Sifat Kelengkapan Dari R
Sifat Kelengkapan Dari R
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas sifat aljabar dan sifat urutan
dari sistem bilangan riil. Pada bagian ini akan dibahas sifat dari ℝ yang
disebut dengan Sifat Kelengkapan. Sistem bilangan rasional Q memenuhi sidat
aljabar dan sifat urutan, namun demikian untuk √2 tidak dapat dipresentasikan
sebagai bilangan rasional karena √2 tidak termuat di Q. Dari hal tersebut
menunjukkan bahwa diperlukan sifat tambahan untuk sistem bilangan riil, yaitu
sifat kelengkapan yang sangat esensial untuk ℝ.
Ada beberapa versi sifat kelengkapan, pada bagian ini akan diberikan
penjelasan tentang metode efisien dengan memberikan asumsi bahwa himpunan
tak kosong di ℝ mempunyai suprimum.
Akan diperkenalakan gagasan tentang batas atas dan batas bawah untuk
suatu himpunan bilangan riil.
Definisi 2.3.1
1
Definisi 2.3.2
(a) Jika S terbatas atas, maka bilangan 𝑢 dikatakan suprimum (atau batas
atas terkecil) dari S jika memenuhi kondisi – kondisi berikut :
(1) 𝑢 adalah batas atas dari S, dan
(2) Jika 𝑣 sebarang batas atas dari S, maka 𝑢 ≤ 𝑣.
(b) Jika S terbatas bawah, maka bilangan 𝑤 dikatakan infimum (atau batas
bawah terbesar) dari S jika memenuhi kondisi – kondisi berikut :
(1) 𝑤 adalah batas bawah dari S, dan
(2) Jika 𝑡 sebarang batas bawah dari S, maka 𝑡 ≤ 𝑤.
Jika suprimum atau infimum dari suatu himpunan S ada, dapat dituliskan dengan
Lemma 2.3.3
Bilangan riil 𝑢 merupakan suprimum dari himpunan tak kosong S di ℝ jika dan
hanya jika 𝑢 memenuhi kondisi berikut :
Lemma 2.3.4
Suatu batas atas 𝑢 dari himpunan tak kosong S di ℝ merupakan suprimum dari
S jika dan hanya jika untuk setiap ℇ > 0 terdapat 𝑠ℇ ∈ 𝑆 sedemikian hingga 𝑢 −
ℇ < 𝑠ℇ
Bukti :
Misalkan 𝑢 batas atas dari S yang memenuhi kondisi di tersebut atas. Bila
𝑣<𝑢 dan kita tetapkan ℇ = 𝑢 − 𝑣. Dengan ℇ > 0 ,maka kondisi di atas
mengakibatkan terdapat 𝑠ℇ ∈ 𝑆 sedemikian hingga 𝑣 = 𝑢 − ℇ < 𝑠ℇ . Karennya 𝑣 bukan
2
batas atas dari S. Karena hal ini berlaku untuk sebarang 𝑣 yang kurang dari
u, maka haruslah 𝑢 = 𝑆𝑢𝑝 𝑆.
Sebaliknya, misalkan 𝑢 = 𝑆𝑢𝑝 𝑆 dan ℇ > 0. Karena 𝑢 − ℇ < 𝑢, maka 𝑢 − ℇ bukan batas
atas dari S. Karenanya terdapat unsur 𝑠ℇ di S yang lebih dari 𝑢 − ℇ, yaitu
𝑢 − ℇ < 𝑠ℇ .
Penting juga untuk dicatat bahwa suprimum dari suatu himpunan dapat
merupakan unsur dari himpunan tersebut maupun bukan. Hal ini bergantung pada
jenis himpunannya. Perhatikan contoh-contoh berikut.
(a) Jika himpunan tak kosong 𝑆1 mempunyai berhingga jumlah unsur, maka 𝑆1
mempunyai unsur terbesar 𝑢 dan unsur terkecil 𝑤. Kemudian itu 𝑢 = 𝑆𝑢𝑝 𝑆1
dan 𝑤 = 𝐼𝑛𝑓 𝑆1 keduanya unsur di 𝑆1 . (Hal ini jelas bila 𝑆1 hanya mempunyai
sebuah unsur, dan dapat digunakan induksi matematika untuk sejumlah
unsur dari 𝑆1 ).
(b) Himpunan 𝑆2 = {𝑥 | 0 ≤ 𝑥 ≤ 1} mempunyai 1 sebagai batas atas. Akan
dibuktikan 1 merupakan suprimum sebagai berikut, jika 𝑣 < 1, maka
terdapat unsur 𝑠′ di 𝑆2 sedemikian hingga 𝑣 < 𝑠′. (Dipilih unsur s’).
Dari sini 𝑣 bukan batas atas dari 𝑆2 dan oleh karena 𝑣 sebarang bilangan
𝑣 < 1, haruslah sup 𝑆2 = 1. Secara sama, dapat ditunjukkan inf 𝑆2 = 0.
Catatan : sup 𝑆2 dan inf 𝑆2 keduanya termuat di 𝑆2 .
