Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PARIWISATA II


PADA KLIEN DENGAN GIGITAN HEWAN (ANJING)
PADA OBJEK WISATA PASAR SENI GUWANG SUKAWATI

OLEH :
KELOMPOK I

1. KOMANG TRISNA HANDAYANI (P07120217 001)


2. PUTU GEDE SURYA SWARNATA (P07120217002)
3. I KETUT SUARDIKA (P07120217003)
4. N.L.G LEODY RACCILLIA P (P07120217004)
5. PUTU MITHA EKA GAYATRI (P07120217005)
6. I MADE SEDANA YOGA (P07120217006)

TINGKAT IV A / SEMESTER VII/S. Tr. KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PARIWISATA II
PADA KLIEN DENGAN GIGITAN HEWAN (ANJING)
PADA OBJEK WISATA PASAR SENI GUWANG SUKAWATI

A. KONSEP DASAR GIGITAN ANJING


1. Definisi
Rabies adalah penyakit menular yang akut dari susunan syaraf pusat
yang dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia yang disebabkan
oleh virus rabies. Bahaya rabies berupa kematian gangguan ketentraman
hidup masyarakat. Hewan seperti anjing, kucing, kera, dan lain-lain yang
menderita rabies akan menjadi ganas dan biasanya cendrerung menyerang
atau menggigit manusia. Penderita rabies sekalinya gejala klinis timbul
biasanya diakhiri dengan kematian. terhadap bahaya rabies termaksud diatas
akan mengakibatkannya timbulnya rasa cemas atau rasa takut baik terhadap
orang yang digigit maupun masyarakat pada umumnya.
2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-
virus, famih Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui secret yang
terinfeksi pada gigitan binatang atau ditularkan melalui gigitan hewan penular
rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Nama lainnya ialah hydrophobia la
rage (Prancis), la rabbia (Italia), la rabia (spanyol), die tollwut (Jerman), atau
di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila. Adapun penyebab dari
rabies adalah :
a. Virus rabies.
b. Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang
terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan
menginfeksi tubuh manusia.
c. Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini dapat ditularkan ketika air
liur hewan yang terinfeksi mengenai selaput lendir seseorang seperti
kelopak mata atau mulut atau kontak melalui kulit yang terbuka.
3. Masa Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya
gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing
kurang lebih 2 minggu (10 hari - 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan
paling lama 1 tahun. Masa inkubasi rabies 95% antara 3-4 bulan, masa
inkubasi biasa bervariasi antara 7 hari - 7 tahun, hanya 1% kasus dengan
inkubasi 1-7 tahun. Karena lamanya inkubasi kadang-kadang pasien tidak
dapat mengingat kapan terjadinya gigitan. Pada anak-anak masa inkubasi
biasanya lebih pendek dari pada orang dewasa. Lamanya inkubasi
dipengaruhi oleh dalam dan besarnya gigitan, lokasi gigitan (jauh dekatnya
kesistem saraf pusat), derajat pathogenesis virus dan persarafan daerah luka
gigitan. Luka pada kepala inkubasi 25-48 hari, dan pada ekstremitas 46-78
hari.
4. Pathway Gigitan Anjing
5. Patofisiologis
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan
yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau
manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis,
setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap
tinggal pada tempat masuk dan disekitrnya. Setelah masuk ke dalam tubuh,
virus rabies akan menghindari penghancuran oleh sistem imunitas tubuh
melalui pengikatannya pada sistem saraf.
Setelah inokulasi, virus ini memasuki saraf perifer. Masa inkubasi yang
panjang menunjukkan jarak virus pada saraf perifer tersebut dengan sistem
saraf pusat. Amplifikasi terjadi hingga nukleokapsid yang kosong masuk ke
myoneural junction dan memasuki akson motorik dan sensorik. Pada tahap
ini, terapi pencegahan sudah tidak berguna lagi dan perjalanan penyakit
menjadi fatal dengan mortalitas 100 %. Jika virus telah mencapai otak, maka
ia akan memperbanyak diri dan menyebar ke dalam semua bagian neuron,
terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik,
hipotalamus, dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron –
neuron sentral, virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen
dan pada serabut saraf volunter maupun otonom.
Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan
organ tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah.
Khusus mengenai infeksi sistem limbik, sebagaimana diketahui bahwa sistem
limbik sangat berhubungan erat dengan fungsi pengontrolan sikap emosional.
Akibat pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem limbik ini, pasien akan
menggigit mangsanya tanpa adanya provokasi dari luar.
Infeksi rabies pada manusia boleh dikatakan hampir semuanya akibat
gigitan hewan yang mengandung virus dalam salivanya. Kulit yang utuh tidak
dapat terinfeksi oleh rabies akan tetapi jilatan hewan yang terinfeksi dapat
berbahaya jika kulit tidak utuh atau terluka. Virus juga dapat masuk melalui
selaput mukosa yang utuh, misalnya selaput konjungtiva mata, mulut, anus,
alat genitalia eksterna. Penularan melalui makanan belum pernah
dikonfirmasi sedangkan infeksi melalui inhalasi jarang ditemukan pada
manusia. Hanya ditemukan 3 kasus yang infeksi terjadi melalui inhalasi ini.

