupakan wilayah persawahan. Dan hampir semua masyarakat Desa

Paccing adalah petani padi. Wilayah persawahan yang dimiliki sebagian besar

merupakan tadah hujan, dan berada dengan ciri daratan yang relatif datar, jenis

tani Dengan lahan yang luas sehingga memungkinkan untuk pertanian padi.

Karena Desa Paccing belum termasuk daerah pengairan jadi pada musim kemarau

petani sangat susah mendapatkan air. Desa paccing memiliki luas 575 Ha yang

digunakan sebagai lahan produksi pertanian padi.

Perlindungan dan pemberdayaan kelompok tani bisa dilakukan dengan

berbagai cara seperti melindungi para kelompok tani dalam bertani seperti
kegagalan panen dan resiko harga serta meningkatkan kemandirian dan

kedaulatan petani. Selain itu memberikan kepastian usaha tani, menyediakan

prasarana dan sarana tani, dan menumbuh kembangkan kelembagaan pembiayaan

pertanian.

Pemberdayaan kelompok Desa Paccing tani melalui kelembagaan kelompok

tani merupakan salah satu metode pemberdayaan masyarakat yang tepat untuk

memungkinkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani. Lembaga

ini merupakan suatu bentuk organisasi kerjasama yang membuat masyarakat

mampu mengembangkan respon yang sesuai dengan logika yang menjadi suatu

wadah yang menyatukan para petani secara horisontal maupun vertikal

(Suradisastra 2006:34).

UU RI No 19 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (1) tentang perlindungan dan

pemberdayaan petani, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan perlindungan

petani adalah segala upaya untuk membantu petani menghadapi permasalahan

kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, ketersediaan lahan,

kepastian usaha, resiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan

perubahan iklim. Ayat (2) ditegaskan apa yang disebut pemberdayaan kepada

petani, yakni segala upaya untuk mengubah pola pikir petani yang lebih maju,

peningkatan usaha tani, penumbuhan dan penguatan kelembagaan petaniguna

meningkatkan kesejahteraan petani.

Melihat kondisi yang terjadi di lapangan perlu adanya terobosan langkah

dan strategi dalam melindungi dan memperdayakan kelompok tani. Perencanaan

dan perlindungan pemberdayaan kelompok tani harus dilakukan secara sistematis,


terpadu, terarah, menyeluruh, transparan, dan akuntabel. Perencanaan matang

harus berbasis daya dukung sumber daya alam dan lingkungan, perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat pertumbuhan ekonomi dan rencana tata

ruang wilayah. Karena dengan perencanaan matang dapat mengukur kebutuhan

sarana dan prasarana dan kesesuaian dengan kelembagaan dan budaya.

Harga pupuk yang semakin mahal menyebabkan para kelompok tani

mengeluh. Karena masih banyak para petani yang membeli pupuk dengan cara

kredit. Ini disebabkan karena ketidakmampuan petani secara ekonomi. Maka dari

iu perlu adanya bantuan dari pemerintah setempat. Beberapa konsep dalam

pemberdayaan yaitu:

1. Bantuan Modal

Membahas tentang pertanian tidak akan ada habisnya, banyak muncul

permasalahan umum yang kerap terjadi di kelompok tani seperti, tidak didukung

oleh beberapa sistem yang menunjang, tidak didukung oleh aspek teknologi,

manajemen, pendanaan yang kurang memadai, serta sebagian besar petani masih

memakai cara tradisional. Seperti yang di ungkapkan oleh salah satu anggota

kelompok tani Bancee dalam wawancara sebagai berikut:

“Kami disini masih menggunakan cara yang lama karena hanya cara itu
yang kami ketahui. Karena kami tidak tau menggunakan teknologi dan
kami bingung teknoogi apa yang kami harus gunakan. Lagi pula dengan
cara seperti inipun hasil pertanian kami sudah cukup baik.”(Hasil
wawancara anggota kelompok tani Bancee AA, tanggal 23 Juli 2016)

Hasil laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, faktor yang

menyebabkan sektor pertanian Indonesia lemah yaitu sulitnya akses para petani

kesumber modal yang ada. Akses kelompok tani melalui perbankan yang lemah
disebabkan karena para kelompok tani tidak memiliki jaminan untuk mendapatkan

kredit, skala kredit yang dibutuhkan rumah tangga tani sangat kecil sehingga tidak

memenuhiskala kredit di perbankan, dan menganggap pertanian adalah usaha

yang memiliki resiko tinggi.

Beberapa bulan ini harga hasil tani padi naik, namun harga jual rendah. Hal

ini terjadi lantaran lemahnya kontrol perlindungan terhadap para petani. Hal ini

dikatakan kepala Desa Paccing dalam wawancara sebagai berikut:

“Lemahnya kontrol pemerintah terhadap para petani diliht dari harga padi
yang naik namun harga jualnya masih rendah. Dan kadang ada yang
menjual mahal dan juga ada yang menjual murah.” (Wawancara FN 25
juni 2016)

Hal ini juga dikeluhkan oleh anggota kelompok tani Mabboronge dalam

wawancara berikut:

“harga jual padi sangat membingungkan. Kadang ada informasi harga


beras naik, namun harga jual rendah. Kami sangat mengharapakan
pemerintah mengontrol harga agar harga jual merata, dan kami selaku
petani sejahtera.” (Wawancara AM 25 juni 2016)

