Anda di halaman 1dari 32

Nama

NIM

PEDOMAN
PRAKTIKUM KIMIA PERTANIAN
UNTUK MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN

EDISI 3

Oleh:
Dr. Ir. Ahmad Kurnain, M.Sc

LABORATORIUM TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
KATA PENGANTAR

Buku ini disusun sebagai buku pegangan untuk mahasiswa Fakultas Pertanian yang
mengambil mata kuliah Kimia Pertanian (EFKK 122/3(2-1)). Buku ini revisi dari buku Edisi
2 tahun 2013. Yang ditambahkan pada Edisi 3 ini adalah Dimensi Pengukuran, dan
pembuatan larutan standar untuk standarisasi NaOH pada Percobaan #3. Dengan adanya
buku pedoman ini diharapkan bisa membantu pemahaman tentang teori yang didapatkan
di kelas dan memberikan keterampilan dasar praktikum untuk mempelajari kimia lebih
lanjut.
Buku ini terdiri atas tiga topik percobaan yang terdiri dari pengenalan alat
laboratorium, stoikiometri reaksi, dan standarisasi larutan NaOH 0,1 M dan
penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka perdagangan.
Akhirnya penulis berharap semoga buku ini bisa digunakan secara tepat dan
mengena sesuai dengan apa yang diharapkan.

Banjarbaru, 7 November 2014


Penanggung Jawab Praktikum Kimia Pertanian

Dr. Ir. Ahmad Kurnain, M.Sc

2
DAFTAR ISI
halaman
Halaman Judul................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi ........................................................................................................... 3
Tata Tertib ........................................................................................................ 4
Materi dan Alokasi Waktu Praktikum ............................................................... 5
Pelengkap 1: Dimensi Pengukuran ............................................................ 6
Percobaan 1: Pengenalan Alat Laboratorium .................................................. 13
Percobaan 2: Stoikiometri Reaksi ................................................................... 23
Percobaan 3: Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya dalam
penentuan kadar Asam Cuka Perdagangan..................................................... 28

3
TATA TERTIB
PESERTA PRAKTIKUM KIMIA PERTANIAN

1. Setiap peserta harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan, apabila terlambat
lebih dari 5 (lima) menit dari waktu tersebut, maka tidak diperkenankan mengikuti
praktikum pada hari itu.
2. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum (berwarna putih)
yang bersih sehingga tidak mengganggu peserta yang lain.
3. Setiap peserta diwajibkan membuat laporan praktikum, yaitu laporan sementara
(yang ditanda-tangani assisten) dan sebelum mengikuti praktikum berikutnya, peserta
harus mengumpulkan laporan resmi. Jika tidak mengumpulkan maka peserta tidak
diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.
4. Setiap peserta harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tertib,
tenang, dan teratur. Selama mengikuti praktikum, peserta harus bersikap sopan, baik
dalam berpakaian (tidak boleh memakai sandal ataupun kaos oblong), cara berbicara
maupun cara bergaul supaya sopan. Apabila peserta tidak sopan dan membuat
kegaduhan, mereka dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan
untuk melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan praktikum bagi peserta yang
bersangkutan dinyatakan gagal.
5. Setiap peserta harus mengembalikan botol bahan-bahan kimia yang tertutup rapat di
tempat semula.
6. Setiap peserta harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam keadaan
bersih dan kering, serta mengembalikan ke tempat semula.
7. Bagi mereaka yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang telah terjadwal,
dinyatakan inhal (menunda praktikum) dengan memenuhi persyaratan yang ada.
8. Inhal tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali kecuali mereka yang sakit dan harus diopname
di rumah sakit. Lebih dari 2 kali dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang tahun
berikutnya.

4
MATERI DAN
ALOKASI WAKTU PRAKTIKUM

No Materi Alokasi Waktu Keterangan


1. Tata Tertib Praktikum 1 x 60 menit
2. Dimensi Pengukuran - Belajar mandiri
2. Pengenalan Alat Laboratorium 3 x 60 menit
3. Stoikiometri Reaksi 6 x 60 menit
4. Standarisasi Larutan dan 6 x 60 menit
Penggunaannya
5. Uji Unjuk Kerja 2 x 60 menit
JUMLAH PERTEMUAN 18 X 60 menit setara dengan
6 x pertemuan

Mata kuliah Kimia Pertanian mewajibkan 1 SKS praktikum yang setara dengan 3 x 60
menit untuk setiap pertemuan. Satu pertemuan terbagi menjadi 60 menit pre-praktikum,
60 menit praktikum, dan 60 menit post-praktikum.