6. Manifestasi Klinis
a. Gejala penyakit pada hewan dikenal dalam 3 bentuk :
1) Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah
tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
a) Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
b) Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan
menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
c) Tidak menurut perintah majikannya
d) Nafsu makan hilang
e) Air liur meleleh tak terkendali
f) Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan
memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
g) Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang
dijumpai
h) Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
i) Ekor diantara 2 (dua)paha
2) Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
a) Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
b) Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak
terlihat
c) Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
d) Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
e) Mati
3) Bentuk Asystomatis
a) Hewan tidak menunjukan gejala sakit
b) Hewan tiba-tiba mati
b. Gejala Rabies Pada Manusia
1) Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu
makan menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan
yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri
berdenyut).
2) Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara,
dan suara.
3) Air liur dan air mata keluar berlebihan.
4) Pupil mata membesar.
5) Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan.
6) Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya
meninggal dunia.
7. Pemerikasaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) GDA :
a) Glukosa Darah: Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
(N < 200 mq/dl)
b) BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c) Elektrolit : K, Na
d) Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
e) Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
f) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl
b. Pemeriksaan Penunjang Lainnya:
1) Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan
jenis dan fokus dari kejang.
2) Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif
dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti resonance imaging (MRI) : menghasilkan bayangan
dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio,
berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang tidak
jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT .
4) Pemindaian positron emission tomography (PET) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak.
8. Alur Pemberian VAR

9. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan rabies adalah dengan menghilangkan virus bebas dari
tubuh dengan pembersihan dan netralisasi, yang diikuti dengan
penginduksian sistem imun spesifik terhadap virus rabies pada orang yang
terpajan sebelum virusnya bereplikasi di susunan saraf pusat. Hal ini
membutuhkan vaksinasi aktif maupun pasif. Pada vaksinasi pasif,
imunoglobulin rabies dari orang yang telah divaksinasi sebelumnya (Human
Rabies Immune Globulin), diberikan kepada pasien yang belum memiliki
imunitas sama sekali. Sehingga dalam hal ini vaksinasi pasif disebut pula
serum anti rabies. Sedangkan vaksinasi aktif rabies atau vaksin anti rabies
terbagi atas:
 Nerve Tissue derived Vaccines (NTV) yang diproduksi dari jaringan otak
hewan yang terinfeksi. NTV dapat menyebabkan reaksi neurologi berat
karena adanya jaringan bermyelin pada vaksin. Akan tetapi, NTV , masih
tetap banyak digunakan sebagai pencegahan rabies.
 Human Diploid Cell Vaccine (HDCV) yang dikultur dalam fibroblast
manusia. Merupakan jenis vaksin rabies yang paling optimal saat ini.
a. Penanganan Pre Hospital
Kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan
sesegera mungkin. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan
dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun selama 10-15 menit,
kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-
lain).
1) Untuk luka ringan yang tidak sampai berdarah dan tidak ada bahaya
rabies, perlakukan sebagai luka kecil dengan cara cuci luka dengan
sabun dan air. Kemudian oleskan krim antibiotik untuk mencegah
infeksi dan menutup luka gigitan dengan kasa bersih.
2) Untuk luka yang dalam dan menimbulkan luka tusukan atau kulit
menjadi robek dan berdarah, tekan luka dengan kain bersih dan kering
untuk menghentikan perdarahan, kemudian segera periksa ke dokter.
3) Untuk luka infeksi dengan ciri-ciri bengkak, nyeri, kemerahan, segera
cuci dengan sabun dan air mengalir selama 10-15 menit kemudian beri
antiseptik dan segera bawa ke dokter.
b. Penanganan UGD
1) Pemeriksaan
a) Memeriksa luka gigitan untuk mengidentifikasi cedera yang
mendalam dan jaringan devitalisasi.
b) Pemeriksaan yg mendalam  diperlukan anestesi untuk
memvisualisasikan dasar luka dan memeriksa luka melalui lingkup
gerak sendi.
2) Debridement
a) Cara yang efektif untuk mencegah infeksi.
b) Menghapus jaringan devitalisasi, partikulat, dan pembekuan yang
dapat menjadi sumber infeksi.
c) Mengakibatkan bekas luka yang lebih kecil dan meningkatkan
penyembuhan menjadi lebih cepat
3) Irigasi
a) 19-gauge jarum tumpul dan jarum suntik 35-mL, tekanan 7psi,
volume 100-200 mL larutan irigasi per inci luka.
b) Luka gigitan terkontaminasi Berat memerlukan lebih banyak irigasi
 dilakukan di ruang operasi.
c) Larutan irigasi  Larutan natrium klorida isotonik adalah larutan
irigasi yg aman, tersedia, efektif, dan murah.
d) Larutan irigasi lainnya  campuran garam dan antibiotik memiliki
keunggulan dibandingkan saline
4) Penutupan
a) Luka gigitan kucing dilakukan penutupan primer tertunda.
b) Luka pada wajah, karena mendapat supply O2 yg baik  resiko
rendah untuk infeksi, bahkan jika ditutup.
c) Luka gigitan pada tangan dan ekstremitas bawah, dengan
keterlambatan dalam paparannya atau terganggu sistem
kekebalannya, umumnya harus dibiarkan terbuka
c. Pencegahan
Ada dua cara pencegahan rabies yaitu :
1) Penanganan Luka
Untuk mencegah infeksi virus rabies pada penderita yang terpapar
dengan virus rabies melalui kontak ataupun gigitan binatang pengidap
atau tersangka rabies harus dilakukan perawatan luka yang adekuat dan
pemberian vaksin anti rabies dan imunoglobulin. Vaksinasi rabies perlu
pula dilakukan terhadap individu yang beresiko tinggi tertular rabies.
2) Vaksinasi
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum
terjangkit virus atau segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi
bisa diberikan kapada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap
terjangkitnya virus, yaitu :
a) Dokter hewan
b) Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
c) Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah
yang rabies pada anjing banyak ditemukan
d) Para penjelajah gua kelelawar
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar
antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap
penyebaran selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2
tahun.Vaksin diberikan sebanyak 4 kali yaitu hari ke-0 (2 kali pemberian
sekaligus), lalu hari ke-7 dan hari ke-21. Dosisnya 0,5 ml baik pada anak-
anak maupun dewasa. Pada luka yang lebih berat dimana terdapat lebih
dari satu gigitan dan dalam sebaiknya dikombinasi dengan pemberian
serum anti rabies (SAR) yang disuntikkan di sekitar luka sebanyak
mungkin dan sisanya disuntikkan intra muskuler.
d. Pemberian Vaksin dan Serum Anti Rabies
Pada waktu Observasi Pengobatan yang
Macam gigitan
menggigit selama 10 hari dianjurkan
Kontak tetapi tak Gila Tidak perlu
ada luka. Kontak diberikan
tak langsung. pengobatan
Tidak ada kontak.
Jilatan pada kulit a. Tersangka gila Sehat Segera diberikan
luka atau garukan vaksin dan hentikan
atau lecet, luka vaksinasi tersebut
kecil di sekitar apabila ternyata
tangan, badan, masih sehat setelah
kaki. 5 hari dalam
observasi.