Perkembangan dan perjalanan kelompok tani di Desa Paccing belum sesuai

dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya sarana dan prasarana

pertanian disetiap kelompok tani. Sesuai dengan penuturan salah satu ketua

kelompok tani Desa Paccing di Dusun Mabborongnge:

“memang sering ada bantuan dari pemerintah namun belum terlalu


maksimal karna cara pembagiannya pun tidak merata, ini disebabkan
karena adanya bentuk-bentuk nepotisme di dalam lembaga
pemerintahan”.(Wawancara AR5 agustus 2016)
Penuturan salah satu warga desa paccing sekaligus salah satu ketua

kelompok tani melihat bahwa peranan pemerintah hari ini terkait pemberdayaan

kelompok tani belum sepenuhnya berjalan maksimal ini terlihat jelas dengan

adanya kasus-kasus praktik nepotisme yang masih marak dikalangan

pemerintahan. Seperti yang diungkapkan pula oleh Kepala Dusun Mabborongge

sebagai berikut:

“Terkadang saya lihat memang sering terjadi seperti itu, biasanya di


dusun kami tidak dapat apabila ada pembagian. Kalau seperti ini
bagaimana bisa para petani bisa sejahtera.” (Wawancara SF tanggal 5
agustus 2016)

Sesuai UU RI NO 19 TAHUN 2013 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani pasal 1 ayat (4) dijelaskan bahwa pertanian adalah kegiatan

mengelola sumberdaya alam hayati dengan bantuan teknologi dengan bantuan

modal, teknologi, tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas

pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan

peternakan dalam suatu agroekosistem. Sedangkan di pasal 1ayat (3) dikatakan

petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya

yang melakukan usaha di bidang pertania. Dengan adanya masalah modal yang

sangat menyulitkan para kelompok tani, mereka sangat mengahrapkan adanya

bantuan. Sebagaimana penuturan salah satu ketua kelompok tani Semangat Baru

sebagai berikut:

“Kami butuh modal untuk meningkatkan hasil pertanian, bagaimana


kami para petani mau sejahtera kalau modal kami tidak ada. Dulu kami
pernah kasih masuk proposal tapi tidak ada respon dari pemerintah.”
(Wawancara AH tanggal 2 agustus 2016)
Hal ini juga dikatakan oleh kepala dusun Mabboronge di Desa Paccing

dalam wawancara sebagai berikut:

“Iya, memang dulu salah satu ketua kelompok tani di desa kami pernah
kasih masuk proposal namun tidak pernah ada responnya. Karena salah
satu jalan untuk mendapatkan modal hanya dengan cara meminta dana
atau kasih masuk proposal.” (Wawancara SF tanggal 29 juni 2016)

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam menjalankan usaha

apapun baik dalam bidang perdagangan maupun pertanian. Kekurangan modal

menjadi penghambat bagi pelaku usaha kelompok tani. Seperti yang diungkapkan

oleh Kepala Desa Paccing sebagai berikut:

“Sebenarnya masalah utama yang dihadapi oleh kelompok tani di desa


ini adalah masalah kurangnya modal, sementara belum ada usaha dari
pemerintah untuk mencari solusi dari masalah ini. Dimana harga pupuk
dan biaya perawatan cukup besar. Dan cara mendapatkan pupuk pun
sangat susah.” (Wawancara FN tanggal 25 juni 2016)

UU NO 19 TAHUN 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan petani,

pasal 7 ayat (1) dijabarkan bagaimana Strategi perlindungan dan pemberdayaan

petani sebagaimana dimaksud dalam pasal (6) ditetapkan oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dengan memperhatikan kebijakan

perlindungan dan pemberdayaan petani. Ayat (2) mengatakan strategi

perlindungan petani dilakukan dengan melalui sarana dan prasarana produksi

pertanian, kepastian usaha, komoditas pertanian, asuransi pertanian, penghapusan

peraktik ekonomi biaya tinggi, dan pembangunan sistem peringatan dini dan

penanganan dampak perubahan iklim. Dan ayat (3) menjelaskan tentang strategi

pemberdayaan petani dilakukan dengan melaui pendidikan dan pelatihan,

penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil


pertanian, pengutamaan hasil pertanian dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan

pangan nasional, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, penyediaan

fasilitas pembiayaan dan permodalan, kemudahan akses ilmu pengetahuan,

teknologi, informasi, dan penguatan kelembagaan petani.

Undang-undang tentang pemberdayaan petani ternyata tidak berpengaruh

besar terhadap para petani, seperti yang dikatakan oleh Kepala Desa Paccing

sebagai berikut:

“Dengan adanya undang-undang tetang pemberdayaan petani seharusnya


kehidupan para petani bisa sedikit terbantu. Khususnya para kelompok
tani diberikan bantuan sarana dan prasarana, modal. Karna kelompok
tani inilah yang berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat tani di
desa ini. Tetapi saya lihat undang-undang tersebut belum menyentuh
petani di pelosok khususnya di desa Paccing ini. Dan seharusnya
kelompok tani di desa ini difungsikan dengan baik.” (Wawancara FN
tanggal 25 juni 2016)

Pernyataan diatas dibantah oleh Kepala Bp3K Patimpeng dalam wawancara

sebagai berikut:

“Undang-undang tentang pemberdayaan Petani memang sudah ada dan


ini sudah berjalan. Namun semua butuh proses, karna dalam menjalankan
suatu program itu terkadang banyak kendala yang menghambat dari
undang-undang tersebut.” (Wawancara AM tanggal 30 juni 2016)

Pernyataan dari ketua Kelompok tani Dusun dalam wawancara sebagai

berikut:

