Uas Kwu Thaariq Primayudha Agus 1810113073

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Nama : thaariq primayudha agus

No. bp : 1810113073

Manusia merupakan mahluk yang rasional. Maka dalam berbisnis, mereka


cenderung mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh.
Dengan segala cara, mereka akan berusaha untuk mendapatkan untung setinggi
dan kerugian serendah mungkin. Menggunakan bahan baku dengan kualitas yang
rendah, bahkan berbahaya, hanya untuk menekan biaya produksi. Juga, dengan
mencantumkan peringatan di awal bahwa walaupun barang yang telah dibeli
ternyata mengandung kerusakan, penjual tidak bertanggung jawab. Kedua hal
tersebut dilakukan demi mendapatkan keuntungan yang maksimal, dengan
kerugian yang minimal. Tak peduli apakah hal itu dapat merugikan konsumen
atau melanggar hukum.

Prinsip di atas sejalan dengan sebuah prinsip ekonomi yang mengatakan bahwa
kegiatan ekonomi manusia berpusat pada konsep melakukan usaha dengan
pengorbanan sekecil-kecilnya (minimal) untuk mendapatkan hasil sebesar-
besarnya (maksimal). Sesuai dengan prinsip ekonomi, orientasi visi seorang
pebisnis yang jujur tetap akan terfokus pada langkah-langkah untuk
memaksimalkan produk dengan menghindari sekecil mungkin adanya kerugian,
baik kerugian yang timbul akibat penurunan permintaan, biaya produksi yang
lebih tinggi dari pendapatan penjualan, ataupun kerugian akibat bergolaknya
stabilitas ekonomi yang disebabkan oleh kebijakan Pemerintah atau kondisi
eksternal yang memaksa. Namun, seorang pebisnis yang jujur dan peduli akan
kepentingan konsumennya akan mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaganya
untuk menghasilkan produk yang diminati oleh pasar, mengukuhkan citra positif
produk untuk menjaga kepuasan konsumen terhadap produk, dan menciptakan
inovasi teknologi sedemikian rupa agar biaya produksi dapat ditekan.

Untuk mencegah para pebisnis dengan niat buruk, maka kegiatan bisnis harus
dibatasi oleh hukum. Kita mengibaratkan hukum mempunyai sanksi yang setara
dengan biaya ekonomis yang harus dikorbankan sebagai konsekuensi perbuatan
tertentu. Seseorang akan merespon kenaikan harga barang dengan mengurangi
konsumsi terhadap barang tersebut. Sehingga dapat diasumsikan bahwa
seseorang juga akan merespon sanksi hukum dengan menghindari tindakan yang
dilarang. Sebagai contoh, seorang pemilik prabrik mengetahui bahwa produk-nya
berpotensi melanggar hukum karena membahayakan konsumen.

Dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dengan pengorbanan sekecil-


kecilnya, ia akan mempertimbangan tiga jenis kemungkinan biaya. Pertama, biaya
produksi yang dikeluarkan untuk membuat produk yang tidak melanggar hukum
dan merugikan konsumen. Kedua, biaya ganti rugi apabila konsumen menderita
cidera akibat mengkonsumsi produk. Ketiga, potensi kehilangan biaya apabila
konsumen lain berhenti mengkonsumsi produk karena pabriknya melanggar
hukum dan merugikan konsumen.

Melalui penjabaran di atas, ternyata peraturan hukum memiliki andil untuk


menentukan tindakan yang rasional dan ekonomis. Begitupula sebaliknya,
ekonomi dapat mempengaruhi bagaimana suatu peraturan hukum dibentuk.
Sebagai contoh, terdapat peraturan khusus yang melarang tindakan-tindakan
ekonomi yang akan menimbulkan praktik persaingan usaha yang tidak sehat
untuk menyingkirkan seorang atau sekelompok pelaku usaha dari pasar.