5
PELENGKAP #1
DIMENSI PENGUKURAN

Ketelitian suatu pengukuran tergantung pada kualitas instrumen dan orang yang
mengukur. Kebiasaan yang dilakukan dalam kimia analitik adalah melakukan dua (duplo)
atau lebih pengukuran dari suatu contoh analit (zat yang dianalisa). Hasil-hasil yang
berulang jarang tepat sama. Hasil pengukuran ulangan cenderung mengelompok pada
suatu nilai tengah ulangan pengukuran. Hasil inilah yang dilaporkan.
∑ 𝑥𝑖
𝑥̅ = 𝑛

1. Ketelitian atau Akurasi


Akurasi adalah istilah yang digunakan menunjukkan dekatnya nilai eksperimental, 𝑥𝑖 atau
𝑥̅ dengan nilai sebenarnya, µ. Akurasi dinyatakan sebagai sesatan atau ketidak-pastian
(error).
Sesatan = 𝑥𝑖 − µ atau 𝑥̅ − µ

Sesatan ini disebut sesatan mutlak (absolut). Bila membandingkan sesatan dari
pengukuran-pengukuran berbagai besaran, sesatan lebih berguna jika dinyatakan dalam
sesatan nisbi (relatif).
Sesatan 𝑥𝑖 − µ
Sesatan Nisbi = =
μ μ

Harga sesatan nisbi dapat dinyatakan dalam perseratusan (persen) atau dalam
perseribuan ( x 1000). Pada kebanyakan hal pengukuran eksperimental nilai sebenarnya,
µ, tidak diketahui sehingga ketelitian tidak dapat ditentukan.

2. Kecermatan atau Presisi


Kecermatan menunjukkan persesuaian (kemiripan) diantara nilai-nilai pengukuran
ulangan (reproduceable). Perlu diingat bahwa kenyataan nilai-nilai pengukuran ulangan
cukup sama besar atau cermat tidak selalu berarti nilai-nilai tersebut cukup dekat dengan

6
nilai sebenarnya atau teliti. Kecermatan umumnya diukur dengan simpangan baku
(standard deviation).

∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑠= √
𝑛−1

Kadang-kadang dalam kimia digunakan juga simpangan baku nisbi untuk membandingkan
hasil-hasil pengukuran atau dinamakan koefisien variasi, dinyatakan dalam persen atau
perseribuan. Makin kecil simpangan baku atau semakin kecil koefisien variasi semakin
cermat pengukuran telah dilakukan.
𝑠
Koefisien variasi = 𝑥̅

Dalam ilmu alam istilah nilai sebenarnya (true value) sinonim dengan nilai yang diterima
(accepted value), seperti nilai nominal alat ukur: buret, pipet, neraca, dan lainnya.

3. Angka Bermakna
Setiap laporan hasil pengukuran menyatakan angka-angka yang bermakna (significant)
yang terbaik dari kecermatan orang yang mengukur dan kualitas instrumen. Dengan
demikian pada setiap hasil pengukuran harus ditunjukkan batas-batas ketelitian (sesatan)
dan permulaan ketidak-pastian angka hasil.
Banyaknya angka (digit) dalam hasil yang dicantumkan menggambarkan
kecermatan diketahuinya suatu besaran. Aturan yang kebanyakan dipakai ilmuan adalah
mencantumkan semua digit yang diketahui dengan pasti ditambah satu digit tidak tentu
pertama. Angka-angka ini disebut angka bermakna (significant figures). Misalnya kita
mengukur suatu volume dengan dua gelas takar seperti pada Gambar 1. Pada
pengukuran dengan gelas (a) volume larutan lebih besar dari 3 ml tetapi kurang dari 4 ml.
Pengukur menganggap permukaan larutan pada gelas berada pada jarak 0,4 dari skala 3
ml dan 4 ml. Pencatatan yang betul dari volume larutan adalah 3,4 ml, dua angka
bermakna. Jika kita ingin memperkecil ketidak-pastian pada pengukuran volume yang
sama, kita pergunakan gelas takar yang lebih baik, misalnya kita menggunakan gelas takar
dengan skala pesepuluhan seperti pada (b). Volume larutan yang sama itu terlihat antara
volume 3,4 ml dan 3,5 ml. Kita menduga permukaan larutan berada pada 0,2 jarak antara
7
3,4 ml dan 3,5 ml. Volume yang kita laporkan adalah 3,42 ml, 3 angka bermakna. Kita
menyepakati angka terakhir termasuk bilangan bermakna meskipun diketahui juga tidak
seksama (tidak pasti).
Pada umumnya digit terakhir dari suatu bilangan dipandang memiliki
ketidakpastian dari ± 1, kecuali ada diberikan ketidakpastian yang lebih besar. Misalnya
bobot 1,1925 g berarti bobot tidak tepat 1,1925 g, tetapi sebuah nilai pada rentang
1,1925 ± 0,0001 g atau 1,1924 – 1,1926 g. Sebaliknya, jika dikatakan umur suatu batuan
adalah 5,44 ± 0,05 juta tahun, maka terdapat ketidakpastian 0,05 juta atau 50.000 tahun,
atau umur batuan tersebut berada pada rentang 5,39 – 5,49 juta tahun.