“Kami hanya bisa bersabar dan menunggu bantuan dari pemerintah. Dan
kami harapkan adanya kerjasama da partisipasi agar semua program
yang kita rancang terealisasi dengan baik. Ini kita rancang untuk
kesejahteraan para petani di desa ini.” (Wawancara AH tanggal 01
agustus 2016)
Dari beberapa hasil wawancara di atas disimpulkan bahwa modal adalah

salah satu kendala utama yang dihadapi oleh para kelompok tani dan masyarakat

petani di Desa Paccing. Seharusnya untuk menjembatangi kepentingan kelompok

dan pihak perbankan perlu adanya lembaga mediator agar kedua pihak tersebut

dapat menjalin hubungan kerjasama. Lembaga mediator bisa dari ketua kelompok

tani dari Desa Paccing atau dari pihak pemerintah.

2.Bantuan Pengembangan Prasarana

Pemerintah telah berupaya meningkatkan ketahanan pangan. Salah satu

faktor yang berperan penting dalam meningkatkan produksi beras adalah adanya

dukungan sarana dan prasarana pertanian. Pemerintah terus mengupayakan

bagaimana prasarana dan sarana pertanian terus ditingkatkan agar produksi

pertanian meningkat, ketahanan pangan tercapai. Hal ini diungkapkan oleh

Penyuluh Desa Paccing dengan wawancara sebagai berikut:

“selama ini kami selalu mengupayakan agar hasil produksi pertanian


lebih meningkat, dan terus menjaga ketahanan pangan khususnya
beras.”(Hasil wawancara MR 30 juni 2016)

Dukungan prsarana dan sarana pertanian bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas dan produksi melalui upaya memperluas lahan pertanian, melakukan

upaya optimasi lahan, meningkatkan persediaan alat dan mesin pertanian,

perbaikan distribusi pupuk bersubsidi agar pupuk sampai kepada kelompok tani

sesuai dengan yang diharapkan para petani. Hal ini diungkapkan oleh Kepala

Desa Paccing dengan wawancara sebagai berikut:

“Saya rasa dengan adanya dukungan sarana dan prasana pertanian para
kelompok tani bisa sejahtera, apalagi dengan meningkatkan perbaikan
distribusi pupuk bersubsidi ini adalah harapan para kelompok tani agar
mereka lebih mudah dalam meningkatkan hasil produksi taninya.”(Hasil
wawancara tanggal FN 25 juni 2016)

Sumberdaya peralatan berupa sarana merupakan salah satu factor

penunjang kelancaran kegiatan pengelolaan usaha tani. Sarana dalam

pengelolaan usaha tani sangat menunjang demi keberhasilan usaha tani yang

dikembangkan. Sarana yang dimiliki oleh kelompok tani Dusun Mabboronge

belum memadai kualitas maupun kuantitasnya karena keterbatasan dana yang

dimiliki. Seperti yang diungkapkan oleh selaku ketua kelompok tani Mabboronge

dengan wawancara sebagai berikut:

“Ya, memang benar dana saat ini yang ada belum memadai sedangkan
untuk membeli perlengkapan tani membutuhkan banyak modal. (Hasil
wawancara AR tanggal 5 agustus 2016)

Keterbatasan dana berpengaruh terhadap ketersediaan sarana dan

prasarana kelompok maupun dalam pengembangan usaha tani. Hal ini senada

dengan yang diungkapkan oleh AM selaku anggota kelompok tani:

“Minimnya dana sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha tani.


Terutama dalam perlengkapan sarana dan prasarana. Hal ini yang jadi
penghambat utama di dalam kelompok pertanian.” (Hasil wawancara
AM tanggal 5 agustus 2016)

Kegiatan dalam pelatihan pengembangan pengetahuan atau sumberdaya

kelompok tani sangatlah didorong oleh adanya sarana dan prasarana. Sarana dan

prasana yang memadai tersebut yang pastinya akan lebih mendorong kemajuan

dari kelompok tani itu sendiri. Oleh karena itu kebutuhan sarana dan prasarana

harus diperhatikan dengan seksama guna meningkatkan peningkatan dalam

pengembangan hasil produksi. Hal ini diungkapkan oleh selaku Kepala Desa

dengan wawancara sebagai berikut:


“Memang dalam pengembangan hasil produksi pertanian perlu adanya
pelatihan dan pembelajaran. Dalam pelatihan dan pembelajaran harus
didukung oleh sarana dan prsarana.”(Hasil Wawancara FN tanggal 25
juni 2016)

Strategi perlindungan petani dilakukan dengan melalui prasarana dan saran

pertanian yang diungkapkan oleh selaku ketua BP3K patimpeng

“Ya memang dalam meningkatkan hasil produksi pertanian perlu


memang bantan prasarana dan sarana yang menunjang”. (wawancara AM
tanggal 30 juni 2016)

Dari hasil wawancara di atas terlihat dengan jelas bahwa pemerintah telah

menyediakan prasarana dan sarana untuk para kelompok tani Desa Paccing.