Pebisnis yang berhasil membangun bisnisnya hingga produknya sangat digemari


di masyarakat pasti ingin memperkuat posisinya, bahkan untuk menjadi satu-
satunya produsen yang dapat menghasilkan produk tersebut. Hingga pasar hanya
dikuasai oleh satu produsen dan produsen lain tidak memiliki pilihan lain selain
gulung tikar. Penguasaan penuh tersebut mengakibatkan ia mampu menaikkan
harga berkali lipat kapanpun ia mau. Sedangkan, konsumen tidak dapat
mengurangi frekuensi pembeliannya dikarenakan tidak adanya produk substitusi.
Kecenderungan praktik-praktik seperti ini ditanggapi dengan aturan hukum yang
melarang praktik monopoli yang akan meniadakan persaingan usaha dan
merugikan konsumen.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, relasi antara ilmu ekonomi dan ilmu hukum
dapat saling menguntungkan secara timbal-balik. Ilmu ekonomi dapat mengukur
keefektifan hukum yang berlaku. Di satu sisi, hukum dibentuk dengan harapan
aturan akan berlaku efektif sehingga pebisnis dapat mengubah pola perilakunya
dan dapat berkegiatan usaha dengan sehat dan jujur agar tidak hanya
menguntungkan dirinya saja tapi menguntungkan bagi konsumen maupun
pesaing.

dalam dinamika kehidupan berpribadi, berkeluarga dan bermasyarakat keadaan


selalu menuntut cara berperilaku antara sesama manusia di dalam kehidupan
bermasyarakat itu sendiri, yaitu antara yang satu dengan yang lain untuk
mencapai suatu tujuan dan ketertiban.

Oleh karena itu, di dalam kehidupan masyarakat yang benar dan teratur, harus
ada ketentuan yang harus dapat menentukan dalam hal tersebut yaitu kita harus
dapat memperhatikan norma atau kaidah, atau peraturan hidup yang ada di
dalam masyarakat itu sendiri, yang dikenal dengan sebutan Hukum.

Jadi Kaidah atau Norma atau Etika, atau yang disebut Adat atau Agama, berfungsi
sebagai Pedoman bagi perilaku manusia di dalam menjalani kehidupan
berpribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua hal
yang tersebut di atas, berfungsi sebagai pedoman hidup di dalam kehidupan. Hal
serupa sebagaimana tersebut di atas juga selalu berisikan atau memuat
ketentuan dan keharusan berperilaku dalam hidup dan kehidupan di mana
manusia itu berada, yaitu hidup dengan cara teratur.

Dari hal-hal yang tersebut di atas, bagaimana yang diperbolehkan dan hal-hal
dilarang, serta cara atau hal-hal yang haram dan halal di dalam masyarakat.
Hukum dalam bahasa Belanda disebut “Recht” berasal dari bahasa latin “Rectum”
yang berarti : Kebaikan, kebajikan, tidak tercela, bimbingan. Dalam bahasa latin,
atau kata latin lainnya eideren adalah “ius” yang berarti hukum, dan berasal dari
kata “Iubere” yang artinya mengatur atau memerintah. Sedangkan kata “Ius” ini
berhubungan erat dengan “Iustitia” yang berarti keadilan.

Dengan demikian timbul pertanyaan di dalam diri kita, apakah hukum itu? Jadi
dapat juga dikatakan sebagai : Perintah, ijin, atau janji atau peraturan-peraturan
yang dibuat oleh Negara. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hukum
itu adalah ketentuan yang mengatur perhubungan antara manusia dengan
manusia dan keadaan di sekitarnya, serta harus ditaati.
Di samping itu juga, hukum dijadikan pegangan di dalam masyarakat di dalam
mengatur tentang kehidupannya. Oleh karena itu hukum juga diantaranya
mengandung diantaranya :
- Kaidah atau Norma
- Kaidah Agama
- Kaidah Kesusilaan
- Kaidah Sopan Santun
- Kaidah Hukum

Dengan demikian hukum itu juga merupakan sebagai sarana untuk mewujudkan
kepentingan hidup dan kehidupan manusia di dalam berpribadi, berkeluarga,
bermasyarakat dan juga mengatur terhadap kepentingan hak milik. Disamping itu
juga mengatur tentang berbangsa dan bernegara serta dalam kehidupan
Internasional.