4. Bilangan Nol
a. Bila nol mendahului angka bukan nol pertama pada suatu bilangan, maka nol ini
tidak bermakna. Nol hanya menentukan titik desimal.
0,00014 m 2 angka bermakna
0,01 m 1 angka bermakna
b. Bila nol terletak antara dua angka bukan nol, maka nol ini bermakna.
103307 6 angka bermakna
0,04403 4 angka bermakna
c. Bila nol mengikuti angka bukan nol, keadaannya menjadi belum jelas jika titik
desimal tidak dinyatakan.
Gaya 300 N tidak dapat dinyatakan jumlah angka bermaknanya
Gaya 300. N 3 angka bermakna
Gaya 300,0 N 4 angka bermakna

5. Notasi Ilmiah
Notasi imiah adalah cara menyatakan besaran sebagai faktor pangkat bilangan 10.
a x 10b

a = bilangan desimal antara 1 dan 10 (tidak termasuk 10)


b = bilangan bulat positif atau negatif

8
Contoh #1: 7500000
Tetapkan a = 7,5
Tentukan b: hitung tempat ke kanan dari titik desimal pada a kepada titik
desimal asal bilangan +6
7,500000
123456 7,5 x 106

Contoh #2: 0,0000000013


Tetapkan a = 1,3
Tentukan b: hitung tempat ke kiri dari titik desimal pada a ke titik desimal asal
bilangan -9
0,000000001,3
987654321 1,3 x 10-9

Contoh #3: 3 x 102 N 1 angka bermakna


3,0 x 102 N 2 angka bermakna
3,00 x 102 N 3 angka bermakna
7,5 x 106 2 angka bermakna
1,3 x 10-9 2 angka bermakna

6. Perhitungan dengan Bilangan Bermakna


Ketelitian dalam kalkulasi kimia atau fisika berbeda dalam beberapa hal dari ketelitian
aritmatik atau ilmu berhitung. Hasil perhitungan yang diperoleh dari pengukuran-
pengukuran eksperimental tidak dapat menghasilkan ketelitian yang lebih tinggi dari
pengukuran yang paling kurang teliti.
a. Penjumlahan dan pengurangan
Ketidakpastian mutlak dari jawaban tidak dapat lebih teliti dari nilai yang paling
kurang teliti.
Contoh #1:
4,37 Bermakna sampai seperseratus (3 angka bermakna)
1,002 + Bermakna sampai seperseribu (4 angka bermakna)

9
5,372 Jawaban yang dilaporkan 5,37 (3 angka bermakna)

3,532 Bermakna sampai seperseribu (4 angka bermakna)


1,25 _ Bermakna sampai seperseratus (3 angka bermakna)
1,282 Jawaban yang dilaporkan 1,28 (3 angka bermakna)
Jumlah (selisih) tidak mungkin lebih teliti (bermakna) dari seperseratus satuan. Hasil
yang harus dilaporkan adalah 5,37 dan 1,28 (3 angka bermakna).

b. Perkalian dan pembagian


Hasil perkalian atau pembagian dari nilai eksperimental harus dituliskan sehingga
ketidak-tentuan nisbi (sesatan nisbi) setara dengan ketidak-tentuan dari nilai
pengukuran yang paling tidak teliti. Hasil tidak boleh kelihatan lebih atau kurang
akurat dari nilai yang paling kurang akurat (disebut bilangan kunci). Ketidak-pastian
jawaban harus terletak antara 0,2 dan 2 kali ketidak-pastian yang terbesar dari data
pengukuran.
Contoh #1: (1,32 x 104)(1,376 x 103) = 1,82 x 107
40,1 𝑥 10,1633
Contoh #2: = 0,0320638208 = 3,21 𝑥 10−2
204,228

Harga pengukuran eksperimental 40,1 memiliki sesatan terbesar 0,1/40,1 x 100% =


0,25% dan berisi 3 angka bermakna. Hasil kalkulator 0,0320638208 harus dibulatkan
kepada 3 angka bermakna, yaitu 0,0321 atau 3,21 x 10-2 yang memiliki sesatan nisbi
1/321 x 100% = 0,31%, terlihat bahwa nilainya terletak antara 0,05% dan 0,50%.
21,6 𝑥 0,317
Contoh #3: + 16,037 =
4,1

1,67004 + 16,037 =
1,67 + 16,037 = 17,707 ...............17,7
Faktor 4,1 memiliki sesatan nisbi terbesar 0,1/4,1 x 100% = 2,4%.
Hasil 1,7 memiliki sesatan nisbi 0,1/1,7 x 100% = 5,9% (nilai ini lebih besar dari 2 x
2,4%, jadi hasil 1,7 tidak dapat dilaporkan.
Hasil 1,67 memiliki sesatan nisbi 0,01/1,67 x 100% = 0,6% (nilainya terletak antara 0,2
x 2,4% dan 2 x 2,4%), jadi memenuhi syarat untuk dilaporkan.