3. Bantuan Pendampingan

Pendampingan merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh

agen pemberdayaan. Pendampingan ini bukan tugasnya menggurui, tetapi sebagai

fasilitator, komunikator, dinamisator, dan sebagai pembimbing. Untuk itu

peningkatan SDM dan fasilitasi pemerintah dalam teknologi budidaya, dan

peningkatan nilai tambah serta pengembangan pasar, sangat diperlukan terutama

kegiatan pendampingan. Kelompok tani sebagai pelaku utama dalam

pembangunan pertanian yang prlu diberdayakan agar merek mampu menganalisa

masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai sumber daya yang

dimiliki. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bp3K Patimpeng sebagai berikut:

“Masyarakat Desa Paccing memang adalah mayoritas petani, dan


memang banyak masyarakat petani yang mengeluh kepada kelompok
tani, karena mereka menganggap para kelompok tani tidak efesien
dalam mengurus kebutuhan para peteani.” (Wawancara AM tanggal 30
juni 2016)
Pemberdayaan kelompok tani merupakan konsep yang dikembangkan dalam

memperkuat kemandirian petani. Kemampuan dan peningkatan keasadaran petani

melalui pendampingan, penyuluhan dan pelatihan. pengembangan usaha jaringan

melalui kerjasama , peningkatan pembinaan melalui motivasi, fasilitasi dan

bimbingan teknis. Hal ini di ungkapkan oleh Kepala Desa dalam wawancara

sebagai berikut

“dalam pemberdayaan kelompok tani hal yang pertama yang harus


dilakukan adalah menjadikan kelompok yang kuat dan mandiri. Sehingga
para kelompok tani bisa saling memotivasi, memiliki inisiatif dan dapat
membangun jaringan”. (hasil wawancara FN tanggal 25 juni 2016)

Pendampingan dan penyuluhan suatu hal yang menentukan dalam

peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan produksi. Agar mampu

menempatkan dirinya ditengah perubahan dan mampu menjawab permasalahan

yang muncul, karena itu dalam proses pendampingan dan penyuluhan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah daerah berperan melalui

pelaksanaan program-program pelatihan untuk meningkatkan

produktivitas.Penyuluh berperan sebagai penyambung program-program

pemerintah daerah agar sampai kepada petani dan mendampingi petani dalam

meningkatkan kualitas petani. Hal ini diungkapkan oleh Penyuluh pertanian

sebagai berikut:

“Kami penyuluh hanya sebagai penyambung lidah pemerintah agar bisa


sampai kepada para petani. Sebagai penyuluh kami diminta untuk
membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksinya serta
memberikan arahan-arahan”. (Wawancara MR tanggal 30 juni 2016)

Hal diatas dibantah oleh Kepala Dusun Mabboronge Desa Paccing, dalam

wawancara sebagai berikut:


“Memang penyuluh telah dilakukan oleh pemerintah namun menurut
saya belum optimal. Selain itu mereka tidak terjun langsung dalam
mendampingi atau keadaan para kelompok tani. Para penyuluh cuman
memberikan teori-teori.” (Wawancara SF tanggal 29 juni 2016)

Pendampingan juga perlu memiliki kemampuan dalam meningkatkan

kemampuan dasar yang diperlukan oleh para kelompok tani maupun anggotanya,

misalnya identifikasi masalah, memecahkan masalah, mengambil keputusan.

Pendampingan dalam pemberdayaan juga dituntut memiliki kemampuan untuk

melakukan interaksi atau membangun hubungan dengan setiap kelompok tani

maupun anggotanya. Karena keberhasilan pendampingan ditandai adanya

perubahan perilaku dalam aspek peningkatan dan meningkatkan kualitas

kehidupan dan kesejahteraannya. Hal ini diungkapkan oleh ketua kelompok tani

Mabboronge sebagai berikut:

“Saya selaku ketua kelompok tani meminta kepada pemerintah agar


selalu mendampingi dan mengarahkan kami untuk kesejahteraan para
petani. Karena kemampuan kami masih kurang, belum bisa mencari
solusi apabila mendapatkan masalah” (Hasil wawancara AR 5 agustus
2016)

pemerintah dalam melakukan pendampingan yaitu dengan melakukan

pendidikan dan penyuluhan serta memberikan motivasi kepada para kelompok

tani. Agar mereka mampu mengolah lahan yang ada dan mampu memanfaatkan

dan mengembangkan teknologi dalam pengelolaan sumber daya alam dengan

baik. Karena saat ini pemerintah hanya memberikan bantuan penyuluhan maupun

bantuan sarana produksi, mengingat kemampuan permodalan kelompok tani untuk

menyediakan sarana produksi yang belum memadai. Berikut wawancara dengan

Kepala Desa Paccing:


“Saya selaku kepala Desa Paccing bekerja sama dengan dinas pertanian
untuk mengadakan penyuluhan dan pendampingan kepada para
kelompok tani dan petani agar bisa mengetahui cara peningkatan hasil
produksi, bisa belajar cara penanaman yang baik. Karena dengan
mengikuti penyuluhan banyak ilmu yang sangat bermanfaat yang bisa
didapat.”(Hasil wawancara FN tanggal 25 juni 2016)

Pemerintah telah berusaha membantu masyarakat petani dan para kelompok

untuk meningkatkan kualitas produknya, akan tetapi masih banyak dari anggota

kelompok tani yang tidak menyambut baik. Selain itu ketersediaan modal untuk

meningkatkan hasil produksi tanaman juga menjadi kendala. Hal Ini diungkapkan

oleh Kepala Dusun desa paccing.