Gila Segera diberikan


vaksin dan diberikan
serum apabila
diagnosa
laboratorium positif
rabies.

b. Gila : hewan Segera diberikan


margasatwa vaksinasi dan serum.
hewan-hewan
yang tak
mungkin
diobservasi (lari
atau dibunuh).
Jilatan mukosa ; Tersangka gila Segera diberi serum
luka gigitan yang atau betul-betul dan vaksin anti
berat (luka yang gila hewan-hewan rabies dan apabila 5
banyak dalam margasatwa, hari di dalam
daerah muka, hewan-hewan observasi hewan
kepala, jari atau yang tak dapat yang bersangkutan
leher) diobservasi masih sehat maka
(lari/mati dibunuh) pengobatan perlu
diperhatikan.
10. Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya
timbul pada fase koma. Komplikasi Neurologik dapat berupa peningkatan
tekanan intra cranial: kelainan pada hypothalamus berupa diabetes insipidus,
sindrom abnormalitas hormone anti diuretic (SAHAD), disfungsi otonomik
yang menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipertermia, hipotermia, aritmia dan
henti jantung. Kejang dapat local maupun generalisata, dan sering bersamaan
dengan aritmia dan gangguan respirasi. Pada stadium pradromal sering terjadi
komplikasi hiperventilasi dan depresi pernapasan terjadi pada fase neurolgik.
Hipotensi terjadi karena gagal jantung kongestif, dehidrasi dan gangguan
saraf otonomik.
JENIS KOMPLIKASI PENANGANANNYA

Neurologi

1. Hiperaktif Fenotiazin, benzodiazepine


2. Hidrofobia Tidak diberi apa-apa lewat mulut
3. Kejang fokal Karbamazepine, fenitoin
4. Gejalaneurologi local
Tak perlu tindak apa-apa
5. Edema serebri
Mannitol, galiserol
6. Aerofobia
Hindari stimulasi

Pituitary

1. SAHAD Batasi cairan


2. Diabetes insipidus Cairan, vasopressin

Pulmonal

1. Hiperventilasi Tidak ada


2. Hipoksemia Oksigen, ventilator, PEEP
3. Atelektasis
Ventilator
4. Apnea
5. Pneumotoraks Ventilator

Dilakukan ekspansi paru


Kardiovaskular

1. Aritmia Oksigen, obat anti aritmia


2. Hipotensi Cairan, dopamine
3. Gagaljantungkongestif
Batasi cairan, obat-obatan
4. Thrombosis arteri/vena
5. Obstruksi vena kava superior Oksigen, obat anti aritmia

6. Henti jantung Cairan, dopamine

Batasi cairan, obat-obatan

Lain-lain

1. Anemia Transfuse darah


2. Perdarahan gastrointestinal H2 blockers, transfusi darah
3. Hipertermia
Lakukan pendinginan
4. Hipotermia
5. Hipooalemia Selimut panas

6. Ileus paralitik Pemberian cairan


7. Retensio urine Cairan paranteral
8. Gagal ginjal akut
Kateterisasi
9. Pneumo mediastinum
Hemodialisa

Tidak dilakukan apa-apa


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Primary Survey
- Airway : Cek adanya sumbatan jalan nafas
- Breathing : Cek adanya gangguan pada pola pernafasan
- Circulation : Disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi,
hipotensi, aritmia, takikardi dan henti jantung
- Disability : Cek adanya gangguan kesadaran
- Exposure : Cek adanya peningkatan/penurunan suhu tubuh

b. Secondary Survey
Cek dengan metode AMPLE serta melakukan pemeriksaan fisik :
a) Kepala : bentuk kepala, keadaan kepala
b) Mata : isokor/anisokor, reaksi pupil, konjungtiva anemis/tidak
anemis
c) Hidung : simetris, adanya polip
d) Telinga : bentuk telinga, adanya serumen
e) Mulut : mukosa bibir, simetris.
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
g) Dada : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pengembangan
dada simetris, adanya suara nafas tambahan
h) Abdomen : simetris, bising usus, tidak ada pembesaran hepar, tidak
ada massa.
i) Ekstremitas : akral dingin, adanya jejas, udema, kekakuan otot

