LP Kep Pariwisata Ii Gigitan Anjing KLP 1
LP Kep Pariwisata Ii Gigitan Anjing KLP 1
OLEH :
KELOMPOK I
6. Manifestasi Klinis
a. Gejala penyakit pada hewan dikenal dalam 3 bentuk :
1) Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah
tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
a) Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
b) Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan
menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
c) Tidak menurut perintah majikannya
d) Nafsu makan hilang
e) Air liur meleleh tak terkendali
f) Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan
memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
g) Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang
dijumpai
h) Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
i) Ekor diantara 2 (dua)paha
2) Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
a) Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
b) Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak
terlihat
c) Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
d) Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
e) Mati
3) Bentuk Asystomatis
a) Hewan tidak menunjukan gejala sakit
b) Hewan tiba-tiba mati
b. Gejala Rabies Pada Manusia
1) Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu
makan menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan
yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri
berdenyut).
2) Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara,
dan suara.
3) Air liur dan air mata keluar berlebihan.
4) Pupil mata membesar.
5) Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan.
6) Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya
meninggal dunia.
7. Pemerikasaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) GDA :
a) Glukosa Darah: Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
(N < 200 mq/dl)
b) BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c) Elektrolit : K, Na
d) Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
e) Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
f) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl
b. Pemeriksaan Penunjang Lainnya:
1) Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan
jenis dan fokus dari kejang.
2) Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif
dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti resonance imaging (MRI) : menghasilkan bayangan
dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio,
berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang tidak
jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT .
4) Pemindaian positron emission tomography (PET) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak.
8. Alur Pemberian VAR
9. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan rabies adalah dengan menghilangkan virus bebas dari
tubuh dengan pembersihan dan netralisasi, yang diikuti dengan
penginduksian sistem imun spesifik terhadap virus rabies pada orang yang
terpajan sebelum virusnya bereplikasi di susunan saraf pusat. Hal ini
membutuhkan vaksinasi aktif maupun pasif. Pada vaksinasi pasif,
imunoglobulin rabies dari orang yang telah divaksinasi sebelumnya (Human
Rabies Immune Globulin), diberikan kepada pasien yang belum memiliki
imunitas sama sekali. Sehingga dalam hal ini vaksinasi pasif disebut pula
serum anti rabies. Sedangkan vaksinasi aktif rabies atau vaksin anti rabies
terbagi atas:
Nerve Tissue derived Vaccines (NTV) yang diproduksi dari jaringan otak
hewan yang terinfeksi. NTV dapat menyebabkan reaksi neurologi berat
karena adanya jaringan bermyelin pada vaksin. Akan tetapi, NTV , masih
tetap banyak digunakan sebagai pencegahan rabies.
Human Diploid Cell Vaccine (HDCV) yang dikultur dalam fibroblast
manusia. Merupakan jenis vaksin rabies yang paling optimal saat ini.
a. Penanganan Pre Hospital
Kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan
sesegera mungkin. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan
dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun selama 10-15 menit,
kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-
lain).
1) Untuk luka ringan yang tidak sampai berdarah dan tidak ada bahaya
rabies, perlakukan sebagai luka kecil dengan cara cuci luka dengan
sabun dan air. Kemudian oleskan krim antibiotik untuk mencegah
infeksi dan menutup luka gigitan dengan kasa bersih.
2) Untuk luka yang dalam dan menimbulkan luka tusukan atau kulit
menjadi robek dan berdarah, tekan luka dengan kain bersih dan kering
untuk menghentikan perdarahan, kemudian segera periksa ke dokter.
3) Untuk luka infeksi dengan ciri-ciri bengkak, nyeri, kemerahan, segera
cuci dengan sabun dan air mengalir selama 10-15 menit kemudian beri
antiseptik dan segera bawa ke dokter.
b. Penanganan UGD
1) Pemeriksaan
a) Memeriksa luka gigitan untuk mengidentifikasi cedera yang
mendalam dan jaringan devitalisasi.
b) Pemeriksaan yg mendalam diperlukan anestesi untuk
memvisualisasikan dasar luka dan memeriksa luka melalui lingkup
gerak sendi.