“Saya rasa pemerintah sudah membantu para kelompok tani dalam


meningkatkan pengetahuan para anggota kelompok dan juga membantu
meningkatkan hasil produksinya. Tetapi masih ada anggota dari
kelompok tani yang tidak perduli dan menganggap pendidikan itu tidak
ada gunanya.”(Hasil wawancara SF 25 juni 2016)

Hal ini dipertegas oleh anggota kelompok tani. Dengan wawancara sebagai

berikut:

“Menurut saya dengan mengikuti pendidikan dan penyuluhan yang


diadakan oleh pemerintah itu hanya membuang-buang waktu saja. Kalau
mereka memang ingin membantu seharusnya mereka memberika bantuan
berupa modal atau pupuk, atau suatu alat yang bisa kita pakai dalam
bertani.atau memberikan modal untuk membuat usaha tani di desa ini.”
(Hasil wawancara AS tanggal 1 agustus 2016)

Sasaran utama dalam pendampingan ini adalah bagaimana sistem

penyuluhan dan pendidikan membuka wawasan kelompok tani yang semula

dengan sistem usaha tani produksi menjai sistem usaha agribisnis yang beorientasi

keuntungan penyuluh harus melakukan pembinaan dan meningkatkan kepampuan

kelompok tani serta keterampilan dalam mengakses saran produksi, teknologi,


pasca panen, pasar, permodalan sehingga para kelompok tani menjadi kelompok

yang mandiri. Hal ini diperjelas dengan ketua kelompok tani Bancee dengan

wawancara sebagai berikut:

“kami butuh pengetahuan bagaimana cara memproduksi dengan baik,


dan kami butuh pendampng dari dinas pertanian yang dapat membimbing
kami di lapangan, serta dapat mengajarkan kami secara langsung, dan
mengajarkan teknologi apa yang cocok dengan tanaman kami, bukan
Cuma teori.”(Hasil wawancara AS tanggal 23 juni 2016)

Dari hasil wawancara di atas, dapat dilihat bahwa ternyata masih ada

anggota kelompok tani yang kurang memahami pentingnya pendidikan dan

penyuluhan. Implementasi pemberdayaan sangat bervariasi dari waktu ke waktu

dengan memperhatikan kondisi lapangan.

4. Penguatan Kelembagaan Petani

Indikator keberhasilan utama dalam pemberdayaan masyarakat petani

adalah adanya partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Salah satu upaya dalam

menciptakan partisipasi masyarakat petani yang tinggi diupayakan tumbuh

kembangnya suatu organisasi atau membentuk kelembagaan petani atau kelompok

tani. Karena dengan adanya kelembagaan petani para kelompok tani yang ada

pada suatu wadah tersebut mempererat kerjasama dalam pertanian. Sehubungan

dari program pemerintah. Seperti yang di ungkapkan oleh pembina dan sekaligus

penyuluh di Desa Paccing dengan wawancara sebagai berikut:

“tentunya dalam pemberdayaan indikator atau sasaran utama disini


adalah masyarakat itu sendiri. Bagaimana dalam pemberdayaan ini
masyarakat tani bisa lebih mandiri. Selain itu, penguatan lkelembagaan
memang harus kita lakukan supaya hubungan antara anggota dengan
anggota yang lainnya bisa aling akrab dan bertukar pikirn satu sama
lain.” (Hasil wawancara MR tanggal 30 juni)

Fungsi utama kelompok tani menurut undang-undang no 19 tahun 2013

tentang perlindungan dan pemberdayaan petani diantaranya, meningkatkan

kemampuan anggota kelompok tani dalam mengembangkan usaha tani,

memperjuangkan kepentingan anggota dalam mengembangkan kemitraan usaha,

menampung dan menyalurkan aspirasi anggota atau kelompok dan membantu

menyelesaikan permasalahan anggota dalam berusaha tani. Hal ini dikatakan oleh

Kepala BP3K Patimpeng adalah sebagai berikut:

“perlu adanya pemberdayaan kelompok tani, karna kelompok tani ini


berfungsi untuk menampug keluhan-keluhan dari anggota yang kemudian
akan disampaikan kepada pemerintah daerah untuk ditindak lanjuti. Dan
juga dengan adanya pembentukan kelompok tani dapat mempererat
hubungan antara para petani. Dimana mereka saling membantu dalam
melakukan kegiatan pertanian”(Wawancara AM tanggal 30 juni 2016)

Hal ini senada dengan yang dikatakan salah satu ketua kelompok wanita tani

sebagai berikut:

“Saya selaku ketua kelompok wanita tani mengusahan apa yang


dibutuhakan oleh para petani khususnya para ibu rumah tangga, disini
saya mengajak ibu-ibu desa paccing untuk membuat pasar depan rumah.
Artinya saya mengarahkan mereka untuk menanam sayur-sayuran
didepan rumah mereka. Karena dengan menanam sayuran di depan
rumah bisa mengurangi belanja bulanan.”(Hasil wawancara MR tanggal
30 juni 2016)

Hal ini juga diungkapkan oleh ketua kelompok tani Putra Barugae:

“Sebagai ketua kelompok tani, saya bertanggung jawab atas semua


anggota say. Walaupun kelompok tani ini tidak terlalu aktif. Sebagai
ketua tugas saya adalah menampung keluhan mereka kemudian
melaporkannya kepada pemerintah.”(Hasil wawancara KH 29 juni 2016)
Di Desa Paccing terdapat 22 kelompok tani dari 6 Dusun. Tetapi banyak

yang berpendapat bahwa kelompok tani ini aktif apabila ada bantuan dari

pemerintah. Dan apabila bantuan itu telah diterima dan dibagi kepada anggota

mereka kembali vakum. Hal ini diungkapkan oleh masyarakat petani Desa

Paccing:

“Menurut saya dengan melihat begitu banyaknya kelompok tani


seharusnya para petani di desa ini sudah sejahtera. Tetapi apabila ada
bantuan dari pemerintah mereka hanya membangi kepada anggotanya
saja, dan apabila ada bantuan bibit, pupuk, dan racun mereka menjual ke
pada para petani dengan harga yang cukup tinggi.”(Hasil wawancara AM
tanggal 30 juni 2016)

Hal ini senada dengan yang dikatakan seorang petani

sekaligusanggotakelompoktanidi Desa Paccing sebagai berikut:

“Adanya kelompok tani di Desa Paccing ini tidak berfungsi dengan baik,
perlu adanya pembrdayaan. Karna masih banyak keluhan kami yang
belum diselesaikan. Apalagi pada saat ada pupuk keluar kami yang bukan
anggota dari kelompok tani biasanya tidak dapat pupuk.” (Hasil
wawancara AS tanggal 30 juni)

Kedua pendapat diatas dapat dilihat bahwa kelompok tani di Desa Paccing

tidak berperan cukup baik dalam peningkatan produksi petani. Dengan kata lain

kelompok tani tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. mereka tidak perna

berinisiatif sendiri selalu meminta bantuan dari pemerintah.

C. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemberdayaan

Pemberdayaan Kelompok Tani di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone
Berdasarkan temuan dilapangan selama penelitian, faktor- faktor yang dapat

mempengaruhi dalam dalam pemberdayaan kelompok tani di Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone di bagi atas dua faktor yaitu faktor

pendukung dan faktor penghambat.

1. Faktor Pendukung

a. Sarana Produksi

sarana produksi merupakan pemberian prasarana dan sarana berupa alat

pertanian dari pemerintah daerah kepada pemerintah desa sebagai bentuk apresiasi

pemerintah daerah untuk melaksanakan program-program pemerintahan. Bentuk

dukungan dari pemerintah kepada kelompok tani dalam pemberdayaan kelompok

tani di Desa Paccing termasuk pendampingan seperti memberikan pendidikan dan

penyuluhan. Pemberian pendidikan dan penyuluhan ini dianggap telah terlaksana

karna para kelompok tani merasa terbantu. Karena dengan adanya pendampingan

seperti itu para kelompok tani sudah mampu meningkatkan hasil produksi

tanamannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan wawancara dengan Kepala Desa Paccing

Kecamatan Patimpeng sebagai berikut:

“Dinas pertanian sudah memberikan bantuan kepada masyarakat


petani maupun kelompok tani baik itu brupa prasarana dan sarana
seperti bantuan pupuk, pestisida, dan pendampingan kepada para
kelompok tani. Dan juga pemerintah telah memberikan mengolah
lahan seperti traktor. Pendampingan yang dilakukan seperti
mengadakan pendidikan dan penyuluhan agar para kelompok tani
tau bagaimana cara merawat tanaman, bagaimana cara memupuk
dengan baik.”(hasil wawancara FN pada tanggal 30 juni 2016)
Pernyataan Bapak Kepala Desa juga dibenarkan oleh Kepala Dusun

Mabboronge dalam wawancara berikut:

“Ya, memang ada bantuan dari pemerintah, karena diantara semua


desa dikecamatan patimpeng hanya 4 desa yang mendapatkan
bantuan traktor, salah satunya adalah Desa Paccing, ini
membuktikan bahwa dinas pertanian perhatian kelompok tani di
Desa Paccing ini. Apalagi dekat ini akan ada lagi bantuan dari dinas
pertanian. Bantuan itu berupa hand traktor” (Hasil wawancara SF
tanggal 30 juni 2016)

b. Kelembagaan

Kompetensi agen pemberdayaan dalam menumbuhkan kemampuan

dan menguatkan kelembagaan petani, untuk meningkatkan kualitas

kehidupan dan ksejahteraannya serta membangun kerjasama antar

kelompok atau dalam lembaga dengan saling memahami, menghargai, dan

saling menguntungkan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara kepala

penyuluh Kecamatan Patimpeng sebagai berikut:

“Pemerinth Kabupaten memang menyediakan wadah kepada


masyarakat petani dalam pendampingan untuk mengelola tanaman
petani, seperti kantor BPK (Balai Penyuluhan Kecamatan) sebagai
tempat pengaduan dan posko penyuluh. Karena dengan adanya
penyuluh tersebut para kelompok tani bisa lebih terjangkau untuk
diberdayakan. Apalagi Balai Penyuluhan Kecamatan ini bertempat di
Desa Paccing. Jadi para kelompok tani Desa Paccingbisa lebih
gampang apabila ada yang ingin dikeluhkan.”(Wawancara AM
tanggal 30 juni 2016)

Pernyataan diatas diungkapkan juga oleh pembina penyuluhan di Desa

Paccing:

“Dengan adanya kantor BPK yang bertempat di Desa Paccing sangat


memudahkan para kelompok tani desa paccing apabila ada yang
ingin dikeluhkan, dan apabila para kelompok tani ingin belajar
tentang penyuluhan dan cara perawatan tanaman mereka tinggal
datang ke Kantor. Tidak perlu lagi ke Kecamatan.” (Hasil
wawancara MR 30 juni 2016)

Dengan hasil wawancara tesebut pemerintah ingin menguatkan

kelembagaannya. Dimulai dengan adanya kelompok tani sebagai

penyambung lidah masyarakat tani apabila ada keluhan. Seperti yang

diungkapkan Kepala Desa Paccing sebagai berikut:

“Dengan adanya kantor BPK yang bertempat di Desa Paccing


semoga para kelompok tani bisa dengan mudah menyampaikan apa
yang mereka butuhkan, dengan mudah menyampaikan keluhan-
keluahan anggotanya serta keluhan masyarakat tani di Desa Paccing
ini.”(Hasil wawancara FN tanggal 30 juni 2016)

Kelompok tani desa Paccing lebih mudah berkomunikasi dengan

penyuluhan kecamatan mengingat kantor BPK ini bertempat di Desa

Paccing. Mereka akan lebih mudah menghadapi kendala-kendala dalam

pengelolaan tanaman dan lebih mudah mengetahui teknologi apa yang

cocok untuk dipakai.