(c) Himpunan 𝑆3 = {𝑥 | 0 < 𝑥 < 1} mempunyai 1 sebagai batas atas. Dengan
menggunakan argumentasi serupa (b) untuk 𝑆2 , diperoleh sup 𝑆3 = 1. Dalam
hal ini, himpunan 𝑆3 tidak memuat sup 𝑆3 . Secara sama, inf 𝑆3 = 0, juga
tidak termuat di S3.
Berikut ini akan diberikan asumsi tentang ℝ yang disebut dengan Sifat
kelengkapan dari ℝ, dapat dikatakan bahwa ℝ merupakan suatu lapangan terurut
yang lengkap.
Setiap himpunan bilangan riil tak kosong yang mempunyai batas atas juga
mempunyai suprimum di ℝ.
3
Maka himpunan 𝑆 ′ = {− 𝑠 | 𝑠 ∈ 𝑆} terbatas di atas, dan sifat suprimum
mengakibatkan bahwa 𝑢 = sup 𝑆′ ada di ℝ. Hal ini kemudian diikuti bahwa
−𝑢 merupakan infimum dari S.
Setiap himpunan bilangan riil yang tak kosong yang mempunyai batas bawah
mempunyai infimum di ℝ.
(a) Penting untuk menghubungkan konsep Suprimum dan Imfimum suatu himpunan
dengan sifat aljabar di ℝ. Sebagai contoh disajikan contoh tentang
penjumlahan berikut :
Misalkan S merupakan sub himpunan tak kosong dari ℝ yang terbatas ke
atas, dan diberikan 𝑎 sebarang suatu bilangan di ℝ. Didefinisikasn suatu
himpunan 𝑎 + 𝑆 = {𝑎 + 𝑠 |𝑠 ∈ 𝑆}, akan ditunjukkan bahwa 𝑆𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) = 𝑎 + 𝑆𝑢𝑝 𝑆.
Jika dimisalkan 𝑢 = 𝑆𝑢𝑝 𝑆 maka 𝑥 ≤ 𝑢 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑆, dan diperoleh 𝑎 +
𝑥 ≤ 𝑎 + 𝑢. Sehingga 𝑎 + 𝑢 merupakan batas atas dari himpunan 𝑎 + 𝑆, akibatnya
didapatkan 𝑆𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) ≤ 𝑎 + 𝑢.
Kemudian jika sebarang bilangan 𝑣 merupakan batas atas dari himpunan
𝑎 + 𝑆, maka 𝑎 + 𝑥 ≤ 𝑣 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑆. Akibatnya 𝑥 ≤ 𝑣 − 𝑎 untuk setiap
𝑥 ∈ 𝑆, sehingga 𝑣 − 𝑎 merupakan baas atas dari S. Kemudian diperoleh 𝑢 =
𝑆𝑢𝑝 𝑆 ≤ 𝑣 − 𝑎, sehingga 𝑎 + 𝑢 ≤ 𝑣. Oleh karena 𝑣 merupakan sebarang bilangan
merupakan batas atas dari himpunan 𝑎 + 𝑆, dapati dilakukan penggantian
untuk 𝑣 dengan 𝑆𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) untuk mendapatkan 𝑎 + 𝑢 ≤ 𝑆𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆).
Dengan menggabungkan ketaksaaan tersebut sehingga diperoleh
𝑆𝑢𝑝 (𝑎 + 𝑆) = 𝑎 + 𝑢 = 𝑎 + 𝑆𝑢𝑝 𝑆.
(b) Misalkan A dan B merupakan himpunan bagian tak kosong, memenuhi
pernyataan berikut :
𝑎 ≤ 𝑏 untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴 dan untuk setiap 𝑏 ∈ 𝐵 .
Akan dibuktikan bahwa 𝑆𝑢𝑝 𝐴 ≤ 𝐼𝑛𝑓 𝐵
4
Diberikan bilangan 𝑏 ∈ 𝐵, kemudian 𝑎 ≤ 𝑏 untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐴.Ini berarti
bahwa 𝑏 merupakan batas atas dari himpunan A. Oleh karena ini berlaku
juga untuk setiap 𝑏 ∈ 𝐵, jadi 𝑆𝑢𝑝 𝐴 merupakan batas bawah dari himpunan
𝐵. Sehingga disimpulkan bahwa 𝑆𝑢𝑝 𝐴 ≤ 𝐼𝑛𝑓 𝐵.
Fungsi
Gagasan batas atas dan batas bawah diterapkan pada fungsi dengan
mempertimbangkan range dari fungsi. Diberikan suatu fungsi 𝑓: 𝐷 → ℝ, dikatakan
bahwa fungsi 𝑓 terbatas ke atas jika himpunan 𝑓(𝐷) = {𝑓(𝑥)| 𝑥 ∈ 𝐷} terbatas ke
atas di ℝ, yaitu terdapat 𝐵 ∈ ℝ sedemikian hingga 𝑓(𝑥) ≤ 𝐵 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷.
Secara sama, fungsi 𝑓 dikatakan terbatas ke bawah jika himpunan 𝑓(𝐷) terbatas
ke bawah.