10
Contoh #4: 1,074 x 0,993 = 1,066482
Harga pengukuran yang paling tidak teliti adalah 0,993 berisi 3 angka bermakna
dengan sesatan nisbi 0,1%. Jawaban 1,07 memiliki sesatan nisbi 1%, dan jawaban
1,066 memiliki sesatan nisbi sebesar 0,09% (nilainya terletak antara 0,2 x 0,1% dan 2 x
0,1%). Jawaban yang diterima adalah 1,066.

(26,07)(7,2 × 10−3 )
Tugas #1: = 0,0115653379
(0,0988)(164,27)

Berikan hasil perhitungan di atas yang memenuhi syarat untuk dilaporkan.

c. Bilangan murni
Faktor-faktor pengali (pembagi) adalah bilangan murni yang berbeda dari nilai
pengukuran hasil eksperimental. Bilangan murni diketahui dengan kepastian mutlak
tidak menentukan jumlah angka bermakna dalam perhitungan.
62,31+62,47 124,78
= = 62,39
2 2

7. Perhitungan pada Bilangan dengan Sesatan Nisbi


Sesatan dapat digolongkan kepada dua kelas: sesatan sistematik dan sesatan acak.
Sesatan sistematik selalu bekerja pada satu arah. Misalnya sesatan menimbang zat
hidroskopik (selalu positif) atau menimbang contoh yang bersifat menguap (selalu
negatif). Biasanya orang dapat menangani sesatan sistematik dengan:
1) Perbaikan teknik (menimbang dengan cepat)
2) Dengan faktor koreksi
Sesatan acak bekerja dari berbagai arah. Sesatan terjadi oleh variabel yang tidak
terkuasai. Bila kita memipet dengan pipet 10 ml misalnya, kita dapat terambil 0,02 ml
lebih banyak atau lebih kecil. Sesatan acak yang harus dimaklumi adalah:
Penimbangan: ± 0,5 mg pada neraca analitik Mettler
± 0,5 mg pada neraca Sartorius
Pipet (kelas B): 10 ml ± 0,04 ml
20 ml ± 0,05 ml
50 ml ± 0,08 ml

11
Buret: 25 ml, 50 ml, 100 ml ± 0,05 ml untuk setiap pembacaan
Labu ukur: 100 ml ± 0,2 ml; 250 ml ± 0,50 ml (sesatan nisbi selalu 0,2%).

a. Perkiraan sesatan
Aturan: (1) Dalam penjumlahan dan pengurangan, sesatan numerik absolut pada
jawaban adalah jumlah dari masing-masing sesatan numeriknya.
Aturan: (2) Pada perkalian dan pembagian, sesatan nisbi pada jawaban adalah jumlah
sesatan nisbi masing-masing pengukuran.
Contoh #1: Larutan natrium hidroksida dipipet 10,02 ml dengan pipet yang telah
dikalibrasi dan dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer. Contoh larutan
natrium hidroksida tersebut kemudian dititrasi dengan larutan asam
klorida 0,102 ± 0,002 M. Hitung molaritas NaOH.
Pembacaan buret (±0,05ml)
Pembacaan awal 45,20 ml ±0,05 ml
Pembacaan akhir 34,30 ml ±0,05 ml _
Volume HCl yang diberikan 10,90 ml
Aturan (1) Sesatan volume HCl : 0,05 ml + 0,05 ml = 0,10 ml
Volume HCl yang diberikan 10,90 ml ±0,10 ml
0,102 ×10,90
Molaritas NaOH: = 0,1109
10,02

Aturan (2) 0,102 M ±0,002 M......................sesatan nisbi ±1,9%


10,90 ml ±0,10 ml ......................sesatan nisbi ±0,9%
10,02 ml ±0,02 ml ......................sesatan nisbi ±0,2% +
Jumlah sesatan nisbi ±3,0%
Sesatan numerik volume NaOH = 3,0% x 0,1109 M = 0,003 M
Hasil Molaritas NaOH yang dilaporkan: 0,111 ±0,003 M (3 angka
bermakna).
Penetapan biasanya didasarkan pada penetapan duplikat.Umumnya cukup memuaskan
menghitung satu sesatan dari duplikat dan menggunakan sesatan ini kepada rata-rata
hasil. Bila hasil pengukuran berbeda lebih dari dua kali sesatan yang dihitung maka
pekerjaan harus diulangi.

12
PERCOBAAN #1
PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah memperkenalkan alat-alat laboratorium serta fungsinya
dalam praktikum kimia.