2. Faktor penghambat

Salah satu yang menjadi faktor penghambat adalah minimnya sumber daya

pengetahuan yang dimiliki oleh para kelompok tani.Ini membuktikan bahwa

sumber daya pengetahuan pengetahuan kelompok tani, sehinnga para kelompok

tani kurang memperhatiakn perkembangan teknologi sehingga cara bertanam

masih dengan cara yang lama dan hasilnya juga tidak mengalami peningktan.

Dalam aplikasi pelaksanaan usaha tani hanya berdasarkan kepada pengalaman.

Hal ini diungkapkan oleh kepala Desa Paccing dengan wawancara sebagai

berikut:
“Faktor penghambat dalam pemberdyaan kelompok tani memang dilihat
dari banyaknya anggota kelompok tani yang pengetahuannya sangat
minim. Karena memang sebagian dari anggota kelompok tani di sisni
kebanyakan lulusan SD”. (hasil wawancara FN tanggal 25 juni 2016)

Hasil penelitan tentang rendahnya sumber daya manusia kelompok tani di

Desa Paccing ini diperkuat oleh staf Balai Penyuluhan Kecamatan sekaligus

anggota kelompok tanisebagai berikut:

“Kelompok tani di Desa paccing sangat susah untuk diarahkan karena


mereka hanya melakukan perawatan tanaman dengan berdasarkan
pengalaman, dan apabila ada ketua kelompok tani yang berhasil tentang
pertaniannya, mereka mengikuti cara tersebut, meskipun cara tersebut
adalah cara-cara lama.”(Wawancara JS tanggal 30 juni 2016)

Dari hasil wawancara diatas, diketahui bahwa kelompok tani belum sadar

terhadap peningkatan produksi, mereka hanya tau tanam, petik, dan jual. Mereka

tidak berpikir tentang keuntungan dari hasil produksi. Dan ini juga ditandai karna

para kelompok tani terkadang lebih memilih menjadi buruh, seperti lebih memilih

menebang tebu karena mereka pikir dengan menebang tebu mereka akan lebih

untung dan lebih gampang menghasilkan uang. Hal ini diperjelas oleh penyuluh

desa paccing sebagai berikut:

“para anggota kelompok tani di Desa Paccing sangat susah berkumpul


apabila ada pertemuan kelompok, karena mereka lebih memilih menjadi
buruh daripada belajar bagaimana cara meningkatkan hasil produksi
tanamannya. Mereka menganggap bahwa dengan menjadi buruh mereka
lebih gampang menghasilkan uang.”(Hasil wawancara MR tanggal 30
juni 2016)

Hasil wawancara ini menandakan bahwa memang pengetahuan para

kelompok taniten tang perawatan, pemumupukan masih kurang. Hal ini

disebabkan kurangnya inisiatif para kelompok tani dalam menambah wawasan


bertani, karena sebagian anggota kelompok tani Desa Paccing berpikir bahwa

dalam mengikuti pelatihan dan pendidikan itu hanya buang-buang waktu saja.

Mereka lebih memilih menjadi buruh daripada harus mengikuti kegiatan seperti

itu. Seperti diungkapkan oleh ketua kelompok tani Bancee sebagai berikut:

“Mungkin para anggota kelompok tani yang lain akan ikut serta dalam
pendidikan dan pelatihan yang dibuat oleh pemerintah asalkan para
penyuluh memberikan informasi yang lebih akurat atau melakukan
pendekatan dengan anggota yang lainnya.”(Hasil wawancara AS tanggal
23 juni 2016)

Selain itu, salah satu anggota kelompok tani dusun Mabboronge

mengatakan bahwa:

“Saya selaku petani sekaligus anggota kelompok tani tidak terlalu tertarik
mengikuti kegiatan seperti itu, saya sudah cukup tau bagaimana merawat
tanaman, selama ini saya merawat berdasarkan yang saya tau. Belum
tentu saya mengikuti kegiatan seperti itu hasil produksi pertanian saya
meningkat.” (Hasil wawancara AS tanggal 23 juni 2016)

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa perlu adanya pemberdayaan

kelompok tani, khususnya dalam mengembangkan pengetahuan atau sumber daya

manusia. Sehingga mereka lebih inovatif dan kreativitas dalam pengelolaan usaha

tani.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Dalam pemberdayaan kelompok tani di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone yaitu dengan bentuk penguatan kelembagaan kelompok

tani dengan tujuan dapat menampung keluhan-keluhan yang dihadapi

masyarakat petani maupun keluhan dari anggota kelompok itu sendiri.

Selain itu ada pemberdayaan dalam bentuk memberikaan prasarana dan

sarana kepada kelompok tani Desa Paccing, serta memberikan

pendampingan dengan cara memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada

para kelompok tani agar mereka lebih tau bagaimana cara merawat tanaman

dengan baik, dan agar mereka bukan lagi tau bahwa tanam, petik, jual.