2) Debridement
a) Cara yang efektif untuk mencegah infeksi.
b) Menghapus jaringan devitalisasi, partikulat, dan pembekuan yang
dapat menjadi sumber infeksi.
c) Mengakibatkan bekas luka yang lebih kecil dan meningkatkan
penyembuhan menjadi lebih cepat
3) Irigasi
a) 19-gauge jarum tumpul dan jarum suntik 35-mL, tekanan 7psi,
volume 100-200 mL larutan irigasi per inci luka.
b) Luka gigitan terkontaminasi Berat memerlukan lebih banyak irigasi
dilakukan di ruang operasi.
c) Larutan irigasi Larutan natrium klorida isotonik adalah larutan
irigasi yg aman, tersedia, efektif, dan murah.
d) Larutan irigasi lainnya campuran garam dan antibiotik memiliki
keunggulan dibandingkan saline
4) Penutupan
a) Luka gigitan kucing dilakukan penutupan primer tertunda.
b) Luka pada wajah, karena mendapat supply O2 yg baik resiko
rendah untuk infeksi, bahkan jika ditutup.
c) Luka gigitan pada tangan dan ekstremitas bawah, dengan
keterlambatan dalam paparannya atau terganggu sistem
kekebalannya, umumnya harus dibiarkan terbuka
c. Pencegahan
Ada dua cara pencegahan rabies yaitu :
1) Penanganan Luka
Untuk mencegah infeksi virus rabies pada penderita yang terpapar
dengan virus rabies melalui kontak ataupun gigitan binatang pengidap
atau tersangka rabies harus dilakukan perawatan luka yang adekuat dan
pemberian vaksin anti rabies dan imunoglobulin. Vaksinasi rabies perlu
pula dilakukan terhadap individu yang beresiko tinggi tertular rabies.
2) Vaksinasi
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum
terjangkit virus atau segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi
bisa diberikan kapada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap
terjangkitnya virus, yaitu :
a) Dokter hewan
b) Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
c) Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah
yang rabies pada anjing banyak ditemukan
d) Para penjelajah gua kelelawar
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar
antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap
penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2
tahun.Vaksin diberikan sebanyak 4 kali yaitu hari ke-0 (2 kali pemberian
sekaligus), lalu hari ke-7 dan hari ke-21. Dosisnya 0,5 ml baik pada anak-
anak maupun dewasa. Pada luka yang lebih berat dimana terdapat lebih
dari satu gigitan dan dalam sebaiknya dikombinasi dengan pemberian
serum anti rabies (SAR) yang disuntikkan di sekitar luka sebanyak
mungkin dan sisanya disuntikkan intra muskuler.
d. Pemberian Vaksin dan Serum Anti Rabies
Pada waktu Observasi Pengobatan yang
Macam gigitan
menggigit selama 10 hari dianjurkan
Kontak tetapi tak Gila Tidak perlu
ada luka. Kontak diberikan
tak langsung. pengobatan
Tidak ada kontak.
Jilatan pada kulit a. Tersangka gila Sehat Segera diberikan
luka atau garukan vaksin dan hentikan
atau lecet, luka vaksinasi tersebut
kecil di sekitar apabila ternyata
tangan, badan, masih sehat setelah
kaki. 5 hari dalam
observasi.
Neurologi
Pituitary
Pulmonal
Lain-lain
b. Secondary Survey
Cek dengan metode AMPLE serta melakukan pemeriksaan fisik :
a) Kepala : bentuk kepala, keadaan kepala
b) Mata : isokor/anisokor, reaksi pupil, konjungtiva anemis/tidak
anemis
c) Hidung : simetris, adanya polip
d) Telinga : bentuk telinga, adanya serumen
e) Mulut : mukosa bibir, simetris.
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
g) Dada : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pengembangan
dada simetris, adanya suara nafas tambahan
h) Abdomen : simetris, bising usus, tidak ada pembesaran hepar, tidak
ada massa.
i) Ekstremitas : akral dingin, adanya jejas, udema, kekakuan otot
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2. Risiko syok dibuktikan dengan kekurangan volume cairan
3. Rencana Keperawatan
Observasi
Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi
obat
Identifikasi kesesuaian jenis
analgesic (mis. Narkotika,
non narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Jelaskan penyebab/faktor
risiko syok
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Anjurkan menghindari
allergen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika perlu
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.
Kasihsa, Dian. 2013. Askep Gadar Gigitan Binatang. (online). Available
https://www.scribd.com/doc/172297625/Askep-Gadar-Gigitan-Binatang
(diakses tanggal 22Agustus 2020.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik 2016. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan 2018. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan 2018. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
Sondi, Dian. 2013. Askep Gadar Giitan Binatang.(online). Available
:https://www.scribd.com/doc/172297625/Askep-Gadar-Gigitan-Binatang.
Diakses pada tanggal 22Agustus 2020.
Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC
Thok, Fian. 2015. Askep Gigitan Binatang. (online). Available
:https://www.scribd.com/document/260918651/ASKEP-GIGITAN-
BINATANG. Diakses pada tanggal 22Agustus 2020.
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing/CT
NIP. 196408131985032002
Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa Mahasiswa