B. Dasar Teori
Eksperimen dan praktik laboratorium merupakan bagian dari pengajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bekerja di laboratorium adalah suatu hal yang melibatkan
benda nyata dan juga mengamati perubahan yang diamati. Ketika ilmu pengetahuan
(sains) bergerak melampaui dunia pengalaman menuju generalisasi yang lebih abstrak
yang memungkinkan penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik
awal untuk generalisasi ilmiah dan pembuatan teori. Sehingga praktik laboratorium dan
eksperimen merupakan bagian yang esensial dalam pengajaran sains (Wahyudi, 2011).
Pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai pendekatan praktik yang beragam
dan cocok dalam pemakaian metode praktik laboratorium. Oleh karena itu sebelum
memulai melakukan praktik di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami
cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia
serta menerapkan di laboratorium.
Suatu percobaan ilmiah biasanya dilaksanakan di laboratorium. Seorang praktikan
harus mengenal alat-alat yang akan dipergunakan dalam melakukan percobaan di
laboratorium. Pengenalan alat-alat yang akan dipergunakan dalam laboratorium sangat
penting guna kelancaran percobaan yang dilaksanakan di antaranya adalah menghindari
kecelakaan kerja dan gagalnya percobaan.
Praktikan dikenalkan dengan alat-alat yang ada di laboratorium yang akan dipakai
ketika melakukan percobaan-percobaan. Kemudian praktikan diajarkan cara memakai
alat-alat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Hasil yang didapatkan adalah praktikan
dapat mengenal dan mengetahui alat-alat laboratorium beserta fungsinya. Beberapa
peralatan yang biasa digunakan dalam kegiatan percobaan di laboratorium adalah sebagai
berikut:
13
1. Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses reparasi
larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
2. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai
skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur
larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan miniskus pada saat pembacaan
skala.
3. Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun galatnya cukup
besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan
kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4. Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu
melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu
menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastik. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk
mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik. Digunakan
untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut
sempit, seperti: botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7. Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut
(galat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang
boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.
8. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia
dalam jumlah sedikit.
9. Rak Tabung Reaksi
14
Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung
reaksi.
10. Kawat Kasa
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas
dengan alat pemanas/kompor listrik.
11. Penjepit
Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau
untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisipanas.
12. Spatula
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat bantu mengambil bahan padat
atau kristal.
13. Kertas Lakmus
Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah
dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Fenolftalein
(PP), Metil Jingga (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau
mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.
14. Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.
15. Cawan Porselein
Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.
16. Pipet Tetes
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
17. Sikat
Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
18. Pipet Ukur
Adalah alat yang terbuat dari gelas. Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk
mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump
untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.
19. Pipet Gondok

15
Pipet digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label
yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet.
Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.
20. Buret
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk
menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit
melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
Dalam praktikum analis yang baik biasanya cermat dalam hal kerapian. Kerapian
hendaknya mencakup juga pemeliharaan perabot-perabot laboratorium yang permanen
seperti oven, lemari asam dan bak meja. Bahkan korosif yang tumpah harus segera
dibersihkan dari peralatan, bangku ataupun lantai. Penting bahwa saluran pembuangan di
sterilkan dengan mengguyur asam dan basa dengan banyak air (Underwood, 1991).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca yang
bisa dimasuki sikat seperti beker dan erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun,
deterjen sintetik atau pembersih sintetik lainnya. Pipet, buret, tabung reaksi atau labu
volumetrik mungkin memerlukan deterjen panas untuk bisa benar-benar bersih dan
hilang atau hilang semua bekas kotoran yang menempel. Jika permukaan kaca belum
membuang airnya secara keseluruhan, perlu digunakan larutan pembersih yang sifat
oksidasinya kuat sehingga dapat memastikan kebersihan kaca secara keseluruhan.
Setelah dibersihkan, alat itu dibilas dengan air kran, kemudian dengan sedikit air suling
dan biarkan mengering sendiri tanpa dilap (Underwood, 1991).
Maksud penyaringan adalah untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan
kelebihan reagensia. Umumnya digunakan kertas saring yang tekstur kehalusannya
sedang. Tepi kertas saring hendaknya 1 cm dari bagian tepi atas corong (Vogel, 1994).

C. Materi Praktikum
1. Alat dan Deskripsi Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Neraca Analitis
- Kaca Arloji
- Sendok
16
- Gelas Beker
- Pengaduk Gelas
- Corong
- Kertas Saring
- Buret
- Statip
- Erlenmeyer
- Labu Ukur
- Pipet Gondok
- Botol Semprot
- Gelas Ukur
- Pipet Tetes

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Akuades
- HCl Larutan
- NaOH serbuk
- CaCO3 serbuk