Namun dengan adanya pendampingan mereka lebih tau bahwa dalam

bertani itu harus mengengolah tanaman dengan baik agar hasilnya pun baik

serta perencanaan menyediakan modal dalam mengembangkan usaha tani

belum terealisasikan.

2. Ada dua faktor yang mempengaruhi pemberdayaan kelompok tani yaitu

faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung dari

pemberdayaan kelompok tani ini dalah adanya sarana produksi berupa alat

pertanian yang dapat memudahkan para kelompok tani dalam bertani, serta

penguatan kelembagaan ini dilakukan agar hubungan kerja sama antar

kelompok tani dengan Dinas Pertanian dapat menjalin hubungan kerjasma


dengan baik, dan juga para anggota kelompok tani maupun ketuanya bisa

saling menghargai. Adapun faktor penghambat dari pemberdayaan

kelompok tani ini adalah minimnya pengetahuan para kelompok tani

terutama dalam bidang teknologi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di

atas, maka dapat diberikan saran-saran yang nantinya dapat diharapkan dapat

menyempurnakan dan memperbaiki dari pemberdayaan kelompok tani di Desa

Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone di masa yang akan datang.

Beberapa saran sebagai rekomendasi perbaikan dari pemberdayaan kelompok tani

antara lain:

1. Perlunya alat-alat yang dapat membantu mempermudah kinerja kelompok

tani dalam menggarap lahan pertanian.

2. Lebih menekankan intensitas kepada para kelompok tani.

3. Perlu pembagunan berupa sekolah tani agar pengetahuan para kelompok tani

beserta anggotanya agar lebih tau tentang pengelolaan tanaman, serta demi

masa depan dari kelompok tani itu sendiri.

4. Pemerintah daerah harus memberikan perhatian yang lebih kepada para

kelompok tani, karen kelompok tani adalah satu-satunya penyambung lidah

masyarakat petani.

5. Perlu adanya pendekatan yang harus dilakukan oleh pemerintah kepada

kelompok tani maupun anggotanya, serta memberikan penjelasan terkait

dengan programa yang dijalankan.


6. Seharusnya semua ketua kelompok tani beserta anggotanya agar ikut serta

dalam pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah.

7. Pemerintah harus lebih memperhatikan dan mewujudkan fasilitas pendukung

hasil pertanian.

8. Seharusnya petani lebih terbuka kepada pemerintah daerah apabila ada

masalah yang dihadapi dal petanian.


DAFTAR PUSTAKA

Coen Reijntjes, 1992. Pertanian Masa Depan (Pengantar untuk Pertanian


Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah). Yokyakarta: Pt Kanisius
Donni Juni Priansa, 2014. Perencanaan & Pengembangan SDM. Bandung:
Alfabeta
Hatu, Rauf . 2010. Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial Masyarakat.
Gorontalo: Jurnal Inovasi

Jan H.M. Oudejans, 2006. Perkembangan Pertanian Di Indonesia. Yokyakarta:


Gadjah Mada University Press
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan
Masyarakat Tinggal Landas, Jakarta: Bina Aksara.

Ooos M Anwas, 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung:


Alfabeta

Risyanti Riza, 2006. Pemberdayaan masyaraka, sumedang: Alqaprint Jatinangor


Soetomo, 2011. Pemberdayaan Masyarakat (Mungkinkah Muncul Antitesisnya?).
Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Sondang P. Siagian, 2015. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta: Pt bumi
Aksara
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta

Sugiyono, 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta


Sukino. 2013. Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani
Terobosan Menanggulangi Kemiskinan,Yogyakarta: pustaka baru press.

Sumodiningrat, G. 1998, Membangun Perekonomian Rakyat, Pustaka


Pelajar ,Yogyakarta.

Sumodiningrat, Gunawan. 1999, Membangun Perekonomian Rakyat. Pustaka


Pelajar: Jakarta.

Sutrisno, Lukman, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius, Yokyakarta.

Syamsuddin Abbas. 1994. Pengembangan Sumberdaya Manusia, BadanDiklat


Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.
Suhartini, Rr, dkk. 2 0 0 5 . Model-model Pemberdayaan
Masyarakat, Jogjakarta: Pustaka Pesantren.

Sumaryadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom &Pemberdayaan


Masyarakat. Bandung : Citra Utama.

Tjokowinoto. 2005. Pembangunan, dilemma dan tantangan, Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Usman, sunyoto. 2006. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,


Yogyakarta: pustaka pelajar offset.

Usman, sunyoto. (2008). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

UU RI No. 19 tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.


UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa.
Zubaedi, 2013. Pengembangan Masyarakat (Wacana dan Praktik). Pt Fajar
Interpratama Mandiri
L

N
RIWAYAT HIDUP

RATNAWATI, Lahir di Kabupaten Bone, Kecamatan

Patimpeng Desa Paccing, tanggal 10 maret 1993, sebagai

anak ke 3 dari 4 bersaudara, buah hati dari pasangan Ayah

Jaga Dg, Mangatta dan Ibu Kasiman.

Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan formal di SDN 251 Paccing

pada tahun 2001 dan tamat pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis

menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Tonra dan tamat pada tahun 2009.

Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Kahu pada tahun 2009 dan

tamat 2012

Di tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu

Administrasi Negara, Program Studi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program

Strata satu (SI), Melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi).

Anda mungkin juga menyukai