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2. Risiko syok dibuktikan dengan kekurangan volume cairan
3. Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Diagnosa Keperawatan Keperawatan (SIKI)
(SLKI)

Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


keperawatan selama .... X ....
Penyebab: Observasi
jam menit diharapkan Nyeri
 Agen pencedera Akut Berkurang dengan  Identifikasi lokasi,
fisiologis (mis. kriteria hasil : karakteristik, durasi,
Inflamai,iskemia, frekuensi, kualitas ,
Luaran
neoplasma intensitas nyeri
 Agen pencedera Tingkat Nyeri :  Identifikasi skala nyeri
kimiawi (mis.  Identifikasi respons nyeri
 Keluhan nyeri (5)
Terbakar, bahan non verbal
 Meringis (5)
kimia iritan)  Identifikasi faktor yang
 Sikap protektif (5)
 Agen pencedera memperberat nyeri dan
 Gelisah (5)
fisik (mis. Abses, memperingan nyeri
 Kesulitan tidur (5)
amputasi, terbakar,  Identifikasi pengetahuan
 Menarik diri (5)
terpotong, dan keyakinan tentang nyeri
 Berfokus pada diri
mengangkat berat,  Identifikasi pengaruh
sendiri (5)
prosedur operasi, budaya terhadap respon
 Diaforesis (5)
trauma, latihan fisik nyeri
 Perasaan depresi
berlebih)  Identifikasi pengaruh nyeri
(tertekan) (5)
pada kualitas hidup
 Perasan takut mengalami
Gejala dan Tanda  Monitor keberhasilan terapi
cedera berulang (5)
komplementer yan sudah
Mayor
 Anoreksia (5)
diberikan
Subjektif  Perineum terasa tertekan
 Monitor efek samping
(5)
 Mengeluh nyeri penggunaan analgetik
 Uterus teraba membulat
Objektif
(5)
 Tampak meringis  Ketegangan otot (5)
 Bersikap protektif  Pupil dilatasi (5) Terapeutik
(mis. Waspada,  Muntah (5)
 Berikan teknik
posisi menghindari  Mual (5)
nonfarmakologis untuk
nyeri)  Frekuensi nadi (5)
mengurangi rasa nyeri (mis.
 Gelisah  Pola napas (5)
TENS, hypnosis, akupresur,
 Frekuensi nadi  Tekanan darah (5) terapi music, biofeedback,
meningkat  Proses berpikir (5) terapi pijat, aromaterapi,
 Sulit tidur  Fokus (5) teknik imajinasi terbimbing,
 Fungsi kemih (5) kompres hangat/dingin,
Gejala dan Tanda  Perilaku (5) terapi bermain)
Minor  Nafsu makan (5)  Kontrol lingkungan yang
Subjektif
 Pola tidur (5) memperberat rasa nyeri
- Kontrol Nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Objektif  Melaporkan nyeri
 Fasilitas istirahat dan tidur
terkontrol (5)
 Tekanan darah  Pertimbangkan jenis dan
 Kemampuan mengenali
meningkat sumber nyeri dalam
onset nyeri (5)
 Pola napas berubah pemilihan strategi
 Kemampuan mengenali
 Nafsu makan meredakan nyeri
penyebab nyeri (5)
berubah Edukasi
 Kemampuan
 Proses berpikir
menggunakan teknik non-  Jelaskan penyebab, periode,
terganggu
farmakologis (5) dan pemicu
 Menarik diri
 Dukungan orang terdekat  Jelaskan strategi meredakan
 Berfokus pada diri
(5) nyeri
sendiri
 Keluhan nyeri (5)  Anjurkan memonitor nyeri
 Diaforesis
 Penggunaan analgesic (5) secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
Kondisi klinis terkait analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
 Kondisi
nonfarmakologis untuk
pembedahan
mengurangi rasa nyeri
 Cedera traumatis Kolaborasi
 Infeksi
 Kolaborasi pemberian
 Sindrom koroner
analgetik, jika perlu
akut
 Glaukoma
Pemberian Analgesik