3. Prosedur Kerja
a. Penimbangan dan Pembuatan Larutan
1) Mengambil gelas arloji, kemudian memasukkan ke dalam neraca analitis.
2) Mengalibrasi gelas arloji.
3) Mengambil padatan CaCO3, kemudian meletakkan ke atas gelas arloji sedikit demi
sedikit hingga mencapai 3 g.
4) Mengambil kembali padatan CaCO3 yang telah ditimbang, lalu memasukkan ke
gelas beker.
5) Mencampur padatan CaCO3 dengan akuades, kemudian mengaduk menggunakan
pengaduk.
6) Mengamati endapan yang terjadi.
17
b. Penyaringan
1) Mengambil kertas saring.
2) Melipat kertas saring menjadi ¼ bagian, kemudian melipat lagi hingga 2-3 lipatan.
3) Meletakkan kertas saring yang telah dilipat pada dinding corong dengan
membasahinya dengan menggunakan Akuades.
4) Meletakkan corong yang telah ditempeli kertas corong diatas gelas piala.
5) Memasukkan CaCO3 secara merata pada corong.
6) Menuangkan sedikit demi sedikit larutan CaCO 3 dengan gerakan memutar pada
kertas corong hingga semua endapan CaCO3 dalam gelas beker habis.

c. Pengenceran
Pengenceran larutan HCl
1) Mengambil 5 ml HCl dengan menggunakan pipet gondok berukuran 5ml.
2) Memasukkan 5 ml HCl ke labu ukur berukuran 100ml.
3) Memasukkan Akuades ke labu ukur yang sudah diisi 5ml HCl hingga miniskus
bawah Akuades mencapai tanda tera 100ml pada labu ukur.
4) Menutup labu ukur, kemudian mengocok labu ukur sebentar

Pengenceran larutan NaOH


1) Mengambil padatan NaOH 8 g.
2) Memasukkan padatan NaOH ke dalam Erlenmeyer 100ml.
3) Memasukkan Akuades ke dalam Erlenmeyer yang berisi padatan NaOH sampai
keduanya tercampur.
4) Mengencerkan dan mengocok agar keduanya homogen dan menjadi larutan
NaOH 100ml 2 M

d. Titrasi
1) Memasang buret pada statip.
2) Meletakkan labu Erlenmeyer dibawah buret yang sudah dipasang statip.

18
3) Memasukkan Akuades ke dalam buret hingga volumenya sedikit lebih banyak
diatas angka nol.
4) Mengeluarkan Akuades dari buret sampai bagian bawah buret terisi dan sampai
permukaan Akuades sejajar angka nol
5) Memasukkan Akuades pada Erlenmeyer kemudian goyangkan

4. Evaluasi
1) Sebutkan nama alat yang ada di laboratorium, dan berikan gambar sketsanya serta
sebutkan fungsi dan cara penguunaan alat dimaksud pada tabel di bawah ini.
2) Tunjukkah perhitungan kimianya bahwa pada unjuk kerja pengenceran larutan
NaOH diperoleh konsentrasi larutan NaOH sebesar 2 M pada ruang kosong di
bawah ini:
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

19
No Nama dan Gambar Alat Fungsi dan Cara Penggunaan Alat
Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

20
No Nama dan Gambar Alat Fungsi dan Cara Penggunaan Alat
Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

21
No Nama dan Gambar Alat Fungsi dan Cara Penggunaan Alat
Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

Nama: Fungsi:

Gambar: Cara penggunaan:

22
PERCOBAAN #2
STOIKIOMETRI REAKSI

A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan
perubahan temperatur
2. Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol

B. Dasar Teori
Ilmu kimia adalah ilmu yang dikembangkan berdasarkan eksperimen melalui pendekatan
ilmiah. Ilmu kimia mempelajari perubahan zat baik secara fisik maupun secara kimia.
Perubahan yang mengahasilkan zat baru yang jenis dan sifatnya berbeda dari zat
pembentuknya disebut sebagai perubahan kimia atau reaksi kimia. Perubahan kimia ini
dapat diamati dari terbentuknya hasil reaksi seperti timbulnya gas, endapan, terjadi
perubahan warna dan perubahan kalor.
Untuk memudahkan dalam merancang suatu eksperimen, maka perlu menuliskan
persamaan reaksi kimia, yang menunjukkan zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksi, untuk
menunjukkan bahwa reaksi setara, diungkapkan dengan koefisien reaksi. Koefisien reaksi
merupakan konversi yang menunjukkan jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam
reaksi atau menyatakan pula jumlah mol senyawa yang bereaksi. Contoh: reaksi antara
gas nitrogen dan gas hidrogen membentuk gas amonia, persamaan reaksinya:
N2 (g) + 3 H2 (g) === 2 NH3 (g)
Persamaan ini menyatakan bahwa 1 molekul nitrogen bereaksi dengan 3 molekul
hidrogen membentuk 2 molekul amonia atau konversi ke mol menjadi 1 mol nitrogen
bereaksi dengan 3 mol hidrogen menbentuk 2 mol amonia. Angka 1, 3 dan 2 adalah
koefisien reaksi sebagai faktor konversi.
Secara laboratorium, untuk mengetahui koefisien dalam persamaan kimia
diperlukan sederetan data hasil percobaan. Salah satu cara sederhana untuk menentukan
koefisien reaksi dengan metode Variasi Kontinu. Prinsip dasarnya dalam sederetan
percobaan yang dilakukan, jumlah moler total campuran pereaksi dibuat tetap sedangkan
jumlah molar masing-masing dibuat berubah secara teratur (diberagamkan secara
23
beraturan dan kontinu). Perubahan yang terjadi akibat adanya reaksi antara campuran
pereaksi seperti massa, volum dan suhu dialurkan terhadap jumlah molar masing-masing
pereaksi dalam suatu grafik, sehingga diperoleh titik optimum. Titik optimum yang
terbentuk menyatakan perbandingan koefisien dari masing-masing pereaksi.