Hukum bisnis dibuat untuk mengatur dan melindungi bisnis dari berbagai risiko
yang mungkin terjadi di kemudian hari. Di bawah ini adalah beberapa tujuan
hukum bisnis yang perlu Anda ketahui:

1. Menjamin berfungsinya keamanan mekanisme pasar secara efisien dan


lancar.
2. Melindungi berbagai suatu jenis usaha, khususnya untuk jenis Usaha Kecil
Menengah (UKM).
3. Membantu memperbaiki sistem keuangan dan perbankan.
4. Memberikan perlindungan terhadap suatu pelaku ekonomi atau pelaku
bisnis.
5. Mewujudkan bisnis yang aman dan adil untuk semua pelaku bisnis.

Seperti yang Anda ketahui, hukum dibuat untuk menciptakan kehidupan yang
aman, tertib, dan tentram, sama dengan hukum bisnis. Di bawah ini beberapa
fungsi hukum bisnis:

1. Menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pelaku bisnis.


2. Pelaku bisnis dapat lebih mengetahui hak dan kewajbannya saat
mambangun bisnis, sehingga bisnisnya tidak menyimpang dari aturan yang
ada dan telah tertulis dalam Undang-Undang.
3. Pelaku bisnis lebih memahami suatu hak-hak dan kewajibannya dalam
suatu kegiatan bisnis
4. Terwujudnya sikap dan perilaku bisnis atau kegiatan bisnis yang adil, jujur,
wajar, sehat, dinamis, dan berkeadilan karena telah memiliki kepastian
hukum.

Sebelum masuk ke sumber hukum bisnis, perlu dipahami bahwa terdapat 2 (dua)
sumber hukum yang berlaku di Indonesia yaitu sumber hukum materiil dan
sumber hukum formil. Sumber hukum materiil yaitu hukum yang dilihat dari segi
isinya dan berasal dari faktor-faktor yang menentukan isi hukum yakni kondisi
sosial-ekonomi, agama, dan tata hukum negara lain. Sedangkan sumber hukum
formil merupakan sumber hukum yang berkaitan dengan prosedur atau cara
pembentukannya dan secara langsung dapat digunakan untuk menciptakan
hukum. Sumber hukum formil antara lain terdiri atas peraturan perundang-
undangan seperti UUD 1945, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
presiden, serta peraturan daerah; traktat yakni perjanjian antar negara yang
dibuat dalam bentuk tertentu; doktrin dari ahli hukum; dan yurisprudensi yaitu
putusan hakim.

Kedua sumber hukum di atas merupakan dasar terbentuknya hukum bisnis atau
hukum yang digunakan dalam menjalankan bisnis. Sebagai contoh, sumber
hukum bisnis secara formil dari segi undang-undang antara lain:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang mengatur


tentang hubungan, baik hubungan atas kebendaan maupun antara
perorangan dan badan hukum. Dalam KUHPerdata, terdapat aturan
mengenai jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam (termasuk kredit),
dan sebagainya.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang antara lain mengatur
tentang tindak pidana dalam bisnis, seperti penipuan.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang mengatur persoalan
perdagangan secara khusus yang belum diatur dalam KUHPerdata seperti
bentuk badan usaha meliputi CV dan firma.
4. Peraturan lainnya di luar KUHPerdata, KUHP, dan KUHD, misalnya undang-
undang yang mengatur tentang perseroan terbatas yang diatur dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas atau undang-undang yang mengatur
tentang investasi yakni Undang-Undang Penanaman Modal.
Selain contoh di atas, hukum bisnis juga berasal dari perjanjian yang dibuat oleh
para pihak yang melakukan transaksi. Pasal 1338 KUHPerdata memberlakukan
asas kebebasan berkontrak di mana para pihak dapat menentukan sendiri aturan
yang terdapat pada perjanjian yang mereka sepakati dan perjanjian tersebut
akan berlaku secara sah sebagai “Undang-Undang” yang mengikat para pihak.

Anda mungkin juga menyukai