Observasi

 Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi
obat
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgesic (mis. Narkotika,
non narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
 Monitor tanda tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
 Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik

 Diskusikan jenis analgesic


yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal,
jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respon
pasien
 Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi

 Jelaskan efek terapu dan


efek samping obat
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian dosis


dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
Risiko Syok Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok
keperawatan selama .... X ....
Faktor Risiko Observasi
jam menit diharapkan dapat
 Hipoksemia teratasi dengan kriteria hasil :  Monitor status
kardipulmonal (frekuensi
 Hipoksia Luaran
dan kekuatan nadi,
 Hipotensi Tingkat Syok : frekuensi napas, TD, MAP)

 Kekurangan volume  Kekuatan nadi  Monitor status oksigenasi


cairan meningkat (5) (oksimeterinadi, AGD)

 Sepsis  Output urine meningkat  Monitor status cairan


(5) (masukan dan haluaran,
 SIRS
turgor kulit, CRT)
 Tingkat kesadaran
Kondisi Klinis Terkait meningkat (5)  Monitor tingkat kesadaran
dan respon pupil
 Perdarahan  Akral dingin menurun
(5)  Periksa riwayat alergi
 Trauma multiple
 Tekanan darah sistolik Terapeutik
 Pneumothoraks
membaik (5)
 Berikan oksigen untuk
 Infark Miokard
 Tekanan darah diastolik mempertahankan saturasi
 Kardiomiopati membaik (5) oksigen> 94%

 Cedera medulla  Tekanan nadi membaik  Persiapkan intubasi dan


spinalis (5) ventilasi mekanis, jika perlu

 Anafilaksis  Pengisian kapiler  Pasang jalur IV , jika perlu


membaik (5)
 Sepsis  Pasang kateter urine untuk
 Frekuensi nadi membaik menilai produksi urine, jika
 Koagulasi
(5) perlu
intravaskuler di
seminata  Frekuensi napas  Lakukan skin test untuk
membaik (5) mencegah reaksi alergi
 SIRS
Edukasi

 Jelaskan penyebab/faktor
risiko syok

 Jelaskan tanda dan gejala


awal syok

 Anjurkan melapor jika


menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal syok

 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari
allergen

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian IV,


jika perlu

 Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika perlu

 Kolaborasi pemberian anti


inflamasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.
Kasihsa, Dian. 2013. Askep Gadar Gigitan Binatang. (online). Available
https://www.scribd.com/doc/172297625/Askep-Gadar-Gigitan-Binatang
(diakses tanggal 22Agustus 2020.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik 2016. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan 2018. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan 2018. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
Sondi, Dian. 2013. Askep Gadar Giitan Binatang.(online). Available
:https://www.scribd.com/doc/172297625/Askep-Gadar-Gigitan-Binatang.
Diakses pada tanggal 22Agustus 2020.
Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC
Thok, Fian. 2015. Askep Gigitan Binatang. (online). Available
:https://www.scribd.com/document/260918651/ASKEP-GIGITAN-
BINATANG. Diakses pada tanggal 22Agustus 2020.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 02 Oktober 2020

Pembimbing/CT

(Agus Sri Lestari, S.Kep.Ns.M.Erg)

NIP. 196408131985032002

Mahasiswa Mahasiswa

(Komang Trisna Handayani) (Putu Gede Surya Swarnata)

NIM. P07120217001 NIM. P07120217002

Mahasiswa Mahasiswa

(I Ketut Suardika) (Ni Luh Gede Leody Raccillia Putri)

NIM. P07120217003 NIM. P07120217004

Mahasiswa Mahasiswa

(Putu Mitha Eka Gayatri) (I Made Sedana Yoga)

NIM. P07120217005 NIM. P07120217006

Anda mungkin juga menyukai