C. Materi Praktikum
1. Alat
- gelas beker 50 ml (4)
- mistar ukuran 20 cm (1)
- termometer (2)

2. Bahan
- NaOH 0,1 M
- NaOH 1,0 M
- CuSO4 0,1 M
- HCl 1,0 M

3. Prosedur Kerja
a. Stokiometri Reaksi Pengendapan
1) Sediakan dua buah gelas beker 50 ml. Ke dalam 1 gelas beker masukkan 5 ml
NaOH 0,1 M. Pada gelas beker yang lain masukkan 25 ml CuSO 4 0,1 M. Campurkan
kedua larutan itu kemudian kocok.
2) Biarkan campuran tersebut agar endapan yang terbentuk berada di dasar gelas
beker.
3) Ukur tinggi endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar akurat terapkan
satuan mili-meter).
4) Lakukan cara yang sama dengan langkah (1-3) untuk percobaan berikut, dengan
mengubah volume pereaksi masing-masing tetapi volume total tetap 30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M
- 15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO4 0,1 M
- 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml CuSO4 0,1 M
24
- 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml CuSO4 0,1 M
5) Buat grafik yang menyatakan hubungan antara tinggi endapan (sumbu y) dan
volume larutan (sumbu x), sehingga diperoleh titik optimum kurva.
6) Dari grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh.
Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
7) Bandingkan dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan
persamaan reaksi.

b. Stokiometri Sistem Asam-Basa


1) Ke dalam gelas beker 50 ml, masukkan 5 ml NaOH 1,0 M dan ke dalam gelas beker
lainnya masukkan 25 ml HCl 1,0 M. Kemudian ukur temperatur kedua larutan
tersebut (TM ) dan diusahakan agar sama (dapat dilakukan dengan merendam
kedua gelas beker tersebut dalam penangas air.
2) Campurkan kedua larutan tersebut hingga volume total 30 ml, ukur temperatur
campuran dan catat suhu maksimum yang konstan ( T A ).
3) Lakukan cara yang sama untuk percobaan berikut dengan mengubah volume
pereaksi masing-masing hingga volume total campuran adalah 30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 1,0 M dan 20 ml HCl 1,0 M
- 15 ml NaOH 1,0 M dan 15 ml HCl 1,0 M
- 20 ml NaOH 1,0 M dan 10 ml HCl 1,0 M
- 25 ml NaOH 1,0 M dan 5 ml HCl 1,0 M
4) Buat grafik yang menyatakan hubungan antara perubahan temperatur (sumbu y)
dan volume asam/basa (sumbu x).
5) Dari grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh.
Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
6) Bandingkan dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan
persamaan reaksi.

D. Analisis Data
Pada percobaan 2.a dan 2.b, berdasarkan grafik yang diperoleh dari data antara
perubahan temperatur / tinggi endapan terhadap volume masing-masing pereaksi
25
ditentukan stokiometri reaksi dengan mengubah satuan volume masing-masing pereaksi
pada titik optimum menjadi mol.
mol = molaritas larutan (M) x volume larutan (V)
Sehingga diperoleh perbandingan mol = perbandingan koefisien reaksi.

E. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra Noviandri
dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John Wiley
& Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New
York : Academic Press, Inc

F. Unjuk Kerja
1. Percobaan 2.a
NaOH (mL) CuSO4 (mL) Tinggi Endapan (mm) Tm Ta dT
5 25
10 20
15 15
20 10
25 5

Grafik

26
2. Percobaan 2.b
NaOH (mL) HCl (mL) Tm Ta dT
5 25
10 20
15 15
20 10
25 5

Grafik

27
PERCOBAAN #3
STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA DALAM
PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN

A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan

B. Dasar Teori
Asidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya dibedakan pada larutan standarnya. Analisis tersebut dilakukan
dengan cara titrasi. Pada titrasi basa terhadap asam cuka, reaksinya adalah:
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan dihasilkan garam
yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Garam natrium asetat ini akan terurai
sempurna karena senyawa itu adalah garam, sedang ion asam asetat akan terhidrolisis
oleh air.
CH3COONa CH3COO- + Na+
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Ion asetat akan terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul asam asetat
dan ion hidroksi. Oleh karena itu larutan garam dari basa kuat dan asam lemah seperti
natrium asetat, akan bersifat basa dalam air (pH>7). Apabila garam tersusun dari basa
lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7). Sedang garam yang
tersusun dari basa dan asam kuat, larutan dalam air akan bersifat netral (pH=7). Hidrolisis
hanya terhadap asam lemah, basa lemah, ion basa dan ion asam lemah. Titik ekuivalen
pada proses titrasi asam cuka dengan larutan natrium hidroksida akan diperoleh pada
pH>7. Untuk mengetahui titik ekuivalen diperlukan indikator tertentu sebagai penunjuk
selesainya proses titrasi. Warna indikator berubah oleh pH larutan. Warna pada pH
rendah tidak sama dengan warna pada pH tinggi. Dalam titrasi asam asetat dengan NaOH,
dipakai indikator semacam itu.

28
Pada analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan diperoleh informasi
apakah kadar yang tertulis pada etiket sudah benar dan tidak menipu. Analisis dilakukan
dengan menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH standar.
CH3COOH(aq) + NaOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O
Gram ekuivalen dari asam asetat dapat dihitung yaitu:
Grek asam asetat = VNaOH  MNaOH
Dalam hal ini molaritas NaOH sama dengan normalitas NaOH karena valensi NaOH =1.
VNaOH = volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan semua asam asetat dalam
larutan. Karena valensi asam asetat = 1, maka 1 grek asam asetat = 1 mol. Berat asam
asetat (gram) = grek asam asetat  BM asam asetat.

C. Materi Praktikum
1. Alat
- Labu ukur 100 ml
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer
- pipet ukur

2. Bahan
- Asam Oksalat
- Lar. NaOH
- Asam cuka perdagangan
- indikator p.p

3. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan Standar
1) Ditimbang sejumlah diperlukan (± 1,26 g) asam oksalat ke dalam botol timbang
yang bersih (atau dapat digunakan gelas piala 50 ml atau 100 ml). Tidak
dibenarkan menggunakan gelas arloji.
2) Timbang berat botol dan isinya dengan teliti pada neraca analitik.
3) Pindahkan isi botol timbang ke dalam gelas piala 250 ml yang bersih.
29
4) Timbang kembali botol yang berisi sisa zat yang telah dipindahkan pada langkah
(3). Berat zat yang dipindahkan dapat dihitung dari selisih berat pada langkah (2)
dan (4) ini.
5) Larutkan zat dalam gelas piala dengan sejumlah kecil air bebas ion (aquades).
Pindahkan larutan dari gelas piala ke dalam labu ukur 100 ml menggunakan
corong kecil.
6) Cuci baik-baik gelas piala dengan semprotan air sedikit-sedikit, dan kumpulkan air
cuciannya ke dalam labu ukur.
7) Cuci corong juga dengan semprotan sedikit air, dan angkat dari labu ukur.
8) Menggunakan aquades tepatkan volume larutan sampai tanda batas dasar
miniskus tepat pada garis graduasi.
9) Tutup labu ukur dan kocok.

b. Penentuan Molaritas NaOH


1) Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan standar asam oksalat yang telah
disiapkan.
2) Dituang 10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer, ditambah 10 ml air suling dan
1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga
warna merah jambu hilang.
3) Titrasi dilakukan 3 kali.

c. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan


1) Diambil 10 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur, kemudian
dimasukkan dalam labu ukur kapasitas 100 ml dan diencerkan hingga volume 100
ml.
2) Diambil 10 ml larutan encer (1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml
atau 250 ml dan ditambah 2 tetes indikator pp.
3) Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna.
4) Titrasi dilakukan 3 kali.
5) Setelah selesai buret harap dicuci dengan asam pencuci (sisa asam asetat
perdagangan).
30
D. Unjuk Kerja
1. Pembuatan Larutan Standar

Berat penimbangan (g)

Botol + zat

Botol + sisa zat

Zat yang dipindahkan

Molaritas Larutan standar Asam Oksalat = .............................................................

2. Penentuan Molaritas NaOH

Titrasi I Titrasi II Titrasi III

Volume NaOH

Volume H2C2O4.2H2O

Molaritas NaOH

Rata-Rata Molaritas NaOH

3. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan


Merk asam cuka yang dipakai………………..

Titrasi I Titrasi II Titrasi III

Skala awal buret

Skala akhir buret

Vol. NaOH (mL)


Volume rata-rata NaOH
yang digunakan

Berapa kadar asam cuka: ……………………….


31
E. EVALUASI
1. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………

2. Apa itu larutan standar primer dan sekunder?


……………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator pp, apakah
tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………

F. Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra Noviandri
dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John Wiley
& Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New
York : Academic Press, Inc

32

Anda mungkin juga menyukai