Contoh berikut akan memberikan gambaran bagaimana aplikasi dari Suprimum dan
Infimum pada suatu fungsi.
(a) Jika 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷, maka 𝑆𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝑆𝑢𝑝 𝑔(𝐷), biasanya
dituliskan dengan notasi
𝑆𝑢𝑝 𝑆𝑢𝑝
𝑥∈𝐷 𝑓(𝑥) ≤ 𝑥∈𝐷 𝑔(𝑥).
Sebagai catatan bhawa 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ 𝑆𝑢𝑝 𝑔(𝐷), yang menunjukkan bahwa
bilangan Sup 𝑔(𝐷) adalah merupakan batas atas untuk 𝑓(𝐷), karenanya
𝑆𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝑆𝑢𝑝 𝑔(𝐷).
(b) Sebagai catatan bahwa hipotesis 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷 pada (a)
tidak menghasilkan hubungan apapun antara 𝑆𝑢𝑝 𝑓(𝐷) dan 𝐼𝑛𝑓 𝑔(𝐷).
Sebagai contoh : jika fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥) = 𝑥 dengan 𝐷 = {𝑥 | 0 ≤ 𝑥 ≤ 1},
maka 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷. Namun dikatahui bahwa 𝑆𝑢𝑝 𝑓(𝐷) = 1 dan
inf 𝑔(𝐷) = 0, serta 𝑆𝑢𝑝 𝑔(𝐷) = 1, sehingga kesimpulan dari (a) terpenuhi.
(c) Jika 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑦) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐷, maka 𝑆𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝐼𝑛𝑓 𝑔(𝐷), biasanya
dituliskan dengan notasi
𝑆𝑢𝑝 𝐼𝑛𝑓
𝑥∈𝐷 𝑓(𝑥) ≤ 𝑦∈𝐷 𝑔(𝑦).
5
Buktinya dalam dua tahap. Pertama, untuk suatu 𝑦 tertentu di𝐷, dilihat
bahwa 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑦) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷, maka 𝑔(𝑦) merupakan batas atas dari
himpunan 𝑓(𝐷). Akibatnya 𝑆𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝑔(𝑦). Oleh karena ketaksamaan terakhir
dipenuhi untuk semua 𝑦 ∈ 𝐷, maka 𝑆𝑢𝑝 𝑓(𝐷) merupakan batas bawah dari 𝑔(𝐷).
Karena itu, haruslah 𝑆𝑢𝑝 𝑓(𝐷) ≤ 𝐼𝑛𝑓 𝑔(𝐷).
Sifat Archimides
Salah satu akibat dari sifat suprimum adalah bahwa himpunan bilangan
asli 𝑁 tidak terbatas di atas dalam ℝ. Hal ini berarti bahwa bila diberikan
sebarang bilangan riil 𝑥 terdapat bilangan asli 𝑛 (bergantung pada 𝑥) sehingga
𝑥 < 𝑛.
Bukti :
1
(a) Jika 𝑆 = { | 𝑛 ∈ 𝑁}, maka 𝐼𝑛𝑓 𝑆 = 0.
𝑛
1
(b) Jika 𝑡 > 0, maka terdapat 𝑛𝑡 ∈ 𝑁 sedemikian hingga 0 < < 𝑡.
𝑛𝑡
Bukti :
(a) Oleh karena 𝑆 ≠ ∅ maka terbatas bawah oleh 0 dan memilik infimum 𝑤 = 𝐼𝑛𝑓 𝑆.
Sehingga 𝑤 ≥ 0. Selanjutnya, untuk sebarang ℰ > 0, menurut sifat
1 1
Archimides maka terdapat 𝑛 ∈ 𝑁 sedemikian hingga < 𝑛 sehingga < ℇ.
ℰ 𝑛
Diperoleh
1
0 ≤ 𝑤 ≤ < ℇ.
𝑛
6
1
(b) Karena 𝐼𝑛𝑓 { | 𝑛 ∈ 𝑁} = 0 dan 𝑡 > 0, maka 𝑡 bukan merupakan batas bawah dari
𝑛
1 1
{ | 𝑛 ∈ 𝑁}. Oleh karena itu, terdapat 𝑛𝑡 ∈ 𝑁 sedemikian hingga 0 < < 𝑡.
𝑛 𝑛𝑡
(c) Diambil 𝑦 > 0, maka menurut sifat Archimides terdapat 𝑚 ∈ 𝑁 dengan 𝑦 <
𝑚. Dibentuk himpunan bagian tak kosong 𝐸𝑦 = {𝑚 ∈ 𝑁 | 𝑦 < 𝑚} ⊂ N . Dapat
dipahami bahwa 𝐸𝑦 ≠ ∅ dan terdapat 𝑛𝑦 = 𝐼𝑛𝑓 𝐸𝑥 . Akibatnya, 𝑛𝑦 − 1 bukan
merupakan anggota di 𝐸𝑦 . Sehingga diperoleh 𝑛𝑦 − 1 ≤ 𝑦 ≤ 𝑛𝑦 .